Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan hak asasi manusia yang paling dasar. Pendidikan berlangsung seumur hidup. Dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat . Oleh karena it u, pendidikan menjadi t anggung jaw ab bersama ant ara keluarga, masyarakat , dan pemerint ah. Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh penget ahuan know ledge acquisit ion, mengembangkan kemampuan at au ket rampilan skill development , sikap at au mengubah sikap at t it ude of change. Pendidikan adalah suat u proses t ransformasi anak didik agar mencapai hal-hal t ert ent u sebagai akibat proses pendidikan yang diikut inya Rivai, 2009: 58. M enurut UU No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan t erencana unt uk mew ujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesert a didik secara akt if mengembangkan pot ensi dirinya unt uk memiliki kekuat an spirit ual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sert a kemampuan yang diperlukan dirinya, masyarakat , bangsa, dan negara. Unt uk mencapai t ujuan pendidikan disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan penget ahuan mengenai t ujuan, isi, bahan, dan met ode pembelajaran. 2 Pada hakekat nya fungsi pendidikan adalah unt uk mengembangkan kemampuan sert a meningkat kan mut u kehidupan dan mart abat manusia UU no. 2 t h. 2003. Sisw a sebagai subjek belajar memiliki pot ensi dan karakt erist ik unik, sangat menent ukan keberhasilan pendidikan. Kemampuan dan kesanggupan sisw a merespon penget ahuan, nilai, dan ket ram pilan mempunyai andil yang besar dalam keberhasilan belajar. Dengan demikian pendidikan mempunyai andil yang besar t erhadap anak didik unt uk bisa beradapt asi dan mengant isipasi perubahan-perubahan yang t erjadi dalam proses menyongsong masa depannya. Unt uk mew ujudkan harapan t ersebut , dapat dilakukan melalui proses pendidikan yang ideal yait u proses pendidikan yang dikemas dengan memperhat ikan adanya berbagai aspek baik it u kognit if, afekt if, maupun psikomot orik Suyant o, 2000: 147. Apabila proses pendidikan dapat dilaksanakan dengan memperhat ikan adanya keseimbangan aspek t ersebut , maka out put pendidikan akan mampu mengant isipasi perubahan dan kemajuan masyarakat . Oleh karena it u, dunia pendidikan harus t erbiasa melakukan perubahan-perubahan dalam dirinya agar bisa beradapt asi dan mengant isipasi perubahan-perubahan yang t erjadi di lingkungannya. Sebaliknya, apabila proses pendidikan mengabaikan aspek-aspek t ersebut dan hanya menit ikberat kan pada aspek kognit if saja, maka out put pendidikan 3 t idak akan mampu ment erjemahkan sert a mengant isipasi kemajuan perkembangan masyarakat yang berjalan demikian cepat . Terkait dengan kualit as pendidikan, di Indonesia “ sangat memprihat inkan” . Dat a UNESCO 2000 t ent ang peringkat Indeks Pengembangan M anusia Human Devolepment Index yait u diant ara 174 negara di dunia, Indonesia menempat i urut an ke 120 1996, ke 105 1998, dan ke 109 1999. M enurut Survey Polit ical and Economic Risk Consult ant kualit as pendidikan di Indonesia berada pada urut an ke 12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia di baw ah Viet nam. Dat a yang dilaporkan The Word Economic Sw edia 2002, Indonesia memiliki daya saing rendah yait u hanya menduduki urut an ke 37 dari 57 negara yang disurvei di dunia Subadi, 2009: 89. Kualit as dan relevansi pendidkan yang belum sesuai sangat berkait an dengan input – out put proses pembelajaran t ampak t ampak pada pencapaian rat io hasil ujian akhir, penerapan kurikulum yang padat , t erbat asnya penyediaan prasarana sarana pendidikan, rendahnya mut u, kesejaht eraan dan kekurangan t enaga kependidikan sert a t erjadinya kekurang relevansi miss mat ch ant ara t amat an pendidikan dengan kualit as st andar kompet ensi dan kebut uhan dunia usaha indust ri Subadi, 2009: 91. Pemerint ah sudah melakukan berbagai upaya unt uk memperbaiki ket erpurukan pendidikan di Indonesia, salah sat unya dengan mendelegasikan pengelolaan pendidikan dari pusat sampai ke daerah. Hal ini dilakukan dengan 4 harapan agar daerahlah yang paling menget ahui akan kebut uhannya dapat mengembangkan pendidikan sesuai dengan kebut uhan yang dihadapi. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang diamandemen menjadi Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ah Daerah dan Perat uran Pemerint ah No. 25 t ent ang Kew enangan Pusat dan Daerah, t elah mendorong perubahan besar pada sist em pengelolaan pendidikan di Indonesia. Pendidikan t ermasuk salah sat u sekt or yang pengelolaannya diserahkan ke daerah, sement ara pemerint ah pusat sebat as menyusun acuan dan st andar yang bersifat nasional. Upaya peningkat an kualit as pendidikan dapat dilakukan melalui peningkat an kualit as pembelajaran Learning Qualit y. Karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada pelaksanaan program pembelajaran yang berkualit as. Unt uk mew ujudkan program t ersebut perlu didukung oleh unsur-unsur manusia, mat erial, fasilit as, dan perlengkapan. M anusia yang t erlibat dalam sist em pengajaran t erdiri dari sisw a, guru, dan t enaga lainnya. M at erial meliput i buku-buku, papan t ulis, dan kapur at au spidol sert a slide dan film. Fasilit as dan perlengkapan t erdiri dari ruang kelas, perlengkapan audiovisual, komput er, dan lain-lain Hamalik, 2008: 57. Peningkat an kualit as pembelajaran dapat dilakukan dengan cara meningkat kan kualit as pembelajaran secara keseluruhan. Karena hakikat kualit as pembelajaran merupakan kualit as implement asi dari program pembelajaran yang t elah dirancang sebelumnya. Namun demikian, aspek 5 kreat ivit as harus t et ap diperhat ikan karena pengembangan kreat ivit as pada pesert a didik yang dimulai sejak aw al akan mampu membent uk kebiasaan cara berpikir pesert a didik yang sangat bermanfaat bagi pesert a didik it u sendiri di kemudian hari Suyant o, 2000: 147. Kreat ivit as sisw a merupakan pot ensi yang harus dikembangkan jika kit a ingin menjadi bangsa yang mampu bersaing dalam percat uran dunia secara global. Unggulan kompet it if baru dapat dicipt akan melalui insan-insan yang kreat if. Orang yang kreat if adalah mereka yang mampu mencipt a sesuat u yang sama sekali baru secara monument al Suyant o, 2000: 149. Kemampuan inilah yang dibut uhkan dalam kehidupan global di abad ke-21. Tanpa adanya kreat ivit as, kit a sulit memiliki unggulan kompet it if di t engah- t engah bangsa lain. Unt uk menjamin kreat ivit as sisw a dapat berkembang di sekolah, sist em pembelajaran harus dapat dikondisikan ke arah munculnya berbagai pemikiran alt ernat if dari para sisw anya. Oleh karena it u, para guru harus berani mengajar secara dinamik dan konst ekt ual. Kegiat an pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru adalah penyampaian mat eri dari guru kepada sisw a dengan cara yang masih konvensional, guru menerangkan mat eri pelajaran di depan kelas sambil m enuliskan hal-hal pent ing dari mat eri t ersebut disert ai dengan t anya jaw ab. Namun, sisw a kurang akt if di kelas hampir semua sisw a t idak ada yang menjaw ab at au mengajukan pert anyaan kepada guru, sehingga suasana di kelas menjadi pasif. 6 Pembelajaran ini dilaksanakan oleh guru kepada sisw a dan berlangsung sepanjang w akt u. Harapan guru, sisw a perlu dit ekankan unt uk akt if di dalam kelas dan akt if unt uk bert anya sehingga ada int eraksi ant ara guru dengan sisw a yang menunjukkan kegiat an pembelajaran dapat berjalan lancar unt uk mencapai t ujuan pendidikan. Berbagai upaya dilaksanakan oleh guru SM A Bat ik 1 Surakart a unt uk meningkat kan kualit as pembelajaran dari berbagai mat a pelajaran yang salah sat unya adalah bahasa Indonesia. Berbagai met ode t elah dilakukan agar sisw a dapat berperan akt if dalam kegiat an belajar mengajar di kelas. Demikian pula dengan sisw a-sisw a di SM A Bat ik 1 Surakart a yang menginginkan nilai belajar mereka pada mat a pelajaran bahasa Indonesia selalu meningkat dan memenuhi KKM Krit eria Ket unt asan M inimal yang t elah dit ent ukan. Selama ini sisw a sering beranggapan bahw a pelajaran bahasa Indonesia hanya bersifat hafalan sehingga mudah dipahami. Sem ent ara mereka lebih memperhat ikan t erhadap mat a pelajaran lain sepert i: mat emat ika, fisika, maupun kimia. M ereka menganggap mat a pelajaran t ersebut lebih pent ing daripada bahasa Indonesia, karena mat a pelajaran t ersebut lebih mengut amakan hit ungan dan pemahaman secara mendalam. Oleh karena it u, t idak mengherankan ket ika ujian nasional dilaksanakan banyak sekali sisw a yang mendapat kan nilai sepuluh unt uk mat a pelajaran eksak, namun unt uk mat a pelajaran bahasa Indonesia dalam ujian nasional jarang sekali sisw a mendapat kan nilai sepuluh bahkan t idak ada sama sekali. 7 Selain it u, jika dibandingkan dengan mat a pelajaran bahasa Inggris, sisw a lebih t ert arik dengan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia karena bahasa Inggris sebagai bahasa int ernasional. Sisw a t et ap saja mengganggap bahasa Inggris lebih pent ing daripada bahasa Indonesia, sehingga t idak mengherankan kalau posisi nilai bahasa Indonesia t et ap saja di baw ah bahasa Inggris sekalipun dalam ujian nasional. Walaupun mereka menget ahui bahw a semua mat a pelajaran eksak, bahasa Inggris, maupun bahasa Indonesia sama- sama masuk mat a pelajaran ujian nasional. M ereka cenderung meremehkan t erhadap pelajaran bahasa Indonesia. Padahal yang diharapkan kurikulum adalah lebih dari it u. Ada dua aspek yang diharapkan dalam sebuah pembelajaran, yait u pemahaman subst ansi yang bersifat kognit if, afekt if, psikomot orik, dan dalam pembelajaran bahasa Indonesia juga harus dapat menanamkan sikap kesadaran dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Hal ini kit a t anamkan nilai- nilai karakt er pendidikan misalnya, melalui akt ivit as guru dan akt ivit as sisw a pada saat proses belajar mengajar, harus t erjadi int eraksi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik sesuai dengan kondisinya dan benar sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku yang penuh dengan t anggung jaw ab sehingga bisa t ercipt a suasana yang kondusif. Selanjut nya Baik guru maupun sisw a senant iasa disiplin dalam mempersiapkan sebuah perencanaan pembelajaran, agar t ujuan yang diharapkan bisa t ercapai secara opt imal. 8 Dalam sebuah pengelolaan pendidikan sebenarnya t idak hanya meliput i perencanaan saja, namun ada juga komponen lain yang berperan yait u pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengaw asan yang saling berkait an. Pengaw asan sangat erat kait annya dengan perencanaan, karena melalui pengaw asan efekt ivit as pembelajaran dapat diket ahui. Tent unya dalam hal ini t idak lepas dari peran seorang kepala sekolah selaku supervisor agar t ujuan yang diharapkan benar-benar bisa t ercapai. Jadi, melalui ilust rasi t ersebut bahasa Indonesia bukan sekedar hafalan t et api menyangkut aspek kekinian yang dikait kan dengan pengelolaannya sehingga perlu ada inovasi t erhadap t ujuan, mat eri, met ode, pendekat an, dan media pembelajaran yang akan dilaksanakan di Rint isan Sekolah Bert araf Int ernasioanal di SM A Bat ik 1 Surakart a. Berdasarkan gejala-gejala di at as, penelit i merasa t ert arik unt uk mengkaji t ent ang pengelolaan dengan judul penelit ian “ Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Sisw a Kelas XI di Rint isan Sekolah Bert araf Int ernasional SM A Bat ik 1 Surakart a “

B. Fokus Penelitian

Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ( Studi Pelaksanaan Rintisan SBI SMA Negeri 1 Boyolali).

0 1 11

PENDAHULUAN PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ( Studi Pelaksanaan Rintisan SBI SMA Negeri 1 Boyolali).

0 1 11

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Pengelolaan Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di Smp Negeri 5 Yogyakarta.

0 0 16

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Pengelolaan Pembelajaran IPS Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi Situs di SMP Negeri 4 Surakarta).

0 0 18

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Pengelolaan Pembelajaran IPS Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi Situs di SMP Negeri 4 Surakarta).

0 0 22

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS XI DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas Xi Di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMA Batik 1 Surakarta.

0 0 17

PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas Xi Di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMA Batik 1 Surakarta.

0 3 23

PENUTUP Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas Xi Di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMA Batik 1 Surakarta.

0 1 5

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS XI DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas Xi Di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMA Batik 1 Surakarta.

0 2 21

Analisis pelaksanaan pembelajaran rintisan sekolah bertaraf internasional (rsbi) di SMA Negeri 1 Surakarta

0 0 141