8 Pengandalan berlebihan terhadap hasil pekerjaan klien. Hal ini merupakan
tindakan auditor mengandalkan bukti audit atas hasil pekerjaan yang dilakukan klien.
9 Pendokumentasian bukti audit yang tidak sesuai dengan kebijakan KAP. Hal
ini merupakan tindakan auditor tidak mendokumentasikan bukti audit atas pelaksanaan suatu prosedur audit yang disyaratkan sesuai program audit yang
ditetapkan oleh KAP. Perilaku reduksi kualitas audit merupakan ancaman serius terhadap
kualitas audit karena bukti-bukti audit yang dikumpulkan selama pelaksanaan prosedur audit tidak kompeten dan cukup sebagai dasar memadai bagi auditor
untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit Otley dan Pierce, 1996; Herrbach, 2001.
2.1.4 Karakteristik Personal Auditor
Karakteristik personal merupakan ciri yang membedakan seseorang dengan orang lain. Karakteristik personal yang membedakan setiap individu
meliputi kepribadian, gender, kebangsaan dan hasil-hasil dari proses sosialiasi dan pengembangan sumber daya manusia seperti komitmen organisasional dan
komitmen profesional Ford dan Rhichardson, 1994. Pada penelitian ini karakteristik individual auditor yang dikaji adalah adalah locus of control dan
komitmen auditor terhadap organisasinya. Kedua karakteristik individual auditor ini mengacu pada sikap dan keyakinan individu auditor yang diduga berpengaruh
pada persepsi auditor atas anggaran waktu audit serta perilaku audit dalam pelaksanaan program audit.
1 Locus of Control
Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian personility. Kepribadian merupakan jumlah total cara-cara dimana
seseorang individu beraksi atas dan berinteraksi dengan orang lain Robbins dan Timothy, 2015. Locus of control didefinisikan sebagai keyakinan
individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib destiny sendiri Kreitner dan Kinicki, 2005. Seseorang yang meyakini keberhasilan atau
kegagalan yang dialaminya berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, sedangkan yang diluar kontrolnya disebut memiliki locus
of control eksternal Lefcourt, 1982. Locus of control berperan dalam motivasi, locus of control yang
berbeda bisa mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda. Pada umumnya, individu yang memiliki locus of control internal memandang
kejadian atau pengalaman adalah saling berkaitan dan mereka belajar dari pengalaman yang berulang, sedangkan individu yang memiliki locus of
control eksternal cenderung memandang suatu kejadian atau pengalaman tidak berhubungan dengan kejadian berikutnya dan mereka tidak belajar dari
pengalaman Lefcourt, 1982. Individu yang memiliki locus of control internal cenderung
memandang suatu keadaan atau kondisi sebagai peluang atau kondisi yang tidak menimbulkan tekanan, sedangkan individu yang memiliki locus of
control eksternal menganggap sebagai ancaman atau menimbulkan tekanan. Ketika individu yang ber-locus of control internal menghadapi stres potensial,
mereka sebelumnya akan mempelajari terlebih dahulu peristiwa-peristiwa yang dianggap mengancap dirinya, kemudian ia bersikap tertentu secara
rasional dalam menghadapi stres kerja tersebut. Sebaliknya, individu yang ber-locus of control eksternal menganggap bahwa segala peristiwa yang ada
dalam lingkungan kerja di sekitarnya amat memengaruhi dirinya Wijono, 2012.
Individu yang memiliki locus of control eksternal, sikap hidupnya amat dikendalikan oleh faktor lingkungan. Mereka mempunyai perasaan
cemas, mudah stres, depresi, neurosis, pekerjaan dan hidupnya selalu ditentukan oleh nasib yang mengendalikan dirinya Wijono, 2012. Dengan
demikian, auditor yang memiliki locus of control eksternal diprediksi lebih cenderung menerima perilaku disfungsional dibandingkan dengan auditor
yang memiliki locus of control internal Donnelly et al., 2003; Irawati dkk., 2005.
2 Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi adalah perasaan keterkaitan atau keterikatan psikologis dan fisik pegawai tempat ia bekerja atau orang dimana ia menjadi
anggota Wirawan, 2013. Definisi lain, komitmen organisasi merupakan tingkat dimana seseorang pekerja mengidentifikasi sebuah organisasi, tujuan,
dan harapannya untuk tetap menjadi anggota Robbins dan Timothy, 2015. Komitmen dibutuhkan oleh organisasi agar sumber daya manusia yang
kompeten dalam organisasi dapat terjaga dan terpelihara dengan baik Suparman, 2007. Tanpa adanya komitmen organisasi yang kuat dalam diri
setiap individu, tidak akan mungkin suatu organisasi dapat berjalan dengan maksimal. Komitmen yang kuat sangat berhubungan erat dengan rasa
memiliki individu setiap organisasi. Komitmen organisasi menciptakan kekuatan untuk menyeimbangkan
kecenderungan disfungsional Triono dkk., 2012. Seiring dengan peningkatan komitmen, organisasi tidak dipandang sebagai musuh dan
manipulasi tidak diperlukan untuk mendapatkan yang diinginkan. Seseorang yang memiliki keyakinan kuat terhadap organisasi dan bersedia untuk bekerja
keras untuk mencapai tujuan organisasi, akan kurang menerima perilaku disfungsional untuk mencapai tujuan pribadi Triono dkk., 2012.
Komitmen organisasi memiliki peran penting lainnya, yaitu dapat mencerminkan perbedaan dalam motivasi antara individu yang memiliki
komitmen organisasi tinggi dan yang rendah Nouri dan Parker, 1996. Lincoln dan Kalleberg 1990 berpendapat bahwa Individu yang
berkomitmen tinggi terhadap organisasinya akan mengupayakan demi kesuksesan organisasi, walaupun upaya tersebut tidak langsung berkontribusi
kepada kompensasi atau peluang karir individu. Sebaliknya, bila individu memandang beberapa perilaku sebagai perilaku disfungsional, individu
tersebut akan kurang menerima aktivitas tersebut. Individu dengan komitmen organisasional yang rendah, mungkin akan lebih tertarik untuk mengejar
kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan organisasi. Dengan demikian, seseorang yang memiliki komitmen organisasi yang rendah lebih
cenderung untuk melihat perilaku disfungsional sebagai sesuatu yang dapat diterima, demi kepentingan pribadi Triono dkk., 2012.
2.1.5 Tekanan Anggaran Waktu Audit