Pengaruh locus of control, pengalaman auditor, komitmen profesional dan etika perofesional terhadap perilaku auditor dalam stuasi konflik audit

(1)

PENGARUH

LOCUS OF CONTROL,

PENGALAMAN AUDITOR,

KOMITMEN PROFESIONAL DAN ETIKA PROFESIONAL

TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI

KONFLIK AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Anggun Pribadi Prasetyo

206082003968

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

i

PENGARUH

LOCUS OF CONTROL,

PENGALAMAN AUDITOR,

KOMITMEN PROFESIONAL DAN ETIKA PROFESIONAL TERHADAP

PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Anggun Pribadi Prasetyo

206082003968

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni

Yulianti, SE., M.Si

NIP.196902032001121003

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

ii

Hari ini Kamis Tanggal 29 April Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian

Komprehensif atas nama Anggun Pribadi Prasetyo NIM: 206082003968 dengan judul

Skripsi “PENGARUH

LOCUS OF CONTROL,

PENGALAMAN AUDITOR,

KOMITMEN PROFESIONAL DAN ETIKA PROFESIONAL TERHADAP

PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT”. Memperhatikan

penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah

dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 April 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Rini, SE., Ak., M.Si Rahmawati, SE., MM

Ketua

Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni

Penguji Ahli


(4)

iii

Hari ini Jumat Tanggal 3 Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian

Skirpsi atas nama Anggun Pribadi Prasetyo NIM: 206082003968 dengan judul

Skripsi “PENGARUH

LOCUS OF CONTROL,

PENGALAMAN AUDITOR,

KOMITMEN PROFESIONAL DAN ETIKA PROFESIONAL TERHADAP

PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT”. Memperhatikan

penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah

dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 Desember 2010

Tim Penguji Sidang Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Yulianti, SE., M.Si

Ketua Sekretaris

Dr. Amilin, SE, Ak., M.Si Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM

Penguji Ahli I Penguji Ahli II


(5)

iv

I. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1.

Nama

: Anggun Pribadi Prasetyo

2.

Jenis Kelamin

: Laki-laki

3.

Tempat/Tgl Lahir

: Jakarta, 5 November 1988

4.

Agama

: Islam

5.

Alamat : Jalan. Suka Mandiri Rt.03/01 No.30 Sarua

Indah, Ciputat, Tangerang Selatan

6.

Telepon

: 085697181991

7.

E-mail

:

[email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1.

SDN Cilandak Barat 08 Pagi Tahun 1994-2000

2.

SLTP Negeri 85 Jakarta Tahun 2000-2003

3.

SMA Negeri 1 Ciputat Tahun 2003-2006

4.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1.

Anggota Pemuda Pancasila 2008-sekarang

2.

Ketua Remaja Darusolihin 2005-2007

3.

Anggota Karang Taruna Bitari Sarua Indah 2005-2008

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah

: Saimin, S.Pd


(6)

v

THE INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL, AUDIT EXPERIENCE,

PROFESSIONAL COMMITMENT AND PROFESSIONAL ETHICAL TO

AUDIT BEHAVIOUR IN AN AUDIT CONFLICT SITUATION

ABSTRACT

This research aimed to analyze and to test the influence locus of control, audit

experience, professional commitment, professional ethical to audit behavior in an

audit conflict situation. The research has been done in Jakarta with auditor

respondent working for public accountant company. Retrieval of sample has been

using convenience sampling. Number of questionnaires propagated was 65 copies but

only 55 copies question returned. The data were analysis for hypothesis tester was

done with multiple regression. The result of research the variabel locus of control,

professional commitment and professional ethics have significantly influence to audit

behavior in an audit conflict situation. Other result of research the variabel audit

experience have not significantly influence to audit behavior in an audit conflict

situation.

Keywords : locus of control, audit experience, professional commitment, peofessional

ethic and audit conflict situation.


(7)

vi

PENGARUH

LOCUS OF CONTROL,

PENGALAMAN AUDITOR,

KOMITMEN PROFESIONAL DAN ETIKA PROFESIONAL TERHADAP

PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

locus of control,

pengalaman auditor, komitmen profesional dan etika profesional terhadap perilaku

auditor dalam situasi konflik audit. Penelitian ini dilakukan di Jakarta dengan auditor

sebagai responden yang bekerja pada kantor akuntan publik. Penentuan sampel

dilakukan dengan menggunakan metode

convenience sampling

. Kuesioner yang

disebarkan berjumlah 65 tetapi kembali hanya 55. Penganalisisan data untuk

pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini

variable

locus of control,

komitmen profesional dan etika profesional mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit. Hasil

penelitian ini juga ditemukan variable pengalaman auditor tidak mempunyai

pengaruh signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit.

Kata kunci:

locus of control,

pengalaman auditor, komitmen professional, etika

professional dan situasi konflik audit.


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa

kita menuju jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh

Locus of Control,

Pengalaman Auditor,

Komitmen Profesional dan Etika Profesional Terhadap Pengaruh Auditor dalam

Situasi Konflik Audit”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat untuk

meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidatatullah

Jakarta.

Penulisan skripsi akan semakin tertunda dan tidak selesai tanpa bantuan

semua pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1.

Kedua orang tua Bapak dan Ibu yang telah memberikan semangat dan doa yang

tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak

dapat membalas segala kebaikan mu.

2.

Seluruh keluarga besarku, Adikku, Kakek, Nenek, Pakde, Bude, Pakle, Bulek,

Kakak-kakak sepupuku, Adik-adik sepupuku, terima kasih atas doa kalian,

semua dapat berjalan dengan baik.

3.

Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembimbing Skripsi I yang telah dengan

sabar dan meluangkan waktu serta memberikan ilmunya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4.

Ibu Yulianti, SE, M.Si selaku Pembimbing Skripsi II yang telah banyak

membantu dan membimbing dengan sabar dan meluangkan waktunya serta

memberikan ilmunya, sehingga saya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

viii

5.

Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6.

Bapak Suhendra,MM dan Ibu Rahmawati SE, MM selaku Kordinator Teknis dan

Sekretaris Program Non Reguler Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7.

Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan ilmunya.

8.

Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9.

Seluruh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah bersedia menjadi tempat

penyebaran kuesioner saya dan memberikan banyak informasi.

10.

Special people,

pacarku, inspirasi dan penyemagat hidupku Meitinsari Boruregar,

terima kasih atas waktu, semangat dan doa yang kamu berikan untukku selama

ini.

You’re the best.

Selangkah lagi impian kita terwujud.

11.

Sahabat-sahabtku Akil, Asep, Pandu, Abi, Ucup, Fahry, Aya, Ipeh, Dina, Mas

Dedwi, Wahyu, Berly, Tio dan seluruh anak

the end touch..

akhrinya lulus

juga....terima kasih kawan. Kuliah jadi lebih berkesan. Kapan kita ngebolang

lagi??

12.

Teman-teman anak Akuntansi A dan B angkatan 2006. Terima kasih telah

membuat saya lebih betah dikampus.

13.

Exos Community Heri, Febri, Aldo, Galih, Opa, Iif, Ojan, Gori, Didik, Gitoy,

Bacul, Cimol. Kita tetep maen futsal trus ya...

14.

Camet Geng Doko, Bagus, Mawan, Bapak Udin, Syarif, Mamink, Ipul, Asenk,

Nurul, Bapak Kodir, Indra dan semuanya. Udah lama gak jalan-jalan kita.


(10)

ix

15.

Semua pihak yang telah membantu sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

ini dan tidak saya sebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa terima kasih dan

hormat saya. Terima kasih buat dukungan dan doa kalian.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan dari penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharpakan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Penulis

berharap semoga hasil penulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 3 Desember 2010


(11)

x

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ……….………….………

i

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ………….…….……….

ii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi...

iii

Daftar Riwayat Hidup ……….………….

iv

Abstract ……….……….…….…...

v

Abstrak ……….…..…

vi

Kata Pengantar ……….………

vii

Daftar Isi ……….………..………

x

Daftar Tabel ………..………

xiv

Daftar Gambar ………..………

xvi

Daftar Lampiran ………...

xvii

BAB I

PENDAHULUAN ….………

1

A. Latar Belakang ………..

1

B. Perumusan Masalah ….………..

10


(12)

xi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ……….

13

A.

Locus of Control

……….…

13

B. Pengalaman Auditor ………...

17

C. Komitmen Profesional……….. .…….

19

D. Etika Profesional……..….………..

23

E. Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit...

26

F. Keterkaitan Antara Variabel………

29

1.

Locus of Control

Dengan Perilaku Auditor

Dalam Situasi Konflik………..

29

2. Pengalama Auditor Dengan Perilaku Auditor

Dalam Situasi Konflik………

30

3. Komitmen Profesional Dengan Perilaku Auditor

Dalam Situasi Konflik………..

31

4. Etika Profesional Dengan Perilaku Auditor

Dalam Situasi Konflik……….

32


(13)

xii

H. Kerangka Penelitian………..

37

I. Perumusan Hipotesis………..

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ……….…… 39

A. Ruang Lingkup Penelitian ..……….. 39

B. Metode Penentuan Sampel ……… 39

C. Metode Pengumpulan Data ……….….. 40

D. Metode Analisis Data ………..……….. 40

1. Uji Kualitas Data ……… 40

2. Uji Asumsi Klasik……….

41

3. Uji Hipotesis ……….. 43

E. Operasionalisasi Variabel ……….. 46

1.

Locus Of Control

………. 46

2. Pengalaman Auditor……… 46

2. Komitmen Profesional..……….. 47

4. Etika Profesional……… 47


(14)

xiii

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN...

51

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……… 51

1. Tempat dan Waktu Penelitian………. 51

2. Karakteristik Responden………. 53

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian……… 55

1. Uji Kualitas Data……… 55

2. Uji Asumsi Klasik……… 61

3. Uji Hipotesis……… 65

4. Pembahasan……… 71

BAB V

PENUTUP...

75

A. Kesimpulan……… 75

B. Implikasi………

76

C. Saran……….

76

Daftar Pustaka ………..

78


(15)

xiv

Daftar Tabel

Tabel 3.1

Tabel Operasionalisasi Variabel ..……….. 49

Tabel 4.1

Data Distribusi Sampel Penelitian ………. 51

Tabel 4.2

Tabel Jumlah Kuesioner ………. 52

Tabel 4.3

Hasil Pengembalian Kuesioner….…….………….…….

53

Tabel 4.4

Hasil Uji i Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin ………..……....

53

Tabel 4.5

Hasil Uji Responden

Berdasarkan Jabatan Responden ………

54

Tabel 4.6

Hasil Uji Responden Berdasarkan

Pendidikan Terakhir ………….……….... 54

Tabel 4.7

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan

Pengalaman Kerja……….… 55

Tabel 4.8

Hasil Uji Validitas

Locus of Control……

……… 56

Tabel 4.9

Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Auditor………... 57

Tabel 4.10

Hasil Uji Validitas Komitmen Profesional….….………….. 57

Tabel 4.11

Hasil Uji Validitas Etika Profesional

.………..………….. 58

Tabel 4.12

Hasil Uji Validitas Perilaku Auditor Dalam Situasi

Konflik Audit….….…….………. 58

Tabel 4.13

Hasil Uji Reliabilitas Variabel

Locus of Control

….….…... 59

Tabel 4.14

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengalaman Auditor……. 59


(16)

xv

Tabel 4.15

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Komitmen Profesional..… 60

Tabel 4.16

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Etika Profesional

………… 60

Tabel 4.17

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Perilaku Auditor

Dalam Situasi Konflik Audit……….

61

Tabel 4.18

Hasil Uji

Multikolonieritas

……….… 62

Tabel 4.19

Hasil Uji Koefisien Determinasi….…..……….….... 66

Tabel 4.20

Hasil Uji Secara Parsial (Uji Statistik t).……..…………

70

Tabel 4.21

Hasil Uji Secara Simultan (Uji Statistik F)………. 72


(17)

xvi

Daftar Gambar

Gambar 2.1

Model Pengaruh Variabel Independen Dengan

Variabel Dependen .………..………. 37

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot …….… 63

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik

Histogram ……… 63

Gambar 4.3

Grafik Scatterplot ……… 65


(18)

xvii

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian……… 81

Lampiran 2

Daftar Jawaban Responden………. 87

Lampiran 3

Hasil Uji Data SPSS………. 92

Lampiran 4

Surat Penelitian Skripsi……… 106


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin meningkat dan masalah yang dihadapi semakin kompleks. Hal tersebut membuat informasi akuntansi sangat dibutuhkan, khususnya akuntan publik, sebelumnya ada pernyataan pendapat profesional dari akuntan publik mengenai tingkat kelayakan dan keandalan informasi atau laporan keuangan yang dibuat oleh akuntan (akuntan pemeriksa). Auditor merupakan suatu profesi yang sangat penting untuk dikaji, karena diantara tugas-tugas dan tanggung jawab profesi akuntan, tugas yang paling sentral adalah melakukan atestasi (pengujian).

Selama proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Auditor terdapat masalah atau konflik yang muncul, salah satunya adalah adanya ketidaksepakatan antara auditor dan klien terhadap aspek fungsi dan tujuan pemeriksaan. Dalam hal ini klien akan mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan auditor sehingga klien dapat menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Oleh karena secara umum auditor dianggap termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan, maka auditor akan berada dalam situasi konflik.


(20)

2 Dalam melaksanakan tugasnya, para auditor harus memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien. Pada hal ini pihak ketiga yaitu masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan. Oleh sebab itu seorang auditor dapat menjadi penengah diantara kepentingan para pengguna laporan keuangan. Seorang auditor dituntut memiliki sikap yang objektif dalam menilai serta harus selalu menjaga sikap independensinya.

Akuntan publik dalam menjalankan profesi diatur oleh suatu kode etik akuntan publik yang merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan dengan masyarakat. Dengan berpegang pada kode etik, akuntan publik dapat memberikan keyakinan kepada klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat tentang kualitas jasa yang diberikan karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana diatur dalam kode etik. Namun demikian, dalam menjalankan profesinya akuntan publik sering kali mengalami dilema etis, karena harus memahami keinginan klien yang membayar fee untuk pekerjaan profesional yang telah diberikan dan menghadapi tuntutan masyarakat untuk memberikan laporan yang dapat diandalkan. Adanya dilema etis ini menyebabkan terjadiya situasi konflik audit (Intiyas, dkk 2007).

Kemudian setelah terbongkarnya kasus Enron Corp pada sepuluh tahun yang lalu para akuntan publik mendapat sorotan yang tajam oleh masyarakat dunia. Hal ini dikarenakan Enron merupakan salah satu perusahaan terbesar tiba-tiba saja dinyatakan gulung tikar akibat adanya manipulasi


(21)

3 laporan keuangan secara bertahun-tahun. Sejak terbongkarnya kasus Enron tersebut, profesi akuntan publik mendapat sorotan dan mengakibatkan kepercayaan terhadap independensi akuntan publik menurun. Akuntan publik yang seharusnya menjadi penghubung kepentingan antara klien dengan masyarakat dinilai tidak dapat bersikap objektif. Sehingga merugikan salah satu pihak pengguna laporan keuangan.

Tsui dan Gul (1996) dalam Intiyas, dkk (2007) meneliti mengenai perilaku auditor dalam situasi konflik audit dangan melihat pengaruh locus of control dan kesadaran etis, yang menyatakan bahwa locus of control dapat berinteraksi dengan kesadaran etis untuk mempengaruhi perilaku auditor dalam dilema etis. Sedangkan Muawanah dan Indriantoro (2001) menyimpulkan bahwa interaksi locus of control dan kesadaran etis mempengaruhi perilaku auditor dalam konflik audit, pengaruh locus of control terhadap respon auditor dalam situasi konflik audit adalah nonmonotonic sepanjang kisaran kesadaran etis dan ada simetris yang diharapkan.

Rotter (1966) dalam Asih (2006) mengatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki dua locus of control, yaitu internal dan external locus of control. Perbedaan antara locus of control internal dan locus of control eksternal adalah pada pengendalian diri meraka masing-masing. Sebagai contoh seorang auditor yang memiliki locus of control external lebih cenderung akan menerima tekanan dari klien dibandingkan dengan auditor yang memiliki locus of control internal. Semakin tinggi tingkat kesadaran etis yang dimiliki oleh auditor maka locus of control yang dimiliki semakin internal


(22)

4 sehingga perilakunya akan semakin etis, sedangkan semakin rendah tingkat kesadaran etis yang dimiliki oleh auditor maka locus of control yang dimiliki semakin eksternal sehingga perilakunya kurang etis (Wati, 2009).

Dalam penugasan yang dilakukan atas klien, akuntan publik seringkali dihadapkan pada dilema etis yang menyebabkan terjadinya konflik audit. Locus of control membantu akuntan publik untuk menghadapi lingkungan kerja dan menyelesaikan suatu pekerjaan (Millet, 2005) dalam Intiyas, dkk (2007). Dalam literatur akuntansi, locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatuperistiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan

(control) peristiwa yang terjadi pada dirinya Rotter (1966) dalam Muawanah dan Indriantoro (2001).

Dalam literatur psikologi dan auditing menunjukkan bahwa efek dilusi dalam auditing bisa berkurang oleh auditor yang berpengalaman karena struktur pengetahuan yang baik dari auditor yang berpengalaman menyebabkan mereka mengabaikan informasi yang tidak relevan Sandra (1999) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006). Dengan kata lain kompleksitas tugas yang dihadapi sebelumnya oleh seorang auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh Abdolmohammadi dan Wright (1987) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006) yang menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman.

Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki


(23)

5 akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam tugasnya. Auditor yang berpengalaman akan membuat judgement yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman (Gusti dan Syahril (2008). Auditor yang berpengalaman akan cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan sehingga keputusan tersebut tidak membuahkan hasil yang keliru. Pengalaman langsung masa lalu akan menentukan dan mengarahkan seseorang dalam tiap perilakunya.

Boner dan Walker (1994) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006), mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Pengalaman akuntan publik akan membantu akuntan publik dalam menghadapi masalah yang ada. Oleh karena itu pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik.

Komitmen profesional digunakan sebagai panduan pemahaman nilai-nilai dan norma untuk mengevaluasi sikap akuntan publik dalam menghadapi suatu pekerjaan. Pengalaman audit membantu akuntan publik dalam menyadari kejadian-kejadian yang tidak sesuai dengan bukti-bukti yang ada. Kesadaran etis membantu akuntan publik untuk bertanggung jawab dan memihak pada kepentingan masyarakat. Faktor-faktor tersebut membantu akuntan publik dalam menghadapi konflik audit.


(24)

6 Profesi akuntan publik bisa dikatakan merupakan salah satu profesi kunci di era globalisasi untuk mewujudkan era tranpanrasi bisnis yang fair, oleh karena itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme mutlak diperlukan. Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi, yaitu keahlian, berpengetahuan dan berkarakter. Karakter menunjukkan personality seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Sikap dan tindakan etis akuntan publik, akan sangat menentukan posisinya di masyarakat pemakai jasa profesionalnya.

Profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor eksternal. Sebab dengan profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin luas, auditor eksternal harus memiliki wawasan yang luas tentang kompleksitas organisasi modern. Komitmen profesional yang tinggi pada diri seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya, maka dapat mendorong adanya iklim kerja yang mendukung auditor untuk mencapai prestasi yang nantinya dapat menciptakan kepuasan kerja auditor itu sendiri (Wijayanti 2007).

Menurut Intiyas, dkk (2007) untuk mengetahui perilaku akuntan publik dalam menghadapi situasi konflik audit, perlu pemahaman beberapa faktor diantaranya locus of control, komitmen profesional dan kesadaran etis. Interaksi antara locus of control, komitmen profesional dan kesadaran etis akan menunjukkan pengaruhnya terhadap akuntan publik dalam situasi konflik audit.


(25)

7 Salah satu hal penting dalam mewujudkan profesionalisme adalah kepribadian. Penelitian ini didesain untuk memahami hubungan kepribadian dengan respon auditor terhadap dilema etika. Ponemon dan Gabhart (1990) dalam Purnamasari (2006) menemukan bahwa proses kognitif etika auditor akan mempengaruhi independensi auditor. Independensi merupakan isu yang menarik karena dalam menghadapi konflik independensi auditor perlu untuk mempertimbangkan aturan yang eksplisit, standar audit dan kode etik profesional. Literatur psikologi memberikan pemahaman cara seorang individu memproses aturan-aturan tersebut dalam membuat judgement.

Richmond (2003) dalam Purnamasari (2006) menemukan bukti bahwa kepribadian individu mempengaruhi perilaku etis. Richmond mengivestigasi hubungan paham Machiavellianisme yang membentuk suatu tipe kepribadian yang disebut sifat Machiavellian serta pertimbangan etis dengan kecenderungan perilaku individu dalam menghadapi dilema-dilema etika (perilaku etis). Hasil penelitian ini, pertama menunjukkan bahwa semakin tinggi kecenderungan sifat Machiavellian seseorang maka semakin mungkin untuk berperilaku tidak etis. Kedua, semakin tinggi level pertimbangan etis seseorang, maka dia akan semakin berperilaku etis.

Pertimbangan etis dan sifat Machiavellian ini juga diindikasikan berpengaruh secara langsung terhadap independensi auditor. Individu dengan sifat Machiavellian tinggi cenderung memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan lebih memiliki keinginan untuk tidak taat pada aturan Ghosh dan Crain (1996) dalam Purnamasari (2006). Seorang auditor harus taat


(26)

8 pada aturan etika yang mengharuskannya bersikap independen, maka ketika seorang auditor memiliki kecenderungan sifat Machiavellian tinggi semakin mungkin untuk bertindak tidak independen. Level pertimbangan etis juga berpengaruh terhadap independensi.

Beberapa peneliti telah menemukan bahwa perilaku etis dipengaruhi oleh pihak lain yang dihadapi oleh seorang individu dalam lingkungan profesinya tanpa memperhatikan kesesuaian perilakunya dengan kode etik profesinya. Tingkat pengaruh itu mungkin disebabkan oleh jauh dekatnya hubungan antara organisasi dan pihak lain yang berkaitan serta pihak yang berkuasa baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Misalnya pemerintah, kantor akuntan lain, dan sebagainya.

Forsyth (1980) dalam Aziza dan Andi (2008) berpendapat bahwa orientasi etika digerakkan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme. Idealisme berhubungan dengan tingkat dimana individual percaya bahwa konsekuensi yang diinginkan (konsekuensi positif) tanpa melanggar kaidah moral. Sikap idealis juga diartikan sebagai sikap tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Seorang akuntan yang tidak bersikap idealis hanya mementingkan dirinya sendiri agar mendapat fee yang tinggi dengan meninggalkan sikap independensi.

Dalam menjalankan profesinya sebagai auditor, seorang akuntan diatur oleh suatu Kode Etik Akuntan (IAPI, 2010). Dimana dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Akuntan Indonesia mengamanatkan bahwa setiap anggota harus mempertahankan integritas dan obyektivitas dalam menjalankan tugasnya.


(27)

9 Mempertahankan integritas, ia akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa pretensi, sedangkan dengan mempertahankan obyektivitas, ia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Dengan mempertahankan integritas dan obyektivitas, ia akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Sehingga dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya.

Penelitian ini merupakan perkembangan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Intiyas, dkk (2007). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terdapat pada variabel independent. Penelitian saat ini menambahkan variabel etika profesional dengan objeknya adalah kantor akuntan publik yang berada di Jakarta.

Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku auditor dalam situasi konflik audit. Selain itu juga, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Locus of Control, Pengalaman Auditor, Komitmen Profesional dan Etika Profesional terhadap Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit”.


(28)

10

B. Perumusan Masalah

Masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah locus of control berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku

auditor dalam situasi konflik audit?

2. Apakah pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku auditor pada situasi konflik audit?

3. Apakah komitmen profesional berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit?

4. Apakah etika profesional berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit?

5. Apakah locus of control, pengalaman, komitmen profesional dan etika profesional berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh locus of control terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit.

2. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit.

3. Untuk menganalisis pengaruh komitmen profesional terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit.


(29)

11 4. Untuk menganalisis pengaruh etika profesional terhadap perilaku auditor

dalam situasi konflik audit.

5. Untuk menganalisis pengaruh locus of control, pengalaman, komitmen profesional dan etika profesional secara simultan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit.

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai pertimbangan bagi auditor eksternal untuk dapat bersikap dan menjadi referensi auditor dalam mengambil keputusan pada saat situasi konflik audit.

2. Akademisi, diharapkan sebagai acuan dalam pembentukan calon akuntan dalam situasi konflik audit, pengendalian diri, serta etika professional yang kelak akan dihadapi di masa yang akan datang.

3. Pengguna jasa audit, agar dapat memahami perilaku profesional dan etika berprofesi auditor, terutama yang akan berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dalam situasi konflik audit, serta dapat mengetahui komitmen dan etika profesional dalam menghadapi situasi konflik audit.

4. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang perilaku auditor eksternal serta dapat menambah wawasan pada bidang akuntansi khususnya memahami perilaku auditor dalam menghadapi situasi konflik audit..


(30)

12 5. Peneliti, yaitu guna memperluas wawasan dan menambah ilmu serta referensi mengenai auditor serta memperoleh dan menjalankan ilmu yang didapatkan di masa yang akan datang.


(31)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Locus of Control

Konsep locus of control pertama kali ditemukan oleh rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control didefinisikan MacDonald dalam Intyas, dkk (2007) sejauh mana seseorang merasakan hubungan kontijensi antara tindakan dan hasil yang mereka peroleh. Konsep

locus of control terutama didasarkan pada teori pembelajaran sosial (social learning theory) (Reiss dan Mitra, 1998) dalam Intiyas, dkk (2007), teori tersebut menyatakan bahwa pilihan dibuat oleh individu dari berbagai macam perilaku potensial yang tersedia untuk mereka. Rotter, (1996) dalam Intiyas, dkk (2007) menyatakan perilaku auditor dalam situasi konflik akan dipengaruhi oleh karakter locus of control-nya.

Locus of control menurut Hjele dan Ziegler, 1981; Baron dan Byrne, (1994) dalam Wati (2009) diartikan sebagai persepsi seseorang tentang sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan pekerjaannya. Seseorang yang percaya bahwa mereka memiliki pengendalian atas takdir mereka disebut internal yang percaya bahwa pengendalian terletak dalam diri mereka sendiri. Menurut Rotter (1966) dalam Wati (2009) locus of control

merupakan suatu keyakinan dalam diri individu yang merupakan pusat kendali dan pusat pengarahan dari semua perilaku dalam semua dimensinya yang secara kontinum bergerak dalam dirinya kearah luar dirinya.


(32)

14 Perilaku auditor sangat dipengaruhi oleh karakteristik locus of controlnya. Menurut Wati (2009) locus of control merupakan suatu kontinum, karena itu kontrol terletak pada suatu titik sepanjang kontinum itu. Oleh karena itu, maka seseorang hanya dapat dikatakan cenderung internal atau eksternal. Seseorang yang cenderung internal tetap memiliki eksternal, hanya saja kecenderungan internalnya lebih besar dari pada kecenderungan eksternal begitu pula sebaliknya. Dalam literature akuntansi, locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi pada dirinya. Rotter (1966) dalam Muawanah dan Indriantoro (2001).

Locus of control adalah sesuatu yang ada pada diri manusia yang dapat dikendalikan oleh manusia untuk menentukan segala keputusan dan pemikiran. Jadi locus of control merupakan bagian psikologis dari manusia yang tumbuh dan berkembang menumbuhkan pemikiran sejauh apa yang mereka kerjakan dan mereka peroleh hasilnya.

Reiss dan Mitra (1998) dalam Intiyas, dkk (2007) membagi locus of control menjadi dua, yaitu internal locus of control adalah cara pandang bahwa segala hasil yang didapat, baik atau buruk adalah karena tindakan, kapasitas dan faktor-faktor dari dalam diri mereka sendiri serta external locus of control

adalah cara pandang dimana segala hasil yang didapat, baik atau buruk berada diluar kontrol diri mereka tetapi karena faktor luar seperti keberuntungan, kesempatan, dan takdir. Manusia dalam melaksanakan berbagai kegiatan dalam hidupnya selalu berupaya memberi respon terhadap faktor-faktor internal dan


(33)

15 eksternal yang ada di dalam diri dan di lingkungan sekitar manusia (Sarita dan Agustia 2009). Dari pembagian locus of control di atas seorang auditor yang memliki internal locus of control dapat merespon segala kejadian dengan baik sehingga lebih dapat mengendalikan diri dalam situasi konflik audit.

Pada Muawanah dan Indriantoro (2001) individu dengan internal

locus of control akan lebih mungkin berperilaku etis dalam situasi konflik audit dibandingkan dengan individu dengan eksternal locus of control. Individu dengan eksternal locus of control merasa kurang puas dengan jabatan mereka, sebaliknya individu dengan internal locus of control menganggap hasil-hasil organisasi berasal dari tindakan mereka sendiri. Dalam Intiyas, dkk (2007) perasaan tidak puas individu dengan externallocus of control dapat disebabkan karena menganggap dirinya memiliki sedikit control atas hasil-hasil organisasi daripada individu internal, dedangkan individu internal locus of control

menganggap hasil-hasil organisasi berasal dari tindakannya, karena merasa aktif mencari informasi sebelum mengambil keputusan lebih termotivasi dalam berprestasi dan melakukan usaha lebih besar dalam mengendalikan lingkungan mereka. Kustini dan Fendy (2004) orang-orang yang mempunyai dan termasuk dalam internal locus of control mempunyai persepsi bahwa apa yang terjadi pada diri mereka bergantung pada apa yang telah dilakukan oleh diri mereka sendiri.

Zaroh (2000) dalam Wati (2009) Seseorang yang memiliki internal locus of control memiliki sifat mandiri, tekun, kuat serta punya daya yang kuat terhadap pengaruh sosial. Orang yang memiliki external locus of control


(34)

16 mempunyai sifat mudah cemas, depresi dan neurosis, besar kemungkinannya mengalami frustasi karena mudah tertekan dan kurang berhasil. Teori locus of control menggolongkan individu apakah termasuk dalam locus internal atau eksternal. Rotter (1990) dalam ( Kartika dan Provita , 2007) menyatakan bahwa locus of control baik internal maupun eksternal merupakan tingkatan dimana seorang individu berharap bahwa reinfocement atau hasil dari perilaku mereka tergantung pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik personal mereka. Mereka yang yakin dapat mengendalikan tujuan mereka dikatakan memiliki internal locus of control, sedangkan yang memandang hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan pihak luar disebut memiliki external locus of control (Robbins, 1996) dalam (Kartika dan Provita, 2007).

Aktivitas individu sebagai respon terhadap faktor-faktor internal dan eksternal tersebut dikontrol oleh faktor locus of control. Locus of control baik internal maupun eksternal bukanlah merupakan suatu konsep tipologi, melainkan merupakan pengaruh atau sumbangan berbagai faktor lingkungan. Artinya locus of control bukan berasal sejak lahir melainkan timbul dalam proses pembentukannya yang berhubungan dengan faktor-faktor lingkungan, sehingga tidak ada orang yang hanya memiliki kontrol internal saja ataupun kontrol eksternal saja (Sarita, Agustia 2009).

Menurut Yuke, dkk (2005) dalam konteks audit, manipulasi atau ketidakjujuran pada akhirnya akan menimbulkan penyimpangan perilaku dalan audit. Hasil dari perilaku ini adalah penurunan kualitas audit yang dapat dilihat sebagai hal yang perlu dikorbankan oleh individu untuk bertahan dalam


(35)

17 lingkungan kerja audit. Hal ini menghasilkan dugaan bahwa makin tinggi lokus kendali eksternal individu, semakin mungkin mereka menerima penyimpangan perilaku dalam audit.

Locus of control berperan dalam motivasi, locus of control yang berbeda bias mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda. Internal akan cenderung lebih sukses dalam karier dari pada eksternal, mereka cenderung mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi yang lebih cepat dan mendapatkan uang yang lebih. Sebagai tambahan, internal dilaporkan memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan stres daripada eksternal (Baron & Greenberg, 1990 dalam Kartika dan Provita, 2007).

B. Pengalaman Auditor

Proporsi tentang pertimbangan profesional dalam akuntansi menunjukkan bahwa pengalaman memunculkan suatu struktur pengetahuan yang sistematik dan abstrak, yang diperoleh dalam memori lama. Struktur pengetahuan memberikan suatu petunjuk bagi proses pertimbangan dan respon terhadap situasi yang timbul dalam proses audit. Tsul dan Gul (1996) dalam Intiyas, dkk (2007) dengan pengalaman kerja dalam kurun waktu empat tahun, maka akuntan publik dianggap telah berpengalaman untuk menghadapi konflik audit.

Libby dan Frederick (1990) dalam Intiyas, dkk (2007) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman akuntan publik maka semakin dapat


(36)

18 menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Dalam hal pengalaman, penelitian di bidang psikologis yang telah dikutip oleh Jeffrey dan Weatherholt (1996) dalam Intiyas,dkk (2007) memperlihatkan bahwa seseorang yang banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembankan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa tersebut. Pengalaman langsung dari pengalaman masa lalu akan menentukan dan mengarahkan seseorang dalam setiap perilakunya.

Pengalaman merupakan suatu hal yang diperoleh dari sebuah kejadian yang sudah dilalui. Bagi seorang auditor pengalaman adalah banyaknya tugas dan jam kerja yang sudah dijalani sebagai seorang auditor. Pengalaman bagi seorang auditor sangat mendukung dalam membantu mengatasi persoalan dan membuat keputusan.

Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Herliansyah dan Ilyas (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Lebih jauh dalam risetnya menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Namun dilain pihak beberapa riset menunjukkan kegagalan temuan tersebut, hal ini karena menurut Ashton


(37)

19 (1991) dalam Herliansyah danb Ilyas (2006) sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit memiliki sedikit waktu untuk dapat belajar.

Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan profesionalitas sebagai hal yang sangat penting didalam menjalankan profesi akuntan publik. AICPA AU section 100-110 mengkaitkan professional dan pengalaman dalam kinerja auditor :

The professional qualifications required of the independend auditor are those of person with the education and experience to practice as such. They do not include those of person trained for qualified to engage in another profession or accupation”.

Menurut Butts dalam Herliansyah dan Ilyas (2006) mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Hal ini dipertegas oleh Haynes et al (1998) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006) yang menemukan bahwa pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.

C. Komitmen Profesional

Komitmen dalam hubungan antara penyedia jasa dan klien telah didefinisikan sebagai ikatan, baik secara implisit maupun eksplisit, atas keberlangsungan hubungan antara pasangan dalam pertukaran, yang berimplikasi pada keinginan masing-masing untuk menciptakan manfaat jangka panjang (Dwyer et al., 1987) dalam (Ratmono dan Hendro 2006). Demikian pula dengan Moorman et al. (1999) dalam Ratmono dan Hendro (2006) mendefinisikan komitmen sebagai keinginan yang abadi dalam


(38)

20 mempertahankan hubungan nilai yang ada. Sedangkan, Anderson & Weitz (1992) dalam Ratmono dan Hendro (2006) menjelaskan komitmen sebagai keinginan untuk mengembangkan hubungan yang stabil dan keinginan untuk memberikan pengorbanan jangka pendek dalam rangka memelihara hubungan dan percaya pada stabilitas hubungan.

Komitmen profesional dapat diartikan sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan individu dengan profesi tertentu. Identifikasi ini membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan dengan tujuan dan nilai profesi termasuk nilai moral dan etika Modway et al., (1979) dalam Intiyas, dkk (2007) . Aranya et al. (1981) dalam Intiyas, dkk (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai organisasi atau profesi, kemauan untuk memainkan upaya tertentu atas nama organisasi atau profesi, dan gairah untuk mempertahankan keanggotaan pada organisasi atau profesi.

Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut Larkin (1990), Wibowo (1996) dalam Aziza dan Andi (2008), mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman internal auditor dengan komitmen profesionalisme, lama bekerja hanya mempengaruhi pandangan profesionalisme, hubungan dengan sesama profesi, keyakinan terhadap peraturan profesi dan pengabdian pada profesi. Hal ini disebabkan bahwa semenjak awal tenaga profesional telah dididik untuk menjalankan tugas-tugas yang kompleks secara independen dan memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan tugas-tugas dengan menggunakan keahlian dan dedikasi


(39)

21 mereka secara profesional. Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal adalah kesediaan menerima tanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat dan pihak-pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab ini secara efektif, auditor perlu memelihara standar perilaku yang tinggi dan memiliki standar praktik pelaksanaan pekerjaan yang handal.

Komitmen profesional merupakan suatu tanggung jawab, ikatan, loyalitas, pengorbanan, keterlibatan seorang individu dalam organisasinya. Komitmen juga menjadi acuan dalam menjalankan pekerjaan, hal ini dikarenakan jika kita memiliki komitmen yang kuat dengan organisasi kita, maka kita akan menjaga sikap dalam mengambil tindakan.

Komitmen profesional pada dasarnya dapat dijadikan gagasan yang mendorong motivasi seseorang dalam bekerja. Gibson et. al (1993 : 94) dalam Wijayanti (2008) mengutarakan bahwa motivasi adalah suatu konsep yang kita gunakan jika kita menguraikan kekuatan-kekuatan yang bekerja terhadap atau di dalam diri individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Meskipun bukan satu-satunya determinan tetapi motivasi dapat dikatakan sebagai determinan yang penting bagi prestasi seorang individu. Komitmen profesional akan mengarahkan pada motivasi kerja secara profesional juga.


(40)

22 Seorang profesional yang secara konsisten dapat bekerja secara profesional dan dari upayanya tersebut mendapatkan penghargaan yang sesuai, tentunya akan mendapatkan kepuasan kerja dalam dirinya. Oleh karena itu, motivasi tidak dapat dipisahkan dengan kepuasan kerja yang seringkali merupakan harapan seseorang (Trisnaningsih, 2004) dalam (Wijayanti 2007).

Komitmen profesional dapat diartikan sebagai identitas identifikasi dan keterlibatan individu dengan profesi tertentu. Identifikasi ini membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan dengan tujuan dan nilai profesi termasuk nilai moral dan etika (Modway et al, 1979) dalam Intiyas dan Yefta (2007). Komitmen profesional digambarkan sebagai suatu format fokus karir pada komitmen pekerjaan yang menekankan pentingnya suatu profesi di masa hidup seseorang. Komitmen profesional mengacu pada kekuatan identifikasi individual dengan profesi. Individual dengan komitmen profesional yang tinggi dikarakterkan memiliki kepercayaan dan penerimaan yang tinggi dalam tujuan profesi, keinginan untuk berusaha sekuatnya atas nama profesi, dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam profesi (Mowday dkk,1979) dalam (Faisal, 2007). Secara khusus, komitmen profesi yang tinggi seharusnya mendorong auditor ke perilaku yang sesuai dengan kepentingan publik dan menjauh dari perilaku yang membahayakan profesi.

Menurut Lord dan DeZoort (2001) dalam Faisal (2007) auditor dengan komitmen profesi yang tinggi akan berperilaku selaras dengan kepentingan publik dan tidak akan merusak profesionalismenya. Sebaliknya auditor dengan komitmen profesi yang rendah akan berpotensi untuk


(41)

23 berperilaku disfungsional (misalnya mengutamakan kepentingan klien). Dengan demikian dalam penelitian ini diprediksikan bahwa auditor dengan komitmen profesi yang tinggi akan mempertahankan perilaku yang menyimpang dibandingkan dengan auditor dengan komitmen profesi yang rendah. Auditor dengan strong beliefs dan taat pada standar profesi akan menghindari perilaku yang tidak etis seperti menghapus salah saji dari laporan keuangan.

D. Etika Profesional

Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai-nilai moral (Arens, Loebbecke 2003:71). Setiap orang memiliki rangkaian nilai tersebut, walaupun kita memperhatikan atau tidak memperhatikannya secara eksplisit. Rasa terhadap etika mengarahkan individu untuk menilai lebih dari kepentingan diri sendiri dan untuk mengakui maupun menghormati kepentingan orang lain. Kode etik akuntan dapat diartikan sebagai suatu sistem prinsip moral dan pelaksanaan aturan yang memberikan pedoman kepada akuntan dalam berhubungan dengan klien, masyarakat dan rekan seprofesi dan sebagai alat untuk memberikan keyakinan pada para pengguna jasa akuntan tentang kualitas jasa yang diberikan Wati (2009).

Moralitas berfokus pada perilaku manusiawi “benar” dan “salah”. Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat moral dan nilai. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa etika berkaitan erat dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku. Termasuk para akuntan diharapkan oleh masyarakat


(42)

24 untuk berlaku jujur, adil dan tidak memihak serta mengungkapkan laporan keuangan sesuai dengan kondisi sebenarnya. .

Etika sebagai sebuah refleksi moralitas dapat dicermati dari berbagai dimensi, tergantung persoalan moral apa yang akan dikritisi. Terlepas dari itu keberadaan etika dimaksudkan terutama untuk menjaga keselarasan hubungan antar manusia (Ludigdo 2006). Akuntan publik harus menjunjung etika profesionalnya sehingga memberikan kepercayaan publik dan mendorong kesadaran akan tanggung jawab akuntan publik pada transparansi pelaporan. Tanggung jawab ini tergantung pada integritas, dan integritas tergantung pada perilaku dan kepercayaan etis ( Intiyas, dkk 2007).

Etika merupakan suatu nilai-nilai yang moral yang harus kita patuhi bersama. Sebagai seorang auditor hendaknya kita menjaga etika kita. Sebagai seorang yang profesional kita hendaknya mengarahkan tindakan kita pada hal-hal yang tidak menyimpang dari etika profesional kita.

Masyarakat secara luas telah mengenal istilah kata profesional. Seorang profesional diharapkan dapat mengarahkan dirinya pada suatu tingkat tindakan di atas tingkat tindakan yang dilakukan oleh sebagian besar anggota masyarakat lainnya. Seorang profesional menunjukkan tanggung jawab untuk bertindak melebihi kepuasan yang dicapai si profesional itu sendiri atas pelaksanaan tanggung jawab yang diembannya maupun melebihi ketentuan yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat. Seorang akuntan publik, sebagai profesional memahami adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta rekan praktisi, yang mencakup pula


(43)

25 perilaku yang terpuji, walaupun hal tersebut dapat berarti pengorbanan diri (Arens, et. all 2003:118)

American Institute Of Certified Public Accountants (AIPCA) menjadi standar umum perilaku yang ideal dan menjadi peraturan khusus tentang perilaku yang harus dilakukan kode etik ini terdiri dari empat bagian: prinsip-prinsip, peraturan etika, interpretasi atas peraturan etika, dan kaidah etika (Arens,et. all 2003:120).

Untuk kalangan profesional, di mana pengaturan etika dibuat untuk menghasilkan kinerja etis yang memadai maka kemudian asosiasi profesi merumuskan suatu kode etik. Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik bagi masyarakat (Ludigo, 2006). Seorang akuntan harus dapat mematuhi standar etika yang berlaku dalam profesinya. Apabila seorang auditor melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis, maka hal tersebut akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor.

Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema atau konflik dalam karir mereka. Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seorang di mana ia harus membuat keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya (Arens 2003:112). Dengan kata lain dilema etika adalah merupakan situasi di mana kita harus mengambil keputusan yang tepat dalam banyak tekanan yang ada baik dari pihak klien


(44)

26 dalam hal ini manajemen tersebut, sehingga keputusan tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan tidak merugikan salah satu pihak.

E. Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit

Trevino (1998) dalam Intiyas, dkk (2007) menyatakan bahwa tahapan pengembangan kesadaran moral individual menentukan bagaimana seseorang berpikir tentang dilema etis, menentukan apa yang benar dan salah. Kesadaran atas benar dan salah tidak cukup memprediksi perilaku pengambilan keputusan etis. Tsui dan Gul (1996) dalam Intiyas, dkk (2007) menyatakan bahwa perlu variabel situasional dan individual lain yang dapat berinteraksi dengan komponen kognitif (kesadaran moral) sehingga dapat menentukan bagaimana individu akan berperilaku dalam merespon dilema etis dalam situasi konflik audit. Akuntan publik diharuskan menjunjung etika profesional sehingga memberikan kepercayaan publik dan mendorong kesadaran akan tanggung jawab akuntan publik pada ketransparanan pelaporan. Tanggung jawab ini tergantung pada integritas dan integritas tergantung pada perilaku dan kepercayaan etis. Perilaku etis ini dipengaruhi oleh pihak lain sebagai seorang individu dalam lingkungan profesinya tanpa memperhatikan perilaku tersebut sesuai kode etik atau tidak, sehingga kesadaran etis tergantung dari individu.

Auditor independen adalah profesi yang rawan akan konflik kepentingan. Baik itu kepentingan klien ataupun kepentingan pengguna jasa keuangan lainnya. Dalam hal konflik kepentingan ini, seorang auditor diharapkan dapat menjadi penengah. Auditor harus menjaga sikap dan


(45)

27 perilakunya sesuai dengan aturan yang ada. Klien dalam hal ini manajemen akan mempertahankan segala sesuatunya agar dapat bertahan dalam segala kondisi dan akan cenderung untuk menekan auditor dalam keadaan tertentu, sedangkan para pengguna laporan keuangan lainnya ingin mendapatkan laporan dari auditor independen yang benar dan terbebas dari manipulasi yang dapat merugikan mereka. Perbedaan kepentingan dapat menimbulkan konflik antara manajemen sebagai pembuat dan penyaji laporan keuangan dengan para pemakai laporan keuangan dimana auditor menjadi pihak penengah. Manajemen mempunyai kepentingan untuk mempertahankan jabatannya. Para pemakai laporan keuangan mengharapkan kepastian dari auditor independen bahwa laporan keuangan bebas dari pengaruh konflik kepentingan terutama kepentingan manajemen (Abdul Halim, 2001:48).

Menurut Robin (1994) dalam Hariri dan Maslichah (2006) konflik adalah perilaku organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota lain. Situasi konflik adalah situasi yang terjadi apabila kepentingan kita sebagai auditor terbentur dengan keinginan klien atau pihak lain yang membutuhkan hasil pekerjaan kita. Sebagai seoorang auditor sering kali mendapat tekanan dari berbagai pihak. Hal ini berawal dari salah satu pihak yang berkepentingan merasa dirugikan dan ada pihak lain yang mengambil keuntungan dari kerugian salah satu pihak.

Konflik kepentingan merupakan situasi yang dapat merusak pertimbangan akuntan publik. Konflik kepentingan terbagi menjadi 2 jenis yaitu (Muawanah, 2000) dalam Hariri dan Maslichah (2006):


(46)

28 a. Real Conflict, adalah konflik yang mempunyai pengaruh pada

judgementproblem yang ada.

b. Potential Conflict, adalah konflik yang mempengaruhi judgement

dimasa mendatang.

Auditor dihadapkan oleh potensial konflik peran maupun ketidakjelasan peran dalam melaksanakan tugasnya. Konflik peran muncul karena adanya ketidaksesuaian antara pengharapan yang disampaikan pada individual di dalam organisasi dengan orang lain di dalam dan di luar organisasi (Tsai dan Shis, 2005) dalam (Zaenal, dkk 2007), sedangkan ketidakjelasan peran muncul karena tidak cukupnya informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan yang diberikan dengan cara yang memuaskan (Peterson dan Smith, 1995) dalam (Zaenal dkk 2007). Kondisi ini terjadi karena kadangkala klien juga meminta layanan lain yang dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Di sini timbul konflik antara tugas yang diemban oleh KAP dan permintaan yang disampaikan klien sehingga mempengaruhi kinerja auditor. Penelitian pada auditor Korea menunjukkan bahwa tekanan ekonomi membuat auditor tidak terlalu memperhatikan konflik peran agar dapat memperoleh klien dan kadang-kadang mereka mengorbankan etika profesional sehingga dalam bekerja mereka cenderung berkompromi dengan motif ekonomi.


(47)

29

F. Keterkaitan Antara Variabel

1. Locus of Control dengan Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik

Locus of control merupakan salah satu variabel individu yang diduga dapat digunakan untuk memprediksi perilaku atau tindakan yang dilakukan seorang individu. Tsui dan Gul (1996) melakukan penelitian bahwa locus of control dapat berinteraksi dengan kesadaran etis untuk mempengaruhi perilaku dalam konflik audit, dan hasilnya signifikan bahwa interaksi antara kesadaran etis dan locus of control sebagai variabel independen mempengaruhi auditor dalam situsi konflik audit dengan perbandingan terbalik. Muawanah dan Indriantoro (2001) meneliti interaksi

locus of control dan kesadaran etis terhadap perilaku auditor dalam konflik audit, dan hasilnya menunjukkan bahwa locus of control terhadap respon auditor dalam konflik audit tergantung pada tingkat kesadaran etis.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Intiyas, dkk (2007) yang menyatakan bahwa locus of control mempengaruhi perilaku akuntan publik pada situasi konflik audit. Locus of control

berpengaruh terhadap respon akuntan publik dalam situasi konflik audit. Jadi, semakin tinggi nilai locus of control pada diri akuntan publik menyebabkan respon yang tinggi dalam menghadapi situasi konflik audit. Sehingga auditor cenderung menerima tekanan dari klien.

Seorang auditor yang memiliki locus of control internal akan lebih bisa bersifat independen daripada auditor yang memiliki locus of control external. Penelitian yang dilakukan oleh College (2002) dalam Asih (2006)


(48)

30 menjelaskan bahwa orang yang memiliki locus of control internal akan merasa bertanggung jawab atas apa saja yang sudah dilakukannya dan terjadi dalam hidupnya. Keberhasilan dan kesuksesan ditentukan oleh usaha dan kemampuannya sendiri.

2. Pengalaman Auditor dengan Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Intiyas, dkk (2007) memaparkan bahwa pengalaman berdasarkan kurun waktu empat tahun kerja, karena dalam kurun waktu tersebut auditor dianggap telah berpengalaman dalam situasi konflik audit. Herliansyah dan Ilyas (2006) menyatakan dalam risetnya bahwa pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dalam pengambilan keputusan.

Tubbs (1992) dalam Suartana (2008) menunjukkan bahwa ketika auditor menjadi lebih berpengalaman, maka: (1) auditor menjadi sadar terhadap kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, dan (3) auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim. Davis (1996) dalam Suartana (2008) menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman juga memperlihatkan tingkat selektif yang lebih tinggi terhadap bukti yang relevan. Auditor yang berpengalaman mempunyai kemampuan untuk menentukan apakah kekeliruan-kekeliruan tertentu terjadi dalam siklus tertentu. Menurut hasil penelitian Intiyas, dkk (2007) pengalaman tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku auditor dalam menghadapi situasi konflik audit. Karena dalam penelitian mereka jumlah responden sebagian besar merupakan auditor junior.


(49)

31

3. Komitmen Profesional dengan Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Muwanah dan Indriantoro (2001) menelaah empiris pengambilan keputusan etis dengan pernyataan bahwa salah satu determinan penting perilaku pengambilan keputusan etis adalak faktor-faktor yang unik yang berhubungan dengan individu pembuat keputusan. Faktor-faktor tersebut meliputi variabel-variabel yang merupakan ciri pembawaan lahir dan variabel yang merupakan hasil dari proses sosialisasi dan pengembangan manusia. Komitmen profesional ini dapat digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku akuntan publik.

Jeffrey dan Weatherholt (1996) dalam Intyas, dkk (2007) menguji hubungan antara komitmen profesi, pemahaman etika, dan sikap ketaatan pada peraturan. Hasilnya menunjukkan bahwa akuntan publik dengan komitmen profesional yang kuat perilakunya lebih mengarah pada aturan dibanding dengan akuntan publik yang komitmennya rendah.

Muawanah dan Indriantoro (2001) menguji hubungan antara komitmen profesi terhadap respon dalam konflik audit. Hasilnya, menunjukkan bahwa interaksi komitmen profesi adalah signifikan. Berarti komitmen profesi dapat mempengaruhi perilaku akuntan publik dalam menghadapi situasi konflik audit. Akuntan publik juga harus memiliki perasaan terikat dan kepercayaan yang kuat dengan tujuan profesi yang mereka jalankan. Dengan demikian akan memiliki komitmen profesional yang tinggi ketika mengorientasikan tindakannya.


(50)

32

4. Etika Profesional dengan Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Bertens (2000) dalam Hariri dan Maslichah (2006) mengatakan bahwa etika sebagai refleksi pemikiran moral, kita harus berfikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Masalah etika sering dihadapi dalam profesi akuntansi. Hal ini dikarenakan terdapat dua pihak sekaligus yang harus terlayani dengan baik. Yaitu, klien kita dan masyarakat pengguna laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Muawanah dan Indriantoro (2001) etika berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku auditor eksternal dalam situasi konflik audit. Kemampuan individu ubtuk mengevaluasi dan menganalisis nilai-nilai etika semakin tinggi semakin tinggi pula kesadaran etisnya maka perilaku auditor eksternal dalam situasi konflik audit dalam menerima tekanan dari klien semakin rendah.

Ketika dihadapkan pada situasi konflik, auditor diharapkan tetap bisa menjaga independensinya yang merupakan salah satu etika profesional mereka. Muawanah (2002) menguji tentang pengaruh kesadaran etis yang diinteraksikan dengan komitmen profesional terhadap independensi akuntan publik dan hasinya adalah signifikan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kesadaran etis auditor memahami etika profesionalnya maka semakin rendah pula respon auditor dalam menerima tekanan klien sehingga auditor menjadi lebih independen. Begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat kesdaran etis auditor memahami etika profesionalnya maka semakin


(51)

33 tinggi tingkat respon auditor dalam menerima tekanan klien sehingga auditor cenderung tidak bersikap independen.

G. Penelitian Terdahulu

No Judul Variabel Analisa Hasil

1. Analisis Pengaruh

Locus of Control, Orientasi Tujuan Pembelajaran dan Lingkungan Kerja Terhadap Self Efficacy Transfer Pelatihan Kustini, Fendy Suharyadi (2004)

Locus of control (X1), Orientasi Tujuan Pembelajaran (X2) Karakteristik Lingkungan Kerja (X3) Self Efficacy (Z intervening) Transfer Pelatihan (Y)

Regresi Berganda

Bahwa locus of control,

Orientasi Tujuan

pembelajaran, karakteistik

lingkungan kerja

memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap transfer pelatihan apabila individu memiliki self efficacy yang tinggi.

2. Locus of control dan Penerimaan perilaku disfungsional audit BPKP di Jawa Tengah dan DIY

Indri Kartika dan Provita Wijayanti (2007)

Locus of control (variabel eksogen) Kinerja pegawai (variabel Endogen) Partial Least Square (PLS)

Locus of control

berpengaruh positif

terhadap penerimaan

perilaku disfungsinal.

Locus of control

berhubungan negative terhadap kinerja pegawai.

Locus of control sebagai

anteseden hubungan

kinerja pegawai

penerimaan disfungsional audit.


(52)

34 Penelitian Terdahulu (lanjutan)

Bersambung halaman selanjutnya

No Judul Variabel Analisa Hasil

3. Situasi Konfil Audit Akuntan Publik

Pendekatan

Dari Aspek

Keprilakuan

Intiyas Utami,

Yefta Andi

Kus Nugroho, Fenny

Indrawati (2007)

Locus of control (X1), Pengalaman (X2), Situasi Konflik Audit (Y)

Multiple Regretion

Locus of control dengan kesadaran etis yang dirasakan berpengaruh positif terhadap respn audit dalam situasi konflik audit. Pengalaman audit dengan kesadaran etis tidak berpengaruh terhadap perilaku akuntan publik dalan situasi konflik.

4. Pengaruh Struktur Audit, Konflik Peran san Ketidakjelasan Peran Terhadap Kinerja Auditor

Zaenal Fanani, Reny Afriana Hanif,

Bambang Subroto (2007)

Struktur Audit (X1)

Konflik Peran (X2) Ketidakjelasan Peran (X3) Kinerja Auditor (Y) Regresi Berganda

Struktur audit berpengaruh terhadap kinerja auditor. Konflik peran berpengaruh terhadap kinerja auditor. Ketidakjelasan peran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.


(53)

35 Penelitian Terdahulu (lanjutan)

Bersambung halaman selanjutnya

No Judul Variabel Analisa Hasil

5. Pengaruh Struktur Audit, Konflik Peran san Ketidakjelasan Peran Terhadap Kinerja Auditor

Zaenal Fanani, Reny Afriana Hanif,

Bambang Subroto (2007)

Struktur Audit (X1)

Konflik Peran (X2) Ketidakjelasan Peran (X3) Kinerja Auditor (Y) Regresi Berganda

Struktur audit berpengaruh terhadap kinerja auditor. Konflik peran berpengaruh terhadap kinerja auditor. Ketidakjelasan peran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

6. Pengaruh Orientasi Etika Pada

Komitmen dan Sensivitas Etika Auditor Nurna Aziza,

Andi Agus

Salim (2008)

Orientasi Etika (X1) Komitmen profesional (Y1) Komitmen organisasional (Y2) Sensitivitas Etika (Y3) Path Analisis, dengan AMOS

Orientasi etika auditor

berpengaruh pada

komitmen, baik pada

komitmen prfesional

maupun organisasional. Terdapat pengaruh antara orientasi etika dengan sensitivitas etika.


(54)

36 Penelitian terdahulu (lanjutan)

No Judul Variabel Analisa Hasil

7. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional, Motivasi Kerja, Locus of Control

Terhadap Kepuasan

Kerja dan

Prestasi Kerja Auditor. Jena Sarita, Dian Agustia (2009)

Gaya

Kepemimpinan (X1), Mtivasi Kerja (X2),

Locus of Control (X3), Kepuasan kerja (Y1), Prestasi Kerja (Y2) multiple and simple linear regression analysis

Hasil studi ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan situasional, motivasi kerja, dan locus of control secara simultan terhadap kepuasan kerja auditor.

Hasil studi membuktikan terdapat pengaruh gaya kepemimpinan situasional, motivasi

kerja, dan locus of control

secara simultan terhadap prestasi kerja auditor.

Terdapat pengaruh

kepuasan kerja terhadap prestasi kerja auditor. 8. Pengaruh

Audit Fee,

Kesadaran Etis dan Locus of Contol

Terhadap Perilaku Auditor Eksternal.

Rika Wati

(2009)

Audit fee (X1), Kesadaran Etis (X2), Locus of Control (X3), Perilaku

auditor

Eksternal (Y1)

Regresi Berganda

pengaruh Audit fee

terhadap perilaku auditor eksternal menunjukkan hasil yang signifikan. Pengaruh kesadaran etis terhadap perilaku auditor eksternal menunjukkan hasil yang signifikan. Pengaruh locus of control

terhadap perilaku auditor eksternal menunjukkan hasil yang signifikan. Pengaruh Audit fee, kesadaran etis dan locus of control terhadap perilaku auditor eksternal

menunjukkan hasil yang signifikan.


(55)

37

H. Kerangka Pemikiran

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti dibawah ini

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1

Model Pengaruh Variabel Independen dengan Variabel Dependen Perilaku Auditor

Dalam Situasi Konfik Audit (Y) Pengalaman Auditor (X2)

Intiyas, dkk(2007) Locus of Control (X1)

Wati (2009)

Etika Profesional (X4) Muawanah (2002) Komitmen Profesional (X3)


(56)

38

I. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha: Locus of control berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku

auditor dalam situasi konfik audit.

Ha: Pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadapa perilaku

auditor dalam situasi konflik audit.

Ha: Komitmen profesional berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku

auditor dalam situasi konflik audit.

Ha: Etika Profesional berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku auditor

dalam situasi konflik audit.

Ha: Locus of control, pengalaman auditor, komitmen profesional dan etika

profesional berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit.


(57)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh locus of control, pengalaman auditor, komitmen profesional dan etika profesional terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit. Sampel penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada kantor akuntan publik yang terletak di Jakarta Selatan. Hal ini didasari oleh mudahnya wilayah tersebut dijangkau oleh peneliti.

B.Metode Penentuan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada kantor akuntan publik di wilayah Jakarta Selatan. Penelitian ini mengambil obyek pada perilaku auditor eskternal yang bekerja pada kantor akuntan publik yang terletak di wilayah Jakarta. Dasar pemilihan sampel ini menggunakan metode Convenience sampling. Convenience sampling adalah metode pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, dimana metode ini memilih sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah partner, manajer, auditor senior, supervaisor dan auditor junior yang bekerja pada kantor akuntan publik di wilayah Jakarta.


(58)

40

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, maka peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian lapangan. Penelitian Lapangan data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor eksternal yang bekerja pada kantor akuntan publik. Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner kepada kantor akuntan publik secara langsung ataupun melalui perantara. Setelah kuesioner diisi dan dikembalikan, lalu data diolah menggunakan program SPSS.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan analisis uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

1. Uji Kualitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas.

a. Uji Validitas

Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Sebuah instrumen dikatakan valid, jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Ghozali, 2005:45). Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila


(59)

41

Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid.(Ghozali, 2005:45)

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alfa > 0,60. Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliabel (Ghozali, 2005:41-42).

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005:91). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan


(1)

95 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items .622 .616 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N kom1 2.35 .751 55 kom2 2.69 .690 55 kom3 2.24 .719 55 kom4 2.53 .742 55 kom5 2.36 .778 55

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 12.16 5.399 2.324 5

HASIL UJI VALIDITAS ETIKA PROFESIONAL

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 55 50.0 Excluded(

a) 55 50.0

Total 110 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items .843 .847 9


(2)

96 Item Statistics

Mean Std. Deviation N eti1 3.18 1.056 55 eti2 3.00 1.139 55 eti3 3.02 .913 55 eti4 3.24 1.036 55 eti5 3.16 1.085 55 eti6 3.29 1.100 55 eti7 4.11 .712 55 eti8 3.98 .828 55 eti9 3.91 .752 55

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 30.89 33.803 5.814 9

HASIL UJI VALIDITAS PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI

KONFLIK AUDIT

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 55 10.0 Excluded(

a) 495 90.0

Total 550 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items .905 .906 10


(3)

97 Item Statistics

Mean Std. Deviation N pask1 3.93 .790 55 pask2 4.07 .836 55 pask3 4.27 .804 55 pask4 3.96 .881 55 pask5 4.00 .839 55 pask6 3.80 .911 55 pask7 3.67 .795 55 pask8 4.02 .757 55 pask9 4.09 .800 55 pask10 3.89 .994 55

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 39.71 38.395 6.196 10

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

1.

UJI MULTIKOLONIERITAS

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 39.470 6.267 6.298 .000 loc -.623 .125 -.553 -4.997 .000 .977 1.023 Peng .060 .222 .031 .271 .787 .947 1.056 komt .661 .302 .248 2.189 .033 .936 1.069 eti .237 .117 .222 2.021 .049 .988 1.012 a Dependent Variable: pask

Coefficient Correlations(a)

Model eti kom loc peng 1 Correlations eti 1.000 -.038 .072 .079

kom -.038 1.000 -.131 -.217 loc .072 -.131 1.000 -.001 peng .079 -.217 -.001 1.000 Covariances eti .014 -.001 .001 .002 kom -.001 .091 -.005 -.015 loc .001 -.005 .016 -005 peng .002 -.015 -005 .049


(4)

98

2.

UJI NORMALITAS

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

E

x

p

e

c

te

d

C

u

m

P

ro

b

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: pask

Regression Standardized Residual 3 2 1 0 -1 -2 -3

F

re

q

u

e

n

c

y

12.5

10.0

7.5

5.0

2.5

0.0

Histogram

Dependent Variable: pask

Mean =-2.01E-16 Std. Dev. =0.962


(5)

99

3.

HASIL UJI HETEROSKEDASTISTAS

Regression Standardized Residual

3 2

1 0

-1 -2

-3

R

eg

ressio

n

A

d

ju

st

ed

(

P

ress)

P

red

ict

ed

V

alu

e

50

45

40

35

30

Scatterplot


(6)

100

HASIL UJI REGRESI BERGANDA

Regression

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 eti, kom,

loc, peng(a) . Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: pask

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .633(a) .401 .353 4.984 a Predictors: (Constant), eti, kom, loc, peng

b Dependent Variable: pask

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 831.451 4 207.863 8.369 .000(a)

Residual 1241.895 50 24.838

Total 2073.345 54

a Predictors: (Constant), eti, kom, loc, peng b Dependent Variable: pask

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 39.470 6.267 6.298 .000 loc -.623 .125 -.553 -4.997 .000 peng .060 .222 .031 .271 .787 kom .661 .302 .248 2.189 .033 eti .237 .117 .222 2.021 .049 a Dependent Variable: pask


Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalaman Auditor terhadap tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit

1 7 160

Pengaruh Karakteristik Personal Auditor,Pengalaman Audit,Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

1 7 106

Pengaruh Locus Of Control Dan Komitmen Profesi Terhadap Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit

1 29 86

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN KERJA DAN KOMITMEN PROFESI TERHADAP PERILAKU AUDITOR PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN KERJA DAN KOMITMEN PROFESI TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AU

0 0 12

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TEKANAN ANGGARAN WAKTU KOMITMEN PROFESIONAL, TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR

0 0 18

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL, PENGALAMAN, LOCUS OF CONTROL, ETIKA DAN RISIKO AUDIT TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SEMARANG

0 0 43

PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, INTERNAL LOCUS OF CONTROL, KOMITMEN PROFESIONAL, DAN PENGALAMAN AUDIT TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT ( STUDI EMPIRIS PADA KAP DI SEMARANG ) - Unika Repository

0 0 16

Pengaruh Internal Locus of Control, Komitmen Profesional, Pengalaman Audit, dan Tingkat Pendidikan Dalam Diri Auditor Eksternal Terhadap Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit Dengan Kesadaran Etis Sebagai Variabel Moderasi - Unika Repository

0 0 17

Pengaruh Internal Locus of Control, Komitmen Profesional, Pengalaman Audit, dan Tingkat Pendidikan Dalam Diri Auditor Eksternal Terhadap Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit Dengan Kesadaran Etis Sebagai Variabel Moderasi - Unika Repository

0 0 25

PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, INTERNAL LOCUS OF CONTROL, KOMITMEN PROFESIONAL, DAN PENGALAMAN AUDIT TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT ( STUDI EMPIRIS PADA KAP DI SEMARANG ) - Unika Repository

0 0 35