Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control, Komitmen Organisasi, dan Pengalaman pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit.

(1)

TESIS

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU,

LOCUS

OF CONTROL

, KOMITMEN ORGANISASI, DAN

PENGALAMAN PADA PERILAKU PENURUNAN

KUALITAS AUDIT

NI KADEK WIDIASTINI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

i

TESIS

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU,

LOCUS

OF CONTROL

, KOMITMEN ORGANISASI, DAN

PENGALAMAN PADA PERILAKU PENURUNAN

KUALITAS AUDIT

NI KADEK WIDIASTINI NIM : 1391662019

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

ii

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU,

LOCUS

OF CONTROL

, KOMITMEN ORGANISASI, DAN

PENGALAMAN PADA PERILAKU PENURUNAN

KUALITAS AUDIT

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI KADEK WIDIASTINI NIM : 1391662019

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(4)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DI SETUJUI PADA TANGGAL………

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE., MSi Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, MSi., Ak. NIP 19690115 199402 2 001 NIP 19580718198601 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak.,CA Prof Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K) NIP 19641224 199103 1 002 NIP 19590215 198510 2 001


(5)

iv

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal………

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No : ………Tanggal : ………

Panitia Penguji Usulan Penelitian Tesis adalah :

Ketua : Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi. Anggota :

1. Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, MSi..,Ak 2. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi 3. Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi.,Ak 4. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi


(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN

KARYA ILMIAH MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Ni Kadek Widiastini NIM : 1391662019

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control, Komitmen

Organisasi dan Pengalaman Pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, ……….. Mahasiswa,

Ni Kadek Widiastini


(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha esa, karena hanya atas Asung Wara Nugraha-Nya penulis dapat meyelesaikan tesis yang berjudul: “Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control, Tekanan Anggaran Waktu, dan

Pengalaman pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit.” Tesis ini merupakan

hasil penelitian sebagai persyaratan akhir studi jenjang Strata-2, di bidang Akuntansi, Program Studi Magister Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi, pembimbing utama yang dengan sabar memberikan motivasi, bimbingan dan saran selama persiapan dan pelaksanaan penelitian serta penyelesaian penyusunan tesis. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. Ida Bagus Putra Astika,SE, Msi., Ak, pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur


(8)

vii

Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana masa atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, AK, Ketua Program Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSI., Ak., dan Dr. Made Wirakusuma, SE, MSi yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan dan staf administrasi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kuliah serta rekan-rekan mahasiswa MAKSI Angkatan 13 atas kebersamaan, kekeluargaan serta dukungannya selama perkuliahan. Kedua orang tua Bapak I Nyoman Sunama dan Ibu Ni Wayan Suparmi. Untuk adik- adik tercinta I Nyoman Eri Kuswanto dan Ni Ketut Ria Natarini yang selalu memberikan dukungan


(9)

viii

morilnya kepada penulis. Untuk Lettu Laut (K) drg I Putu Gede Arisyasa, tercinta yang dengan segala kesabaran, pengorbanan dan ketulusan serta dukungan sepenuh hati sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan kebahagiaan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Penulis, 20 Januari 2016


(10)

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ...

iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TESIS ... nv UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... nix RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Landasan Teori ... 15

2.1.1 Teori Atribusi (Attribution Theory) ... 15

2.1.2 Teori U Terbalik ... 18

2.1.3 Tekanan Anggaran Waktu ... 19

2.1.4 Locus of Control ... 21

2.1.5 Komitmen Organsasi ... 24

2.1.6 Pengalaman ... 25

2.1.7 Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 26

2.2 Penelitian Sebelumnya ... 28

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 35

3.1 Kerangka Berpikir ... 35

3.2 Konsep Penelitian ... 38

3.3 Hipotesis Penelitian ... 40

3.3.1 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Audit pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 40

3.3.2 Pengaruh Locus of Control Pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 41

3.3.3 Pengaruh Komitmen Organisasi Pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 43


(11)

x

3.3.4 Pengaruh Pengalaman pada Perilaku Penurunan

Kualitas Audit ... 44

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 45

4.1 Rancangan Penelitian ... 45

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

4.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 47

4.4 Data Penelitian ... 48

4.4.1 Jenis Data ... 48

4.4.2 Sumber Data ... 48

4.5 Populasi dan Sampel ... 48

4.6 Variabel Penelitian ... 52

4.6.1 Identifikasi Variabel ... 52

4.6.2 Definisi Operasional Variabel ... 52

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 61

4.8 Teknik Analisis Data ... 62

4.8.1 Pengujian Intrumen ... 63

4.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 64

4.8.2 Uji Regresi Linear Berganda ... 65

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

5.1 Gambaran Umum Responden dan Data Penelitian ... 68

5.1.1 Deskripsi Responden ... 68

5.1.2 Profil Responden ... 69

5.1.3 Sattistik Deskripsi ... 71

5.2 Uji Instrumen Penelitian ... 73

5.2.1 Uji Validitas ... 74

5.2.2 Uji Reliabilitas ... 74

5.3 Analisis Data ... 75

5.3.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 75

5.3.2 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 78

5.4 Pengujian Hipotesis ... 80

5.5 Pembahasan ... 82

5.5.1 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Audit pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 82

5.5.2 Pengaruh Locus of Control Pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 83

5.5.3 Pengaruh Komitmen Organisasi Pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 85

5.5.4 Pengaruh Pengalaman pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 85

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 88

6.1 Simpulan ... 88


(12)

xi

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(13)

xii

DAFTAR TABEL

4.1 Nama-Nama KAP di Bali Tahun 2016 ... 49

4.2 Proses Pengambilan Sampel ... 51

4.3 Indikator-Indikator Variabel Tekanan Anggaran Waktu ... 54

4.4 Indikator-Indikator Variabel Locus of Control ... 56

4.5 Indikator-Indikator Variabel Komtmen Organisasi ... 57

4.6 Indikator-Indikator Variabel Pengalaman ... 59

4.7 Indikator-Indikator Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 60

5.1 Tingkat Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ... 69

5.2 Karakteristik Responden ... 70

5.3 Hasil Statistik Deskriptif ... 72

5.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 75

5.5 Hasil Uji Normalitas ... 76

5.6 Hasil Uji Multikolineritas ... 77

5.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 78


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kurva U Terbalik ... 19

3.1 Kerangka Berpikir ... 37

3.2 Konsep Penelitian ... 39


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 100

Lampiran 2 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ... 108

Lampiran 3 Statistik Deskriptif Data Uji ... 116

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 117

Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 127

Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas ... 132

Lampiran 7 Hasil Uji Multikolineritas ... 133

Lampiran 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 134


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa yang akan datang mengingat perkembangan bisnis yang semakin kompleks. Pelaku bisnis tidak lagi mengharapkan audit yang dilakukan auditor berbasis transaksi tapi berbasis risiko, sehingga informasi keuangan perusahaan setelah audit menjadi lebih berkualitas. Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan, sehingga dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan harus bersikap independen. Berhasil tidaknya auditor melaksanakan perannya sangat tergantung dari kinerjanya. Kinerja kantor akuntan publik yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja auditor. Menurut DeAngelo (1981) kualitas audit adalah probabilitas auditor dapat menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diaudit.

Diterbitkannya peraturan UU Akuntan Publik No. 5 Tahun 2011, mengenai kode etik akuntan publik, standar professional akuntan publik, dan hukuman bagi pelanggaran untuk mengatur profesi agar akuntan memiliki komitmen kepada profesinya. Namun dalam pelaksanaannya, sering terjadi


(17)

2

bahwa aturan tidak dapat mengantisipasi permasalahan yang terjadi. Kasus di luar negeri diantaranya adalah kasus Enron Corporation dan Worldcom. Enron Corporation adalah perusahaan pemasok energi terbesar di Amerika Serikat sedangkan Worldcom merupakan perusahaan penyedia layanan telpon terbesar kedua di Amerika. Tahun 1997 Enron mengumunkan telah salah menyajikan laba sebesar $600 juta, sehingga harus melakukan penyajian ulang atas laporan keuangan yang telah diaudit sejak empat tahun sebelumnya (Elder et al., 2011).

Kasus Enron melibatkan banyak pihak, diantaranya auditor Enron Corporation, yakni, Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen. KAP Arthur Andersen telah gagal melaporkan ketidaklayakan sistem akuntansi di Enron Corporation (Messier et al., 2006). Praktik penurunan kualitas audit yang dilakukan Kantor

Arthur Andersen antara lain melaporkan hasil audit yang tidak sesuai dengan temuan audit dilapangan kepada publik serta memberikan opini audit terhadap Enron yaitu melaporkan laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan tidak ditemukan adanya manipulasi laporan keuangan. Faktanya Enron telah mengalami kerugian yang sangat besar akan tetapi tidak dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan. Sehingga KAP Arthur Andersen harus ditutup karena telah melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesional auditor.

Kasus yang sama melibatkan Worldcom dan KAP Arthur Andersen yaitu, melakukan praktik akuntansi yang tidak sehat untuk memanipulasi laporan keuangan perusahaan. Worldcom telah memanipulasi dengan melebihsajikan aktiva tetap dan pendapatan bersih (Messier et al., 2006:3). KAP Arthur


(18)

3

Andersen sebagai auditor yang mengaudit Worldcom mengetahuinya namun tidak mengungkapkan kecurangan tersebut dalam opini auditnya.

Kejadian yang terjadi di Indonesia, yaitu Departemen Keuangan sebagai pengawas Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik hampir setiap tahun mengeluarkan Surat Keputusan Pembekuan Ijin Akuntan Publik. Sejak Departemen Keuangan mengintensifkan pengawasannya pada tahun 2002, tercatat ada 10 Kantor Akuntan dibekukan ijin operasinya. Selanjutnya pada tahun 2003 tercatat 5 Akuntan Publik dibekukan ijin operasinya karena melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (Mayangsari, 2003). Sedangkan pada tahun 2005, 2006 2008, dan 2009 Departemen Keuangan kembali mengumumkan pembekuan 5 ijin Akuntan Publik.

Pembekuan Kantor Akuntan Publik oleh Departemen Keuangan dilakukan tanggal 11 Juni 2008 lalu terhadap KAP Drs Tahir Hidayat dan Dody Hapsoro dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 397/KM.1/2008. Pembekuan dilakukan karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) – Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT Pupuk Sriwidjaya (Pesero) dan anak perusahaannya.

Kasus PT. Kimia Farma tbk. Badan Pengawas Pasar Modal dalam siaran pers tanggal 27 Desember 2002 menyatakan Kasus PT Kimia Farma tbk, yaitu menyajikan laba bersih terlalu tinggi karena adanya penggelembungan nilai persediaan dan pencatatan ganda atas penjualan pada laporan keuangan tahun 2001, dan KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma tidak berhasil


(19)

4

mendeteksi kecurangan tersebut meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntansi Publik (SPAP). Pada kasus tersebut, menyebabkan banyak pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar. Kasus PT. Great River International tbk. tahun 2003, bulan November tahun 2006, Departemen Keuangan (DEPKEU) melakukan pembekuan izin selama 2 tahun terhadap Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta. Pelanggaran terhadap SPAP berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River International tbk. Kasus tersebut mencuat ke publik seiring terjadinya gagal bayar obligasi yang diterbitkan perusahaan produsen pakaian. Badan pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan mengindikasikan terjadi praktik

overstatement (pernyataan yang berlebihan) atas penyusunan laporan keuangan

yang melibatkan auditor independen, yaitu akuntan publik Justinus Aditya Sidharta.

Kalbers dan Fogarty (1995) menyatakan kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan. Seorang auditor dituntut untuk dapat meningkatkan kinerjanya agar nantinya dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Kualitas audit selain ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki oleh auditor, juga dipengaruhi oleh perilaku auditor.

Kegiatan auditor tidak lepas dari masalah keperilakuan, seperti adanya kemungkinan auditor melakukan penyimpangan perilaku yang nantinya dapat menurunkan kualitas audit, yaitu disebut dengan perilaku audit disfungsional (dysfunctional audit behavior). Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan


(20)

5

yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas secara langsung maupun tidak langsung (Otley dan Pierce, 1996a). Tindakan-tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit secara langsung disebut sebagai Perilaku Reduksi Kualitas Audit (Audit Quality Reduction Behaviors),

sedangkan yang dapat mereduksi kualitas audit secara tidak langsung disebut perilaku underreporting of time (Otley dan Pierce, 1996a).

Perilaku Reduksi Kualitas Audit (RKA) merupakan setiap tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan prosedur audit yang mereduksi efektifitas bukti-bukti audit yang dikumpulkan (Malone dan Robert, 1996). Contoh perilaku RKA adalah penghentian prematur prosedur audit, review yang minim atas dokumen klien, tidak menginvestasikan kesesuaian perlakuan akuntansi yang diterapkan klien, penerimaan atas penjelasan klien yang tidak memadai, mengurangi pekerjaan audit dari yang seharusnya dilakukan, dan tidak memperluas jangkuan pengauditan ketika terdeteksi transaksi atau pos yang meragukan (Pierce dan Sweeney, 2004). Perilaku tersebut berdampak negatif bagi hasil laporan audit pemeriksa, karena kelengkapan bukti audit yang telah dikumpulkan selama pemeriksaan menjadi diragukan keandalannya dalam proses menyatakan pendapat auditor atas laporan keuangan klien. Coram et al. (2003)

menyatakan bahwa probabilitas auditor menerbitkan opini yang salah semakin tinggi ketika auditor melaksanakan tindakan (RKA) dalam pelaksanaan program audit.


(21)

6

Donelly et al. (2003) menyatakan terdapat tiga perilaku penyimpangan

audit, yaitu: 1) Underreporting of audit time, yaitu tindakan melaporkan waktu

audit dengan total waktu yang lebih pendek dari waktu yang sebenarnya, 2)

Replacing and alerting original audit prosedures, yaitu tindakan merubah

prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan, 3) Prematur

sign off of audit step without completion of the procedure, yaitu tindakan

penyelesaian langkah-langkah audit terlalu dini, tanpa melengkapi keseluruhan prosedur.

Perilaku penurunan kualitas audit yang dilakukan oleh seorang auditor disebabkan, antara lain karena faktor situasional dan karakteristik individual auditor. Faktor situasional yang diuji dalam penelitian adalah tekanan anggaran waktu dalam pelaksanaan audit. Karakteristik individual auditor yang dikaji dalam penelitian ini adalah locus of control, komitmen auditor terhadap organisasinya

dan pengalaman. Auditor sebagai individu yang memiliki faktor bawahan juga diperkirakan mempengaruhi kinerja auditor. Faktor bawahan berupa locus of

control, pengalaman dan kemampuan yang dirasakan (Engko dan Gudono, 2007).

Tekanan anggaran waktu dari pihak manajemen merupakan faktor utama yang dapat mengurangi kualitas audit dan kinerja auditor (Willet dan Page, 1996).

Menurut Mc Namara dan Gregory (2008) menunjukkan berbagai variasi penyebab tekanan sehubungan dengan tekanan anggaran waktu yang sering dijumpai di lingkungan audit. Alokasi waktu audit yang tidak tepat akan dapat mengakibatkan munculnya perilaku yang mengurangi kualitas audit. Cook dan Kelley (1988) menyatakan anggaran waktu audit yang ketat dapat mendorong


(22)

7

auditor melakukan tindakan audit disfungsional dalam melaksanakan prosedur audit karena ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas audit sehingga auditor cenderung menempuh cara disfungsional (dengan melakukan RKA) dibandingkan dengan cara fungsional (meminta tambahan anggaran waktu atau bekerja lebih giat). Cook dan Kelley (1988) menyimpulkan perilaku audit disfungsional cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor dalam pelaksanaan tugas audit. Hasil penelitian McNamara dan Liyanarachichi (2008) menyatakan berkurangnya anggaran waktu menyebabkan perilaku penuruan kualitas audit meningkat secara signifikan. Artinya semakin tinggi tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor dalam pelaksanaan program audit, maka semakin meningkat kecenderungan auditor berperilaku disfungsional.

Locus of control, yaitu tingkat di mana individu meyakini bahwa mereka

adalah penentu nasib mereka sendiri (Robbins, 2008:138). Locus of control

menggambarkan tingkat keyakinan seseorang yang dapat mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya (Rotter, 1966). Locus of control terdiri atas locus of control internal dan locus of control

eksternal. Seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya

berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, sedangkan

individu yang meyakini bahwa tindakan yang mereka lakukan mempengaruhi apa yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar yang di luar kontrolnya, seperti kesempatan atau keberuntungan disebut memiliki locus of


(23)

8

eksternal cenderung untuk berperilaku disfungsional dibandingkan dengan auditor yang memiliki locus of control internal. Silaban (2009) beberapa perbedaan

perilaku individual yang diakibatkan oleh locus of control eksternal, antara lain:

locus of control eksternal kurang bertanggung jawab atas konsekuensi dari

tindakan yang mereka perbuat, individu yang memiliki locus of control eksternal

cenderung memilih strategi berfokus emosi dalam menanggulangi suatu kendala. Hasil penelitian Donnelly et al. (2003) dan Wintari (2015) menunjukkan adanya

hubungan yang positif antara locus of control eksternal dengan penerimaan

perilaku audit disfungsional. Hasil penelitian yang berbeda, yaitu penelitian Andani dan Mertha (2014) locus of control eksternal berpengaruh negatif

signifikan pada penghentian prematur prosedur audit.

Karakteristik personal lainnya yang digunakan pada penelitian ini adalah komitmen auditor terhadap organisasinya. Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan di mana seorang auditor memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu (Robbins, 2003). Auditor yang memiliki komitmen organisasional akan memiliki tingkat loyalitas yang lebih baik dan lebih bersedia melakukan pekerjaan melebihi apa yang seharusnya dikerjakan. Auditor yang memiliki komitmen organisasi yang rendah cenderung berperilaku disfungsional dibandingkan dengan auditor yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi. Hasil Penelitian Aisyah, dkk. (2014) menunjukkan komitmen organisasi berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2012) menunjukkan bahwa terdapat


(24)

9

pengaruh positif kinerja auditor secara parsial terhadap perilaku menyimpang dalam audit. Tingginya komitmen organisasional akan meminimalkan keinginan untuk pindah kerja yang akan berdampak pada rendahnya penerimaan perilaku disfungsioanal auditor serta auditor yang berkomitmen tinggi akan mempunyai usaha yang keras dan akan mempunyai kinerja yang lebih baik daripada yang tidak berkomitmen.

Hutabarat (2012) menyatakan bahwa pengalaman seorang auditor berpengaruh terhadap kualitas audit yang artinya bahwa semakin tinggi pengalaman maka akan memberikan dampak positif pada peningkatan kualitas audit. Menjadi seorang auditor harus memiliki pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung di bidang auditing serta memiliki latar belakang pendidikan formal akuntansi dan auditing (Meidawati, 2001). Standar umum yang pertama mensyaratkan akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan prosedur audit. Pendidikan formal akuntan publik dan pengalaman kerja dalam profesinya merupakan dua hal yang saling melengkapi (Mulyadi, 2002). Keunggulan auditor yang memiliki pengalaman antara lain: (1) mereka lebih banyak mengetahui kesalahan, (2) mereka lebih akurat mengetahui kesalahan, (3) mereka tahu kesalahan tidak khas, (4) pada umumnya hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor kesalahan (ketika kesalahan terjadi dan tujuan pengendalian internal dilanggar) menjadi lebih menonjol (Tubbs, 1992). Winarna (2001) mengemukakan seorang auditor dalam membuat laporan audit harus memiliki pengalaman yang cukup, karena pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi


(25)

10

informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat.

Secara umum auditor yang berpengalaman akan bekerja dengan sebaik-baiknya dan menghindari perilaku yang menyimpang karena mereka memahami risiko yang akan dihadapi. Menurut Davis (1996) auditor yang berpengalaman juga memperlihatkan tingkat selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan. Dengan memakai subjek analis keuangan, Whitecotton (1996) mengungkapkan bahwa pengalaman memiliki dampak positif terhadap ketelitian. Analis keuangan yang berpengalaman memiliki ketelitian yang lebih baik daripada yang belum berpengalaman. Dalam meminimalisir adanya kesalahan-kesalahan ingatan (memory errors) bagi auditor pada saat penugasan audit maka

pengalaman juga memberikan pengaruh cukup besar (Moeckel, 1990). Hasil Penelitian Indarto (2011) menunjukkan pengalaman auditor berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Menemukan hasil yang berbeda dimana menurut Anderson dan Maletta (1994) semakin berpengalaman atau familiar individu dengan tugas yang dikerjakan, maka individu itu semakin berani menghadapi risiko dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks pengauditan, studi Anderson dan Maletta (1994) menunjukkan para auditor yang kurang berpengalaman bila dibandingkan auditor yang lebih berpengalaman terlalu berfokus pada bukti-bukti atau informasi negatif dan lebih semakin negatif juga pertimbangan audit yang mereka buat. Pemikiran yang sama juga berlaku untuk melihat perilaku auditor dalam menjalankan tugas audit, bahwa auditor


(26)

11

yang berpengalaman cenderung berani mengambil risiko untuk menurunkan kualitas audit, dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman.

Subjek penelitian ini adalah auditor KAP di Bali. Di Provinsi Bali tercatat ada 8 (delapan) KAP, diantaranya 2 KAP pernah dibekukan ijinnya oleh Kementerian Keuangan selama 6 (enam) bulan. Pembekuan dilakukan karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan dana pensiun pada PT. Bank Dagang Bali pada Tahun 2009 (Dharmawan, 2015)

Selain fenomena tersebut, pemilihan KAP di Bali didasarkan pada dimensi lokasi, dimensi waktu, dan kultur daerah. Subjek penelitian McNamara dan Liyanarachichi (2008) adalah auditor KAP di New Zealand; Simanjuntak (2008) adalah auditor KAP di Jakarta; Silaban (2009) adalah auditor KAP di Jakarta, Medan, dan Surabaya, Indarto (2011) adalah auditor KAP Semarang. Perbedaan kultur daerah akan memengaruhi karakter atau personality

(kepribadian) seseorang yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etis (Crismastuti dan Vena, 2006). Penelitian ini menjadi penting dengan alasan kultur yang berbeda di setiap daerah yang membawa perilaku yang berbeda pula. Mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku penurunan kualitas audit tersebut sangat membantu dalam meningkatkan kualitas opini audit, sehingga respon yang kurang positif dari para pemakai laporan keuangan dapat diminimalisir.


(27)

12

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumusan masalah disusun sebagai berikut:

1) Apakah tekanan anggaran waktu berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit?

2) Apakah locus of control berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas

audit?

3) Apakah komitmen organisasi berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit?

4) Apakah pengalaman berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh tekanan anggaran waktu pada perilaku penurunan kualitas audit.

2) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh locus of control pada

perilaku penurunan kualitas audit.

3) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh komitmen organisasi pada perilaku penurunan kualitas audit.

4) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh pengalaman pada perilaku penurunan kualitas audit.


(28)

13

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diberikan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan memperkaya literatur akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit. Secara spesifik hasil penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris untuk mengkonfirmasi temuan penelitian-penelitian sebelumnya yang masih menunjukkan hasil yang beragam. Mengenai pengaruh locus of control,

komitmen organisasi, dan pengalaman sebagai faktor individual yang dikaitkan dengan teori atribusi, dimana perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, dan kekuatan eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar seseorang. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan bukti empiris pengaruh tekanan anggaran waktu yang didukung oleh teori U terbalik, menjelaskan hubungan antara stress dan kinerja, dimana ketika individu memiliki level stress yang rendah dan sedang dapat memberikan stimulasi terhadap individu untuk dapat bekerja dengan lebih baik dan begitu juga sebaliknya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan (referensi) bagi para peneliti yang berminat dalam bidang sejenis.


(29)

14

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini, khususnya kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) mengenai fenomena perilaku penyimpangan audit, khususnya perilaku penurunan kualitas audit oleh auditor. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti KAP dalam merumuskan kebijakan berbagai bidang yaitu: penentuan anggaran waktu audit, sistem evaluasi terhadap kinerja personal auditor, dan rekruitmen auditor baru, dan standar untuk menyempurnakan pedoman pelaksanaan kerja bagi auditor. Selain itu agar selalu mempertimbangkan karakteristik individual dalam penyusunan tim audit dan penetapan anggaran waktu audit.


(30)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Landasan teori merupakan dasar berpikir yang bersumber dari suatu teori yang relevan dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan kajian teoretis dan kajian empiris. Kajian teorites dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan

supporting theory. Grand theory, yaitu teori atribusi, sedangkan supporting

theory, yaitu teori U terbalik, tekanan anggaran waktu, locus of control, komitmen

organisasi, dan pengalaman. Kajian empiris dalam penelitian ini berasal dari

research yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

2.1.1 Teori Atribusi (Attribution Theory)

Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya (Suartana, 2010:181). Teori atribusi mengargumentasikan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, dan kekuatan eksternal orang lain, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Teori ini mengacu pada bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau diri sendiri yang ditentukan dari internal atau eksternal dan pengaruhnya terhadap perilaku individu (Luthans, 2006).


(31)

16

Malone dan Robert (2009) mengatakan bahwa faktor penyebab tindakan pengurangan kualitas audit adalah faktor situsional saat melakukan audit seperti

review procedure dan quality control, dan time-budget pressures, serta faktor

internal, yaitu sisi personalitas dan karakter pribadi auditor. Salah satu karakter pribadi auditor tercermin dalam karakteristik profesional, komitmen organisasi, keinginan bertahan pada KAP tempat bekerja, pengalaman bekerja sebagai auditor, maupun etika profesional yang mendasari kerja dari seorang auditor. Pada penelitian yang dilakukan ini akan dikaji mengenai tekanan anggaran waktu,

locus of control, komitmen organisasi dan pengalaman.

Dalam teori atribusi Correspondent Inference, perilaku berhubungan

dengan sifat atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut serta prediksi perilaku seseorang dalam menghadapi situasi tetentu. Hubungan yang demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan (correspondent inference), (Febrina,

2012). Hubungan tersebut dapat diamati melalui hal berikut.

1) Melihat kewajaran perilaku. Orang yang bertindak wajar sesuai dengan keinginan masyarakat, sulit untuk dikatakan bahwa tindakannya merupakan cermin karakternya, bisa saja karena suatu keharusan.

2) Pengamatan terhadap perilaku yang terjadi pada situasi yang memunculkan beberapa pilihan.

3) Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa dilakukan. Contohnya, seorang juru tulis diminta menjadi juru bayar. Dengan peran


(32)

17

baru, tampak keaslian perilaku yang merupakan gambaran kepribadiannya.

Gordon dan Graham (2006) menjelaskan situasi di sekitar yang menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial disebut dengan

dispositional attributions dan situational attributions. Dispositional attributions

merupakan penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku individual yang ada dalam diri seseorang, misalnya keperibadian, persepsi diri, kemampuan, dan motivasi. Sedangkan situational attributions merupakan penyebab eksternal yang

mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi perilaku, misalnya kondisi sosial, nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan teori atribusi karena peneliti melakukan studi empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor dalam menerima dysfunctional audit behavior, khususnya pada karakteristik personal

auditor itu sendiri. Karakteristik personal menjadi penentu utama dalam penerimaan dysfunctional audit behavior karena merupakan faktor internal yang

mendorong seorang individu untuk melakukan suatu aktivitas (Febrina, 2012). Berdasarkan teori Konsensus Weiner (Febrina, 2012), keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau eksternal. Ketika seseorang dengan

need of achievement tinggi telah sukses, dia akan menganggap keberhasilan itu

berasal dari faktor internal (usaha dan kemampuan) serta cenderung menganggap kegagalan sebagai tindakan yang kurang usaha bukan karena tidak mampu.


(33)

18

2.1.2 Teori U Terbalik

Hubungan antara stress dan kinerja dalam sejumlah penelitian banyak dijelaskan dengan menggunakan pola U terbalik. Pola U terbalik pertama kali didokumentasikan oleh Yerkes dan Dodson pada tahun 1908 yang dikenal sebagai hukum Yerkes-Dodson (Adler dan Fich, 2012), yang menyatakan kinerja meningkat sesuai dengan stimulus tetapi hanya pada sampai titik tertentu, ketika tingkat stimulus menjadi tinggi, kinerja justru menurun, sehingga disimpulkan terdapat stimulus optimal untuk aktivitas tetentu. Menurut Baumler (1994) dalam Adler dan Fich (2012), hukum ini telah digunakan untuk menjelaskan pengaruh reward, motivasi, stimulus, dan stres pada pembelajaran, kinerja, pemecahan masalah atau memori. Penelitian dalam psikologi telah menemukan bukti hubungan lengkung antara stimulus (arousal) dan kinerja (performance).

Robbins (2015:435) menyatakan level stress yang rendah hingga sedang memberikan stimulus terhadap individu untuk dapat bekerja lebih baik, lebih intesns, atau lebih cepat. Sebaliknya, level stres yang tinggi akan memberikan banyak tuntutan yang dapat menghasilkan kinerja yang lebih rendah. Beberapa studi telah memberikan bukti yang mendukung hukum Yerkes-Dodson, seperti Choo (1995); Kelly dan Margheim (1990); Kelly dan McGrath (1982);. Smith et

al. (1997); Sweeney dan Pierce (2004) dalam Bowrin dan King (2010). Choo

(1986) dalam Silaban (2009) menemukan terdapat hubungan bentuk U-terbalik antara stress kerja dengan kinerja tugas. Choo (1995) dalam Bowrin dan King (2010) melaporkan hubungan antara tekanan waktu dan keakuratan penilaian auditor berbentuk U terbalik. Dalam melaksanakan pekerjaannya, auditor berpacu pada anggaran waktu yang telah ditetapkan. Anggaran waktu yang ketat dapat


(34)

19

menimbulkan tekanan bagi auditor yang menyebabkan stress. Stress dalam tahap rendah hingga menengah tersebut akan memacu auditor dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga menjadi lebih intensif dan lebih baik. Oleh karena itu, auditor dapat memenuhi anggaran waktu yang telah ditetapkan tanpa mengabaikan kualitas dengan tetap memperhatikan independensi, kode etik dan prinsip-prinsip yang berlaku.

Tinggi

Kinerja

Rendah

Rendah Stres Tinggi

Gambar 2.1

Kurva U Terbalik: Hubungan antara Stres dan Kinerja

2.1.3 Tekanan Anggaran Waktu

Tekanan anggaran waktu merupakan kendala yang terjadi pada perikatan audit karena keterbatasan sumber daya berupa waktu yang dialokasikan untuk


(35)

20

melaksanakan seluruh tugas audit (DeZoort dan Lord, 1997). Temuan hasil survey yang dilakukan secara luas di Amerika Serikat oleh Rhode mengindikasikan adanya insiden yang menganggu dari perilaku disfungsional auditor yang utamanya disebabkan oleh tekanan anggaran waktu (Otley dan Pierce 1996b).

Pada saat seorang auditor mengalami tekanan anggaran waktu, maka auditor akan memberikan respon dengan dua cara, yaitu fungsional dan disfungsional (De Zoort dan Lord, 1997). Tipe fungsional merupakan perilaku auditor untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya (Kelley dan Seiler, 1982; Cook dan Kelley, 1991; Otley dan Pierce, 1996a). Tipe disfungsional merupakan perilaku auditor yang berpotensi menyebabkan perilaku penurunan kualitas audit (Rhode dalam Simanjuntak 2008). Akers dan Eton (2003) menyatakan, saat auditor merasakan tekanan anggaran waktu selama pelaksanaan tugas audit, maka auditor kemungkinan bertindak dengan cara fungsional, dengan melaksanan prosedur audit sebagaimana mestinya dan melaporkan waktu sesungguhnya yang digunakan dalam pelaksanaan tugas tersebut, dengan cara disfungsional, yaitu tidak melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi auditor mengklaim bahwa mereka telah melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya. Cara disfungsional ini merupakan cara auditor mengatasi tekanan anggaran waktu dengan perilaku penurunan kualitas audit.

Standar audit, sebelum melaksanakan audit, auditor harus merencanakan dan mengendalikan pekerjaannya secara efektif dan efisien. Semakin kompetitifnya setiap KAP dalam memberikan jasa audit, KAP dituntut untuk dapat beroperasi secara efektif dan efisien. KAP diharuskan mengumpulkan bukti


(36)

21

kompeten yang cukup dalam memenuhi standar professional, dan sisi lain KAP diharuskan melakukan efisiensi melalui pengendalian biaya audit. Sebagian besar biaya audit ditimbulkan oleh waktu audit, maka untuk meningkatkan efisiensi salah satu usaha yang sering ditempuh KAP adalah menetapkan anggaran waktu audit secara ketat. Akibatnya, auditor merasa tertekan, dan dapat merugikan publik, yaitu memunculkan perilaku yang mengancam kualitas audit. Berikut tindakan yang mungkin dilakukan oleh auditor yang merasakan tekanan anggaran waktu:

1) Melaksanakan proses audit sebagaimana mestinya dan melaporkan waktu sebenarnya yang digunakan dalam pelaksanaan tugas tersebut.

2) Melaksanakan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi memanipulasi catatan waktu dengan tidak melaporkan waktu sebenarnya yang digunakan untuk pelaksanaan tugas audit.

3) Tidak melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi auditor mengklaim bahwa mereka telah melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya. Dalam hal ini auditor menanggulangi keandalan dengan perilaku reduksi kualitas audit.

2.1.4 Locus of Control

Locus of control atau pusat kendali adalah salah satu variabel kepribadian

(personility), yang membedakan perilaku atau tindakan seseorang dengan orang

lain. Seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, sedangkan


(37)

22

control yaitu tingkat dimana individu meyakini bahwa mereka adalah sebagai

penentu nasib mereka sendiri (Robbins, 2008:138). Locus of control

menggambarkan tingkat keyakinan seseorang yang dapat mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya (Rotter, 1966). Locus of control terdiri atas locus of control internal dan locus of control

eksternal. Seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya

berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, sedangkan

individu yang meyakini bahwa tindakan yang mereka lakukan mempengaruhi apa yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar yang di luar kontrolnya, seperti kesempatan atau keberuntungan disebut memiliki locus of

control eksternal (Lefcourt, 1982). Auditor yang memiliki locus of control

eksternal cenderung untuk berperilaku disfungsional dibandingkan dengan auditor yang memiliki locus of control internal.

Silaban (2009) menyatakan dalam literatur psikologi ditunjukkan beberapa perbedaan perilaku individual yang diakibatkan oleh locus of control

individu, yaitu:

1) Perbedaan atas tanggung jawab atau konsekuensi dari suatu tindakan yang dilakukan.

Individu yang memiliki locus of control internal pada umumnya lebih

bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan yang mereka perbuat dibandingkan dengan individu dengan locus of control ekternal.

2) Perbedaan dalam memandang keterkaitan dari suatu kejadian dengan kejadian berikutnya.


(38)

23

Individu dengan locus of control internal memandang kejadian atau

pengalaman adalah saling berkaitan dan mereka belajar dari pengalaman yang berulang, pada pihak lain individu yang memiliki locus of control

eksternal cenderung memandang suatu kejadian atau pengalaman tidak berhubungan dengan kejadian berikutnya dan mereka tidak belajar dari pengalaman.

3) Saat memandang suatu kondisi atau keadaan yang mereka hadapi.

Individu yang memiliki locus of control internal cenderang memandang

suatu keadaan atau kondisi sebagai peluang atau kondisi yang tidak menimbulkan tekanan (stres), sedangkan pihak yang memiliki locus of

control eksternal cenderung memandang suatu kondisi atau keadaan sebagai

ancaman atau menimbulkan tekanan stres. 4) Perbedaan dalam menanggulangi tekanan.

Pada saat mengatasi suatu kondisi yang dapat menimbulkan stres individu yang memiliki locus of control internal cenderung menggunakan strategi

berfokus masalah yaitu dengan mengelola atau merubah tekanan, sementara individu dengan locus of control eksternal cenderung menggunakan strategi

berfokus emosi yaitu dengan menyerah pada masalah.

Hasil penelitian Donnelly et al. (2003) dan Wintari (2015) menunjukkan

adanya hubungan yang positif antara locus of control eksternal dengan


(39)

24

2.1.5 Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi, komitmen organisasional merupakan siakp yang menunjukkan “loyalitas” karyawan dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kesusksesan dan kebaikan organisasinya (Luthans dalam Setiyadi, 2002). Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu keadaan dimana seseorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotannya dalam organisasi. Komitmen dibutuhkan oleh organisasi agar sumber daya manusia yang kompeten di dalam organisasi dapat terjaga dan terpelihara dengan baik. Tanpa adanya komitmen organisasi yang kuat dalam diri setiap individu, tidak akan mungkin suatu organisasi dapat berjalan dengan maksimal. Komitmen yang kuat sangat berhubungan erat dengan rasa memiliki individu setiap organisasi.

Komitmen organisasi ini ditandai dengan adanya kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan untuk mengusahakan tercapainya tujuan organisasi, dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan diri dalam organisasi. Individu yang memiliki komitmen yang tinggi akan cenderung lebih sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi, mau memberikan kontribusi lebih kepada organisasi dan berinisiatif memberikan manfaat kepada organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan komitmen tinggi akan bertanggung jawab dalam pekerjaannya.


(40)

25

2.1.6 Pengalaman

Menurut Noviari dkk. (2001) mendefinisikan pengalaman sebagai lamanya seseorang menghabiskan waktu untuk berkarya dalam menerapkan keahliannya di masyarakat. Gusnardi (2003) mengemukakan bahwa pengalaman audit (audit experience) dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat

auditor bekerja, tahun pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan, keahlian yang dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor tentang audit. Masalah penting yang berhubungan dengan pengalaman auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor.

Menurut Butt (1988) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat pertimbangan yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman. Jadi seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih tinggi tingkat skeptisme profesionalnya dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Menurut Herliansyah (2006), seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Hal ini dipertegas oleh Haynes et al. (1998) yang menemukan

bahwa pengalaman audit yang dimiliki auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.


(41)

26

Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens dkk., 2000). Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002). Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan (Alim dkk., 2007).

2.1.7 Perilaku Penurunan Kualitas Audit

Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan terdapat ancaman terhadap penurunan kualitas audit sebagai akibat audit disfungsional yang kadang-kadang dilakukan auditor dalam praktik audit (misalnya: Alderman dan Deitrick, 1982; Kelley dan Margheim, 1990; Pierce dan Sweeney, 2004). Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung (Otley dan Pierce, 1996).

Kegiatan auditor tidak lepas dari masalah keperilakuan, seperti adanya kemungkinan auditor melakukan penyimpangan perilaku yang nantinya dapat menurunkan kualitas audit yaitu disebut dengan (dysfunctional audit behavior).


(42)

27

Tingkat perilaku disfungsional yang sangat mengganggu berhubungan dengan profesi auditing (Otley dan Pierce, 1995). Menurut Jansen dan Glinow (1985) dalam Malone dan Roberts (1996), perilaku individu merupakan refleksi dari sisi personalitasnya sedangkan faktor situsional yang terjadi saat itu akan mendorong seseorang untuk membuat suatu keputusan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku disfungsional audit dapat disebabkan oleh faktor karakteristik personal dari auditor (faktor internal) serta faktor situsional saat melakukan audit (faktor eksternal). Faktor situsional yang diuji dalam penelitian adalah tekanan anggaran waktu dalam pelaksanaan audit. Karakteristik individual auditor yang dikaji dalam penelitian ini adalah locus of control, komitmen auditor

terhadap organisasinya dan pengalaman. Auditor sebagai individu yang memiliki faktor bawahan juga diperkirakan mempengaruhi kinerja auditor. Faktor bawahan berupa locus of control, pengalaman dan kemampuan yang dirasakan (Enko dan

Gudono, 2007).

Perilaku penurunan kualitas audit mengakibatkan bukti-bukti yang dikumpulkan selama pelaksanaan audit tidak dapat diandalkan sehingga bukti-bukti tersebut tidak kompeten dan cukup sebagai dasar memadai bagi auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan yang terdapat dalam laporan keuangan yang diaudit (Silaban, 2009). Perilaku penurunan kualitas audit diantaranya adalah penghentian prematur atas prosedur audit, menerima penjelasan klien yang lemah, membuat ulasan dokumen klien secara dangkal, gagal meneliti kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan klien, dan mengurangi pekerjaan audit dari yang seharusnya dilakukan (Malone dan Robert,


(43)

28

1996; Otley dan Pierce, 1996a). Menurut Silaban (2009) tindakan-tindakan yang disebutkan tadi di atas secara langsung mereduksi kualitas audit karena auditor memilih untuk tidak melaksanakan seluruh tahapan program audit secara cermat dan seksama.

Tindakan penggantian prosedur audit (altering of audit procedure) juga

termasuk sebagai tindakan yang mereduksi kualitas audit secara langsung. Pada umumnya tindakan ini dilakukan karena auditor beroendapat bahwa prosedur yang telah ditetapkan memerlukan waktu yang lama untuk diterapkan sehingga auditor melakukan penggantian prosedur audit sesuai dengan kehendaknya. Prosedur audit yang tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan menyebabkan hasil audit diragukan kualitasnya.

Perilaku yang mereduksi kualitas audit langsung (RKA) dapat digolongkan sebagai perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis adalah setiap tindakan yang diperbuat seseorang yang dapat berdampak buruk pada pihak lain, dan tindakan tersebut menyimpang dari aturan yang berlaku dan secara moral tidak dapat diterima (Jones, 1991).

2.2 HasilPenelitian Sebelumnya

Penelitian Cook dan Kelly (1988), variabel yang digunakan tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor dalam pelaksanaan audit dan cara yang ditempuh auditor untuk menanggulanggi tekanan anggaran waktu. Sampel penelitian adalah 73 auditor dari semua level. Hasil penelitian menunjukkan tekanan anggaran wkatu yang dirasakan auditor meningkat dibandingkan dengan


(44)

29

hasil studi 1982, auditor senior dan staf auditor cenderung menghadapai tekanan anggaran waktu yang lebih besar daripada auditor posisi level atas (partner dan manajer), dan cara yang ditempuh auditor dalam mengatasi tekanan anggaran waktu cenderung dengan melakukan perilaku audit disfungsional. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu tekanan anggaran waktu dan perilaku penurunan kualitas audit. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan locus of control; komitmen organisasi;

pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian Otley dan Pierce (1996b), variabel yang digunakan tekanan anggaran waktu; komitmen profesional; dan gaya kepemimpinan manajer pada perilaku audit disfungsional. Sampel penelitian adalah 356 auditor senior pada tiga perusahaan yang tergolong dalam The Big Six di Irlandia. Kuesioner yang

dapat digunakan 260 buah. Hasil penelitian menunjukkan ketercapaian anggaran waktu dan gaya kepemimpinan manajer berpengaruh pada perilaku audit disfungsional; serta komitmen profesional tidak berpengaruh pada perilaku audit disfungsional. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu tekanan anggaran waktu dan perilaku penurunan kualitas audit. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan locus of control;

komitmen organisasi; pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian Coram, et al (2003), variabel yang digunakan karakteristik

individu yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal pada


(45)

30

Kuesioner yang digunakan sebanyak 106 buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor dengan locus of control eksternal lebih menerima perilaku audit

disfungsional dibandingkan auditor yang memiliki locus of control internal.

Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu

locus of control internal dan eksternal dan perilaku penurunan kualitas audit.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan tekanan anggaran waktu; komitmen organisasi; pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian dilakukan oleh Simanjuntak (2008), variabel yang digunakan

time budget pressure dan risiko kesalahan pada penurunan kualiatas audit.

Populasi penelitian adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik The

Big Four dan Non- The Big Four di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tekanan anggaran waktu dan resiko audit berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu tekanan anggaran waktu dan perilaku penurunan kualitas audit. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan locus of control;

komitmen organisasi; pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Silaban (2009), variabel yang digunakan adalah locus of control, komitmen profesional, tekanan anggaran waktu audit,

posisi auditor, tipe KAP, perilaku reduksi kualitas audit, dan underreporting of

time. Sampel penelitian, yaitu 1.500 responden di 90 KAP di Kota Jakarta,


(46)

31

(locus of control dan dimensi komitmen profesional) berpengaruh pada tekanan

anggaran waktu yang dirasakan dan perilaku audit disfungsional (RKA dan URT); selanjutnya tekanan anggaran waktu yang dirasakan berpengaruh terhadap perilaku audit disfungsional; serta posisi auditor di KAP dan tipe KAP berpengaruh pada model perilaku audit disfungsional (RKA dan URT). Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu

locus of control; tekanan anggaran waktu audit; dan perilaku reduksi kualitas

audit. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan komitmen organisas; pengalaman; serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Indarto (2011) variabel yang digunakan

time pressure atas prosedur audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penghentian premature atas prosedur audit. Sebaliknya variabel review procedure

dan quality control oleh Kantor Akuntan Publik, Komitmen pada organisasi

auditor; komitmen professional auditor; prosedur dan kesadaran etis berpengaruh negatif secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Sedangkan pengalaman dalam mengaudit meski berpengaruh negatif pada penghentian prematur atas prosedur audit. Sampel penelitian adalah 71 auditor di Akuntan Publik di Semarang. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu time pressure; ,komitmen organisasi; dan

pengalaman. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan locus of


(47)

32

Penelitian yang dilakukan oleh Triono dkk. (2012), variabel yang digunakan adalah locus of control, komitmen organisasional, posisi auditor di

KAP, dan perilaku disfungsional audit. Hasil penelitiannya, yaitu: locus of control

berpengaruh negatif signifikan terhadap komitmen organisasional; locus of

control berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional

audit; posisi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional; posisi auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit; komitmen organisasional berpengaruh negatif signifkan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit; locus of control,

posisi auditor, dan komitmen organisasional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu locus of control;

komitmen organisasi; dan perilaku disfungsional audit. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan tekanan anggaran waktu audit; pengalaman; serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian Hastuti (2013) membuktikan bahwa tekanan anggaran waktu berhubungan positif dengan perilaku audit disfungsional, yang artinya semakin tinggi tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor, maka kecenderungan melakukan perilaku penurunan kualitas audit semakin meningkat. Locus of

control eksternal berpengaruh positif dengan perilaku audit disfungsional yang

artinya semakin tinggi locus of control eksternal seorang auditor, maka semakin

tinggi juga keinginan auditor tersebut untuk melakukan perilaku penurunan kualitas audit. Locus of control internal berpengaruh negatif terhadap perilaku


(48)

33

penurunan kualitas audit, artinya semakin tinggi locus of control internal yang

dimiliki seseorang maka semakin kecil keinginan auditor melakukan tindakan penurunan kualitas audit. Hasil penelitian komitmen professional afektif, kontinu, dan normatif berhubungan negatif dengan perilaku penurunan kualitas audit. Hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki komitmen professional afektif, kontinu, dan normatif rendah lebih cenderung melakukan perilaku penurunan kualitas audit dibandingkan auditor yang memiliki komitmen profesional afektif, kontinu, dan normatif kuat.

Wintari (2015) membuktikan bahwa tekanan anggaran waktu berhubungan positif dengan perilaku audit disfungsional, yang artinya semakin tinggi tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor, maka kecenderungan melakukan perilaku penurunan kualitas audit semakin meningkat. Locus of

control eksternal berpengaruh positif dengan perilaku audit disfungsional yang

artinya semakin tinggi locus of control eksternal seorang auditor, maka semakin

tinggi juga keinginan auditor tersebut untuk melakukan perilaku penurunan kualitas audit. Locus of control internal berpengaruh negatif terhadap perilaku

penurunan kualitas audit, artinya semakin tinggi locus of control internal yang

dimiliki seseorang maka semakin kecil keinginan auditor melakukan tindakan penurunan kualitas audit. Hasil penelitian komitmen professional afektif, kontinu, dan normatif berhubungan negatif dengan perilaku penurunan kualitas audit. Hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki komitmen professional afektif, kontinu, dan normatif rendah lebih cenderung melakukan perilaku penurunan kualitas audit dibandingkan auditor yang memiliki komitmen profesional afektif, kontinu, dan


(49)

34

normatif kuat. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu locus of control eksternal; tekanan anggaran waktu audit; dan perilaku

disfungsional audit. Populasi penelitian adalah seluruh pegawai yang berstatus sebagai pejabat fungsional auditor di Perwakilan BPKP Provinsi Bali yang berjumlah 70 orang di tahun 2015. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan komitmen organisasi; pengalaman; serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.


(1)

hasil studi 1982, auditor senior dan staf auditor cenderung menghadapai tekanan anggaran waktu yang lebih besar daripada auditor posisi level atas (partner dan manajer), dan cara yang ditempuh auditor dalam mengatasi tekanan anggaran waktu cenderung dengan melakukan perilaku audit disfungsional. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu tekanan anggaran waktu dan perilaku penurunan kualitas audit. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan locus of control; komitmen organisasi; pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian Otley dan Pierce (1996b), variabel yang digunakan tekanan anggaran waktu; komitmen profesional; dan gaya kepemimpinan manajer pada perilaku audit disfungsional. Sampel penelitian adalah 356 auditor senior pada tiga perusahaan yang tergolong dalam The Big Six di Irlandia. Kuesioner yang dapat digunakan 260 buah. Hasil penelitian menunjukkan ketercapaian anggaran waktu dan gaya kepemimpinan manajer berpengaruh pada perilaku audit disfungsional; serta komitmen profesional tidak berpengaruh pada perilaku audit disfungsional. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu tekanan anggaran waktu dan perilaku penurunan kualitas audit. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan locus of control; komitmen organisasi; pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian Coram, et al (2003), variabel yang digunakan karakteristik individu yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal pada perilaku audit disfungsional. Sampel penelitian adalah 205 auditor pada 10 KAP.


(2)

Kuesioner yang digunakan sebanyak 106 buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor dengan locus of control eksternal lebih menerima perilaku audit disfungsional dibandingkan auditor yang memiliki locus of control internal. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu

locus of control internal dan eksternal dan perilaku penurunan kualitas audit.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan tekanan anggaran waktu; komitmen organisasi; pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian dilakukan oleh Simanjuntak (2008), variabel yang digunakan

time budget pressure dan risiko kesalahan pada penurunan kualiatas audit.

Populasi penelitian adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik The

Big Four dan Non- The Big Four di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tekanan anggaran waktu dan resiko audit berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu tekanan anggaran waktu dan perilaku penurunan kualitas audit. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan locus of control; komitmen organisasi; pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Silaban (2009), variabel yang digunakan adalah locus of control, komitmen profesional, tekanan anggaran waktu audit, posisi auditor, tipe KAP, perilaku reduksi kualitas audit, dan underreporting of time. Sampel penelitian, yaitu 1.500 responden di 90 KAP di Kota Jakarta, Medan, dan Surabaya. Hasil penelitiannya, yaitu: karakteristik individual auditor


(3)

(locus of control dan dimensi komitmen profesional) berpengaruh pada tekanan anggaran waktu yang dirasakan dan perilaku audit disfungsional (RKA dan URT); selanjutnya tekanan anggaran waktu yang dirasakan berpengaruh terhadap perilaku audit disfungsional; serta posisi auditor di KAP dan tipe KAP berpengaruh pada model perilaku audit disfungsional (RKA dan URT). Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu

locus of control; tekanan anggaran waktu audit; dan perilaku reduksi kualitas

audit. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan komitmen organisas; pengalaman; serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Indarto (2011) variabel yang digunakan

time pressure atas prosedur audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penghentian premature atas prosedur audit. Sebaliknya variabel review procedure

dan quality control oleh Kantor Akuntan Publik, Komitmen pada organisasi

auditor; komitmen professional auditor; prosedur dan kesadaran etis berpengaruh negatif secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Sedangkan pengalaman dalam mengaudit meski berpengaruh negatif pada penghentian prematur atas prosedur audit. Sampel penelitian adalah 71 auditor di Akuntan Publik di Semarang. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu time pressure; ,komitmen organisasi; dan pengalaman. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan locus of


(4)

Penelitian yang dilakukan oleh Triono dkk. (2012), variabel yang digunakan adalah locus of control, komitmen organisasional, posisi auditor di KAP, dan perilaku disfungsional audit. Hasil penelitiannya, yaitu: locus of control berpengaruh negatif signifikan terhadap komitmen organisasional; locus of

control berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional

audit; posisi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional; posisi auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit; komitmen organisasional berpengaruh negatif signifkan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit; locus of control, posisi auditor, dan komitmen organisasional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu locus of control; komitmen organisasi; dan perilaku disfungsional audit. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan tekanan anggaran waktu audit; pengalaman; serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian Hastuti (2013) membuktikan bahwa tekanan anggaran waktu berhubungan positif dengan perilaku audit disfungsional, yang artinya semakin tinggi tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor, maka kecenderungan melakukan perilaku penurunan kualitas audit semakin meningkat. Locus of

control eksternal berpengaruh positif dengan perilaku audit disfungsional yang

artinya semakin tinggi locus of control eksternal seorang auditor, maka semakin tinggi juga keinginan auditor tersebut untuk melakukan perilaku penurunan kualitas audit. Locus of control internal berpengaruh negatif terhadap perilaku


(5)

penurunan kualitas audit, artinya semakin tinggi locus of control internal yang dimiliki seseorang maka semakin kecil keinginan auditor melakukan tindakan penurunan kualitas audit. Hasil penelitian komitmen professional afektif, kontinu, dan normatif berhubungan negatif dengan perilaku penurunan kualitas audit. Hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki komitmen professional afektif, kontinu, dan normatif rendah lebih cenderung melakukan perilaku penurunan kualitas audit dibandingkan auditor yang memiliki komitmen profesional afektif, kontinu, dan normatif kuat.

Wintari (2015) membuktikan bahwa tekanan anggaran waktu berhubungan positif dengan perilaku audit disfungsional, yang artinya semakin tinggi tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor, maka kecenderungan melakukan perilaku penurunan kualitas audit semakin meningkat. Locus of

control eksternal berpengaruh positif dengan perilaku audit disfungsional yang

artinya semakin tinggi locus of control eksternal seorang auditor, maka semakin tinggi juga keinginan auditor tersebut untuk melakukan perilaku penurunan kualitas audit. Locus of control internal berpengaruh negatif terhadap perilaku penurunan kualitas audit, artinya semakin tinggi locus of control internal yang dimiliki seseorang maka semakin kecil keinginan auditor melakukan tindakan penurunan kualitas audit. Hasil penelitian komitmen professional afektif, kontinu, dan normatif berhubungan negatif dengan perilaku penurunan kualitas audit. Hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki komitmen professional afektif, kontinu, dan normatif rendah lebih cenderung melakukan perilaku penurunan kualitas audit dibandingkan auditor yang memiliki komitmen profesional afektif, kontinu, dan


(6)

normatif kuat. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu locus of control eksternal; tekanan anggaran waktu audit; dan perilaku disfungsional audit. Populasi penelitian adalah seluruh pegawai yang berstatus sebagai pejabat fungsional auditor di Perwakilan BPKP Provinsi Bali yang berjumlah 70 orang di tahun 2015. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan komitmen organisasi; pengalaman; serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.


Dokumen yang terkait

Pengaruh locus of control, pengalaman auditor, komitmen profesional dan etika perofesional terhadap perilaku auditor dalam stuasi konflik audit

0 6 118

PENGARUH TEKANAN WAKTU, TINDAKAN SUPERVISI, RISIKO AUDIT, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL Pengaruh tekanan waktu, tindakan supervisi, risiko audit, locus of control dan komitmen profesional terhadap penghentian prematur atas prosedur audit (st

0 4 15

PENGARUH TEKANAN WAKTU, TINDAKAN SUPERVISI, RISIKO AUDIT, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL Pengaruh tekanan waktu, tindakan supervisi, risiko audit, locus of control dan komitmen profesional terhadap penghentian prematur atas prosedur audit (st

0 2 15

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, KOMITMEN ORGANISASI, KINERJA AUDITOR, DAN TURNOVER INTENTION PADA PERILAKU MENYIMPANG DALAM AUDIT.

0 5 29

Pengaruh Locus of Control dan Komitmen Organisasi pada Perilaku Audit dengan Tekanan Anggaran Waktu Audit sebagai Variabel Mediasi.

1 4 43

TEKANAN ANGGARAN WAKTU MEMODERASI LOCUS OF CONTROL INTERNAL PADA PERILAKU UNDERREPORTING OF AUDIT TIME.

0 7 30

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TEKANAN ANGGARAN WAKTU KOMITMEN PROFESIONAL, TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR

0 0 18

PENGARUH ETIKA, PENGALAMAN DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT

0 1 15

Pengaruh Locus of Control, Komitmen Organisasi, Kinerja, Turnover Intention, Tekanan Anggaran Waktu, Gaya Kepemimpinan dan Kompleksitas Tugas terhadap Perilaku Disfungsional Auditor - Unika Repository

0 1 16

Pengaruh Locus of Control, Komitmen Organisasi, Kinerja, Turnover Intention, Tekanan Anggaran Waktu, Gaya Kepemimpinan dan Kompleksitas Tugas terhadap Perilaku Disfungsional Auditor - Unika Repository

0 0 136