yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Fokus program pengajaran IPA di SD MI hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan
pengembangan anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup. Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat berkerja, giat
berusaha, mampu bereaksi dan beraksi. Sedangkan menurut Aunurrahman, 2009 Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal baik
intelektual, emosi, dan fisik yang dapat mengembangkan siswa kearah positif saat lingkunganya memberikan ruang yang baik untuk perkembangan
keaktifan tersebut. Dari pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan
belajar IPA adalah suatu kesibukan atau kegiatan baik intelektual, emosi, dan fisik yang terjadi dengan cara memahami apa yang diamati, yang
menghasilkan produk, proses, dan sikap
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK. Penelitian Tindakan Kelas PTK, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas
atau di sekolah tempat mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran Arikunto, 2006: 96.
Sekolah yang dijadikan tempat penelitian mengenai strategi
Quantum Teaching
adalah MI Muhammadiyah Blagung, Simo, Boyolali. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November 2013 sampai bulan Desember 2014. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian tindakan kelas ini melalui empat tahapan utama
sebagai berikut: 1 Tahap Perencanaan, 2 Tahap Pelaksanaan Tindakan
,
3 Tahap Pengamatan Observasi, dan 4 Refleksi.
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Melalui metode wawancara
dan dokumentasi di MI Muhammadiyah Blagung data yang diperoleh melalui metode observasi semakin jelas dan akurat.
Validitas data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi. Menurut Moleong dalam Sukardi, 2006: 106 “triangulasi adalah tehnik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan suatu kejadian yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data ya
ng ada”. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi data,
triangulasi sumber, triangulasi metode. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen yang
saling terkait satu sama lain, yaitu reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan seperti yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman
dalam Susilo, dkk. 2009: 103. Untuk dapat mengukur keberhasilan suatu tindakan diperlukan
indikator pencapaian minat belajar siswa. Indikator pencapaian minat belajar dalam penelitian ini diantaranya: 1 Sikap, 2 Kerja Sama, dan 3 Partisipasi.
D. HASIL PENELITIAN
Depoter,dkk. 2007 menjelaskan bahwa
Quantum teaching
dirancang untuk menjadi sahabat bagi peserta didik untuk menumbuhkan keaktifan
belajar siswa. Komponen yang ada dalam pembelajaran quantum teaching
diantaranya dikenal dengan sebutan sistem TANDUR Tumbuhkan, Alami, Namai, Demostrasikan, Ulangi, Rayakan
Strategi
Quantum Teaching
merupakan salah satu stategi pembelajaran yang inovatif, strategi tersebut dapat membawa dunia mereka kedunia kita dan
mengantar dunia mereka ke dunia kita. Maksud dari kata-kata tersebut adalah dengan membawa pengetahuan awal yang telah diperoleh siswa kedalam
pengetahuan baru yang akan dipelajari sehingga diharapkan pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan menyenangkan dan siswa menaruh
minat dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap
siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti kemudian dianalisis dan direfleksi pada tiap akhir siklus untuk menentukan keberhasilan penelitian apakah perlu
dilanjutkan ke siklus berikutnya ataupun tidak. Dalam pelaksanaan siklus I pertemuan ke- 1 guru menerapkan strategi
Quantum Teaching
dalam pembelajaran IPA. Kemampuan guru dalam menggunakan strategi
Quantum Teaching
pada pembelajaran IPA belum maksimal. Dalam pelaksanaan pembelajarannya masih ada beberapa siswa
terlihat binggung dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena petunjuk guru belum begitu jelas. Guru belum dapat mengelola kelas dengan baik
sehingga suasana pembelajaran belum kondusif, masih ada beberapa siswa yang ramai sendiri saat siswa lain membacakan hasil praktikumnya. Guru juga
belum dapat mengelola waktu dengan baik. Akan tetapi pada siklus I pertemuan ke- 2 siswa sudah mulai terbiasa dengan strategi yang diterapkan
guru, siswa yang ramai saat pembelajaran berkurang sedangkan siswa yang aktif dalam pembelajaran meningkat meskipun belum maksimal, guru juga
sudah dapat mengelola waktu dengan baik. Dalam pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa kemampuan guru
dalam pembelajaran IPA dengan strategi
Quantum teaching
mengalami peningkatan. Sebagian besar siswa sudah aktif dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran berlangsung optimal, suasana pembelajaran menyenangkan dan kondusif. Siswa sudah sangat antusias dan minat dalam mengikuti
pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh juga mengalami peningkatan.
Pada Siklus I pertemuan ke- 1, nilai rata-rata dari setiap keaktifan yaitu: 1 Sikap, rata-rata yang diperoleh adalah 72 20 siswa yang aktif
dalam mengikuti pembelajaran IPA; 2 Kerja Sama, rata-rata yang diperoleh adalah 75 21 siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA; 3
Partisipasi, rata-rata yang diperoleh adalah 72 20 siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pada siklus I pertemuan ke- 2 hasil
penilaian keaktifan yang telah dilaksanakan sebagai berikut: 1 Sikap, rata- rata yang diperoleh adalah 86 25 siswa yang aktif dalam mengikuti
pembelajaran IPA; 2 Kerja Sama, rata-rata yang diperoleh adalah 80 23 siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA; 3 Partisipasi, rata-rata
yang diperoleh adalah 85 24 siswa yang aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa pada siklus I secara keseluruhan siswa yang aktifan dalam pembelajaran IPA kelas III dengan
menggunakan strategi pembelajaran
quantum teaching
sebanyak 20 siswa 72.
Pada siklus II pertemuan ke- 1 nilai keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah: 1 Sikap, rata-rata yang diperoleh adalah 90 26
siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA; 2 Kerja Sama, rata- rata yang diperoleh adalah 87 25 siswa yang aktif dalam mengikuti
pembelajaran IPA; 3 Partisipasi, rata-rata yang diperoleh adalah 87 25 siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pada siklus II
pertemuan ke- 2 hasil penilaian keaktifan yang telah dilaksanakan sebagai berikut: 1 Sikap, rata-rata yang diperoleh adalah 99 27 siswa yang aktif
dalam mengikuti pembelajaran IPA; 2 Kerja Sama, rata-rata yang diperoleh adalah 95 27 siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA; 3
Partisipasi, rata-rata yang diperoleh adalah 95 27 siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa pada siklus II secara
keseluruhan aktifan siswa dalam pembelajaran IPA kelas III dengan menggunakan strategi pembelajaran
quantum teaching
sebanyak 25 siswa 87.
Berdasarkan hasil dari data siklus I dan Siklus II maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar IPA kelas III dengan menggunakan
strategi pembelajaran
quantum teaching
pada siklus I meningkat dengan
prosentase 72 yaitu 20 siswa aktif dan pada siklus II meninkat menjadi 87 25 siswa.
E. KESIMPULAN DAN SARAN