43
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dikembangkan lima buah instrumen penelitian yang terdiri dari tes kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan komunikasi matematis, skala sikap, lembar observasi, wawancara, dan kuesioner.
1. Tes mengukur kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis Tes kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini berupa soal-soal
pemecahan masalah yang kontekstual yang berkaitan dengan materi pecahan. Kemampuan pemecahan masalah siswa diukur melalui kemampuan siswa dalam
menyelesaian masalah kontekstual yakni mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, serta kecukupan unsur yang diperlukan; membuat model matematika
model formal atau kalimat matematika, menentukan strategi dan menerapkannya dalam menyelesaikan masalah; dan menentukan hasil jawaban yang benar.
Sedangkan tes kemampuan komunikasi matematis berupa soal-soal atau masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi pecahan. Kemampuan
komunikasi matematis siswa diukur melalui kemampuan siswa dalam menyelesaian masalah kontekstual yakni kemampuan siswa dalam membuat
model masalah yang berupa gambar dan diagram, membuat model matematika atau simbol matematika, membuat penyelesaian masalah, dan menjelaskan ide,
situasi, dan relasi matematika secara tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
44
Tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis disusun dalam bentuk uraian. Tes kemampuan pemecahan masalah terdiri dari lima soal
dan tes kemampuan komunikasi matematis juga terdiri dari lima soal. Dalam penyusunan tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi ini dilakukan
dengan beberapa langkah sebagai berikut: a.
Membuat kisi-kisi soal yang sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator yang ada dalam silabus, dan indikator kemampuan pemecahan
masalah dan komuniksi matematis yang akan diukur. Indikator kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis disajikan pada Lampiran 3.1.
Kisi-kisi soal pemecahan masalah disajikan pada Lampiran 3.2, sedangkan kisi-kisi soal komunikasi matematis disajikan pada Lampiran 3.3.
b. Menyusun soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis berdasarkan
kisi-kisi tersebut dan membuat contoh kunci jawaban. Soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis disajikan pada Lampiran 3.4, sedangkan
contoh kunci jawabannya disajikan pada Lampiran 3.5. c.
Menilai validitas isi soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis yang berkaitan dengan kesesuaian antara indikator dengan soal, validitas konstruk,
dan kebenaran kunci jawaban oleh dosen pembimbing, mahasiswa S2 UPI, dan guru SD kelas IV.
d. Mempertimbangkan keterbacaan soal yang dilakukan oleh dosen pembimbing,
mahasiswa S2 UPI, dan guru SD kelas IV, untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut dapat dipahami baik atau tidak oleh siswa. Dalam hal ini juga
45
dilakukan uji coba soal terhadap enam siswa untuk mengetahui keterbacaan siswa terhadap soal tersebut.
e. Melakukan uji coba tes yang dilanjutkan dengan menghitung validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah tes soal yang akan digunakan dalam penelitian ini sudah
memenuhi syarat atau belum. Pada penelitian ini, Pelaksanaan uji coba tes soal kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis dilakukan
pada tanggal 31 Januari 2009 kepada siswa kelas V SDN Padjajaran 1 Bandung, dengan pertimbangan bahwa siswa kelas V sudah pernah
mempelajari materi pecahan sebelumnya di kelas IV. Hasil uji coba tes yang telah dilaksanakan sebagai berikut:
1 Validitas
Untuk mengukur validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson Arikunto, 2001: 72. Perhitungan
korelasi korelasi product moment pearson dilakukan dengan bantuan program excel. Perhitungan lengkap untuk validitas tes kemampuan pemecahan masalah
tersaji pada Lampiran 3.6, sedangkan perhitungan lengkap untuk tes kemampuan komunikasi matematis tersaji pada Lampiran
3.7. Hasil perhitungan validitas butir soal kemampuan pemecahan masalah
disajikan pada Tabel 3. 1.
46
Tabel 3.1. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Pemecahan Masalah
No Soal
XY
r
Interpretasi Validitas
hitung
t
tabel
t
Keputusan SR RD SD TG ST
3 0,86
√ 8,08
2,807 Valid
4 0,76
√ 5,61
2,807 Valid
5 0,85
√ 7,74
2,807 Valid
7 0,80
√ 6,39
2,807 Valid
9 0,86
√ 8,08
2,807 Valid
Berdasarkan Tabel 3.1, dapat dilihat bahwa semua item soal pemecahan masalah yang terdiri dari lima soal adalah valid. Hal ini menunjukkan bahwa
kelima soal pemecahan masalah tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan hasil perhitungan validitas item soal kemampuan komunikasi
matematis disajikan pada Tabel 3. 2. Tabel 3.2.
Hasil Analisis Validitas Butir Soal Komunikasi Matematis
No Soal
XY
r
Interpretasi Validitas
hitung
t
tabel
t
Keputusan SR
RD SD TG ST
1 0.637
√ 5.07 2.807
Valid 2
0.578 √
4.27 2.807 Valid
6 0.554
√ 3.98 2.807
Valid 8
0.523 √
3.63 2.807 Valid
10 0.717
√ 6.46 2.807
Valid Berdasarkan Tabel 3.2, dapat dilihat bahwa semua item soal komunikasi
matematis yang terdiri dari lima soal adalah valid. Hal ini menunjukkan bahwa kelima soal komunikasi matematis tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini.
47
2 Reliabilitas
Dalam menentukan koefisien korelasi reliabilitas soal menggunakan rumus Cronbach Alpha. Hal ini berdasarkan pada pendapat Ruseffendi 1991 yang
menyatakan bahwa untuk menghitung koefisien korelasi reliabilitas pada bentuk soal yang memiliki jawaban ragam, seperti skala likert atau soal uraian
menggunakan cara Cronbach Alpha. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut J.P.
Guilford Ruseffendi, 1991. Perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan bantuan program
excel. Perhitungan relibilitas soal pemecahan masalah selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.8, sedangkan perhitungan relibilitas soal komunikasi matematis
selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.9. Hasil perhitungan reliabilitas butir soal kemampuan pemecahan masalah disajikan pada Tabel 3. 3.
Tabel 3.3. Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Pemecahan Masalah dan Komunikasi
Matematis
Soal
r
Keterangan
Pemecahan Masalah 0,78
Reliabel Komunikasi Matematis
0,79 Reliabel
Berdasarkan Tabel 3.3 diperoleh bahwa soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis adalah reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa soal
pemecahan masalah dan komunikasi matematis tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini.
48
3 Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar atau tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha
memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak bersemangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya
Arikunto, 2001: 208. Perhitungan indeks kesukaran soal pemecahan masalah dan komunikasi
matematis dilakukan dengan bantuan program excel. Perhitungan indeks kesukaran soal pemecahan masalah selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.10,
sedangkan perhitungan
indeks kesukaran
soal komunikasi
matematis selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.11. Hasil perhitungan indeks kesukaran
butir soal pemecahan masalah disajikan pada Tabel 3. 4. Tabel 3.4
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Pemecahan Masalah
No. Soal Indek Kesukaran
Interpretasi
3 0,5
Sedang 4
0,78 Mudah
5 0,41
Sedang 7
0,32 Sedang
9 0,16
Sukar Dengan memperhatikan Tabel 3.4 di atas dapat dilihat bahwa dari hasil uji
coba soal pemecahan masalah terdapat 1 atau 20 soal yang sukar, 3 atau 60 soal yang sedang, dan 1 atau 20 soal yang mudah.
Selanjutnya hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3.5.
49
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Komunikasi Matematis
No. Soal Indek Kesukaran
Interpretasi
1 0,75
Mudah 2
0,57 Sedang
6 0,68
Sedang 8
0,25 Sukar
10 0,35
Sedang Dengan memperhatikan Tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa dari hasil uji
coba soal komunikasi matematis terdapat 1 atau 20 soal yang sukar, 3 atau 60 soal yang sedang, dan 1 atau 20 soal yang mudah.
4 Daya Pembeda
Ruseffendi Rahayu, 2006 menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan
siswa yang kurang. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik apabila siswa pandai dapat menjawab soal dengan baik, dan siswa yang kurang
pandai tidak dapat menjawab soal dengan baik. Perhitungan daya pembeda soal pemecahan masalah dan komunikasi
matematis dilakukan dengan bantuan program excel. Perhitungan daya pembeda soal pemecahan masalah selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.12, sedangkan
perhitungan daya pembeda soal komunikasi matematis selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.13. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal pemecahan
masalah disajikan pada Tabel 3. 6.
50
Tabel 3.6. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Pemecahan Masalah
No. Soal Daya Pembeda
Interpretasi 3
0,39 Cukup
4 0,50
Baik 5
0,39 Cukup
7 0,43
Baik 9
0,32 Cukup
Dengan memperhatikan Tabel 3.6 di atas dapat dilihat bahwa soal pemecahan masalah yang telah diujikan memiliki daya pembeda yang cukup baik
dan baik, sehingga soal pemecahan masalah tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini.
Selanjutnya, hasil perhitungan daya pembeda butir soal komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3. 7.
Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Komunikasi Matematis
No. Soal Daya Pembeda
Interpretasi 1
0,54 Baik
2 0,38
Cukup 6
0,75 Sangat baik
8 0,39
Cukup 10
0,64 Baik
Dengan memperhatikan Tabel 3.7 di atas dapat dilihat bahwa soal komunikasi matematis yang telah diujikan memiliki daya pembeda yang cukup
baik, baik, dan sangat baik sehingga soal komunikasi matematis tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini.
51
2. Angket Skala Sikap