R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Populasi merupakan subjek ataupun objek, yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimana sebelumnya telah ditetapkan oleh
peneliti Sugiyono, 2008. Dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria sebagai subjek dalam penelitian, yaitu siswa dengan kategori remaja awal
dan bertempat tinggal di Bandung. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik sampel purposif atau judgmental
sampling . Teknik ini digunakan dengan cara menentukan kriteria khusus
terhadap sampel yang telah ditentukan oleh peneliti, sehingga pada penelitian ini peneliti mendapatkan 99 siswa yang masuk kriteria dari total
616 siswa total 18 kelas dari kelas VIII dan IX.
B. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu metode yang menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian
dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Pendekatan ini mengukur humor styles sebagai variabel independen X dan
subjective well-being sebagai variabel dependen Y dengan menggunakan
instrumen. Penelitian ini bersifat non eksperimental ex post facto sehingga penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan atau manipulasi terhadap variabel-
variabel yang akan diteliti, sehingga bertujuan untuk menguji teori yang ada Latipun, 2010.
Skor dari masing-masing variabel kemuadian akan dilakukan uji korelasi untuk menyelidiki nilai-nilai pada dua variabel, kemudian menguji
dan menentukan hubungan dari kedua variabel tersebut Silalahi, 2010. Visualisasi desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Humor Styles
X
Subjective Well-being
Y
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Hubungan variabel independen X humor styles dengan
variabel dependen Y subjective well-being
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut untuk
kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2008. Terdapat 2 dua variabel utama dalam penelitian ini, yaitu:
X : Humor Styles
Y : Subjective Well-Being
2. Definisi Operasional
Untuk memperoleh pengukuran yang relevan dengan tujuan dari penelitian, maka diperlukan definisi dari setiap variabel sehingga dapat
disusun alat ukur mengenai variabel tersebut. Berikut definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu:
a. Definisi Operasional Humor Styles
Humor styles pada penelitian ini didefinisikan sebagai
kecenderungan siswa SMP Negeri 15 Bandung kelas VIII dan IX dengan rentang umur 12-15, dan bertempat tinggal di Bandung
untuk menggunakan jenis humor dalam kehidupannya sehari-hari, dimana mereka biasa menampilkan pola humor yang khas, secara
spontan dan tidak menyadari penggunaannya.
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Terdapat 4 empat jenis humor atau humor styles yang berkaitan dengan variasi seseorang dalam menggunakan humor
Martin et al., 2003, yaitu: 1 Affiliative humor: Menceritakan hal-hal lucu, menciptakan
lelucon pada orang lain. Bertujuan untuk merperkuat hubungan dengan orang lain interpersonal, dan tidak ada
unsur untuk menyakiti orang lain. 2 Self-enhancing humor: Memikirkan atau menggunakan
humor mengenai pandangan tentang kehidupan, meskipun saat seorang diri. Bertujuan untuk mengurangi situasi sedih,
stress, atau saat menghadapi kesulitan. 3 Aggressive humor: Menggunakan humor dengan bentuk
mengkritik, sarkasme,
mengejek, menggoda,
bahkan meremehkan atau merendahkan orang lain. Humor ini
bersifat offensive, dan tidak bertujuan untuk meningkatkan hubungan dengan orang lain, bahkan cenderung untuk
menunjukan bahwa mereka merasa superior. 4 Self-defeating
humor: Menggunakan
humor dengan
merendakan atau meremehkan dirinya sendiri, bercerita lucu atau menertawakan diri saat disindir atau diremehkan.
Humor ini bertujuan untuk mendekatkan diri dengan orang lain, sarana agar terhindar dari masalah atau perasaan
negatif.
b. Definisi Operasional Subjective Well-Being
Subjective Well-Being dalam kontoeks ini yaitu tinggi
rendahnya penilaian siswa SMP Negeri 15 Bandung kelas VIII dan IX dengan rentang umur 12-15, dan bertempat tinggal di Bandung
terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif dan
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
penilaian afektif
emosi positif
dan negatif
sebagaimana ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dalam Satisfaction with Life
Scale SWLS, Scale of Positive and Negative Experience
SPANE.
D. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Humor Styles Humor Styles Questionnaire
Dalam penelitian
ini digunakan
alat ukur
Humor Styles
Questionnaire HSQ milik Rod Martin 2003 yang telah diadaptasi ke
dalam bahasa Indonesia oleh peneliti. HSQ ini terdiri dari 32 butir soal berbentuk pernyataan atau self-report yang terdiri dari 4 dimensi humor
styles yang terdiri dari affiliative humor, self-enhancing humor, aggressive
humor, self-defeated humor , yang dimana masing-masing dimensi terbagi
menjadi 8 item. Respon partisipan pada alat ukur ini menggunakan skala likert dengan 7 pilihan jawaban pada setiap item yang terdiri dari skala 1
―sangat tidak setuju‖ STS, hingga 7 ―sangat setuju‖ SS. Pilihan atau yang mengarah ke ―sangat setuju‖ SS menunjukan bahwa pernyataan
item tersebut sesuai dengan gambaran diri, sedangkan pilihan atau yang mengarah ke ―sangat tidak setuju‖ STS menunjukan bahwa pernyataan
tersebut tidak sesuai dengan gambaran diri indvidu tersebut. Tabel 3.1. Penyekoran Item Humor Styles Questionnaire HSQ
Item Skor Pernyataan
1 STS
2 3
4 5
6 7
SS Favorable
1 2
3 4
5 6
7
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Unfavorable 7
6 5
4 3
2 1
Kategorisasi pada instrumen HSQ ini dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap dimensi atau jenis humor yang didapat,
sehingga akan dihasilkan 4 empat total skor dari setiap dimensi. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana humor styles yang dimiliki oleh
subjek dengan melihat skor yang paling dominan. Koefisien reliabilitas pada HSQ yang telah di adaptasi ini
menunjukan nilai yang cukup reliabel, untuk affiliative humor menunjukan nilai 0.690, 0.636 pada self-enhancing humor, 0.460 pada
aggressive humor, dan 0.666 pada self-defeated humor.
2. Instrumen Subjective Well-being
Pada penelitian ini digunakan 2 dua instrumen untuk mengukur kedua aspek dari subjective well-being, yaitu aspek kognitif menggunakan
instrumen Satisfaction with Life Scale SWLS, dan aspek afektif atau emosi menggunakan instrumen Scale of Positive and Negative Experience
SPANE. a. Satisfaction with Life Scale SWLS
Satisfaction with Life Scale SWLS merupakan instrumen
baku yang disusun oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin pada tahun 1985. Instrumen ini digunakan untuk mengukur penilaian
kognitif individu mengenai kehidupannya. Satisfaction with Life Scale SWLS terdiri atas 5 item dengan 7 skala jawaban yang memiliki
kategorisasi 1 sangat tidak setuju sampai dengan 7 sangat setuju. Instrumen ini disusun dengen menggunakan jenis skala Likert dan
menghasilkan data yang bersifat ordinal. Tabel 3.2. Penyekoran Satisfaction with Life Scale SWLS
Item Skor Pernyataan
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
1 STS
2 3
4 5
6 7
SS Favorable
1 2
3 4
5 6
7 Unfavorable
7 6
5 4
3 2
1
Sejumlah penelitian
menyebutkan bahwa
instrumen ini
memiliki koefisien reliabilitas yang konsisten tinggi, yaitu berkisar antara 0,78-0,91 Diener, 2006. Satisfaction with Life Scale SWLS
ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,733 Wahyudin, 2011.
b. Scale of Positive and Negative Experience SPANE Scale of Positive
and Negative Experience SPANE disusun oleh Diener dan Biswas-Diener untuk mengukur penilaian afektif
individu mengenai mood dan emosi yang dirasakan dalam hidup. Scale of Positive
and Negative Experience SPANE merupakan instrumen baku yang terdiri atas 12 item dan 5 skala jawaban dengan kategorisasi
1 sangat jarang atau hampir tidak pernah sampai dengan 5 sangat sering atau selalu. Instrumen ini disusun dengen menggunakan jenis
skala Likert dan menghasilkan data yang bersifat ordinal. Tabel 3.3. Penyekoran Scale of Positive and Negative Experience
SPANE
Item Skor Pernyataan
1 STS
2 3
4 5
6 7
SS Favorable
1 2
3 4
5 6
7 Unfavorable
7 6
5 4
3 2
1
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sejumlah hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa instrumen ini memiliki koefisien reliabilitas yang konsisten berkisar
antara 0,83-0,86 Diener, 2009. Scale of Positive and Negative Experience
SPANE ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan memiliki reliabilitas sebesar 0,846 Wahyudin, 2011.
3. Pengembangan Instrumen
a. Uji Validitas Asal kata validitas adalah dari kata validity, yang dapat
diartikan dengan sejauhmana ketepatan atau kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau benar-benar mengukur aspek yang diukurnya. Sebaliknya, alat
ukur yang memiliki nilai validitas rendah dapat diartikan bahwa data yang dihasilkan tidak relevan dengan tujuan pengukuran alat ukur
tersebut Azwar, 2010. Dalam uji validitas isi, sesuai dengan namanya, yakni
merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi atau konten tes dengan analisis rasional. Validitas isi berkaitan dengan
kemampuan suatu instrument mengukur isi konsep yang harus diukur Anastasi, 1988. Validitas isi dalam penelitian ini akan dilakukan oleh
professional judgement . Inti dari validitas ini adalah untuk menjawab
pertanyaan ―sejauhmana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur‖, atau juga ―sejauhmana isi tes
tersebut mencerminkan ciri atribut yang ingin di ukur‖. Hal tersebut
dikarenakan sebuah tes haruslah komprehensif isinya dan juga memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan akhir Azwar,
2010.
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, instrumen HSQ, SPANE, dan SWLS merupakan alat ukur yang sudah teruji secara metodologis. Berbeda
dengan instrumen SPANE dan SWLS yang sudah teruji validitasnya dengan Bahasa Indonesia, bahasa pada instrumen HSQ masih
menggunakan Bahasa Inggris, maka item-item pada instrumen ini perlu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Agar validitas isi dari
intrumen terjaga, maka penerjemah instrumen harus merupakan seorang yang memiliki ekpertisi atau profesional dibidang bahasa dan
psikologi. Untuk professional judgement atau expert judgment dari segi
bahasa di lakukan oleh Dr. Doddy Rusmono, MLIS. Setelah menerjemahkan HSQ kedalam bahasa Indonesia, maka secara konstruk
dan konsep psikologi pada instrumen HSQ ini dikaji ulang oleh bantuan dari pakar bidang psikologi yaitu Helli Ihsan S.Ag,. M.Si., dan
Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Psikolog. Kemudian instrumen HSQ, SPANE, dan SWLS ini diujikan
kepada 163 remaja awal di kota Bandung dengan rentang umur 12-15 tahun, karena instrumen-instrumen ini merupakan adaptasi, maka tidak
dilakukan pengurangan
atau penambahan
item, sehingga pada beberapa item hanya dilakukan perubahan redaksi kata agar tidak
mempengaruhi penilaian pada instrumen. b. Uji Reliabilitas
Reliability yang berasal dari kata rely dan ablity, merupakan
penerjemahan dari kata reliabilitas. Suatu alat ukur yang reliabel adalah yang memiliki nilai reliabitas yang tinggi. Reliabilitas yang
dimaksud adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan untuk tetap digunakan di lain waktu Azwar, 2010.
Reliabilitas juga bisa diartikan sebagai konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Instrumen yang reliabel adalah
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
instrumen yang bila dilakukan dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama akan diperoleh hasil
yang sama Anastasi, 1988. . Berikut kriteria dari Guillford pada tabel di bawah yang
menjadi acuan dalam menentukan kriteria dalam penelitian ini, Sugiyono, 2008:
Tabel 3.4. Kriteria Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
Kriteria Koefisien Reliabilitas α
Sangat Reliabel 0,900
Reliabel 0,700
– 0,900 Cukup Reliabel
0,400 – 0,700
Kurang Reliabel 0,200
– 0,400 Tidak Reliabel
0,200 Pada
penelitian-penelitian sebelumnya, koefisien reliabilitas
pada HSQ ini menunjukan nilai yang konsisten reliabel, untuk affiliative humor
menunjukan nilai 0.80, 0.81 pada self-enhancing humor,
0.77 pada aggressive humor, dan 0.80 pada self-defeated humor
Martin, et al., 2003. Pada penelitian ini, reliabilitas HSQ kembali diujikan menggunakan alpha cronbach dengan bantuan
software SPSS 20 for windows dan mengacu pada kriteria dari
Guillford, menghasilkan nilai reliabilitas untuk affiliative humor 0.690, pada self-enhancing humor menunjukan nilai 0.636, 0.460 pada
aggressive humor, dan 0.666 pada self-defeated humor. Pada dimensi
affiliative humor, self-enhancing humor, dan self-defeated humor,
termasuk kedalam kategori cukup reliabel, begitu pula pada dimensi aggressive humor
, nilai koefisien reliabilitasnya tergolong kecil walaupun masuk pada kategori cukup reliabel, hal ini dapat disebabkan
karena beberapa faktor, seperti sedikitnya subjek yang memilih atau rendahnya skor pada dimensi ini.
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Untuk pengukurun pada variabel subjective well-being, digunakan dua 2 instrumen, yaitu SWLS dan SPANE.
Sejumlah penelitian
menyebutkan bahwa
instrumen SWLS
ini memiliki
koefisien reliabilitas yang konsisten tinggi, yaitu berkisar antara 0,78- 0,91, sedangkan instrumen SPANE berkisar antara 0,83-0,86 Diener,
2009. Kedua instrumen ini telah diadaptasi kedalam bahasa Indonesia Wahyudin, 2011 dan tergolong dalam kategori reliabel dengan
koefisien reliabilitas sebesar 0,733 pada instrumen SWLS, dan untuk instrumen SPANE memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,846. Pada
penelitian ini, kedua instrumen yang telah diadaptasi tersebut menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.630 untuk instrumen
SWLS, sedangkan untuk instrumen SPANE menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.496. Dalam kriteria guillford, kedua instrumen ini
tergolong pada kriteria cukup reliabel. Pada tabel berikut akan ditunjukan koefisien reliabilitas dari
instrument HSQ, SWLS dan SPANE.
Tabel 3.5. Koefisien Reliabilitas Instrumen HSQ, SWLS, dan SPANE
Instrumen Koefisien Reliabilitas
Humor Styles
Affiliative humor 0.690
Self-enhancing humor 0.636
Aggressive humor 0.460
Self-defeating humor 0.666
Subjective Well-being
SWLS 0.630
SPANE 0.496
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
c. Kategorisasi Skala Kategorisasi skala bertujuan untuk menempatkan
subjek penelitian atau responden ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah
secara berjenjang berdasarkan atribut yang diukur Azwar, 2010. Kategorisasi skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen subjective well-being
, yaitu kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen yang telah ditetapkan terlebih dahulu Azwar, 2010. Secara
umum, sampel atau responden dalam penelitian ini akan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kategori subjective well-being tinggi dan
kategori subjective well-being rendah. Pada penelitian ini, untuk mengetahui skor dimensi subjective
well-being digunakan dua instrumen, yaitu Satisfaction with Life Scale
SWLS dan Scale of Positive and Negative Experience SPANE. Dengan demikian, kategorisasi skala dalam penelitian ini diperoleh
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut Santoso, 2003: 1 Menentukan skor ideal atau sering disebut juga dengan skor
maksimal dan skor minimal dengan cara sebagai berikut:
Skor Ideal = skor ideal SWLS + skor ideal SPANE = 35 + 24 = 59 Skor Minimal =
skor minimal SWLS + skor minimal SPANE = 5 + - 24 = -19
2 Menentukan rentang kategori dengan cara sebagai berikut:
Rentang Kategori = = [59 - -19]2 =
782 = 39
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh norma atau kategorisasi skala pada subjective well-being ini sebagai berikut:
Tabel 3.6. Kategorisasi Skala pada Subjective Well-being
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Skor Kategori
- 19 ≤ X ≤ 20
subjective well-being rendah
X 20 subjective well-being
tinggi
Selanjutnya akan disajikan tabel kategorisasi aspek kognitif mengenai kepuasan hidup dan aspek afektif mengenai mood dan emosi
beserta deskripsi dari masing-masing kategori tersebut berdasarkan norma baku Satisfaction with Life Scale SWLS dan Scale of Positive
and Negative Experience SPANE yang disusun oleh Diener 2006;
2009.
Tabel 3.7. Kategorisasi Aspek Kognitif Mengenai Kepuasan Hidup Berdasarkan Skor Satisfaction with Life Scale SWLS
Skor Kategori
Deskripsi
30.00 ≤ X ≤ 35.00
Sangat Puas Responden yang berada dalam kategori
ini sangat mencintai kehidupan mereka. Kehidupan mereka tidak sempurna,
tetapi mereka
merasa bahwa dan merasa bahwa segala sesuatu berjalan
dengan sangat
baik. Meskipun
demikian, bukan
berarti responden
yang berada
dalam kategori
ini memiliki kepuasan yang bersifat mutlak
terhadap kehidupannya. Kepuasan yang dirasakan oleh responden yang berada
dalam kategori
ini sebagian besar disebabkan oleh adanya tantangan dan
kemajuan dalam kehidupan mereka. Bagi sebagian besar responden dalam
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kelompok ini,
kehidupan bersifat
menyenangkan dan
hampir semua
aspek kehidupan mereka —pekerjaan,
sekolah, keluarga, teman, waktu luang, dan lain-lain
—berjalan dengan baik.
25.00 ≤ X ≤ 29.00
Puas Responden yang berada dalam kategori
ini menyukai kehidupan mereka dan merasa bahwa segala sesuatu berjalan
dengan baik. Kehidupan mereka tentu saja tidak sempurna, tetapi mereka
merasa bahwa sebagian besar aspek kehidupan
mereka berjalan
dengan baik. Pada beberapa aspek kehidupan,
mereka merasa kurang puas. Namun, perasaan kurang puas tersebut masih
dapat dikurangi dengan cara pemberian motivasi.
20.00 ≤ X ≤ 24.00
Cukup Puas Kategorisasi ini biasanya diisi oleh
responden yang berasal dari negara- negara berkembang. Responden yang
berada dalam kategori ini merasa puas dengan
kehidupan mereka
secara umum.
Namun, terdapat
beberapa aspek kehidupan yang mereka anggap
sangat memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, responden yang berada
dalam kategori ini cenderung memiliki keinginan dan usaha yang kuat untuk
mengubah kehidupan
mereka agar
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
menjadi lebih baik.
15.00 ≤ X ≤ 19.00
Kurang Puas Responden
yang berada
dalam kelompok
ini biasanya
memiliki beberapa
permasalahan kecil
yang bersifat signifikan pada beberapa aspek
kehidupan atau memiliki permasalahan yang besar hanya pada salah satu aspek
kehidupan.
10.00 ≤ X ≤ 14.00
Tidak Puas Responden yang berada dalam kategori
ini secara umum merasa tidak puas dengan kehidupan mereka. Responden
dalam kelompok ini biasanya memiliki sejumlah aspek kehidupan yang tidak
berjalan dengan baik atau memiliki satu sampai dua aspek kehidupan yang
berjalan dengan
sangat buruk.
Responden yang berada dalam kategori ini dianjurkan untuk sering berbincang-
bincang dengan
teman-teman, mengikuti
kegiatan kerohanian, atau bahkan
menghubungi konselor
agar mereka dapat bergerak dan berubah ke
arah yang lebih positif.
5.00 ≤ X ≤ 9.00 Sangat Tidak Puas
Responden yang
berada dalam
kelompok ini biasanya merasa sangat tidak
bahagia dengan
kehidupan mereka. Responden yang berada dalam
kategori ini
biasanya memiliki
ketidakpuasan terhadap seluruh aspek
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kehidupan mereka. Bahkan, responden yang berada dalam kategori ini dapat
dikatakan memiliki
gangguan dalam
fungsi kehidupan mereka. Oleh karena itu, responden yang berada dalam
kategori ini
dianjurkan untuk
menghubungi psikolog atau psikiater.
Tabel 3.8. Kategorisasi Aspek Afektif Mengenai Mood dan Emosi Berdasarkan Skor Scale of Positive and Negative Experience SPANE
Skor Kategori
Keterangan
X ≤ -9 Kurang Seimbang
Responden lebih sering merasakan afek negatif daripada afek positif atau terdapat
salah satu afek yang lebih sering dirasakan secara ekstrim.
- 8 ≤ X ≤ 8
Seimbang Responden merasakan afek positif dan afek
negatif secara seimbang.
X ≥ 9 Sangat Seimbang
Responden lebih sering merasakan afek positif daripada afek negatif, tetapi masih
dalam kategori seimbang. Pada
instrumen humor styles
, kategorisasi skala yang digunakan berfungsi untuk mengetahui jenis humor atau humor styles
yang dimiliki oleh setiap subjek. Humor styles yang dimiliki subjek diketahui berdasarkan perbandingan skor setiap jenis humor subjek
dengan skor maksimal pada dimensi humor styles tersebut. Setelah diketahui masing-masing proporsi nilai pada masing-masing dimensi,
maka akan dilakukan perbandingan antar semua dimensi humor styles. Nilai terbesar yang dimiliki oleh subjek diantara empat dimensi humor
styles menunjukan bahwa subjek masuk kedalam jenis humor tersebut.
R Agung Ismail S, 2016 HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuisoner atau angket. Kuisoner merupakan sejumlah pertanyaan tertulils yang
digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden Arikunto, 2002. Kuisoner diberikan kepada subjek penelitian secara klasikal dengan terlebih
dahulu peneliti memberikan instruksi dan informasi mengenai cara mengisi, juga poin-poin atau item yang ada pada lembar kuisoner secara bertahap
selama pengisian berlangsung. Subjek pun dapat bertanya langsung bila terdapat kata atau kalimat yang tidak dapat dimengerti selama proses
pengisian lembar kuisoner agar tidak salah dalam penafsiran kata atau kalimat.
F. Teknik Analisis Data