Karakteristik Perkerasan LANDASAN TEORI

29

BAB III LANDASAN TEORI

A. Karakteristik Perkerasan

Karakteristik campuran harus dimiliki oleh campuran aspal beton adalah kuat tarik, durabilitas, fleksibilitas, ketahanan kelelahan, kedap air dan kemudahan pelaksanaan. 1. Kuat Tarik Kuat tarik adalah kemampuan lapisan perkerasan untuk menahan beban yang ada secara horisontal. Gaya horizontal yang terjadi pada perkerasan jalan mengakibatkan perkerasan akan terjadi kerusakan berupa retak dan deformasi plastis, untuk menghindari kerusakan berupa retak dan deformaasi plastis pada perkerasan jalan maka penggunaan aspal dengan kekakuan yang relatif lebih tinggi dan menggunakan gradasi rapat, agregat besar gradasi kasar, agregat pecah dengan tekstur permukaan kasar dan proporsi agregat halus tidak berlebihan cukup serta pemadatan saat pelaksanaan yang baik. Menurut Zaniewski 2004 rongga campuran beraspal yang memiliki keseimbangan antara keruntuhan retak dan deformasi plastis adalah berkisar antara 3 dan 6 . Adapun menurut ASTM 1989 campuran yang tahan terhadap deformasi tergantung dari titik lembek aspal, kadar bahan pengisi filler, kadar aspal dan rongga dalam agregat. 2. Durabilitas atau Keawetan Sukirman 2003 men definisikan durabilitas atau keawetan adalah kemampuan perkerasan jalan menerima repetisi beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antar roda kendaraan pada permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air atau perubahan temperatur. Durabilitas beton aspal dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam campuran, kepadatan dan kedap air pada campuran beton aspal. Selimut aspal yang tebal akan membungkus agergat secara baik. Tetapi semakin tebal selimut aspal, maka semakin mudah beelding yang mengakibatkan jalan semakin licin. Besarnya pori yang tersisa dalam campuran setelah pemadatan, mengakibatkan durabilitas beton aspal menurun. Semakin besar pori yang tersisa semakin tidak kedap air dan semakin banyak udara didalam beton aspal, maka selimut aspal semakin mudah mengalami oksidasi dengan udara dan menjadi getas, dan durabilitanya menurun. Rianung 2007 dalam penelitianya mengemukakan penuaan aspal adalah suatu parameter untuk mengetahui durabilitas campuran aspal. Penuaan aspal disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu penguapan minyak ringan yang terkandung didalam aspal dan beroksidasi dalam jangka pendek ataupun beroksidasi dalam jangka yang panjang. Kedua proses penuaan ini menyebabkan aspal menjadi keras dan selanjutnya meningkatkan kekakuan campuran aspal yang dapat meningkatkan ketahanan campuran terhadap deformasi permanan dan kemampuan menyebarkan beban yang diterima, namun dilain pihak campuran aspal akan menjadi lebih getas sehingga akan menurunkan ketahanan terhadap beben yang berulang-ulang. Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah digunakan sebagai bahan pengikat dalam campuran aspal dan dihamparkan dilapangan. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat aspal akan berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan yang terjadi baik saat pencampuran, pengangkutan dan penghamparan aspal dilapangan. Perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdaktilitas rendah atau aspal mengalami penuaan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal. Pengujian kualitatif aspal biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Uji durabilitas campuran ini dilakukan untuk mengetahui daya rekat aspal terhadap agregat dengan cara aspal beton direndam dalam air, aspal dengan daya adesi yang kuat akan melekat erat pada permukaan agregat. Durabilitas campuran aspal beton dapat ditinjau dari besarnya nilai pembacaan dari nilai kekuatan tarik tak langsung pada pengujian indirect tensile strength. Prosedur pengujian durabilitas mengikuti rujukan Standar Nasional Indonesia 2008 perendaman dilakukan pada temperature 60º C selama 24 jam. Benda uji direndam pada bak perendaman untuk semua variasi kadar aspal. 3. Kelenturan atau fleksibilitas Kelenturan atau fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat penurunan konsolidasi dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat dari repetisi beban lalu lintas, ataupun penurunan akibat berat sendiri tanah timbunan yang dibuat diatas tanah asli. Fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan mempergunakan agregat bergradasi terbuka dengan kadar aspal yang tinggi. Darunifah didalam tesisnya menjelaskan bahwa kadar aspal yang tinggi mempunyai sifat mekanis rheologic, yaitu hubungan antara tegangan stress dan regangan strain dipengaruhi oleh waktu. Apabila mengalami pembebanan dengan yang sangat cepat, maka aspal akan bersifat elastis, tetapi jika pembebananya terjadi dalam jangka waktu yang lambat maka sifat aspal menjadi plastis. 4. Ketahanan terhadap kelelahan fatique resistance Sukirman 2003 men definisikan ketahanan terhadap kelelahan fatique resistance adalah kemampuan beton aspal menerima lendutan akibat repetisi beban, tanpa terjadinya kelelahan berupa alur dan retak. 5. Kekesatanketahanan geser Skid resistance Sukirman 2003 men definisikan kekesatanketahanan geser Skid resistance adalah kemampuan permukaan beton aspal terutama pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga kendaraan tidak tergelincir, ataupun selip. Faktor –faktor untuk mendapatkan kekesetan jalan sama dengan untuk mendapakan stabilitas yang tinggi, yaitu kekasaran permukaan dari butiran-butiran agregat, luas bidang kontak antara butiran atau bentuk butiran, gradasi agregat yang digunakan tidak saja harus mempunyai permukaan gradasi yang kasar, tetapi juga mempunyai daya tahan pada lapis permukaannya tidak mudah menjadi licin akibat repetisi kendaraan. 6. Kedap air Impermeabilitas Sukirman 2003 men definisikan kedap air Impermeabilitas adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udara dapat mengakibatkan percepatan proses penuaan aspal, dan pengelupasan filmselimut aspal dari permukaan agregat. Jumlah pori yang tersisa setelah beton aspal dipadatkan dapat menjadi indikator kekedapan air campuran. Tingkat impermebilitas beton aspal berbanding terbalik dengan tingkat durabilitasnya. 7. Mudah dilaksanakan Workability Sukirman 2003 men definisikan mudah dilaksanakan workability adalah kemampuan campuran beton aspal untuk mudah dihamparkan dan dipadatkan. Tingkat kemudahan dalam pelaksanaan, menentukan tingkat efisiensi pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kemudahan dalam proses penghamparan dan pemadatan adalah viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur, dan gradasi serta kondisi agregat. Revisi atau koreksi terhadap rancangan campuran dapat dilakukan jika ditemukan kesukaran dalam pelaksanaan.

B. Sifat Volumetrik Dari Campuran Aspal Yang Telah Dipadatkan