digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu. 6 Dan sumber-sumber pendukung lainnya.
1. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data
secara langsung dari lapangan yang berkaitan dengan permasalahan di atas. Dalam pengumpulan data tersebut penulis menggunakan metode
yaitu: a. Observasi
Observasi pengamatan adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematika atas fenomena-fenomena yang diteliti
17
dalam hal ini peneliti memperoleh data yang diperlukan dengan cara
datang dan melihat di lapangan sekitar terjadinya praktik pelunasan barang gadai yang tidak dijadikan jaminan dalam akad
Al-qard} itu berlangsung, yaitu di koperasi STF syariah Ar-Rahman surabaya.
b. Wawancara Intervew Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
18
Teknik ini digunakan untuk menggali data atau informasi dari nasabah
dikoperasi STF syariah ar-rahman surabaya yang berkaitan langung
17
Sutrisno Hadi
, Metodologi Research II
Yogyakarta: Andi Offset, 1989, 217.
18
Sugiyono, Memahami
Penelitian Kualitatif
, Bandung: Alfa Beta, 2008, 72.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dengan pelunasan barang gadai yang tidak dijadikan jaminan dalam akad
al-qard} yaitu penghutang dan pemberi utang. c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen.
19
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode Observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.
20
Pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang didukung dari data sekunder
yang berkaitan dengan Praktik pelunasan barang gadai yang tidak dijadikan jaminan dalam akad
Al-qard} di koperasi STF syariah Ar- Rahman surabaya.
2. Teknik pengolahan data Teknik pengolahan data yang digunakan peneliti adalah :
21
a. Editing Editing yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang
diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.
19
M. Iqbal Hasan,
Metodologi Penelitian dan Aplikasinya
, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002, 87.
20
Sugiyono,
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, Cet. XIV
, Bandung: Alfa Beta, 2011, 240.
21 Ibid., 243-246.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Teknik ini digunakan penulis untuk memeriksa kelengkapan data- data yang sudah dikumpulkan dan akan digunakan sebagai sumber-
sumber studi dokumentasi. b. Organizing
Organizing yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang
sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis. c. Penemuan Hasil
Penemuan hasil yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai
kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.
3. Teknik analisis data Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
22
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif yaitu cara analisis yang cenderung
22
Sugiyono,
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, Cet. XIV
...., 244.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menggunakan kata-kata untuk menjelaskan fenomena atau data yang diperoleh.
23
Data kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang tidak berbentuk angka dan digunakan untuk analisa data deskriptif kualitatif
dengan menggunakan pola pikir induktif. Pola pikir Induktif adalah berfikir yang didasarkan pada rumusan-rumusan yang khusus.
24
I. Sistematika Pembahasan
Agar penulisan dalam penelitian ini tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan dan lebih mudah untuk dipahami serta lebih sistematis dalam
penyusunannya, maka penulis membagi lima bab dalam penulisan pada penelitian ini yang sistematikanya sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitaian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, kajian pustaka, metode penelitian meliputi data yang dikumpulkan, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik analisis data serta sistematika pembahasan.
25
Bab kedua, membahas landasan teori tentang qard}, dan gadai memuat
uraian menurut KHES kompilasi Hukum ekonomi syariah, sub bab baik
23
Drajat Suharjo,
Metode Penelitian dan Penulisan Laporan Ilmiah
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993, 178.
24
Sutrisno Hadi,
Metodologi Research,
Jilid I Yogyakarta: Andi Offset, 2001, 42.
25
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam,
Petunjuk Penulisan Skripsi,
Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014, 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pengertian dan dasar hukum, syarat, rukun, akad berdasarkan pada KHES kompilasi Hukum
ekonomi syariah . Bab ketiga, praktik pelunasan barang gadai yang tidak dijadikan jaminan
dalam akad Al-qard} dikoperasi STF Ar-Rahman syariah Surabaya. Bab ini
memuat deskripsi tempat praktik pelunasan barang gadai yang tidak dijadikan jaminan dalam akad
Al-qard} yaitu profil sejarah, legalitas, produk dan akad, aplikasi pelunasan barang gadai yang tidak dijadikan jaminan
dalam akad Al-qard} di koperasi STF syariah Ar-Rahman Surabaya.
Bab keempat, analisis hukum ekonomi syariah terhadap praktik pelunasan barang gadai yang tidak dijadikan jaminan dalam akad
Al-qard} dikoperasi STF syariah Ar-Rahman Surabaya. Analisis data berisi tentang tinjauan
hukum ekonomi syariah terhadap pelunasan barang gadai yang tidak dijadikan jaminan dalam akad
Al-qard} di koperasi STF syariah Ar-Rahman Surabaya.
Bab kelima merupakan bab akhir dari hasil penelitian yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20 BAB II
GADAI DAN AL-QARD}
MENURUT HUKUM EKONOMI SYARIAH
A. Gadai 1. Pengertian Gadai
Secara etimologi, gadai rahn merupakan bentu masdar dari:
نهر –
نهري –
نهر yang artinya menggadaikan atau menungguhkan. Pengertian
gadai rahn secara bahasa mempunyai dua makna yaitu
اودلا و تْوبثلا tetap dan lama, yakni tetap atau berarti
ْوز لا و سْبحْلا pengekangan dan keharusan.
1
Gadai Rahn adalah menahan salah satu harta milik si
peminjam jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa gadai adalah jaminan utang.
2
Ulama fiqh berbeda pendapat dalam mendefinisikan gadai rahn:
a. Menurut Nasrun Haroen, Gadai rahn adalah menjadikan suatubarang sebagai jaminan terhadap hak piutang yang mungkin
dijadikan sebagai pembayaran hak piutang itu, baik keseluruhannya ataupun ataupun sebagainya.
3
b. Menurut Sayyid Sabiq, Gadai rahn adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syarak sebagai jaminan
hutang, sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil seluruh atau sebagian hutang tersebut karena adany barang.
4
1
Rachmat Syafi’i,
Fiqih Muamalah,
III Bandung: CV Pustaka Setia,2006,159.
2
Muha ad Syafi’i A to io,Ba k Syariah dari Teori ke Praktik Jakarta: Ge a I sa i,
, 8.
3
Nasrun Haroen, Fiqh MuamalahJakarta: Gaya Media Pratama,2000,252.
4
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,III Bairut: Dar al-Fikri, t.t, 187.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
c. Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah:
5
ِِئ في يِ ي ِ ي ِي ف س ي ِيً ِثي ي يُ ج
Artinya: “ Menjadikan suatu benda sebagai jaminan utang yang dapat dijadikan pembayar ketika berhalangan dalam membayar utang”.
d. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-Mugni:
6
يْ ِايِِ ثي ِي ف س ِيِ ِيً ِثي يُ ي ِ ايُ ْا ي
ي ي ِي فِسِا
Artinya: Harta yang dijadikan jaminan utang sebagai pembayar harga nilai utang ketika yang berutang berhalangan tak mampu membayar
utangnya kepada pemberi jaminan.
B. Objek Gadai
Selama barang gadai ada di tangan pemegang gadai, maka kedudukannya hanya merupakan suatu amanat yang dipercayakan
kepadanya oleh pihak penggadai.
7
Marhun merupakan barang jaminan, penyerahan
marhun merupakan wasilah untuk orang yang diberikan marhun dengan tujuan supaya orang yang marhun memberikan keamanan
kepada marhun dan supaya murtahin merasa ketika utangnya diberikan
jaminan. Di antara syarat-syarat memegang
marhun adalah: 1. Atas seijin Rahin
Ulama sepakat bahwa murtahin diperbolehkan memegang jaminan atas seijin
rahin , baik secara sarih jelas maupun dilalah petunjuk.
5
Muhammad Al-Syarbini, Mugni Al-Muhtaj,II t.p:t,t,121.
6
Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, al-mugni LI Ibni Qudamah.., 361.
7
Ahmad Azhar Basyir, Riba Utang Piutang Dan Gadai . hlm.53.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Rahin dan murtahin harus ahli akad 3. Murtahin harus tetap memegang rahin
Posisi objek gadai Marhu
n dalam keadaan berikut: 1. Menggadaikan barang milik orang lain
Seseorang boleh menggadaikan barang milik orang lain atas seizinnya, seperti barang yang dipinjam dan barang yang disewa. Jika
seseorang tidak memiliki kewenangan atas barang yang digadaikan dan ia menyerahkannya kepada
murtahin, maka dengan penyerahan ini berarti ia telah melakukan tindakan pelanggaran. Jika pemilik barang
mengijinkan dan mengesahkannya maka akad rahn gadai itu sah,
namun jika tidak maka tidak sah.
8
a. Menggadaikan barang pinjaman Seseorang boleh meminjam harta milik orang lain untuk ia
gadaikan dengan izin pemilik hal ini berartu harta adalah mutabarri’
orang yang berderma. Namun jika pemilik harta yang meminjamkan membatasinya dengan suatu syarat atau batasan tertentu ketika
meminjamkan, maka pihak yang meminjam harus memenuhi syarat tersebut dan jika orang yang meminjam menyalahi batasan dan syarat
yang ditetapkan maka ia menanggung denda nilai barang yang ia pinjam dan gadaikan itu jika mengalami kerusakan.
9
8
Wahbah Zuhaili,
Fiqih Islam wa adillatuhu,
Abdul Hayyi al KattaniJakarta: Gema Insani,2011, 168.
9
Ibid
,
164.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Karena dengan pelanggaran tersebut, berarti ia berubah sebagai orang yang menggashab dan akad
rahn yang ada batal dan tidak sah sebab
rahn tersebut dilakukan terhadap barang ghasaban sebagai objek gadai
marhun.
10
b. Menggadaikan barang yang telah digadaikan. Akad
rahn ada kalanya barang yang digadaikan didalamnya hanyalah sebagiannya atau keseluruhan. Jika barang yang digadaikan
hanya sebagian, dan sebagiannya lalu digadaikan lagi, maka hukum yang berlaku di dalam kasus ini sama dengan hukum yang berlaku didalam
masalah menggadaikan harta al-musha’a umum dan global.
11
Jika seorang menggadaikan barang secara keseluruhan, lalu ia ingin menggadaikannya lagi dengan orang lain maka akad
rahn yang kedua ini tidak boleh menurut sebagian besar ulama’ karena bersinggungan
dengan hak murtahin, karena harta pada barang yang digadaikan adalah
untuknya. Akan tetapi jika murtahin pertama memperbolehkan akad
rahn yang kedua, maka akad rahn yang kedua sah, namun pergadaian pihak
murtahin yang pertama batal. Begitu juga pergadaian
murtahin batal jika barang yang ia terima sebagai pegadaian justru ia gadaikan sendiri sebagai jaminan utang
pribadinya atas seijin pemilik barang tersebut. Hukumnya sama dengan menggadaikan barang pinjaman untuk digadaikan.
12
10
Ibid, 165.
11
Ibid, 170.
12
Ibid, 171.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
C. Dasar Hukum Gadai
Hukum islam tentang gadai adalah boleh jaiz berdasarkan Al- Qur’an, Sunnah, dan Ijma’.
Dalil Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah: 283
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya hutangnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu para saks
Menyembunyikan persaksian, dan Barang siapa yang menyembunyikanya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. QS; Al Baqarah, ayat 283
13
Dalil Sunnah,
ي ِئ
ي ِض
ي ُها
ي يا
ي ِ ا
ي ص
ي ُها
ي ِي
س ي
شِا يط
ي يِ
ي ِ
ي ِا
ي جا
ي ٍي
ِ ي
يِ ي
ِ ِ يُ
يا ي
ي س
َ
“Dari ‘Aisyah ra. berkata, bahwasannya Nabi Saw. pernah memberi makanan dari orang yahudi sampai kepada waktu yang telah ditentukan
dan beliau mengadaikannya dengan suatu baju besi”.
14
Hadis yang sama juga diriwayatkan dari Anas Ibnu Malik r.a.,
13
Departemen Agama RI,
Al Quran dan ...,
67.
14
Al-Bukhory..., no 1926.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
صيِهايُ س ي س يِ يَهاي
ي يا ِشي ِي خ فيِ ِ ْ ِيِ ِ ي ِ ي ي ِ
َِل ِِ
“Rasulullah SAW menggadaikan perisai beliau kepada seorang Yahudi di Madinah untuk mendapatkan gandum yang beliau gunakan untuk
memberi nafkah istri beliau”.
15
Para ulama sepakat bahwa gadai hukumnya boleh dan tidak pernah mempertentangkan tentang hukum mubah gadai dan landasan hukumnya.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa syariat tersebut diberlakukan bagi orang yang bepergian dan tidak bepergian, dengan dalil perbuatan
Rasulullah SAW.
16
Hadist dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Al- Bukhari, yang berbunyi:
ِ ي ي ِ ايِ ي ِ ي خ يٍ ي يِهاي ي خ ي ِ ي ي ي ث
ي ي يا ِايِِ ْف ِي
ي اي س يِ يُهاي صيِهايُ س ي قي, قي ي ي
ي ا ُي ف اي ي ي
ي ِ اي ي
ي يا ِاي ف اي يِا اي
َ ا
Telah meriwayatkan kepada Nabi Muhammad bin muqatil mengabarkan kepada
kami Abdullah bin Mubarak, mengabarkan kepada kami Zakariyya dari Sya’bi dari Abu
Hurairah, dari Nabi saw., bahwasannya beliau bersabda :
Kendaraan dapat digunakan dan hewan ternak dapat pula
diambil manfaatnya apabila digadaikan. Penggadai wajib
memberikan nafkah dan penerima gadai boleh mendapatkan manfaatnya.HR. Al-Bukhari
17
15
Wahbah Zuhaili,
Fiqih Islam wa adillatuhu...,
109.
16
Sayyid Sabiq,
Fiqh Sunnah,
IV Darul Fath,2004, 188.
17
Al-Bukhari Al-Ju’fiy,
S
h
ahih Al-Bukhari
, Dar Al-Fikr, 1983, juz 3, 116.