LAPORAN PRAKTIKUM ANALITIK INSTRUMEN PRO
LAPORAN PRAKTIKUM ANALITIK INSTRUMEN
Spektrofotometri - UV
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analitik Instrumen
Oleh
Daniel Wijaya
(141411035)
Driyarta Lumintu (141411037)
Eri Ismail (141411038)
Kelas 1B
PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
(2)
I.
TUJUAN
I.1 Menentukan kadar kafein menggunakan alat spektrofotometri uv I.2 Mengetahui penentuan panjang gelombang maksimum
I.3 Mengetahui absorbansi dari panjang gelombang yang diketahui I.4 Dapat menjalankan alat spektrofotometri uv
II.
DASAR TEORI
Spektrofotometri UV merupakan salah satu metode analisis yang dilakukan dengan panjang gelombang 100 - 400 nm menggunakan spektrofotometer. Prinsip dasar pada spektrofotometri UV adalah sampel harus jernih dan larut sempurna, tidak ada partikel koloid apalagi suspensi. Jika sampel keruh maka harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentrifugasi.
Mekanisme kerja dari spektrofotometer pada dasarnya adalah memencilkan cahaya monokromatik kemudian cahaya tersebut dilewatkan pada suatu sampel yang diukur kekuatan radiasinya dan mengukur absorbansi sampel karena adanya interaksi atom, molekul, dan ion pada sampel tersebut. Panjang gelombang yang diserap sampel dari sejumlah cahaya yang diberikan sebanding denngan konsentrasi sampel dan ketebalan larutan sampel, hubungan ini secara matematis menurut Hukum Lambert-Beer :
A = ebc
Ket : A = absorban
e = absorptivitas molar (Lcm-1mol-1)
b = ketebalan kuvet (cm) c = konsentrasi (molL-1)
Panjang gelombang maksimal digunakan dalam analisis kuantitatif, karena :
1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannnya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. 2. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi
datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi 3. Jika dilakukakan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan
oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal. (Rohman, Abdul, dalam Reza. No date)
(3)
Buat 100 mL larutan induk kafein (100ppm) dalam larutan HCl 0,1 NBuat Larutan Standar (2ppm;4ppm;8ppm;10ppm;12ppm)Tentukan λmaks, ukur absorban dari berbagai λUkur serapan dari berbagai konsentrasi larutan pada λ yang ditentukan
Kafein
Kafeina atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina (C8H10N4O2) berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai
obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kristal kafein dalam air merupakan jarum-jarum bercahaya. Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform. Di dalam kafein terdapat kromofor yang dapat menyerap atau mengabsorpsi radiasi elektromagnetik di daerah panjang gelombang ultraviolet dan daerah cahaya tampak.
III. ALAT DAN BAHAN
No Alat Bahan
1. Labu ukur 100 mL HCl 0,1 N
2. Labu ukur 25 mL Kafein 1000 ppm 3. Gelas kimia 50 mL Aquades
4. Gelas kimia 500 mL 5. Botol semprot 6. Pipet tetes
7. Pipet ukur 10 mL 8. Piprt ukur 5 mL 9. Bola hisap
1
0. Spatula 1
1. Corong 1
2. Batang pengaduk
IV.
CARA KERJA
Pembuatan Larutan Standard dan Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
(4)
Keluarkan silica gel dari sample compartement Nyalakan alat
Buka monitor, bila tampabiru, putar tombol sebelah kananTunggu sampai proses inisialisasi selesai, kemudian muncul tampilan mode menu
Pilih menu spektrum
Tekan angka 2, atur parameter; setting meas mode; scanning range; rec range; speed no of scan; display mode
Masukkan kuvet berisi larutan blankoTekan tombol ‘Base Corr’ F1, tunggu sampai : 0,000 A
Ganti kuvet blanko dengan larutan standar Tekan tombol start, akan muncul spectrum antara Abs dan wave length
Mucul tampilan kurva A vs λ Tekan ‘data procc’ F2; peak(3) untuk λmaks dan absorbansi
Pilih menu photometricTekan 1, go to WL, isi λMasukkan dua kuvet berisi larutan blankoTekan tombol ‘auto zero’ sampai A : 0,000A
Ganti kuvet dengan larutan sampel Tekan tombol start
Ganti larutan sampel pada kuvet dengan larutan sampel lain Mucul table photometric
Pilih menu quantitativeAtur parameter meas, 1λ; isi λMethod; multi point; isi jumlah larutan standar Orde 1 enter; zero intept no enter
No of meas 1; unit ppm; data print no Masukkan kuvet larutan blanko pada kedua sisi
Tekan tombol auto zero, tunggu sampai 0,000A Tekan start, masukkan nilai konsentrasi larutan standar
Muncul tampilan : No| Con | ABSTekan meas, ganti larutan blanko dengan larutan standar ke 1Tekan start; akan keluar nilai ABSGanti kuvet dengan larutan standar berikutnya sampai pengukuran selesai
Tekan ‘cal. Curve’ F1 untuk melihat tampilan kurva IV.1 Menyalakan Alat
IV.2 Pengukuran Spektrum (untuk penentuan λmaks)
IV.3 Pengukuran Photometric Untuk Mengukur A atau %T, jika λmaks
Sudah Diketahui
(5)
Tekan ‘return’; kembali ke menu utama quantitativeGanti kurva larutan standar dengan larutan sampelTekan start; muncul tampilan konsentrasi sampel
Kosongkan compartement cellMasukkan kembali silica gelPutar tombol sebelah kanan hingga layar monitor tampak biru IV.5 Pengukuran Konsentrasi Sampel (setelah tahap pembuatan
kurva kalibrasi)
IV.6 Mematikan alat
V.
DATA PENGAMATAN
V.1 Pengukuran Spektrum(6)
V.3 Pengukuran Quantitative
(7)
VI. PERHITUNGAN
Perhitungan pembuatan larutan induk kafein 100 ppm :
V1.N1 = V2.N2
V1.1000 ppm = 100 mL. 100 ppm V1 =
10000
1000
=
10
mL
Perhitungan pembuatan larutan standar kafein:
Larutan kefein 2 ppm V1. N1 = V2.N2
V1. 100 ppm = 25 mL.2 ppm V1 =
50
100
=
0,5
mL
Larutan kafein 4 ppm V1. N1 = V2.N2
V1. 100 ppm = 25 mL.4 ppm V1 =
100
100
=
1
mL
Larutan kafein 8 ppm V1. N1 = V2.N2
V1. 100 ppm = 25 mL.8 ppm V1 =
200
100
=
2
mL
Larutan kafein 10 ppm V1. N1 = V2.N2
(8)
V1 =
250
100
=
2,5
mL
Larutan kafein 12 ppm V1. N1 = V2.N2
V1. 100 ppm = 25 mL.12 ppm V1 =
300
100
=
3
mL
Pengukuran Konsentrasi SampelBredasarkan Perhitungan :
Y = 0,042X - 0,0078 (y = absorbansi; x = konsentrasi) R2 = (0,92)2 = 0,855
Sampel 1
0,186 = 0,042X - 0,0078 0,042 X = 0,186 + 0,0078 X = 4,6142 ppm
Sampel 2
0,188 = 0,042X - 0,0078 0,042X = 0,188 + 0,0078 X = 4,6619 ppm
Sampel 3
0,212 = 0,042X - 0,0078 0,042X =0,212 + 0,0078 X = 5,23 ppm
Sampel 4
0,247 = 0,042X - 0,0078 0,042X = 0,247 + 0,0078 X = 6,06
Konsentrasi sampel
Sampel Berdasarkan alat Berdasarkan perhitungan
1 4,7989 ppm 4,6142 ppm
2 4,8518 ppm 4,6619 ppm
3 5,4405 ppm 5,23 ppm
4 6,2705 ppm 6,06 ppm
VII. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN
1. Panjang gelombang maksimum berdasarkan praktikum 272,6 nm 2. Absorban yang didapat dari praktikum
Konsentrasi (ppm) ABS
(9)
4 0,188
8 0,165
10 0,437
12 0,541
Sampel 1 0,186
Sampel 2 0,188
Sampel 3 0,212
Sampel 4 0,247
3. Konsentrasi sampel yang di dapat dari praktikum Sampel Konsentrasi
1 4,6142 ppm
2 4,6619 ppm
3 5,23 ppm
4 6,06 ppm
4. Semakin besar nilai absorbansi maka semakin besar pula konsentrasi sampel yang
didapat.
5. Semakin pekat larutan maka semakin besar konsentrasi zat pada larutan tersbut.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. “Kafeina”. http://id.wikipedia.org/wiki/Kafeina. [22 April 2015].
Seran, Emel. 2011. “Spektrofotometri UV”. https://wanibesak.wordpress.com/2011/07/07/spektrofotometri-uv-ultraviolet/. [22 April 2015].
Reza, Muhammad. No date. “Paper Spektro”. http://www.academia.edu/6807678/Paper_Spektro. [22 April 2015]. Yuvitasari, Yova. No date. “Penentuan Kadar Kafein Spektrofotometri
Shimadzu”. https://yovayuvitasari.wordpress.com/laporan-praktikum/penentuan-kadar-kafein-spektrofotometer-shimadzu/. [22 April 2015]
(1)
Keluarkan silica gel dari sample compartement Nyalakan alat
Buka monitor, bila tampabiru, putar tombol sebelah kananTunggu sampai proses inisialisasi selesai, kemudian muncul tampilan mode menu
Pilih menu spektrum
Tekan angka 2, atur parameter; setting meas mode; scanning range; rec range; speed no of scan; display mode
Masukkan kuvet berisi larutan blankoTekan tombol ‘Base Corr’ F1, tunggu sampai : 0,000 A
Ganti kuvet blanko dengan larutan standar Tekan tombol start, akan muncul spectrum antara Abs dan wave length
Mucul tampilan kurva A vs λ Tekan ‘data procc’ F2; peak(3) untuk λmaks dan absorbansi
Pilih menu photometricTekan 1, go to WL, isi λMasukkan dua kuvet berisi larutan blankoTekan tombol ‘auto zero’ sampai A : 0,000A
Ganti kuvet dengan larutan sampel Tekan tombol start
Ganti larutan sampel pada kuvet dengan larutan sampel lain Mucul table photometric
Pilih menu quantitativeAtur parameter meas, 1λ; isi λMethod; multi point; isi jumlah larutan standar Orde 1 enter; zero intept no enter
No of meas 1; unit ppm; data print no Masukkan kuvet larutan blanko pada kedua sisi
Tekan tombol auto zero, tunggu sampai 0,000A Tekan start, masukkan nilai konsentrasi larutan standar
Muncul tampilan : No| Con | ABSTekan meas, ganti larutan blanko dengan larutan standar ke 1Tekan start; akan keluar nilai ABSGanti kuvet dengan larutan standar berikutnya sampai pengukuran selesai
Tekan ‘cal. Curve’ F1 untuk melihat tampilan kurva IV.1 Menyalakan Alat
IV.2 Pengukuran Spektrum (untuk penentuan λmaks)
IV.3 Pengukuran Photometric Untuk Mengukur A atau %T, jika λmaks Sudah Diketahui
(2)
Tekan ‘return’; kembali ke menu utama quantitativeGanti kurva larutan standar dengan larutan sampelTekan start; muncul tampilan konsentrasi sampel
Kosongkan compartement cellMasukkan kembali silica gelPutar tombol sebelah kanan hingga layar monitor tampak biru IV.5 Pengukuran Konsentrasi Sampel (setelah tahap pembuatan
kurva kalibrasi)
IV.6 Mematikan alat
V.
DATA PENGAMATAN
V.1 Pengukuran Spektrum
(3)
V.3 Pengukuran Quantitative
(4)
VI. PERHITUNGAN
Perhitungan pembuatan larutan induk kafein 100 ppm :
V1.N1 = V2.N2
V1.1000 ppm = 100 mL. 100 ppm V1 =
10000
1000
=
10
mL
Perhitungan pembuatan larutan standar kafein:
Larutan kefein 2 ppm V1. N1 = V2.N2
V1. 100 ppm = 25 mL.2 ppm V1 =
50
100
=
0,5
mL
Larutan kafein 4 ppm V1. N1 = V2.N2V1. 100 ppm = 25 mL.4 ppm V1 =
100
100
=
1
mL
Larutan kafein 8 ppm V1. N1 = V2.N2V1. 100 ppm = 25 mL.8 ppm V1 =
200
100
=
2
mL
Larutan kafein 10 ppm V1. N1 = V2.N2(5)
V1 =
250
100
=
2,5
mL
Larutan kafein 12 ppm V1. N1 = V2.N2V1. 100 ppm = 25 mL.12 ppm V1 =
300
100
=
3
mL
Pengukuran Konsentrasi SampelBredasarkan Perhitungan :
Y = 0,042X - 0,0078 (y = absorbansi; x = konsentrasi) R2 = (0,92)2 = 0,855
Sampel 1
0,186 = 0,042X - 0,0078 0,042 X = 0,186 + 0,0078 X = 4,6142 ppm
Sampel 2
0,188 = 0,042X - 0,0078 0,042X = 0,188 + 0,0078 X = 4,6619 ppm
Sampel 3
0,212 = 0,042X - 0,0078 0,042X =0,212 + 0,0078 X = 5,23 ppm
Sampel 4
0,247 = 0,042X - 0,0078 0,042X = 0,247 + 0,0078 X = 6,06
Konsentrasi sampel
Sampel Berdasarkan alat Berdasarkan
perhitungan
1 4,7989 ppm 4,6142 ppm
2 4,8518 ppm 4,6619 ppm
3 5,4405 ppm 5,23 ppm
4 6,2705 ppm 6,06 ppm
VII. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN
1. Panjang gelombang maksimum berdasarkan praktikum 272,6 nm 2. Absorban yang didapat dari praktikum
Konsentrasi (ppm) ABS
(6)
4 0,188
8 0,165
10 0,437
12 0,541
Sampel 1 0,186
Sampel 2 0,188
Sampel 3 0,212
Sampel 4 0,247
3. Konsentrasi sampel yang di dapat dari praktikum
Sampel Konsentrasi
1 4,6142 ppm
2 4,6619 ppm
3 5,23 ppm
4 6,06 ppm
4. Semakin besar nilai absorbansi maka semakin besar pula konsentrasi sampel yang
didapat.
5. Semakin pekat larutan maka semakin besar konsentrasi zat pada larutan tersbut.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. “Kafeina”. http://id.wikipedia.org/wiki/Kafeina. [22 April 2015].
Seran, Emel. 2011. “Spektrofotometri UV”.
https://wanibesak.wordpress.com/2011/07/07/spektrofotometri-uv-ultraviolet/. [22 April 2015].
Reza, Muhammad. No date. “Paper Spektro”.
http://www.academia.edu/6807678/Paper_Spektro. [22 April 2015]. Yuvitasari, Yova. No date. “Penentuan Kadar Kafein Spektrofotometri
Shimadzu”. https://yovayuvitasari.wordpress.com/laporan-praktikum/penentuan-kadar-kafein-spektrofotometer-shimadzu/. [22 April 2015]