complex sebagai vitamin dengan dosis 0,25 cc untuk 1 ekor anak kelinci,
disuntikkan secara intramuskuler dibagian paha kelinci, dan anti bloat untuk obat
mencret dan kembung dengan dosis 1 sendok untuk 1‐3 ekor, pemberiannya
melalui mulut. Kandang, tempat pakan dan minum dibersihkan setiap hari pada
pagi hari. Pakan pellet diberikan pada jam 08.00 WIB dan 14.00 WIB serta
pemberian rumput lapangan pada jam 14.00 WIB dan jam 18.00 WIB.
6. Pengumpulan
Data
1. Bobot hidup adalah bobot sebelum di potong
2. Bobot karkas adalah bobot tubuh kelinci di kurangi dengan bobot kulit, kepala,
ekor, organ dalam serta darah
Bobot karkas= bobot tubuh kosong‐bobot non karkas 3.
Persentasi karkas adalah perbandingan bobot karkas dengan bobot hidup di kali seratus
persen. Persentase karkas= bobot karkas
Bobot hidup
100
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Karkas
Bobot karkas diperoleh dari penimbangan bobot karkas kelinci setelah dipisahkan
kaki,
kepala, kulit dan bulu, isi pencernaan dan darah. Data rataan bobot karkas ternak
kelinci dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data rataan bobot karkas kelinci selama penelitian g
Perlakuan Ulangan
Total Rataan ±
sd 1 2 3 4 5
P0 1488,95 1450,50 1458,20 1461,30 1447,30 7306,25 1461,25
±16,48
d
P1 1364,25 1367,35 1368,40 1362,80 1386,45 6849,25 1369,85
± 9,5
c
P2 1298,70 1293,15 1280,50 1273,65 1304,45 6450,45 1290,09
±12,77
b
P3 1257,10 1232,05 1224,60 1242,80 1246,70 6203,25 1240,65
±12,68
a
Total 5409,00 5343,05 5331,70 5340,55 5384,90 26809,20
Rataan 1352,25 1335,76 1332,93 1335,14 1346,23
1340,46
Dari data rataan bobot karkas pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa rataan bobot
karkas kelinci yaitu sebesar 1.340,46 g. Rataan bobot karkas tertinggi pada perlakuan P0
yaitu sebesar 1.461,25 g. Rataan bobot karkas terendah pada perlakuan P3 yaitu sebesar
1.240,65 g.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini diasumsikan karena pakan pembanding atau pakan dengan peralakuan kontrol P0
yaitu pakan komersil memiliki kandungan nutrisi yang cukup dibandingkan pakan
dengan kulit ubi kayu fermentasi. Kandungan nutrisi sangat berpengaruh dalam
pertambahan bobot badan yang mana berhubungan dengan pembentukan karkas.
Semakin tinggi pertambahan bobot badan maka semakin tinggi pula bobot karkas yang
diperoleh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo 1992, menyatakan bahwa
persentase karkas merupakan faktor penting untuk menilai produksi ternak karena
produksi sangat erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah
bobot hidupnya maka produksi karkasnya semakin meningkat.
Untuk mengetahui pengaruh pakan terhadap karkas kelinci maka dilakukan
analisis keragaman menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel sehingga
pemanfaatan kulit ubi kayu Manihot utilisima fermentasi dengan mikroorganisme lokal
dalam pakan terhadap karkas kelinci lepas sapih memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap bobot karkas.
Hal ini diasumsikan bahwa pakan setiap perlakuan memberikan respon yang tidak
sama kualitasnya terhadap konsumsi. Untuk menentukan perlakuan mana yang paling
1461.25 1369.85
1290.09 1240.65
1100 1150
1200 1250
1300 1350
1400 1450
1500
P0 P1
P2 P3
Gram ekor
Rataan Bobot Badan Karkas
Perlak…
Universitas Sumatera Utara
potensial untuk mengetahui perbedaan setiap perlakuan perlu dicari nilai
pembandingnya dan dilakukan uji lanjut yaitu uji Tukey seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Tukey bobot karkas
Perlakuan Rataan
± sd P0
1461.25 ±
16.48
d
P1 1369.85
± 9.55
c
P2 1290.09
± 12.77
b
P3 1240.65
± 12.68
a
Keterangan: Pemberian notasi yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan
perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata P0,05
Uji Tukey didapat hasil perlakuan P0, P1, P2, P3 tidak mempunyai notasi yang
sama. Tabel 4 menunjukkan bahwa P0 lebih potensial dibandingkan dengan perlakuan
pada P1, P2 dan P3 dengan rataan karkas yaitu sebesar 1.461,25g. Tingginya bobot
karkas pada perlakuan P0 dikarena tingginya konsumsi pakan yang menyebab bobot
karkas yang tinggi juga begitu juga dengan kandungan nutrisi yang terkandung pada P0
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Persentase Karkas
Persentase karkas diperoleh dari perbandingan bobot karkas dengan bobot
hidup di kali seratus persen . Data rataan persentase karkas pada ternak kelinci dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data rataan persentase karkas
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
± sd 1
2 3
4 5
P0 67.71
66.87 66.74
67.65 65.79
334.76 66.95±
0.79
b
Universitas Sumatera Utara
P1 64.84
65.83 65.29
65.84 66.34
328.13 65.63±
0.58
ab
P2 66.26
64.34 66.35
64.33 64.87
326.13 65.23±
1.01
a
P3 66.44
64.37 66.48
66.07 66.42
329.79 65.96±
0.90
ab
Total 265.25
261.41 264.85 263.89
263.41 1318.81
Rataan 66.31
65.35 66.21
65.97 65.85
65.94
Dari Tabel 5 data rataan persentase karkas didapat hasil rataan persentase karkas
sebesar 65.94 g. Dengan rataan persentase karkas tertinggi pada perlakuan P0 sebesar
66.95 g dan rataan persentase karkas terendah terdapat pada perlakuan P2 sebesar
65.23 g.
Hal ini sejalan dengan bobot karkas, semakin tinggi bobot karkas maka persentase
karkas juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeparno 1994,
persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dan bobot hidup yang
mempunyai faktor penting dalam produksi ternak potong sebenarnya, karena dalam
bobot hidup masih terdapat saluran pencernaan dan organ dalam yang beratnya
berbeda untuk masing‐masing ternak. Persentase karkas dipengaruhi oleh
66.95
65.63 65.23
65.96
64 65
66 67
68
P0 P1
P2 P3
Persen Ekor
Persentase Karkas
Perlak…
Universitas Sumatera Utara
bertambahnya umur dan bobot hidup dan akan diikuti dengan peningkatan bobot karkas
yang dihasilkan.
Untuk menunjukkan bahwa pemanfaatan kulit ubi kayu Manihot utilisima fermentasi
dengan mikroorganisme lokal dalam pakan terhadap karkas kelinci lepas sapih
memberikan pengaruh nyata terhadap persentase karkas. Hal ini diasumsikan
bahwa pakan setiap perlakuan memberikan respon yang tidak sama setiap perlakuan.
Untuk menentukan perlakuan mana yang paling potensial untuk mengetahui perbedaan
setiap perlakuan perlu dicari nilai pembandingnya dan dilakukan uji lanjut yaitu
uji Tukey seperti pada Tabel 6. Tabel
6. Uji tukey persentase karkas Perlakuan
Rataan ± sd
P0 66.95
± 0.79
b
P1 65.63
± 0.58
ab
P2 65.23
± 1.01
a
P3 65.96
± 0.90
ab
Uji Tukey persentase karkas didapat hasil perlakuan P0 mempunyai notasi B yang
artinya mempunyai angka yang lebih baik dengan rataan persentase karkas sebesar
66.95g. Pada perlakuan P1 dan P3 mempunyai angka notasi yang sama Ab yang artinya
mempunyai pengaruh yang sama pada perlakuan. Pada perlakuan P2 mempunyai notasi
A mempuyai angka persentase karkas terkecil dari setiap perlakuan yaitu sebesar
65.23g. Tingginya persentase karkas pada perlakuan P0 dikarenakan ternak kelinci dapat
mengkonsumsi pakan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Bobot Potong
Bobot potong diperoleh dari bobot setelah dipuasakan dan setelah dipotong.
Data rataan bobot potong kelinci dapat dilihat pada Tabel 7
Tabel 7. Data rataan bobot potong g
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
± sd 1
2 3
4 5
P0 2199.00
2169.00 2185.00 2160.00 2200.00
10913.00 2182.60 ± 17.84
b
P1 2104.00
2077.00 1368.40 2070.00 2090.00
9709.40 1941.88
± 320.85
ab
P2 1960.00
2010.00 1930.00 1980.00 2011.00
9891.00 1978.20
± 34.44
ab
P3 1892.00
1914.00 1842.00 1881.00 1877.00
9406.00 1881.20
± 26.20
a
Total 8155.00
8170.00 7325.40 8091.00
8178.00 39919.40
Rataan 2038.75
2042.50 1831.35 2022.75
2044.50 1995.97
Dari data rataan bobot potong kelinci pada tabel memperlihatkan rataan bobot
potong kelinci sebesar 1.995.97g. Dengan rataan tertinggi pada perlakuan P0 sebesar
2.182,60 g dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 1.881,20 g.
rataan bobot potong sejalan dengan rataan bobot hidup, semakin tinggi bobot hidup
maka semakin tinggi pula rataan bobot potong ternak.
Hasil analisis kulit ubi kayu Manihot utilisima fermentasi dengan mikroorganisme
lokal dalam pakan terhadap karkas kelinci lepas sapih Oryctolagus cuniculus
memberikan pengaruh nyata terhadap bobot potong.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini diasumsikan bahwa pakan setiap perlakuan memberikan respon yang tidak sama setiap
perlakuan. Untuk menentukan perlakuan mana yang paling potensial untuk mengetahui
perbedaan setiap perlakuan perlu dicari nilai pembandingnya dan dilakukan
uji lanjut agar kita bisa mengetahi bobot potong yaitu dengan cara uji Tukey seperti
pada Tabel 8 Tabel
8. Uji tukey bobot potong
Perlakuan Rataan
± sd P0
2182.60 ±
17.84
b
P1 1941.88
± 320.85
ab
P2 1978.20
± 34.44
ab
P3 1881.20
± 26.20
a
Dengan uji Tukey bobot potong didapat hasil perlakuan P0 mempunyai notasi B
yang artinya mempunyai angka yang lebih baik dengan rataan persentase karkas sebesar
2.182.60g. Pada perlakuan P1 dan P2 mempunyai angka notasi yang sama AB yang
2182.60
1941.88 1978.20
1881.20
1700 1750
1800 1850
1900 1950
2000 2050
2100 2150
2200 2250
P0 P1
P2 P3
Gram ekor
Rataan Bobot potong
Perla…
Universitas Sumatera Utara
artinya mempunyai pengaruh yang sama pada perlakuan. Pada perlakuan P3
mempunyai notasi A mempuyai angka bobot potong terkecil dari setiap perlakuan yaitu
sebesar 1.881.20 g. Tingginya bobot potong pada perlakuan P0 disebabkan ternak kelinci
dapat mengkonsumsi pakan dengan baik karena konsumsi sangant mempengaruhi
pertambahan bobot badan, bobot hidup serta bobot karkas.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemanfaatan kulit ubi kayu Manihot utilisima fermentasi dengan mikrooganisme
lokal dalam pakan terhadap karkas kelinci lepas sapih Oryctolagus ciniculus
memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot hidup, bobot karkas dan persentase
karkas.
Saran
Disarankan agar tidak menggukan mikrorganisme lokal dalam memfermentasi
kulit ubi kayu dalam pakan ternak kelinci.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R., 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Ernawati, D. 2011. Untung Menggiurkan dari Budi Daya Kelinci. CV Andi Offset.
Yogyakarta. Devendra,
C., 1987. Utilization of Feeding Stuff Fon Reseach and Development Institute. Serang.
Malaysia.
Hustamin, R., 2008. Panduan Pemeliharaan Kelinci Hias. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Mansyur, F. 2009. Kelinci Peliharaan Kelinci Ilmiah, Terpat dan Terpadu.Nuansa,
Bandung
Masanto, R. dan A.Ali, ., 2010. Beternak Kelinci Potong, Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo, B. A., 2001. Mengelola Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Nurhayani, H., Nuryati, J., I Nyoman, P. 2000. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi
Ubi Kayu Melalui Proses Fermantasi. Departemen Biologi Fak. MIPA ITB.
Bandung. http:journal.fmipa.itb.ac.idjmsarticleviewFile6357
JMS Vol 6 No.1
, hal.1‐12 April 2001.
Priyatna, N., 2011. Beternak dan Bisnis Kelinci Pedaging. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Priyatno, M. A., 1997. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Peneba Swadaya, Jakarta.
Purwati, 2005. Potensi Pada Domba Lokal Jantan yang Mendapat Pakan Penguat pollrd
pada Asas Berbeda. Undip Press. Semarang.
Universitas Sumatera Utara
Rasyaf, M., 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono, B., 1996. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono, B., 2008. Beternak Kelinci Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Scott,, M. L., J. M. G, Neshim and R. Young, 2010. Nutrition of Chicken 3
th
ed Publ. by M.L.,
Scott Association New York.
Setiawan, N. 2009. Daging dan Telur Ayam Sumber Protein Murah. Unpad. Bandung.
Sembiring, P., 2001. Diktat Penuntun Praktikum Produksi Ternak Unggas. Jurusan
Peternakan Fakultas Pertanian USU, Medan.
Setyawiharja, B., 2002. Fermentasi Medium Padat dan Manfaatnya. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta.
Siregar, 2003. Teknik Beternak Ayam Pedaging Indonesia. Margie Group, Jakarta.
Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM‐Press, Yokyakarta.
Susilorini, T. E., M. E. Sawitri dan muharlien. 2008. Budidaya Ternak Potensial. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Suyatno. 2011. Pengolahan Fisik Ubi Kayu Sebagai Pakan Ternak.
http:suyat ‐
reproter.blogspot.com201105pengolohan ‐fisik‐kulit‐ubi‐kayu‐
sebagai.html .
29
Universitas Sumatera Utara
Tillman, A.D., Hartadi, S. Reksohadoprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo.
1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM‐Press. Yogyakarta.
Wahyu, J., 1998. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM‐Press, Yogyakarta.
Winarno, F. G. dan S. Fardiaz, 2005. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia,
Jakarta.
Yunus, A., 2011. Sukses Beternak Kelinci Potong. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
Yunus, M. dan S. Minarti, 1990. Aneka Ternak, Universitas Brawijaya Press, Malang.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran
1. Skema pengolahan kulit ubi untuk mengurangi kadar HCN