KAJIAN DELIGNIFIKASI PULP FORMACELL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) DALAM MEDIA ASAM ASETAT

(1)

KAJIAN DELIGNIFIKASI PULP FORMACELL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN HIDROGEN

PEROKSIDA(H2O2) DALAM MEDIA ASAM ASETAT

Oleh

Rafma Junita Ariana Pulungan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

KAJIAN DELIGNIFIKASI PULP FORMACELL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN HIDROGEN PEROKSIDA

(H2O2) DALAM MEDIA ASAM ASETAT

Oleh

Rafma Junita Ariana Pulungan

Bahan baku alternatif yang dapat digunakan dalam pembuatan pulp adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit. Teknologi proses produksi pulp yang digunakan dalam penelitian ini yaitu formacell. Proses pemasakan pulp dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan metode formacell menghasilkan pulp yang gelap karena kandungan lignin yang masih tinggi. Untuk itu perlu dilakukan proses selanjutnya yaitu delignifikasi menggunakan H2O2 dalam media asam asetat untuk

meningkatkan kualitas pulp yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat optimal untuk

menghasilkan pulp dengan rendemen, selulosa, hemiselulosa, dan lignin serta warna terbaik dari pulp yang dihasilkan. Penelitian dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan perlakuan tunggal dengan konsentrasi H2O2 50%dalam media asam asetat sebesar 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, 15%, 18%, 21% dan 24% pada suhu 85oC selama 3 jam dan dilakukan

pengulangan sebanyak 3 kali. Data diolah dengan analisis sidik ragam untuk mendapat penduga ragam galat serta signifikasi untuk mengetahui ada tidaknya


(3)

perbedaan antar perlakuan. Kesamaan ragam diuji dengan uji Barlet dan

kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Data dianalisis lebih lanjut dengan uji perbandingan dan polinomial ortogonal.

Hasil uji lanjut polinomial ortogonal menunjukkan konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat optimal menurunkan secara linier nilai rendemen dan hemiselulosa, menaikkan secara linier nilai organoleptik warna, menurunkan secara kuadratik nilai lignin, serta secara kuadratik nilai selulosa naik hingga konsentrasi 15% dan menurun pada konsentrasi setelahnya. Konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat terbaik diperoleh dari konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat 15% dengan nilai rendemen 84,852%, selulosa 84,494%, hemiselulosa 6,319%, lignin 5,691% serta nilai rata-rata organoleptik warna 4,017 (putih kekuningan).


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xx

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2. Tujuan... 3

1.3. Kerangka Pemikiran ... 3

1.4. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tandan Kosong Kelepa Sawit (TKKS) ... 6

2.2. Proses Pulping ... 7

2.3. Delignifikasi Pulp ... 10

2.4. Hidrogen Peroksida (H2O2) dalam Media Asam Asetat ... 11

2.5. Selulosa ... 12

2.6. Hemiselulosa ... 14

2.7. Lignin ... 15

III. BAHAN DAN METODE ... 17

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.2. Bahan dan Alat ... 17

3.3. Metode Penelitian ... 18

3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 18

3.4.1. Persiapan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) ... 18

3.4.2. Pemasakan Pulp ... 19

3.4.3. Pembuatan Hidrogen Peroksida dalam Media Asam Asetat . 20 3.4.4. Delignifikasi Pulp ... 22

3.5. Pengamatan ... 23

3.5.1. Rendemen Pulp ... 24

3.5.2. Analisis Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin ... 25


(8)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1. Rendemen ... 27

4.2. Warna ... 29

4.3. Selulosa ... 31

4.4. Hemiselulosa ... 33

4.5. Lignin ... 35

V. KESIMPULAN ... 39

5.1. Kesimpulan... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(9)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Masalah

Kertas merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan yang dilakukan manusia. Hal ini ditunjukan dari tingkat konsumsinya yang makin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian Perindustrian tahun 2013, kebutuhan pulp dan kertas dunia tahun 2012 mencapai 340 juta ton dan diperkirakan akan naik menjadi 490 juta ton pada tahun 2013, sedangkan kebutuhan pulp dan kertas di Indonesia mencapai 7,8 juta ton. Pembuatan pulp dan kertas di Indonesia umumnya menggunakan bahan baku yang berasal dari kayu. Rencana pemerintah untuk mengembangkan HTI (Hutan Tanaman Industri) untuk menyediakan bahan baku bagi industri berbasis kayu termasuk industri kertas belum dapat mengatasi kelangkaan bahan baku, sehingga banyak perusahaan industri kertas skala besar yang berupaya memperoleh bahan baku dari pasar gelap (illegal logging) yang berasal dari hutan alam, sehingga sangat berpotensi merusak hutan (Manurung dan Sukaria, 2000). Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan mencari alternatif lain untuk bahan baku pembuatan pulp dan kertas selain kayu, yaitu dengan memanfaatkan limbah agroindustri seperti tandan kosong kelapa sawit (TKKS).


(10)

2 TKKS merupakan bahan non kayu yang dihasilkan dari limbah padat industri pengolahan minyak kelapa sawit. Jumlah limbah TKKS seluruh Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 4,2 juta ton (Wardani, 2012). Hal ini tidak sejalan dengan pemanfaatan yang dilakukan dimana pada industri minyak kelapa sawit, TKKS umumnya hanya dibakar untuk dijadikan pupuk kalium atau

dibiarkan membusuk di lahan. Pembakaran TKKS sekarang ini telah dilarang karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Selain itu, TKKS yang membusuk di tempat akan menarik kedatangan kumbang yang berpotensi merusak pohon kelapa sawit hasil peremajaan di lahan sekitar tempat pembuangan.

Darnoko (1995) menyatakan TKKS dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi produk-pruduk yang berbasis selulosa seperti pulp dan kertas. Hal ini

dikarenakan TKKS memiliki kandungan holoselulosa cukup baik yaitu mencapai 65,45 % dengan hemiselulosa sebesar 26,69% dan selulosa 38,76%. Holoselulosa adalah bagian dari serat yang bebas dari lignin dan zat ekstraktif. Kadar lignin yang terkandung pada TKKS sebesar 22,23%. Oleh karena kandungan

holoselulosa yang terdapat dalam TKKS, maka TKKS berpotensi untuk dijadikan alternatif pembuatan pulp non kayu pengganti pulp kayu.

Proses pembuatan pulp merupakan suatu cara untuk memisahkan serat dari komponen lainnya. Salah satu teknologi yang masih dikembangkan dan ramah lingkungan adalah proses pembuatan pulp dengan menggunakan campuran pelarut asam asetat dan asam formiat sebagai bahan pemasaknya yang disebut dengan proses formacell (Nimz dan Schone, 1993). Fahreza (2013) melakukan proses


(11)

dimasak menggunakan pelarut berupa asam asetat dan asam formiat 20% serta katalis HCl 0,5% pada suhu 130oC dan lama waktu 2 jam menghasilkan rendemen sebesar 80%, selulosa 75%, hemiselulosa 8% dan lignin 11%, dan pulp masih berwarna coklat. Warna gelap pada pulp disebabkan oleh kandungan lignin yang masih tinggi sehingga diperlukan proses delignifikasi untuk mengurangi lignin dan meningkatkan penilaian organoleptik warna dari pulp tersebut. Salah satu bahan kimia yang dapat digunakan dalam proses delignifikasi pulp adalah hidrogen peroksida (H2O2) dalam media asam asetat. Keuntungan menggunakan H2O2 dalam media asam asetat adalah tidak merusak selulosa dan bebas klor sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan (Sofian, 2011). Penelitian mengenai proses delignifikasi pulp menggunakan H2O2 dalam media asam asetat dengan bahan baku TKKS secara formacell belum pernah dilakukan. Sehingga perlu dikaji pengaruh konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat terhadap sifat kimia dan organoleptik warna pulp yang dihasilkan.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan mendapatkan konsentrasi hidrogen peroksida (H2O2) dalam media asam asetat optimal untuk menghasilkan pulp dengan rendemen, selulosa, hemiselulosa, dan lignin serta organoleptik warna terbaik dari pulp yang dihasilkan.


(12)

4 1.3. Kerangka Pemikiran

Dalam proses pemasakan pulp, keberadaan lignin tidak dapat dihilangkan seluruhnya dari pulp yang dihasilkan. Bila pulp yang dihasilkan masih

mengandung lignin yang tinggi, maka kualitas kertas menjadi rendah dengan sifat kaku, mudah patah dan berwarna gelap. Untuk memperoleh pulp yang lebih putih dan tidak mengalami degradasi maka perlu dilakukan proses

penghilangan/pengurangan lignin (delignifikasi). Tujuan delignifikasi pulp adalah untuk menghilangkan sisa lignin setelah proses pemasakan untuk menghasilkan pulp dengan derajat putih di atas 90% atau untuk memperoleh kualitas semi pemutihan dengan derajat putih berkisar antara 60-70% (Fengel dan Wegener, 1995).

Klor banyak digunakan untuk pemutih tetapi penggunaannya sudah dibatasi karena mencemari lingkungan dan bersifat toksik (Goncalves et al., 2004). Salah satu bahan kimia yang bersifat oksidator ramah lingkungan dan dapat digunakan dalam proses delignifikasi pulp adalah hidrogen peroksida (H2O2) dalam media asam asetat. Hidrogen peroksida (H2O2)dalam media asam asetat adalah asam yang dibentuk dengan mereaksikan hidrogen peroksida dengan asam asetat. Hidrogen peroksida (H2O2)dalam media asam asetat merupakan senyawa yang selektif, tidak merusak selulosa tetapi mampu mendegradasi lignin sehingga menjadikan pulp lebih putih dan menghasilkan rendemen yang tinggi.

Mailisa (2012) menyatakan bahwa penambahan H2O2 konsentrasi 50% dalam media asam asetat sebanyak 4% pada pulp berbasis ampas rumput laut


(13)

Barus (2013) melaporkan penggunaan 9% H2O2 konsentrasi 50% dalam media asam asetat pada delignifikasi pulp asal bagas dan bambu betung menghasilkan rendemen 82,868%, selulosa 84,587%, hemiselulosa 10,680% dan lignin sebesar 2,32%. Selain itu, pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Yanto (2011) menunjukkan bahwa delignifikasi pulp dari ampas tebu dan bambu betung menggunakan 15% H2O2 konsentrasi 50% dalam media asam asetat pada suhu pemasakan 85oC selama 3 jam menghasilkan rendemen sebesar 74,03%, selulosa 79,69%, hemiselulosa 11,47%, dan lignin sebesar 5,18%. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian penggunaan konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat yang terbaik terhadap rendemen, selulosa, hemiselulosa, lignin, dan organoleptik warna dalam proses delignifikasi pulp dari tandan kosong kelapa sawit.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat yang terbaik terhadap rendemen, selulosa, hemiselulosa, lignin, dan organoleptik warna dalam delignifikasi pulp dari tandan kosong kelapa sawit.


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Indonesia adalah negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia, yaitu sebesar 34,18% dari luas areal kelapa sawit dunia. Pencapaian produksi rata-rata Indonesia tahun 2004-2008 sebesar 40,26% dari total produksi kelapa sawit dunia (Fauzi, 2012). Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit. Menurut Darnoko (1992), dari satu ton tandan buah segar (TBS) yang diolah akan

dihasilkan minyak sawit kasar (CPO) sebanyak 0,21 ton (21%) serta minyak inti sawit (PKO) sebanyak 0,05 ton (5%). Sisanya merupakan limbah dalam bentuk tandan buah kosong, serat dan cangkang biji yang jumlahnya masing-masing sekitar 23%, 13,5% dan 5,5% dari tandan buah segar.

Tandan kosong kelapa sawit yang merupakan 23 persen dari tandan buah segar, mengandung bahan lignoselulosa sebesar 55-60 persen berat kering. Dengan produksi puncak kelapa sawit per hektar sebesar 20-24 ton tandan buah segar per tahun berarti akan menghasilkan 2,5-3,3 ton bahan lignoselulosa. TKKS

termasuk biomassa lignoselulosa, yang kandungan utamanya adalah selulosa 38,76%, hemiselulosa 26,69% dan lignin 22,23%. Kandungan selulosa


(15)

yang cukup tinggi pada TKKS dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp untuk kertas. Komposisi dari TKKS dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi tandan kosong kelapa sawit

Sumber : Darnoko, 1995

2.2 Proses Pulping

Bahan baku utama yang digunakan dalam industri pembuatan pulp adalah serat yang berasal dari tanaman dengan kandungan utama berupa selulosa (Masduqi dan Wardhani, 2005). Pulp sendiri merupakan bahan baku dalam industri pembuatan kertas. Pulp dihasilkan dari proses pulping yaitu suatu proses

pemisahan serat dari bahan berlignoselulosa seperti kayu, bambu, kapas, atau sisa bahan hasil pertanian (tandan kosong kelapa sawit, ampas tebu, jerami dan serat nenas). Ada beberapa macam proses pulping yaitu proses pembuatan pulp

konvensional (proses mekanik, kimia, dan semikimia) dan proses pembuatan pulp non-konvensional (pulp organosolve).

Proses pembuatan pulp secara mekanik menurut Baskoro (1986) yaitu proses pemisahan serat tanpa memakai bahan-bahan kimia. Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti gerinda. Pada proses ini batu gerinda digunakan untuk memisahkan serat-serat penyusun kayu atau serat-serat penyusun tumbuhan lain yang akan dibuat pulp.

No. Parameter Kandungan(%)

1 Lignin 22,23

2 Selulosa 38,76

3 Holoselulosa 65,45

4 Pentosan 26,69

5 Kadar Abu 6,59


(16)

8 Pembuatan pulp secara mekanik menghasilkan kertas bermutu rendah karena kandungan ligninnya masih tinggi sehingga mengakibatkan kertas menjadi kaku dengan permukaan lembaran yang kasar dan tebal.

Proses pembuatan pulp secara kimia yaitu dengan menggunakan bahan kimia untuk memisahkan serat dan lignin (Baskoro, 1986). Pada pembuatan pulp kimia, dua hal dilakukan sekaligus yaitu pemisahan serat dan penghilangan lignin

melibatkan penggunaan bahan kimia dengan bantuan energi panas. Berdasarkan bahan kimia yang digunakan, Sjostrom (1995) membagi proses kimia atas proses sulfit, sulfat (kraft), dan soda. Proses sulfit menggunakan larutan bisulfit sebagai larutan pemasaknya. Proses sulfat (kraft) menggunakan larutan natrium

hidroksida dan natrium sulfida, sedangkan proses soda menggunakan larutan kaustik soda.

Proses semi kimia merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia, yang termasuk ke dalam proses ini di antaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping) dengan memanfaatkan suhu untuk mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp yang memiliki rendemen yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih baik daripada pulp dengan proses mekanis. Selain itu, menurut Baskoro (1986) proses semikimia dalam pembuatan pulp menghasilkan rendemen sekitar 60-75%, sifat kekuatan, kestabilan warna, kemudahan untuk diputihkan terletak antara sifat pulp kimia dan pulp mekanik.

Proses pembuatan pulp secara konvensional terutama pulp kimia memiliki

permasalahan utama yaitu pencemaran lingkungan. Pencemaran tersebut menurut Wirman (1995) dikarenakan keberadaan sisa larutan pemasak dan limbah cair sisa


(17)

pemutihan. Salah satu solusi untuk mengatasi pencemaran tersebut dengan mengembangkan proses pengolahan pulp non-konvensional atau yang lebih dikenal dengan pulp organosolve. Pulp organosolve merupakan suatu proses pulping yang menggunakan pelarut organik seperti etanol, metanol, aseton, asam asetat, kelompok amina dengan atom C rendah dan lain-lainnya sebagai larutan pemasak (Simanjuntak, 1994). Pembuatan pulp organosolve dapat digunakan sebagai alternatif pembuatan pulp sebab investasi yang dibutuhkan relatif rendah, tidak mencemari lingkungan, dan mempunyai keuntungan dengan memperoleh hemiselulosa dan lignin dengan mudah dan sebagian besar tidak berubah untuk penggunaan lebih lanjut yang bernilai lebih tinggi (Fengel dan Wegener, 1995).

Ada beberapa teknik pemasakan dengan menggunakan pelarut organik, yaitu dengan menggunakan proses alcell (etanol), proses acetocell (asam asetat), proses

organocell (metanol) (Muladi et al., 2002). Selain itu terdapat teknik pemasakan pulp organosolve dengan menggunakan proses formacell. Proses formacell

Menurut Nimz dan Schone (1993) merupakan proses pulp yang dihasilkan oleh campuran asam asetat, asam formiat, dan air dengan suhu tertentu. Asam formiat merupakan salah satu pelarut organik yang sering digunakan sebagai larutan pemasak dalam pembuatan pulp. Keunggulan utama asam formiat dibanding dengan pelarut lain adalah proses pembuatan pulp dapat dilakukan pada suhu dan tekanan lebih rendah (Muurinen, 2000). Proses pembuatan pulp secara formacell

memiliki keunggulan yaitu rendemen pulp tinggi, pendauran lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, juga diperoleh hasil samping (by product) berupa lignin dan furfural dengan kemurnian yang relatif tinggi (Aziz dan Sarkanen, 1989; Delmas, 2004).


(18)

10 2.3. Delignifikasi Pulp

Proses delignifikasi ialah penghilangan lignin dan zat-zat warna untuk memperoleh pulp putih. Penghilangan lignin dan zat warna ini biasanya

dilakukan dengan cara oksidasi, yaitu mereaksikan pulp yang belum diputihkan dengan zat kimia sebagai zat pemutih. Pada proses pulping tujuan dari proses delignifikasi pulp yaitu untuk menghilangkan lignin dari bahan berselulosa agar pulp yang dihasilkan lebih cerah sehingga meningkatkan mutu pulp yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan dalam proses pulping keberadaan lignin tidak dapat sepenuhnya dihilangkan sehingga pulp yang dihasilkan masih terdapat sisa lignin yang berwarna coklat atau gelap dimana pada masing-masing metode pulping berbeda derajatnya. Selain lignin terdapat juga zat non selulosa lain seperti zat ekstraktif, tanin dan resin yang melekat kuat pada selulosa.

Batubara (2006) menjelaskan bahwa pada proses delignifikasi terdapat 2 macam bahan kimia yang digunakan, yaitu oksidator kuat (klor, peroksida, hipoklorit, dan lain-lain) dan alkali (biasanya NaOH). Faktor – faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi pulp diantaranya konsentrasi bahan pemutih yang digunakan, waktu reaksi, suhu pemutihan dan pH. Zat pemutih yang bersifat oksidator pada umumnya digunakan untuk serat-serat selulosa dan beberapa di antaranya bisa digunakan untuk serat binatang dan serat sintetis. Ditinjau dari dampak terhadap lingkungan, zat pemutih oksidator bisa digolongkan menjadi dua golongan yaitu yang mengandung khlor dan yang tidak mengandung khlor. Saat ini proses delignifikasi dengan menggunakan senyawa yang mengandung khlor paling banyak digunakan, terutama di industri tekstil dan kertas. Oksidasi dengan


(19)

senyawa yang mengandung khlor bisa membentuk campuran yang berbahaya seperti khloroform, haloacetic acid haloacetonitriles dan chloronitrometan. Hasil halogenasi ini banyak yang mengandung racun dan sulit terdegradasi di

lingkungan berair.

2.4. Hidrogen Peroksida (H2O2)dalam Media Asam Asetat

Proses delignifikasi menggunakan senyawa yang ramah lingkungan untuk menggantikan proses pemutihan menggunakan klor telah banyak dilakukan. Salah satu senyawa yang ramah lingkungan sebagai bahan pemutih pada proses delignifikasi pulp yaitu H2O2 dalam media asam asetat. Reaksi yang terjadi pada H2O2 dalam media asam asetat sebagai berikut :

H2O2 + CH3COOH CH3COOOH + H2O

Hidrogen peroksida (H2O2)dalam media asam asetat termasuk dalam peroksida organik dan merupakan oksidator kuat. Bila dibandingkan dengan oksidasi dari hidrogen peroksida, H2O2 dalam media asam asetat mempunyai bilangan oksidasi yang tinggi dan kuat pada deretan asam peroksikarbon dan juga asam asetat. Dengan digunakannya H2O2 dalam media asam asetat diharapkan akan

meningkatkan tingkat keputihan dan kualitas pulp. Menurut Muladi (2002) proses delignifikasi dengan menggunakan H2O2 dalam media asam asetat dengan

konsentrasi 1-5% dengan waktu pemutihan 3 jam dan suhu reaksi 85oC memberikan derajat putih yang tinggi dengan bilangan kappa rendah.


(20)

12 Dari hasil penelitian yang dilakukan Hidayati (1999) diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat akan menurunkan hemiselulosa, lignin, dan rendemen. Hasil terbaik diperoleh pada konsentrasi asam perasetat 9% dengan selulosa 69,35%, hemiselulosa 4,21%, lignin 32,43% dan rendemen 12,49%. Pada penelitian yang dilakukan Barus (2013) terhadap delignifikasi pulp dari ampas tebu dan bambu betung menyatakan penggunaan konsentrasi 17% H2O2 konsentrasi 50% dalam media asam asetat menghasilkan lignin sebesar 1,665% dan nilai organoleptik warna pulp sebesar 5,138%.

2.5. Selulosa

Selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama-sama hemiselulosa, pektin, dan protein membentuk struktur jaringan yang memperkuat dinding sel tanaman (Winarno, 1997). Struktur kimia selulosa terdiri dari unsur C, O, H yang

membentuk rumus molekul (C6H10O5)n, n merupakan derajat polimerisasi yang jumlahnya antara 1.200-10.000 dan panjang molekulnya lebih kurang 5.000 nm. Selulosa memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam kebanyakan pelarut. Hal ini berkaitan dengan struktur serat dan kuatnya ikatan hydrogen (Pikukuh, 2011). Berikut struktur selulosa dapat dilihat pada Gambar 1.


(21)

Gambar 1. Struktur selulosa Sumber: Pikukuh, 2011

Sifat-sifat selulosa terhadap berbagai pelarut berbeda-beda. Selulosa tidak larut dalam air dingin atau panas, pelarut organik seperti benzena, alkohol benzena, eter dan lain-lain. Selulosa hampir tidak larut dalam larutan asam mineral atau alkali encer, namun larut dalam asam klorida 45%, asam fosfat 85%, cupri amonium hidroksida, asam sulfat 72-75%, dan cupri etilen diamin. Asam asetat yang bereaksi dengan selulosa akan melarutkan gamma-selulosa. Pada pengolahan pulp dan kertas, bahan baku yang mengandung kadar selulosa yang tinggi lebih disukai sebab dapat menghasilkan rendemen yang tinggi serta memiliki fungsi membentuk jalinan antar serat dengan ikatan H antara gugus hidroksil pada selulosa. Tingginya kadar selulosa dalam bahan akan menguntungkan dalam pembuatan pulp antara lain akan membentuk serat yang kuat, daya serap air yang tinggi, secara alami berwarna putih, tidak larut dalam air dan pelarut organik netral, relatif tahan dengan beberapa jenis bahan kimia dalam pemisahan dan pemurniannya (Clark, 1985). Oleh sebab itu, menurut Simanjuntak (1994) degradasi terhadap selulosa pada saat proses pulping diusahakan seminimal mungkin.


(22)

14 2.6. Hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan senyawa prekursor (pembentuk) selulosa. Monomer penyusun hemiselulosa biasanya adalah rantai D-glukosa, ditambah dengan berbagai bentuk monosakarida yang terikat pada rantai, baik sebagai cabang atau mata rantai, seperti D-mannosa, D-galaktosa, D-frukosa, dan pentosa-pentosa seperti D-xilosa dan L-arabinosa (Anonim, 2008). Hemiselulosa merupakan polisakarida yang mengisi ruang antara serat-serat selulosa dalam dinding sel tumbuhan. Hemiselulosa bersifat non-kristalin dan tidak bersifat serat, mudah mengembang karena itu hemiselulosa sangat berpengaruh terhadap bentuknya jalinan antara serat pada saat pembentukan lembaran, lebih mudah larut dalam pelarut alkali dan lebih mudah dihidrolisis dengan asam (Casey, 1960). Kandungan hemiselulosa yang tinggi memberikan kontribusi pada ikatan antar serat, karena hemiselulosa bertindak sebagai perekat dalam setiap serat tunggal. Secara biokimiawi, hemiselulosa adalah semua polisakarida yang dapat

diekstraksi adalah larutan basa (alkalis). Struktur hemiselulosa dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur hemiselulosa Sumber: Anonim, 2013


(23)

Libby (1962) menjelaskan hemiselulosa memberikan konstribusi yang besar terhadap ketahanan tarik, ketahanan retak, dan ketahanan lipat kertas. Rendahnya kadar hemiselulosa menjadikan penggilingan membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak serta menurunkan kecerahan lembaran. Namun demikian, kadar hemiselulosa yang terlampau tinggi menjadikan hidratasi terlalu cepat sehingga menghasilkan kertas yang memiliki kekuatan rendah, atau pengerutan pada permukaan dan opasitas yang rendah. Hemiselulosa juga dapat

mempengaruhi tingkat keputihan kertas.

2.7. Lignin

Lignin merupakan senyawa turunan alkohol kompleks yang menyebabkan dinding sel tanaman menjadi keras. Lignin bersifat termoplastik, dapat melunak pada suhu tinggi (120°C). Lignin merupakan bahan adesif yang sangat efektif dan ekonomis, yang berperan sebagai bahan pengikat. Lignin juga dikenal sebagai bahan baku yang mampu mengikat ion logam, serta mencegah logam untuk bereaksi dengan komponen lain dan menjadikannya tidak larut dalam air (Indrainy, 2005).

Menurut Fengel dan Wegener (1995) lignin dibangun oleh tiga komponen utama yaitu p-kumarilalkohol, koniferil alkohol, dan sinapil alkohol. Struktur lignin dapat dilihat pada Gambar 3.


(24)

16

Gambar 3. Unit dasar penyusun lignin Sumber: Fengel dan Wegener, 1995

Proses pemasakan pulp yang masih menyisakan lignin memberi pengaruh yang kurang baik terhadap warna maupun sifat fisik pulp. Keberadaan lignin

menyebabkan pulp menjadi kaku, berwarna kuning dan memiliki mutu yang rendah. Hal ini disebabkan terhambatnya aktivitas selulosa dan hemiselulosa dalam pembentukan ikatan antar serat (Casey, 1980). Oleh karena itu hilangnya lignin dalam proses pembuatan pulp sangat diharapkan karena menyebabkan mutu pulp rendah terutama terhadap tingkat kecerahan dari pulp yang dihasilkan. Keberadaan lignin juga akan mempertinggi konsumsi bahan kimia pemasak yang digunakan sehingga kurang efisien dan menyulitkan dalam proses penggilingan dan memberikan sifat kaku pada pulp.

H3CO CH2OH

CH CH

CH2OH CH CH

CH2OH CH CH

OCH3

OH OH

OCH3

OH


(25)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas LampungdanLaboratorium Ilmu Tanah Jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampungpada bulan Mei sampai dengan Agustus 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di PTPN (Persero) VII Unit Usaha Bakrie, Lampung Tengah. Bahan kimia yang digunakan antara lain: asam asetat glasial, asam formiat, HCl, H2SO4, H2O2, air, dan aquades.

Alat yang digunakan adalah pemasak pulp (Erlenmeyer 5.000 ml, hotplate, pendingin balik), termometer, timbangan digital 2 digit, timbangan digital 4 digit, desikator, tanur, shaker waterbath, oven, ruang asam, Erlenmeyer 500 ml,

Erlenmeyer 250 ml, jam, corong, kertas saring dan alat-alat gelas analisis uji kimia.


(26)

18 3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini diawali dengan pembuatan pulp formacell yang ditambah katalis HCl dengan bahan baku tandan kosong kelapa sawit untuk kemudian diputihkan menggunakan hidrogen peroksida (H2O2)dalam media asam asetat. Proses delignifikasi pulp dari tandan kosong kelapa sawit ini menggunakan H2O2 konsentrasi 50% yang dilarutkan dalam media asam asetat sebesar 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, 15%, 18%, 21% dan 24% dengan lama 3 jam. Setiap percobaan

dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Rancangan perlakuan dalam penelitian ini disusun secara non faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Data diolah dengan analisis ragam untuk mendapat penduga ragam galat serta signifikasi untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Kesamaan ragam diuji dengan uji Barlet dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Data dianalisis lebih lanjut dengan uji perbandingan dan polinomial ortogonal.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Persiapan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Tandan kosong kelapa sawit yang sudah dibersihkan dan dikeringkan, lalu dikecilkan ukuran hingga didapat serat-seratnya.


(27)

3.4.2. Pemasakan Pulp

Pemasakan pulp dari tandan kosong kelapa sawit dilakukan menggunakan pelarut asam asetat 80% (v/v) dan asam formiat 90% (v/v). Perbandingan bahan baku dengan larutan pemasak yang digunakan sebesar 1:15 (b/v). Berat bahan baku yang digunakan dalam setiap kali pemasakan dalam penelitian ini yaitu 200 gram dan larutan pemasak 3000 ml. Sebanyak 200 gram bahan baku dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 5.000 ml. Dimaserasi (direndam) dengan asam asetat sebanyak 79,5%, asam formiat 20% dan katalis HCl 0,5% dari total 3000 ml larutan

pemasak selama 1 jam. Setelah dimaserasi dimasak dengan suhu pemasakan 130ºC dengan tekanan yang terjadi pada suhu tersebut selama 2 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan dan pencucian dengan air mengalir yang bersuhu ruang hingga air hasil pencucian jernih. Pulp basah hasil pencucian kemudian

dikeringkan pada suhu kamar dan didapat pulp kering. Diagram alir pembuatan pulp dari tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 4.


(28)

20

Gambar 4. Diagram proses pemasakan pulp dengan bahan baku TKKS Sumber : Fahreza, 2013

3.4.3 Pembuatan Hidrogen Peroksida dalam Media Asam Asetat

Pembuatan hidrogen peroksida dalam media asam asetat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Hidrogen peroksida dalam media asam asetat konsentrasi 3%

Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 50% diambil sebanyak 30 ml kemudian ditambah dengan asam asetat dengan konsentrasi 99,8% sebanyak 970 ml.

Maserasi selama 1 jam dengan asam asetat sebanyak 79,5%, asam formiat 20%, katalis HCl 0,5% (1: 15 (b/v))

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) 200 gram

Pencucian dan penyaringan Penyaringan

Pengeringan suhu kamar

Filtrat Filtrat+air

Pulp basah

Pulp kering Air

Pemasakan di digester/pemanas dengan suhu 130ºC dan lama pemasakan 2 jam


(29)

b. Hidrogen peroksida dalam media asam asetat konsentrasi 6%

Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 50% diambil sebanyak 60 ml kemudian ditambah dengan asam asetat dengan konsentrasi 99,8% sebanyak 940 ml.

c. Hidrogen peroksida dalam media asam asetat konsentrasi 9%

Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 50% diambil sebanyak 90 ml kemudian ditambah dengan asam asetat dengan konsentrasi 99,8% sebanyak 910 ml.

d. Hidrogen peroksida dalam media asam asetat konsentrasi 12%

Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 50% diambil sebanyak 120 ml kemudian ditambah dengan asam asetat dengan konsentrasi 99,8% sebanyak 880 ml.

e. Hidrogen peroksida dalam media asam asetat konsentrasi 15%

Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 50% diambil sebanyak 150 ml kemudian ditambah dengan asam asetat dengan konsentrasi 99,8% sebanyak 850 ml.

f. Hidrogen peroksida dalam media asam asetat konsentrasi 18%

Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 50% diambil sebanyak 180 ml kemudian ditambah dengan asam asetat dengan konsentrasi 99,8% sebanyak 820 ml.

g. Hidrogen peroksida dalam media asam asetat konsentrasi 21%

Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 50% diambil sebanyak 210 ml kemudian ditambah dengan asam asetat dengan konsentrasi 99,8% sebanyak 790 ml.


(30)

22 h. Hidrogen peroksida konsentrasi 24%

Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 50% diambil sebanyak 240 ml kemudian ditambah dengan asam asetat dengan konsentrasi 99,8% sebanyak 760 ml.

3.4.4 Delignifikasi Pulp

Pulp dari tandan kosong kelapa sawit hasil pemasakan secara formacell

didelignifikasi dengan H2O2 50% dalam media asam asetat pada konsentrasi 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, 15%, 18%, 21% dan 24%. Pulp formacell sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml dan diberi penambahan H2O2 dalam media asam asetat sesuai konsentrasi perlakuan hingga pulp terendam (400 ml). Proses delignifikasi pulp dilakukan dengan pemanasan pada suhu 85oC di dalam waterbath dengan lama 3 jam. Setelah itu dilakukan pencucian dengan air mengalir yang bersuhu ruang hingga air hasil pencucian jernih. Pulp basah terdelignifikasi hasil pencucian kemudian dikeringkan pada suhu kamar 3-4 hari. Pulp terdelignifikasi yang telah kering kemudian dianalisis sifat kimia dan

organoleptik warna untuk menentukan pulp terbaik dari keseluruhan perlakuan yang diberikan. Diagram alir proses pemutihan pulp dari tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 5.


(31)

Gambar 5. Diagram alir delignifikasi pulp bahan tandan kosong kelapa sawit Sumber : Yanto, 2011 yang telah dimodifikasi

3.5. Pengamatan

Pulp formacell tandan kosong kelapa sawit yang telah terdelignifikasi diuji rendemen, sifat kimia (selulosa, hemiselulosa, lignin), dan uji organoleptik warna pulp.

Penyaringan

Pencucian

Pengeringan suhu kamar

Delignifikasi dengan asam perasetat 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, 15%, 18%, 21%, dan 24% dengan lama 3 jam (T=85oC) hingga 400 ml

Pengamatan dan analisis (sifat kimia dan warna pulp)

Pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit

Pulp terdelignifikasi

filtrat

air+filtrat sisa air


(32)

24 3.5.1. Rendemen Pulp

Pulp hasil delignifikasi ditimbang dalam keadaan basah (A gram), kemudian diambil contoh pulp sebanyak B gram dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C sampai diperoleh bobot konstan (C gram). Rendemen dihitung dengan rumus :

0 0

100

(%)

Rendemen

kering TKKS formacell pulp

bobot

A B C

Keterangan :

A = Bobot total pulp basah B = Bobot contoh pulp basah C = Bobot contoh pulp kering

3.5.2 Analisis Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin

Sebanyak 1 gram pulp kering hasil delignifikasi (berat konstan) dimasukkan dalam Erlemmeyer 250 ml dan ditambah aquades 150 ml. Kemudian dipanaskan selama 2 jam di dalam penangas pada suhu 100°C. Dilakukan penyaringan dan pencucian dengan aquades sampai volume filtrat 300 ml. Kemudian residu dikeringkan pada oven bersuhu 105°C hingga diperoleh berat konstan (a). Residu kering (a) dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml ditambah 150 ml H2SO4 1N, kemudian dipanaskan pada penangas air pada suhu 100°C selama 1 jam.

Dilakukan penyaringan dan residu dicuci dengan aquades sampai volume filtrat 300 ml. Residu yang diperoleh kemudian dikeringkan hingga beratnya konstan dan ditimbang (b). Selanjutnya residu kering (b) dimasukkan ke dalam


(33)

selama 4 jam pada suhu kamar kemudian ditambahkan 150 ml H2SO4 1 N (untuk pengenceran), dipanaskan pada penangas air pada suhu 100°C selama 2 jam. Dilakukan penyaringan dan dicuci dengan aquades hingga volume filtrat 400 ml. Residu dikeringkan hingga beratnya konstan dan ditimbang (c). Residu (c) tersebut kemudian diabukan selama 6 jam (600°C) (Chesson, 1978 dalam Datta, 1981). Kadar hemiselulosa, selulosa, dan lignin dapat dihitung dengan

menggunakan rumus: 0 0

100

sampel

berat

b

a

sa

hemiselulo

Kadar

0 0

100

sampel

berat

c

b

selulosa

Kadar

0 0

100

sampel

berat

abu

berat

c

lignin

Kadar

3.5.3 Uji Organoleptik Warna

Uji organoleptik menggunakan metode scoring terhadap warna pulp yang dihasilkan. Uji ini digunakan untuk melihat warna yang diperoleh dari hasi delignifikasi pulp menggunakan hidrogen peroksida (H2O2)dalam media asam asetat. Panelis yang digunakan sebanyak 15 orang panelis. Format kuesioner penilaian panelis dibuat sebagai berikut :


(34)

26

Gambar 6. Kuisioner uji organoleptik warna pulp terdelignifikasi

Nama : Sampel: Pulp

Tanggal :

Dihadapan anda terdapat 9 buah sampel pulp dengan bahan baku tandan kosong kelapa sawit. Anda diminta untuk mengamati warna sampel. Berikan penilaian anda pada tabel penilaian berikut :

Kode Sampel

164 579 865 231 402 753 329 719 864

Keterangan untuk penilaian: 1 = Coklat

2 = Kuning Kecoklatan 3 = Kuning

4 = Putih Kekuningan 5 = Agak putih 6 = Putih


(35)

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Konsentrasi H2O2 dalam media asam asetatberpengaruh sangat nyata terhadap rendemen, selulosa, hemiselulosa, lignin, dan organoleptik warna pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit.

2. Hasil uji lanjut polinomial ortogonal menunjukkan konsentrasi H2O2 dalam media asam asetatmenurunkan secara linier nilai rendemen dan hemiselulosa, menaikkan secara linier nilai organoleptik warna, menurunkan secara kuadratik nilai lignin, serta secara kuadratik nilai selulosa naik hingga konsentrasi 15% dan menurun pada konsentrasi setelahnya.

3. Konsentrasi H2O2 dalam media asam asetatterbaik adalah 15% H2O2 50% dalam media asam asetatdengan nilai rendemen 84,852%, selulosa

84,494%, hemiselulosa 6,319%, lignin 5,691% serta nilai rata-rata organoleptik warna 4,017 (putih kekuningan).


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Hemiselulosa. http://id.wikipedia.org/wiki/hemiselulosa. Diakses pada 10 Maret 2013.

Anonim. 2013. Structure of hemicellulose.

http://en.wikipedia.org/wiki/Hemicellulose. Diakses pada 14 Januari 2014. Aziz, S. and K. Sarkanen. 1989. Organosolv pulping - a review. TAPPI Journal.

March 1989. (3):72.

Barus, S. B. 2013. Kajian penggunaan asam perasetat pada proses pemutihan pulp acetosolve dari ampas tebu dan bambu betung. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60 hlm.

Baskoro, I.B.W. 1986. Pengaruh antrakinon-soda terhadap sifat-sifat pulp ampas tebu dan jerami. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Batubara. 2006. Teknologi Bleaching Ramah Lingkungan. Fakultas Pertanian Karya Tulis. Universitas Sumatra Utara. Hlm 1-6.

Casey, J.P. 1960. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology. John and Wiley and Son. New York.

Casey, J.P. 1980. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology and Paper Chemistry and Chemical Technology VI : Pulping and Bleaching. 2nd edition. Interscience Publisher Inc. New York. Clark, J.D. 1985. Pulp technology and treatment for paper. Miller Freeman Publication inc. San Fransisco. Datta, R. 1981. Acidogenic fermentation of lignocelluloses acid yield and convertion

of componens. Biotechnol. Bioeng 23:2167-2170.

Darnoko, P Guritno, A. Sugiharto dan S. Sugesty. 1995. Pembuatan pulp dari tandan kosong sawit dengan penambahan surfaktan. J. Penelitian Kelapa Sawit. 3(1): 75 – 87.

Darnoko. 1992. Potensi Pemanfaatan Limbah Lignoselulosa Kelapa Sawit Melalui Biokonversi. Berita Pen. Perkeb. 2 : 85-95. Diakses 10 Maret 2013.

Delmas, M. 2004. Valorisation Of Cereal Straws Through Selective Separation Of Cellulose, Lignins Dan Hemicelluloses. University of Toulouse, National Polytechnic Institute, Department of Chemistry. Pp 1 - 8 hlm.


(37)

Fahreza, A. 2013. Optimasi produksi pulp secara formacell dari tandan kosong kelapa sawit. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 41 hlm. Fauzi, Y. 2012. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 229 hlm.

Fengel, D. dan G. Wegener. 1995. Kayu : Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Diterjemahkan oleh Hardjonosastro Hamidjojo. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 729 hlm.

Goenadi. 2006. Jumlah TKKS. http://Bioetanol-sumber-lignoselulosa-melimpah-salah satunya adalah TKKS.html. Diakses 10 Maret 2013.

Goncalves, A. R., D. Denise., R. Moriya, and L. R. M Oliveria. 2005. Pulping of Sugarcane Bagasse and Straw and Biobleaching of The Pulps: Conditions Parameters and Recycling of Enzymes. Appita Conference, Auckland. New Zealand.

Hartono ,R. , Jayanudin, Salamah. 2010. Pemutihan Pulp Eceng Gondok

Menggunakan Proses Ozonasi. Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses 2010. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro Semarang. Semarang. 5 hlm.

Hidayati, S. 1999. Pemutihan pulp ampas tebu untuk bahan dasar pembuatan CMC. (Tesis). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 76 hlm.

Indrainy, M. 2005. Kajian pulping semimekanis dan pembuatan handmade paper berbahan dasar pelepah Ppsang. (Skripsi). Institut pertanian Bogor. Bogor. 56 hlm.

Kementerian Perindustrian. 2013.

http://www.kemenperin.go.id/artikel/3448/Menyalip-Skandinavia-di-Pasar-Bubur-Kertas. Diakses pada tanggal 10 maret 2013.

Libby, C.E. 1962. Pulping and paper science technology. Mc. Graw-Hill Book Company, Inc. New York.

Mailisa, T. 2012. Pengaruh konsentrasi asam perasetat dan CMC terhadap sifat kimia pulp berbasis ampas rumput laut Eucheuma cottonii. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 86 hlm.

Manurung, E. G. T. dan H. H. Sukaria. 2000. Industri Pulp dan Kertas: Ancaman Baru terhadap Hutan Alam Indonesia.

http://www.fahutan.s5.com/Juli/industri.htm. Diakses pada 14 Januari 2014. Masduqi, A. dan S. Wardhani. 2005. Minimalisasi limbah pada industri pulp dan

kertas. Institut Teknologi Sepuluh November. Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Kimia Lingkungan VII. Hlm 38.

Muladi, S., E.T. Arung., N.M. Nimz, dan O.Faix. 2002. Organosolv pulping and bleaching of pulp with ozone. Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman Samarinda.


(38)

42 Muurinen, E. 2000. Organosolv Pulping (A review and distillation study related to

peroxyacid pulping). Fakultas Teknologi Universitas Oulu. Linnanmaa. 314 hlm.

Nimz, H.H. and M. Schoen. 1993. Non waste pulping and bleaching with acetic acid.

Proc. ISWPC Beijing. May 25-28. 258 – 265 hlm.

Pikukuh, P. 2011. Selulosa, Komponen yang Paling Banyak ditemukan di Alam. http://blog.ub.ac.id/supat/2011/03/14/hello-world/. Diakses pada 10 Maret 2013

Rahmawati N. 1999. Struktur lignin kayu daun lebar dan pengaruhnya terhadap laju delignifikasi. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 88 hlm.

Simanjuntak, H.M. 1994. Mempelajari pengaruh komposisi larutan pemasak dan suhu pemasakan pada pengolahan pulp acetosolv Kayu Eucalyptus Deglupta. (Skripsi) Institut Pertanian Bogor. Bogor. 69 hlm.

Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu , Dasar-Dasar dan Penggunaan. Diterjemah oleh Hardjonosastro Hamidjojo. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. hlm 68-78 dan 182.

Sofian, M. 2011. Kajian pemutihan pulp acetosolve campuran ampas tebu dan batang pisang menggunakan hidrogen peroksida dalam media asam asetat. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar lampung. 47 hlm.

Wardani, D. I. 2012. Tandan kosong kelapa sawit (tkks) sebagai alternatif pupuk organik. http://uwityangyoyo.wordpress.com/2012/01/04/tandan-kosong-kelapa-sawit-tkks-sebagai-alternatif-pupuk-organik/

. Diakses 14

januari 2014.

Wardoyo, A. 2001. Pengaruh penggunaan bahan kimia dalam pelunakan serpih terhadap sifat pulp kimia Acacia mangiumWilld. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hlm.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustak Utama. Jakarta. 253 hlm.

Wirman. 1995. Pengaruh suhu dan konsentrasi HCl dalam pemasakan terhadap sifat pulp asetosolv yang dipucatkan dari Kayu Leda (Eucalyptusdeglupta BI). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 103 hlm.

Yanto, F. 2011. Kajian penggunaan asam klorida dan asam perasetat pada proses produksi pulp acetosolv dari ampas tebu dan bambu betung. (Tesis). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 102 hlm.


(39)

Lampiran 1

Tabel 2. Rendemen pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan

Kelompok

Total Rata-rata

1 2 3

P1 97,964 94,293 89,103 281,360 93,787

P2 88,452 89,183 89,832 267,467 89,156

P3 88,472 93,195 84,892 266,560 88,853

P4 87,790 92,779 81,552 262,121 87,374

P5 91,566 84,653 79,906 256,126 85,375

P6 90,742 84,014 79,798 254,555 84,852

P7 82,770 88,274 78,799 249,842 83,281

P8 81,253 78,916 80,374 240,543 80,181

P9 79,182 76,797 79,891 235,869 78,623

Total 788,191 782,102 744,148 2314,441

Rata-rata 87,577 86,900 82,683 85,720

Keterangan :

P1 = Delignifikasi dengan 0% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P2 = Delignifikasi dengan 3% konsentrasi H2O2 50%dalam media asam asetat P3 = Delignifikasi dengan 6% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P4 = Delignifikasi dengan 9% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P5 = Delignifikasi dengan 12% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam aseta P6 = Delignifikasi dengan 15% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P7 = Delignifikasi dengan 18% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P8 = Delignifikasi dengan 21% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P9 = Delignifikasi dengan 24% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat


(40)

45 Tabel 3. Hasil uji homogenitas rendemen pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit

(TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan n-1 s2 log s2 (n-1).log s2 1/(n-1)

P1 2 39,637 19,818 1,297 2,594 0,5

P2 2 0,953 0,477 -0,322 -0,644 0,5

P3 2 34,686 17,343 1,239 2,478 0,5

P4 2 63,277 31,639 1,500 3,000 0,5

P5 2 68,764 34,382 1,536 3,073 0,5

P6 2 60,937 30,469 1,484 2,968 0,5

P7 2 45,277 22,639 1,355 2,710 0,5

P8 2 2,787 1,393 0,144 0,288 0,5

P9 2 5,255 2,627 0,420 0,839 0,5

Total 18 321,574 17,306 4,5

Gabungan 17,865 1,252 22,536

c2 = 2,3026 {(Σ (n-1) log s2 gabungan) - (Σ (n-1) log s2 total)}

c2 = 12,04

Faktor koreksi = ; t = 9

= 1,185

df = 8

c2 terkoreksi= 10,161 ns (Homogen)

c2 = 20,090 c2 = 15,507

Tabel 4. Analisis ragam rendemen pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Sumber

Keragaman db JK KT F hitung

F tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 126,568 63,284 5,192 * 3,634 6,226

Perlakuan 8 531,887 66,486 5,455 ** 2,591 3,890

Galat 16 195,006 12,188

Non

Aditifitas 1 19,836 19,836 1,698 tn 4,494 8,531

Sisa 15 175,170 11,678

Total 26 853,461 KK = 4,07%

Keterangan:

** = berbeda nyata pada taraf nyata 1% * = berbeda nyata pada taraf nyata 5% tn = tidak nyata

1 1 1 1 1 3 1 1 n n t 2 i ij

Y

Y


(41)

Tabel 5. Uji polinomial ortogonal dan uji perbandingan rendemen pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perbandingan Q1 rΣCj2

JK = KT F hitung Sig. Linier -304 180 512,530 42,052 ** Kuadratik 1,25 8316 0,000 0,000 ns C1: P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7,P8,P9 218 216 219,604 18,018 ** C2: P2 vs P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 107 168 67,709 5,555 * C3: P3 vs P4, P5, P6, P7, P8, P9 100 126 79,845 6,551 * C4: P4 vs P5, P6, P7, P8, P9 73,7 90 60,303 4,948 * C5: P5 vs P6, P7, P8, P9 43,7 60 31,819 2,611 ns C6: P6 vs P7, P8, P9 37,4 36 38,876 3,190 ns C7: P7 vs P8, P9 23,3 18 30,090 2,469 ns C8: P8 vs P9 4,67 6 3,641 0,299 ns

Tabel 6. Organoleptik warna pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

1 2 3

P1 1,050 1,150 1,050 3,250 1,083

P2 1,350 1,100 1,050 3,500 1,167

P3 1,950 1,450 1,300 4,700 1,567

P4 3,500 1,850 2,250 7,600 2,533

P5 3,650 2,450 2,800 8,900 2,967

P6 4,050 3,800 4,200 12,050 4,017

P7 5,200 4,150 4,000 13,350 4,450

P8 5,300 5,000 4,900 15,200 5,067

P9 5,250 5,800 5,300 16,350 5,450

Total 31,300 26,750 26,850 84,900

Rata-rata 3,478 2,972 2,983 3,144

Keterangan :

P1 = Delignifikasi dengan 0% konsentrasi H2O2 50%dalam media asam asetat P2 = Delignifikasi dengan 3% konsentrasi H2O2 50%dalam media asam asetat P3 = Delignifikasi dengan 6% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P4 = Delignifikasi dengan 9% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P5 = Delignifikasi dengan 12% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam aseta P6 = Delignifikasi dengan 15% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P7 = Delignifikasi dengan 18% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P8 = Delignifikasi dengan 21% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P9 = Delignifikasi dengan 24% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat


(42)

47 Tabel 7. Hasil uji homogenitas organoleptik warna pulp formacell dari tandan kosong kelapa

sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan n-1 s2 log s2 (n-1).log

s2 1/(n-1)

P1 2 0,007 33,333 1,523 3,046 0,5

P2 2 0,052 258,333 2,412 4,824 0,5

P3 2 0,232 1158,333 3,064 6,128 0,5

P4 2 1,482 7408,333 3,870 7,739 0,5

P5 2 0,762 3808,333 3,581 7,161 0,5

P6 2 0,082 408,333 2,611 5,222 0,5

P7 2 0,855 4275,000 3,631 7,262 0,5

P8 2 0,087 433,333 2,637 5,274 0,5

P9 2 0,185 925,000 2,966 5,932 0,5

Total 18 3,742 52,589 4,5

Gabungan 2078,704 3,318 59,720

c2 = 2,3026 {(Σ (n-1) log s2 gabungan) - (Σ (n-1) log s2 total)}

c2 = 16,42

Faktor

koreksi = ; t = 9

= 1,185

df = 8

c2 terkoreksi= 13,856 ns (Homogen)

c2 = 20,090

c2 = 15,507

Tabel 8. Analisis ragam organoleptik warna pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Sumber

Keragaman db JK KT F hitung

F tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 1,501 0,750 5,356 * 3,634 6,226

Perlakuan 8 67,590 8,449 60,318 ** 2,591 3,890

Galat 16 2,241 0,140

Non

Aditifitas 1 0,026 0,026 0,176 tn 4,494 8,531

Sisa 15 2,215 0,148

Total 26 71,332 KK = 12%

Keterangan:

** = berbeda nyata pada taraf nyata 1% * = berbeda nyata pada taraf nyata 5% tn = tidak nyata

2 i ij

Y

Y

1 1 1 1 1 3 1 1 n n t


(43)

Tabel 9. Uji polinomial ortogonal dan uji perbandingan organoleptik warna pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perbandingan Q1 rΣC

j 2

JK = KT F hitung Sig.

Linier 109 180 66,309 473,399 **

Kuadratik 23,3 8316 0,065 0,464 Ns

C1: P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 -55,7 216 14,338 102,361 **

C2: P2 vs P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 -53,7 168 17,133 122,317 **

C3: P3 vs P4, P5, P6, P7, P8, P9 -45,3 126 16,250 116,017 **

C4: P4 vs P5, P6, P7, P8, P9 -27,9 90 8,618 61,527 **

C5: P5 vs P6, P7, P8, P9 -21,4 60 7,597 54,238 **

C6: P6 vs P7, P8, P9 -8,75 36 2,127 15,183 **

C7: P7 vs P8, P9 -4,85 18 1,307 9,330 **

C8: P8 vs P9 -1,15 6 0,220 1,574 ns

Tabel 10. Kadar selulosa pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

1 2 3

P1 75,066 75,659 76,432 227,158 75,719

P2 76,899 76,654 77,863 231,415 77,138

P3 78,023 77,609 77,872 233,505 77,835

P4 78,692 77,702 79,919 236,314 78,771

P5 80,247 79,916 79,519 239,682 79,894

P6 83,110 85,842 84,529 253,481 84,494

P7 81,366 81,639 79,599 242,604 80,868

P8 81,172 80,669 79,326 241,166 80,389

P9 79,321 78,460 78,642 236,423 78,808

Total 713,896 714,149 713,702 2141,747

Rata-rata 79,322 79,350 79,300 79,324

Keterangan :

P1 = Delignifikasi dengan 0% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P2 = Delignifikasi dengan 3% konsentrasi H2O2 50%dalam media asam asetat P3 = Delignifikasi dengan 6% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P4 = Delignifikasi dengan 9% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P5 = Delignifikasi dengan 12% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam aseta P6 = Delignifikasi dengan 15% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P7 = Delignifikasi dengan 18% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P8 = Delignifikasi dengan 21% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P9 = Delignifikasi dengan 24% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat


(44)

49 Tabel 11. Hasil uji homogenitas selulosa pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit

(TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan n-1 s2 log s2 (n-1).log

s2 1/(n-1) P1 2 0,939 46,936 1,672 3,343 0,5 P2 2 0,817 40,845 1,611 3,222 0,5 P3 2 0,088 4,403 0,644 1,288 0,5 P4 2 2,468 123,378 2,091 4,182 0,5 P5 2 0,266 13,304 1,124 2,248 0,5 P6 2 3,734 186,701 2,271 4,542 0,5 P7 2 2,451 122,539 2,088 4,177 0,5 P8 2 1,820 91,024 1,959 3,918 0,5 P9 2 0,411 20,563 1,313 2,626 0,5 Total 18 12,994 29,547 4,5 Gabungan 72,188 1,858 33,452

c2 = 2,3026 {(Σ (n-1) log s2 gabungan) - (Σ (n-1) log s2 total)}

c2 = 8,99

Faktor

koreksi = ; t = 9

= 1,185

df = 8

c2 terkoreksi= 7,588 ns (Homogen)

c2 = 20,090

c2 = 15,507

Tabel 12. Analisis ragam selulosa pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Sumber

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 0,011 0,006 0,007 tn 3,634 6,226

Perlakuan 8 153,385 19,173 23,629 ** 2,591 3,890

Galat 16 12,983 0,811

Non Aditifitas 1 3,558 3,558 4,385 tn 4,494 8,531

Sisa 15 9,424 0,628

Total 26 166,379 KK = 1,14%

Keterangan:

** = berbeda nyata pada taraf nyata 1% * = berbeda nyata pada taraf nyata 5% tn = tidak nyata

1 1 1 1 1 3 1 1 n n t 2 i ij

Y

Y


(45)

Tabel 13. Uji polinomial ortogonal dan uji perbandingan selulosa pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perbandingan Q1 rΣCj2

JK = KT F hitung Sig.

Linier 102 180 57,435 70,783 **

Kuadratik -641 8316 49,362 60,835 ** C1: P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 -97,3 216 43,853 54,045 ** C2: P2 vs P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 -63,3 168 23,827 29,364 ** C3: P3 vs P4, P5, P6, P7, P8, P9 -48,6 126 18,778 23,143 ** C4: P4 vs P5, P6, P7, P8, P9 -31,8 90 11,226 13,835 ** C5: P5 vs P6, P7, P8, P9 -14,9 60 3,723 4,588 * C6: P6 vs P7, P8, P9 40,3 36 45,003 55,462 ** C7: P7 vs P8, P9 7,62 18 3,225 3,974 ns C8: P8 vs P9 4,74 6 3,750 4,622 *

Tabel 14. Kadar hemiselulosa pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

1 2 3

P1 8,390 8,243 8,173 24,806 8,269

P2 7,921 8,240 7,930 24,091 8,030

P3 7,672 7,971 7,448 23,091 7,697

P4 6,667 7,833 7,285 21,785 7,262

P5 6,527 7,008 6,941 20,476 6,825

P6 6,900 7,088 4,967 18,956 6,319

P7 6,780 6,798 6,148 19,726 6,575

P8 6,777 5,744 6,488 19,008 6,336

P9 5,194 6,206 7,259 18,660 6,220

Total 62,830 65,130 62,639 190,599

Rata-rata 6,981 7,237 6,960 7,059

Keterangan :

P1 = Delignifikasi dengan 0% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P2 = Delignifikasi dengan 3% konsentrasi H2O2 50%dalam media asam asetat P3 = Delignifikasi dengan 6% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P4 = Delignifikasi dengan 9% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P5 = Delignifikasi dengan 12% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam aseta P6 = Delignifikasi dengan 15% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P7 = Delignifikasi dengan 18% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P8 = Delignifikasi dengan 21% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P9 = Delignifikasi dengan 24% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat


(46)

51 Tabel 15. Hasil uji homogenitas hemiselulosa pulp formacell dari tandan kosong kelapa

sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan n-1 s2 log s2 (n-1).log

s2 1/(n-1)

P1 2 0,025 1,235 0,092 0,184 0,5

P2 2 0,066 3,289 0,517 1,034 0,5

P3 2 0,138 6,886 0,838 1,676 0,5

P4 2 0,681 34,028 1,532 3,064 0,5

P5 2 0,136 6,784 0,832 1,663 0,5

P6 2 2,759 137,948 2,140 4,279 0,5

P7 2 0,274 13,695 1,137 2,273 0,5

P8 2 0,568 28,392 1,453 2,906 0,5

P9 2 2,132 106,618 2,028 4,056 0,5

Total 18 6,778 21,135 4,5

Gabungan 37,653 1,576 28,364

c2 = 2,3026 {(Σ (n-1) log s2 gabungan) - (Σ (n-1) log s2 total)}

c2 = 16,65

Faktor

koreksi = ; t = 9

= 1,185

df = 8

c2 terkoreksi= 14,045 ns (Homogen)

c2 = 20,090

c2 = 15,507

Tabel 16. Analisis ragam hemiselulosa pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Sumber

Keragaman db JK KT F hitung

F tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 0,427 0,213 0,538 tn 3,634 6,226

Perlakuan 8 14,754 1,844 4,647 ** 2,591 3,890

Galat 16 6,351 0,397

Non

Aditifitas 1 0,011 0,011 0,026 tn 4,494 8,531

Sisa 15 6,340 0,423

Total 26 21,532 KK = 8,92%

Keterangan:

** = berbeda nyata pada taraf nyata 1% * = berbeda nyata pada taraf nyata 5% tn = tidak nyata

2 i ij Y Y 1 1 1 1 1 3 1 1 n n t


(47)

Tabel 17. Uji polinomial ortogonal dan uji perbandingan hemiselulosa pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perbandingan Q1 rΣC

j 2

JK = KT F hitung Sig.

Linier -49,4 180 13,553 34,146 **

Kuadratik 74,1 8316 0,660 1,663 ns

C1: P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 32,7 216 4,936 12,436 **

C2: P2 vs P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 26,9 168 4,320 10,883 **

C3: P3 vs P4, P5, P6, P7, P8, P9 19,9 126 3,154 7,946 *

C4: P4 vs P5, P6, P7, P8, P9 12,1 90 1,626 4,097 ns

C5: P5 vs P6, P7, P8, P9 5,55 60 0,514 1,296 ns

C6: P6 vs P7, P8, P9 -0,53 36 0,008 0,019 ns

C7: P7 vs P8, P9 1,78 18 0,177 0,446 ns

C8: P8 vs P9 0,35 6 0,020 0,051 ns

Tabel 18. Kadar lignin pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

1 2 3

P1 11,145 10,493 11,013 32,650 10,883

P2 9,451 9,110 10,397 28,958 9,653

P3 8,409 8,154 9,131 25,694 8,565

P4 7,569 7,737 6,460 21,766 7,255

P5 5,842 5,961 5,924 17,726 5,909

P6 5,247 6,108 5,718 17,073 5,691

P7 5,263 5,315 5,474 16,052 5,351

P8 5,245 5,348 5,113 15,707 5,236

P9 5,204 5,343 5,051 15,599 5,200

Total 63,376 63,569 64,281 191,226

Rata-rata 7,042 7,063 7,142 7,082

Keterangan :

P1 = Delignifikasi dengan 0% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P2 = Delignifikasi dengan 3% konsentrasi H2O2 50%dalam media asam asetat P3 = Delignifikasi dengan 6% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P4 = Delignifikasi dengan 9% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P5 = Delignifikasi dengan 12% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam aseta P6 = Delignifikasi dengan 15% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P7 = Delignifikasi dengan 18% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P8 = Delignifikasi dengan 21% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat P9 = Delignifikasi dengan 24% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat


(48)

53 Tabel 19. Hasil uji homogenitas kadar lignin pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit

(TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan n-1 s2 log s2 (n-1).log

s2 1/(n-1)

P1 2 0,238 118,860 2,075 4,150 0,5

P2 2 0,888 444,021 2,647 5,295 0,5

P3 2 0,514 256,874 2,410 4,819 0,5

P4 2 0,963 481,325 2,682 5,365 0,5

P5 2 0,007 3,683 0,566 1,133 0,5

P6 2 0,372 186,238 2,270 4,540 0,5

P7 2 0,024 12,132 1,084 2,168 0,5

P8 2 0,028 13,949 1,145 2,289 0,5

P9 2 0,043 21,323 1,329 2,658 0,5

Total 18 3,077 32,416 4,5

Gabungan 170,934 2,233 40,191

c2 = 2,3026 {(Σ (n-1) log s2 gabungan) - (Σ (n-1) log s2 total)}

c2 = 17,90

Faktor

koreksi = ; t = 9

= 1,185

df = 8

c2 terkoreksi= 15,104 ns (Homogen)

c2 = 20,090

c2 = 15,507

Tabel 20. Analisis ragam kadar lignin pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Sumber

Keragaman db JK KT F hitung

F tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 0,051 0,025 0,134 tn 3,634 6,226

Perlakuan 8 109,645 13,706 72,462 ** 2,591 3,890

Galat 16 3,026 0,189

Non

Aditifitas 1 0,282 0,282 1,541 tn 4,494 8,531

Sisa 15 2,744 0,183

Total 26 112,721 KK = 6,14%

Keterangan:

** = berbeda nyata pada taraf nyata 1% * = berbeda nyata pada taraf nyata 5% tn = tidak nyata

2 i ij

Y

Y

1 1 1 1 1 3 1 1 n n t


(49)

Tabel 21. Uji polinomial ortogonal dan uji perbandingan lignin pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perbandingan Q1 rΣC

j 2

JK = KT F hitung Sig.

Linier -132 180 96,705 511,283 **

Kuadratik 315 8316 11,921 63,028 **

C1: P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 103 216 48,760 257,797 **

C2: P2 vs P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 73,1 168 31,798 168,118 **

C3: P3 vs P4, P5, P6, P7, P8, P9 50,2 126 20,032 105,910 **

C4: P4 vs P5, P6, P7, P8, P9 26,7 90 7,903 41,786 **

C5: P5 vs P6, P7, P8, P9 6,47 60 0,699 3,694 ns

C6: P6 vs P7, P8, P9 3,86 36 0,414 2,191 ns

C7: P7 vs P8, P9 0,8 18 0,036 0,188 ns


(50)

55 Lampiran 2

Gambar 12. Pengambilan sampel TKKS Gambar 13. Tandan kosong kelapa sawit

Gambar 14. Pemasakan pulp Gambar 15. Pulp sebelum delignifikasi


(51)

Gambar 18. Pemanasan selama 2 jam Gambar 19. Penyaringan sampel analisis dalam waterbath

Gambar 20. Sampel yang akan dianalisis Gambar 21. Hasil delignifikasi dengan H2O2 0% dalam media asam asetat

Gambar 22. Hasil delignifikasi dengan H2O2 Gambar 23. Hasil delignifikasi dengan H2O2 3% dalam media asam asetat 6% dalam media asam asetat


(52)

57

Gambar 24. Hasil delignifikasi dengan H2O2 Gambar 25. Hasil delignifikasi dengan H2O2 9% dalam media asam asetat 12% dalam media asam asetat

Gambar 26. Hasil delignifikasi dengan H2O2 Gambar 27. Hasil delignifikasi dengan H2O2 15% dalam media asam asetat 18% dalam media asam asetat

Gambar 28. Hasil delignifikasi dengan H2O2 Gambar 29. Hasil delignifikasi dengan H2O2 21% dalam media asam asetat 24% dalam media asam asetat


(1)

Tabel 17. Uji polinomial ortogonal dan uji perbandingan hemiselulosa pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perbandingan Q1 rΣC

j 2

JK = KT F hitung Sig.

Linier -49,4 180 13,553 34,146 **

Kuadratik 74,1 8316 0,660 1,663 ns

C1: P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 32,7 216 4,936 12,436 ** C2: P2 vs P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 26,9 168 4,320 10,883 ** C3: P3 vs P4, P5, P6, P7, P8, P9 19,9 126 3,154 7,946 *

C4: P4 vs P5, P6, P7, P8, P9 12,1 90 1,626 4,097 ns

C5: P5 vs P6, P7, P8, P9 5,55 60 0,514 1,296 ns

C6: P6 vs P7, P8, P9 -0,53 36 0,008 0,019 ns

C7: P7 vs P8, P9 1,78 18 0,177 0,446 ns

C8: P8 vs P9 0,35 6 0,020 0,051 ns

Tabel 18. Kadar lignin pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

1 2 3

P1 11,145 10,493 11,013 32,650 10,883 P2 9,451 9,110 10,397 28,958 9,653

P3 8,409 8,154 9,131 25,694 8,565

P4 7,569 7,737 6,460 21,766 7,255

P5 5,842 5,961 5,924 17,726 5,909

P6 5,247 6,108 5,718 17,073 5,691

P7 5,263 5,315 5,474 16,052 5,351

P8 5,245 5,348 5,113 15,707 5,236

P9 5,204 5,343 5,051 15,599 5,200

Total 63,376 63,569 64,281 191,226

Rata-rata 7,042 7,063 7,142 7,082

Keterangan :

P1 = Delignifikasi dengan 0% konsentrasi H2O2 50%dalam media asam asetat

P2 = Delignifikasi dengan 3% konsentrasi H2O2 50%dalam media asam asetat

P3 = Delignifikasi dengan 6% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat

P4 = Delignifikasi dengan 9% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat

P5 = Delignifikasi dengan 12% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam aseta

P6 = Delignifikasi dengan 15% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat

P7 = Delignifikasi dengan 18% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat

P8 = Delignifikasi dengan 21% konsentrasi H2O2 50% dalam media asam asetat


(2)

Tabel 19. Hasil uji homogenitas kadar lignin pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perlakuan n-1 s2 log s2 (n-1).log

s2 1/(n-1)

P1 2 0,238 118,860 2,075 4,150 0,5

P2 2 0,888 444,021 2,647 5,295 0,5

P3 2 0,514 256,874 2,410 4,819 0,5

P4 2 0,963 481,325 2,682 5,365 0,5

P5 2 0,007 3,683 0,566 1,133 0,5

P6 2 0,372 186,238 2,270 4,540 0,5

P7 2 0,024 12,132 1,084 2,168 0,5

P8 2 0,028 13,949 1,145 2,289 0,5

P9 2 0,043 21,323 1,329 2,658 0,5

Total 18 3,077 32,416 4,5

Gabungan 170,934 2,233 40,191

c2 = 2,3026 {(Σ (n-1) log s2 gabungan) - (Σ (n-1) log s2 total)} c2 = 17,90

Faktor

koreksi = ; t = 9

= 1,185

df = 8

c2 terkoreksi= 15,104 ns (Homogen)

c2 = 20,090 c2 = 15,507

Tabel 20. Analisis ragam kadar lignin pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Sumber

Keragaman db JK KT F hitung

F tabel 0,05 0,01

Kelompok 2 0,051 0,025 0,134 tn 3,634 6,226

Perlakuan 8 109,645 13,706 72,462 ** 2,591 3,890

Galat 16 3,026 0,189

Non

Aditifitas 1 0,282 0,282 1,541 tn 4,494 8,531

Sisa 15 2,744 0,183

Total 26 112,721 KK = 6,14%

Keterangan:

** = berbeda nyata pada taraf nyata 1% * = berbeda nyata pada taraf nyata 5% tn = tidak nyata

2 i ij Y Y 1 1 1 1 1 3 1 1 n n t


(3)

Tabel 21. Uji polinomial ortogonal dan uji perbandingan lignin pulp formacell dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) hasil delignifikasi

Perbandingan Q1 rΣC

j 2

JK = KT F hitung Sig.

Linier -132 180 96,705 511,283 **

Kuadratik 315 8316 11,921 63,028 **

C1: P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 103 216 48,760 257,797 ** C2: P2 vs P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9 73,1 168 31,798 168,118 ** C3: P3 vs P4, P5, P6, P7, P8, P9 50,2 126 20,032 105,910 **

C4: P4 vs P5, P6, P7, P8, P9 26,7 90 7,903 41,786 **

C5: P5 vs P6, P7, P8, P9 6,47 60 0,699 3,694 ns

C6: P6 vs P7, P8, P9 3,86 36 0,414 2,191 ns

C7: P7 vs P8, P9 0,8 18 0,036 0,188 ns


(4)

Lampiran 2

Gambar 12. Pengambilan sampel TKKS Gambar 13. Tandan kosong kelapa sawit

Gambar 14. Pemasakan pulp Gambar 15. Pulp sebelum delignifikasi


(5)

Gambar 18. Pemanasan selama 2 jam Gambar 19. Penyaringan sampel analisis dalam waterbath

Gambar 20. Sampel yang akan dianalisis Gambar 21. Hasil delignifikasi dengan H2O2

0% dalam media asam asetat

Gambar 22. Hasil delignifikasi dengan H2O2 Gambar 23. Hasil delignifikasi dengan H2O2


(6)

Gambar 24. Hasil delignifikasi dengan H2O2 Gambar 25. Hasil delignifikasi dengan H2O2

9% dalam media asam asetat 12% dalam media asam asetat

Gambar 26. Hasil delignifikasi dengan H2O2 Gambar 27. Hasil delignifikasi dengan H2O2

15% dalam media asam asetat 18% dalam media asam asetat

Gambar 28. Hasil delignifikasi dengan H2O2 Gambar 29. Hasil delignifikasi dengan H2O2