15
bidang hukum yang menyimpan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan sebagaimana dikemukakan di atas, meskipun hanya tersirat sekalipun.
Pustaka-pustaka itu telah Penulis pandang sebagai pustaka “dalam bidang hukum” dan oleh sebab itu Penulis rujuk sebagai bahan tinjauan kepustakaan yang
berkaitan dengan topik penelitian dan penulisan karya tulis ini, sebab memang harus diakui bahwa sangat sulit menemukan kepustakaan yang secara spesifik dan
sistematik kontraktual membicarakan aspek hukum dari transaksi yang menggunakan EDC.
2.1. Hakekat Dari Suatu Transaksi Elektronik
Electronic commerce e-commerce umum dipahami sebagai suatu cara perdagangan.
Cara perdagangan atau transaksi
tersebut relatif baru
keberadaannya, dibandingkan dengan cara perdagangan lainnya. Sehingga bagi sebagian kalangan pengertian transaksi elektronik masih belum jelas.
Ketidakjelasan dalam mengartikan suatu istilah berdampak pada kesukaran dalam mengerti seluruh permasalahan yang muncul. Hal itu seharusnya tidak demikian
berlaku dalam bidang hukum. Sebab, menurut pendapat Penulis, bukankah hukum itu harus serba jelas, pasti dan mudah dimengerti?
Dalam pada itu secara umum, e-commerce dapat didefinisikan sebagai bentuk transaksi perdagangan atau perniagaan barang dan jasa trade goods and
service dengan menggunakan media elektronik.
2
2
Drs. Dikdik M. Arief Mansur, SH.,MH. Dan Elisatris Gultom., SH., MH., Cyber Law : Aspek Hukum Teknologi Informasi., Bandung., PT. Refika Aditama., 2005., hlm. 170.
16
Menggunakan definisi e-commerce seperti itu, menurut pendapat Penulis, apabila EDC dapat disamakan dengan media elektronik, maka pada titik ini, dapat
dikatakan bahwa pada hakekatnya EDC itu hanyalah sarana yang dapat dipergunakan oleh para pihak the parties dalam transaksi perdagangan to
contracts atau perniagaan barang dan jasa sebagai suatu kontrak a contract. Berkaitan dengan hakikat kontraktual EDC tersebut, maka berikut ini
pengertian kontrak sebagai nama ilmu hukum: ”segenap kewajiban bagi setiap orang berjanji atau bersepakat
dengan orang lain untuk memberikan, atau berbuat, atau tidak berbuat sesuatu terhadap atau untuk orang lain tersebut, atau
berkenaan dengan segenap kewajiban yang dituntut oleh hukum kepada setiap orang untuk memberikan atau berbuat atau tidak
berbuat sesuatu terhadap atau untuk orang lain apabila keadilan menghendaki meskipun tidak diperjanjikan sebelumnya.”
3
Dalam operasionalnya, kontrak e-commerce ini dapat berbentuk transaksi yang dilakukan oleh para pihak dalam Business to Bussiness B to B atau pihak
dalam Business to Consummers B to C atau pihak dalam transaksi yang dilakukan oleh konsumen ke pihak konsumen customer to customer.
4
Meskipun dalam perspektif hukum yang terlihat adalah transaksi oleh para pihak dalam Business to Bussiness namun pada umumnya dipandang hanya
sebatas sistem komunikasi bisnis on-line antar pelaku bisnis.
3
Jeferson Kameo, SH., LLM., Ph.D., Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum., Fakultas Hukum UKSW Salatiga., hal. 2.
4
Abdul Halim Barkatullah Teguh Prasetyo, SH, M.Si., Op.Cit ., hal. 22. Menurut pendapat Penulis, dalam perpektif Kontrak sebagai Nama Ilmu Hukum, entah itu bentuk transaksi B to B,
to C, C to C, konsep baku yang dipakai tetap pihak the partis to contract.
17
Dilihat dari karakteristiknya, transaksi e-commerce para pihak dalam Business to Business mempunyai karakteristik sebagai berikut transaksi terjadi
antara para pihak sebagai trending partners yang sudah saling mengetahui dan antara mereka sudah terjalin hubungan hukum yang berlangsung cukup lama.
Pertukaran informasi atau dalam bahasa hukum dapat dikatakan sebagai suatu consensus in idem hanya berlangsung di antara mereka dan karena sudah
sangat mengenal. Dapat dikatakan karakteristik pertukaran informasi tersebut dilakukan atas dasar kebutuhan dan kepercayaan. Di samping itu, dalam e-
commerce business to business, ada pertukaran data consensus in idem dilakukan secara berulang-ulang dan berskala serta format yang telah disepakati
standard contract. Jadi service yang digunakan antara kedua sistem tersebut sama dan menggunakan standar yang sama. Ciri selanjutnya dari e-commerce ini
adalah salah satu pelaku tidak harus menunggu partner mereka lainnya untuk mengirim data. Akhirnya dalam ciri e-commerce ini adalah model yang umum
digunakan adalah pear to pear, dimana processing intelegence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.
5
Sedangkan hubungan hukum oleh para pihak dalam business to consumers merupakan transaksi melalui internet antara penjual barang dan konsumen end
user. Hubungan hukum para pihak dalam Business to Consummers B to C pada e-commerce jenis ini relatif banyak ditemui dibandingkan dengan Business to
Business. Dalam transaksi e-commerce jenis B to C, hampir semua orang dapat
5
Drs. Dikdik M. Arief Mansur, SH.,MH. dan Elisatris Gultom., SH., MH., Cyber Law : Aspek Hukum Teknologi Informasi., Bandung., PT. Refika Aditama., 2005., hal. 151.
18
melakukan transaksi baik dengan nilai transaksi kecil maupun besar dan tidak dibutuhkan persyaratan yang rumit. Dalam transaksi B to C, sementara pihak
memandang bahwa konsumen memiliki bargaining position yang lebih baik dibanding dengan perdagangan konvensional. Hal itu dikarenakan, konsumen
memperoleh informasi yang beragam dan mendetail. Kondisi tersebut memberi banyak manfaat bagi para pihak dalam hubungan kontraktual, dalam hal ini adalah
pihak konsumen karena kebutuhan akan barang dan jasa yang diinginkan dapat terpenuhi. Selain itu juga terbuka kesempatan bagi pihak konsumen untuk
memilih jenis dan kualitas barang dan jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan finasial konsumen dalam waktu yang relatif efisien.
6
Karateristik dari transaksi e-commerce Business to Consumer adalah sebagai berikut : 1 Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan secara
umum pula; 2 Service dapat dilakukan juga bersifat umum sehingga mekanismenya dapat digunakan oleh banyak orang. Contohnya, karena sistem
web sudah umum di kalangan masyarakat, maka sistem yang digunakan adalah sistem web pula; 3 Service yang diberikan berdasarkan permintaan dimana
konsumen berinisiatif sedangkan produsen harus siap memberikan respon terhadap inisiatif konsumen; 4 Sering dilakukan pendekatan client-server, yang
mana konsumen di pihak klien menggunakan sistem yang minimal berbasis web
6
Ibid, hal. 151-152.
19
dan pihak penyedia barang atau jasa business procedure berada pada pihak server.
7
Konsumen ke konsumen merupakan jenis transaksi bisnis yang tidak hanya dilakukan secara konvensional tetapi juga secara elektronik. Jenis transaksi
demikian dilakukan antar konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu pada saat tertentu pula. Segmentasi transaksi elektronik antara pihak konsumen ke
konsumen sifatnya lebih khusus karena transaksi dilakukan oleh konsumen ke konsumen yang memerlukan transaksi. Dalam kaitan dengan itu terlihat dari
kepustakaan yang ada, internet telah dijadikan sebagai sarana tukar menukar informasi tentang produk baik mengenai harga, kualitas dan pelayanannya.
Selain itu antar consumer juga dapat membentuk komunitas penggunapenggemar
produk tersebut.
Ketidakpuasan customer
dalam mengonsumsi suatu produk dapat segera tersebar luas melalui komunitas-
komunitas tersebut. Seperti telah dikemukakan, itulah alasan mengapa internet telah menjadikan customer memiliki posisi tawar yang tinggi, dan dengan
demikian menuntut pelayanan suatu perusahaan yang terlibat dalam transaksi elektronik untuk menjadi lebih baik.
8
Uraian di atas tidak secara eksplisit dan lugas menjawab pertanyaan nomor satu sebagaimana telah Penulis kemukakan dalam rincian di bagian introduksi
pada Bab ini. Namun dapat Penulis kemukakan, bahwa begitulah kenyataan yang
7
Ibid., hal. 152.
8
Abdul Halim Barkatullah Teguh Prasetyo, SH, M.Si., Op.Cit., hal. 22-23.
20
saat ini ada, khususnya kenyataan kepustakaan hukum yang membicarakan tentang transaksi e-commerce. Ada ketidakjelasan dalam mengungkapkan makna
yang hakiki dari suatu transaksi elektronik. Khusus mengenai hakikat dari EDC, bahkan terlihat dari uraian di atas bahwa tidak satu pun kepustakaan yang
membicarakan mengenai hal itu. Namun, seperti telah Penulis kemukakan di atas, bahwa pada hakikatnyya transaksi elektronik dimana EDC menjadi alat yang
membantu melancarkan transaksi yang bersangkutan sebagai suatu kontrak. Untuk lebih memerjelas hakikat kontraktual seperti itu, maka berikut ini
tinjauan kepustakaan yang lebih rinci, yang akan dimulai dari pihak-pihak dalam setiap transaksi elektronik, termasuk pihak-pihak dalam transaksi yang
menggunakan EDC sebagai sarana yang membantu transaksi.
2.2. Pihak-Pihak Dalam Transaksi Elektronik