BIO ASSAY EKSTRAK Selaginella willdenowii DENGAN BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

(1)

BIOASSAY EKSTRAK Selaginella willdenowii DENGAN BRINE SRHIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Oleh Wida Witriani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

BIO ASSAY EKSTRAK Selaginella willdenowii DENGAN BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Oleh: Wida Witriani

Selaginella merupakan tumbuhan paku yang banyak tersebar di wilayah Indonesia salah satunya di wilayah Lampung. Selaginella memiliki banyak kegunaan diantaranya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan, ornamen dan sebagai obat tradisional. Potensi Selaginella yang dapat memberikan manfaat positif terutama sebagai obat tradisional belum banyak diketahui dan dioptimalkan penggunaanya oleh masyarakat. Penelitian untuk mengetahui pengaruh toksisitas yang telah dilakukan dengan Uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menentukan konsentrasi ekstrak selaginella yang menyebabkan kematian pada hewan uji. Ekstraksi Selaginella diambil dengan cara maserasi menggunakan aquades kemudian disaring dan dikeringkan hingga menjadi pasta. Pasta Selaginella di encerkan dan dibuat menjadi 0,2,4,6,8,10,12, dan 20%. Analisis data menggunakan varian satu arah (ANOVA)(α=0,05). Uji BSLT diterapkan pada 8 konsentrasi ekstrak Selaginella yang berbeda dengan 12 dan 24 jam pengamatan.. Pada jam ke 12 konsentrasi 2% menunjukkan nilai mortalitas terendah sebesar 14,28% pada konsentrasi 20% menunjukkan nilai tertinggi sebesar sebesar 26,78%, kemudian pada jam ke 24 nilai mortalitas terendah adalah pada konsentrasi 2% sebesar 8,90% dan pada nilai tertinggi pada konsentrasi 20% yaitu sebesar 26,78%. Ekstrak aquades Selaginella willdenowii bersifat toksik tetapi toksisitasnya rendah terhadap Artemia salina Leach juga tidak menunjukan pebedaan yang nyata dengan konsentrasi yang rendah.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……… i

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL……….... xii

DAFTAR GAMBAR………... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pikir……… 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Selaginella ... 5

1. Klasifikasi Selaginella... 5

2. Morfologi Selaginella ... 7

3. Sistem Reproduksi ... 7

4. Habitat... ... 9

5. Manfaat Selaginella ... 9

B. Flavonoid... 10


(6)

1. Klasifikasi Artemia………... 10

2. Habitat………... 11

3. Morfologi Artemia………... 12

D. Toksisitas... ... 15

E. Diagram Alir……… 16

III. METODE PENELITIAN ... 18

A. Waktu dan Tempat ... 18

B. Alat dan Bahan ... 18

C. Rancangan Penelitian ... 19

D. Cara Kerja……….. ... 20

1. Persiapan Tanaman Paku Selaginela willdenowii ……... 20

2. Pembuatan Ekstrak Tanaman Selaginella willdenowii….... 20

3. Persiapan tempat penetasan Artemia salina Leach………… 20

4. Penetasan Hewan Uji Artemia salina Leach ……….... 20

5. Pelaksanaan uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ... 21

E. Parameter Penelitian……….. 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Nilai Mortalitas Arthemia salina Leach... . 24

B. Grafik Mortalitas Arthemia salina Leach... 27

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

DAFTAR PUSTAKA……….. ... 31 LAMPIRAN


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selaginella merupakan salah satu tumbuhan paku yang dapat digunakan sebagai tanaman obat tradisional. Sellaginella adalah tumbuhan yang mengandung

flavonoid yang merupakanantioksidan ampuh yang bekerja sebagai pencegah kanker dan juga memiliki efekantimikroba. Prinsip suatu tanaman dapat digunakan sebagai anti kanker adalah apabila tanaman tersebut mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik.

Yohana (2005), mengungkapkan bahwa pengobatan dengan menggunakan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dibandingkan dengan pengobatan modern, hal ini dikarenakan efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional lebih sedikit dibandingkan obat modern. Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), obat tradisional tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita karena sudah lekat dengan budaya bangsa serta banyak digunakan di berbagai lapisan

masyarakat. Sesuai standar mutu WHO, obat tradisional harus memenuhi beberapa persyaratan meliputi kualitas, keamanan, dan khasiat.

Senyawa yang diduga memiliki khasiat obat seperti sebagai bahan antikanker, harus diujikan terlebih dahulu pada hewan percobaan. Salah satu langkah awal pengujian adalah dengan menerapkan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)


(8)

yaitu uji dengan menggunakan larva udang Artemia salina Leach sebagai hewan uji (Meyer et al, 2010, Mc Laughlin dan Rogers, 2011, Carballo et al, 2005). Metode ini merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk pencarian senyawa antikanker baru yang berasal dari tanaman. Hasil uji toksisitas dengan metode ini telah terbukti memiliki korelasi dengan daya sitotoksis senyawa antikanker (Rahman 2007). Selain itu, metode ini juga mudah dikerjakan, murah, cepat, dan cukup akurat. Bentuk ekstrak dipilih dengan harapan akan didapatkan kandungan senyawa aktif yang ada dalam Selaginella. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi tentang potensi antikanker pada Selaginella sebagai salah satu tanaman obat tradisional.

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui 50% Lethal Concentration (LC50) ekstrak tumbuhan Selaginella willdenowii dengan menggunakan metode BSLT pada Artemia salina Leach.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi tumbuhan Selaginella willdenowii yang diujikan pada Artemia salina Leach sebagai bahan antikanker.


(9)

D. Kerangka Pemikiran

Selaginella merupakan tumbuhan paku yang banyak tersebar di wilayah Indonesia yang beriklim tropis. Tanaman ini tumbuh liar di tanah yang lembab seperti di tepian sungai. Tanaman Selaginella memiliki banyak kegunaan di antaranya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan, ornamen, dan sebagai obat tradisional. Tanaman Selaginella diketahui memiliki banyak kandungan zat-zat yang dapat dimanfaatkan salah satu di antaranya adalah flavonoid dan biflavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, dan mengurangi resiko keracunan akibat radikal bebas, namun penggunaannya belum diketahui secara luas oleh

masyarakat.

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan adanya sel-sel yang berkembang secara abnormal. Sel kanker dalam perkembangannya lolos dari regulasi normal, reflikasi dan diferensiasi yang menyerang jaringan di sekitarnya. Kanker

berkembang ketika clone dari sel abnormal dapat keluar dari regulasi. Kanker dihasilkan dari fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil dari mutasi dalam struktur nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi somatik) (Nafrialdi, 2007).

Damayanti (2008), menyatakan bahwa kanker adalah suatu pertumbuhan maligna yang selnya memiliki sifat –sifat : replikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambat, invasif dan kemampuannya untuk menyebar, jika tidak ditangani maka akan menjadi fatal. Faktor lingkungan merupakan penyebab kejadian


(10)

kanker sebesar 80-85%, sedangkan sekitar 10-15% disebabkan oleh kesalahan replikasi dan genetika, dan diyakini sepertiga dari kanker berhubungan dengan diet.

Selaginella mengandung biflavonoid. Peran medis biflavonoid yang terpenting adalah sebagai antioksidan, anti-inflamasi, dan antikanker. Ketiganya pada dasarnya bekerja pada lingkungan yang sama dan saling berkaitan, dimana antioksidan dapat mencegah kanker, sedangkan inflamasi merupakan respon tubuh terhadap kanker. Sato dkk (1996), menyatakan bahwa setiap mahluk hidup pada dasarnya memiliki pertahanan terhadap cekaman oksidatif. Cekaman oksidatif dapat memicu timbulnya penuaan dini dan penyakit degeneratif seperti kanker, rematik, aterosklerosis, sirosis, dan lain-lain (Freeman dan Crapo, 1982; Halliwell dan Gutteridge, 1984; Maxwell dan Lip, 1997) Asupan antioksidan dari tumbuhan dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Stajner dkk., 1998).

Penggunaan senyawa antioksidan juga saat ini semakin meluas seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang peranannya dalam

menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, arteriosclerosis, kanker, serta gejala penuaan.

Potensi Selaginella yang dapat memberikan manfaat positif terutama sebagai obat tradisional belum banyak diketahui dan dioptimalkan penggunaanya oleh

masyarakat, sehingga dilakukan penelitian dengan menggunakan ekstrak Selaginella yang akan diujikan pada hewan uji Artemia untuk melihat angka


(11)

mortalitas dengan Uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Angka kematian dari Artemia menjadi parameter keberhasilan penelitian ini. Angka kematian

dianalisis dengan LC50. LC50 yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang diestimasi dengan grafik dan perhitungan pada suatu waktu pengamatan tertentu. Uji LC50 digunakan untuk mengetahui efek akut (12 jam) dan efek kronis (24 jam) dari ekstrak Selaginella terhadap larva udang Artemia. Pemberian ekstrak Selaginella yang menyebabkan kematian pada Artemia (LC50) menunjukkan adanya potensi dalam menekan pertumbuhan sel sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sumber tanaman obat tradisional.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Selaginella

1. Klasifikasi Selaginella willdenowii

Menurut Tjitrosoepomo (1994), klasifikasi Selaginella willdenowii adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Lycopodiophyta Kelas : Lycopodiopsida Ordo : Selaginellales Famili : Selaginellaceae Genus : Selaginella


(13)

Gambar 1. Selaginella willdenowii (Tjitrosoepomo, 1994)

Loveless (2004), menyatakan bahwa salah satu tumbuhan yang banyak tersebar di Indonesia adalah Selaginella serta dapat digunakan sebagai tanaman obat.

Tumbuhan dari marga Selaginella ini memiliki banyak kegunaan diantaranya dapat digunakan untuk membuat kerajinan tangan, ornamen, makanan, dan sebagai obat tradisional. Beberapa jenis selaginella diantaranya Selaginella willdenowii, Selaginella intermedia, Selaginella ornata berpotensi sebagai anti oksidan karena mengandung flavonoid ( Hyeronimus 2013). Flavonoid

merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas (Hoan, 2002).

Selaginella merupakan salah satu marga tanaman paku yang memiliki ciri yang khas. Selaginella termasuk bangsa selaginellaleshanaya terdiri dari satu suku Selaginellaceae dan satu marga Selaginella. sebagian paku ini memiliki batang terbaring dan batang tegak, bercabang-cabang menggarpu, anisotom. Tumbuh tanaman ini ada yang memanjat dan membentuk rumpun. Tunas Selaginella dapat mencapai panjang hingga beberapa meter. Pada batang terdapat daun-daun kecil yang tersusun dalam garis spiral atau berhadapan yang tersusun dalam empat baris. Dua baris terdiri atas daun-daun yang lebih besar dan tersusun kesamping,


(14)

dua baris lagi tersusun daun-daun yang lebih kecil terdapat pada cabang yang menghadap ke muka. Cabang-cabang sering kali tersusun dorsiventral. Akar-akar keluar dari bagian-bagian batang yang tidak berdaun yang dinamakan Akar-akar pendukung (Tjitrosoepomo, 1994).

2. Morfologi Selaginella willdenowii

Akar Selaginella di dekat percabangan batangnya memiliki rizofora (pendukung akar). Rizofora berbentuk seperti batang, tidak berdaun , dan tidak berwarna. Rizofora tumbuh ke bawah menuju tanah dan pada ujungnya tumbuh akar (Dasuki dan Ahmad 1991).

Menurut Tjitrosoepomo (1994), batang S. willdenowii ada yang tumbuhnya membentuk rumpun, ada yang memanjat dan tunasnya dapat mencapai panjang sampai beberapa meter tidak memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder, sebagian mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri tegak, bercabang-cabang menggarpu anisotom.

3. Sistem Reproduksi

Selaginella berkembangbiak menggunakan spora yang bersifat heterospora, namun Selaginella juga dapat berkembang biak dengan vegetatif yang berasal dari batangnya, perkembangbiakan ini lebih mudah dan cepat. Hama yang merusak tumbuhan Selaginella adalah binatang pemakan rumput seperti bekicot dan belalang (Mader, 2001).


(15)

Koning (1994), menyatakan bahwa Selaginella merupakan paku heterospor. Selaginella memiliki sporangium yang menghasilkan mikrospora, serta memiliki megasporangium yang menghasilkan megaspora. Kedua jenis sporangium tersebut terdapat pada saprofil yang berbeda yaitu mikrosporofil dan

megasporofil. Sporangium tunggal, terletak pada ketiak sporofil, yaitu diantara suatu sumbu dengan ligula. Umumnya kedua jenis sporofil tersebut bersama-sama tersusun pada sebuah strobilus (strobilus sporangiat). Spora berkembang secara endosporik, yaitu gametofit berkembang dibatasi oleh dinding spora.

Masing-masing mikrospora dapat menjadi gametofit jantan terdiri dari anteridium bulat dikelilingi selubung steril (antheridium) dari sel tanpa dinding mikrospora. Masing-masing sel sperma dengan flagella diproduksi dalam masing-masing antheridium. Megaspora yang besar berkembang menjadi gametofit betina yang juga strukturnya sederhana. Selanjutnya gametofit sempurna dan matang,

meskipun itu terdiri dari banyak sel yang telah diproduksi di dalam mega spora . Dengan meningkatnya ukuran, akhirnya pecah dan menebalkan dinding spora dan memproduksi beberapa arkegonia dalam kantong tertutup . Perkembangan dari keduanya, gemetofit jantan dan betina sering dimulai sebelum spora muncul dari kotak sporangia. Fertilisasi dan perkembangan sporofit baru adalah sama pada pinus tanah lainnya (Mader, 2001).

4. Habitat

Jenis Selaginella di Asia tenggara umumnya hidup di tanah yang lembab, kaya akan bahan organik dekat dengan sungai atau perairan, ternaungi atau sedikit


(16)

ternaungi, kadang tumbuh di tepian jalan, lembah bukit hingga pegunungan dan hutan (Nandhasri, 1979).

5. Manfaat Selaginella

Menurut Setyawan (2011), menyatakan bahwa manfaat dari Genus Selaginella (Selaginellaceae) adalah :

1. Selaginella adalah bahan baku obat yang potensial, yang mengandung beragam metabolit sekunder seperti alkaloid, fenolik (flavonoid), dan terpenoid.

2. Spesies ini secara tradisional digunakan untuk menyembuhkan beberapa penyakit terutama untuk luka, nifas, dan gangguan haid. Biflavonoid, suatu bentuk dimer dari flavonoid, adalah salah satu produk alam yang paling berharga dari Selaginella, yang meliputi sekurang-kurangnya 13 senyawa, yaitu amentoflavone, 2′,8”-biapigenin, delicaflavone, ginkgetin,

heveaflavone, hinokiflavone, isocryptomerin, kayaflavone, ochnaflavone, podocarpusflavone A, robustaflavone, sumaflavone, dan taiwaniaflavone.

3. Secara ekologis, tumbuhan menggunakan biflavonoid untuk merespon kondisi lingkungan seperti pertahanan terhadap hama, penyakit, herbivora, dan kompetisi, sedangkan manusia menggunakan biflavonoid secara medis terutama untuk antioksidan, anti-inflamasi, dan anti karsinogenik.


(17)

4. Selaginella juga mengandung trehalosa suatu disakarida yang telah lama dikenal untuk melindungi dari kekeringan dan memungkinkan bertahan terhadap tekanan lingkungan hidup yang keras. Senyawa ini sangat berpotensi menstabilkan molekul dalam industri berbasis sumber daya hayati.

B. Flavonoid

Flavonoid adalah salah satu kandungan kimia yang dimiliki oleh Selaginella willdenowii. Flavonoid adalah zat anti kanker dan anti mikroba. Flavonoid merupakan senyawa fenol sehingga jika diberi basa atau amonia akan merubah warnanya. Flavonoid pada tumbuhan merupakan zat campuran, jarang sekali ditemukan flavonoid tunggal di dalam jaringan tumbuhan (Lenny, 2006).

C. Artemia

1. Klasifikasi Artemia

Menurut Bougis (1979), klasifikasi Artemia salina Leach adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Class : Crustacea Sub class : Branciopoda

Ordo : Anostraca


(18)

Genus : Artemia

Species : Artemia salina Leach

Artemia adalah sejenis udang-udang primitif yang hidup di laut. Linnaeus pada tahun 1778 mulanya menamakan spesiesnya adalah Cancer salinus , tetapi kemudian nama spesiesnya dirubah oleh Laech pada tahun 1918 menjadi Artemia salina Leach ( Bougis, 1979).

2. Habitat

Artemia hidup di perairan dengan kadar garam yang tinggi (antara 300-500 per mil) dan bersifat planktonik. Suhu yang cocok untuk kelangsungan hidup Artemia berkisar antara 26-31°C. Dengan kadar pH sekitar 7,3-8,4 dengan

oksigen terlarut sekitar 3 mg/L. Artemia sebagai plankton memiliki keistimewaan yaitu memiliki kemampuan beradaptasi dan mampu mempertahankan diri pada kisaran kadar garam yang sangat luas. Pada kadar garam yang sangat tinggi dimana hewan lain tidak ada yang mampu bertahan hidup namun Artemia dapat mentolelirnya. Artemia menjadi dewasa setelah menetas dari telurnya selama 14 hari. Artemia dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 50-300 butir setiap harinya. Terlebih jika kondisi lingkungan memungkinkan untuk perkembang biakan ovovivipar menghasilkan individu baru lebih cepat sehingga jumlah larva yang dihasilkan oleh setiap individu bisa lebih banyak (Atmoko dan Ma’ruf, 2009).


(19)

3. Morfologi Artemia salina Leach

Artemia yang bebentuk bulat biasanya disebut dengan kista. Telur-telur Artemia ini biasanya berwarna kelabu kecoklatan dengan diameter 300 mikron dengan berat kering 3,6 µg.

Cahyadi (2009), menyatakan bahwa Artemia memiliki kaki yang berfungsi untuk mengambil makanannya serta untuk alat bergerak dan bernafas. Makanan yang akan ditelan oleh Artemia dikumpulkan terlebih dahulu dengan menggerak-gerakkan kakinya sehingga berada tepat di depan mulutnya. Kaki Artemia digerakan terus menerus sehingga makanan akan terus bergerak masuk ke dalam mulut Artemia. Artemia hanya dapat menelan makanan dengan ukuran yang sangat kecil yaitu 50 mikron, apabila makanan lebih besar dari ukuran tersebut makanan tidak akan tertelan oleh Artemia, karena Artemia menelan makanannya bulat-bulat.

Beberapa tahapan proses penetasan Artemia dapat dilihat pada Gambar 2.


(20)

Tahap hidrasi, pengelupasan cangkang, dan tahap payung atau tahap pengeluaran. Pada tahap hidrasi terjadi penyerapan air sehingga kista yang diawetkan dalam bentuk kering akan menjadi bulat dan aktif bermetabolisme. Tahap selanjutnya adalah tahap pecah cangkang dan disusul dengan tahap pecah payung yang terjadi beberapa saat sebelum nauplius keluar dari cangkang (Isnansetyo dan Kurniastuti, 1995).

Gambar 3. Morfologi Nauplius Artemia salina Leach

Pada gambar 3 menunjukkan kista Artemia telah menetas. Artemia yang baru menetas disebut dengan nauplius. Nauplius berbentuk bulat lonjong dengan panjang sekitar 170-400 mikron dan berat 0,002 mg serta memiliki warna merah bata. Nauplius memiliki sepasang antenulla dan sepasang antena. Antenna berukuran lebih besar dan panjang dibandingkan antenulla. Diantara antenulla terdapat bintik mata yang disebut Occellus. Memiliki sepasang mandibulla

rudimenter yang terletak di balakang antenna. Labrum semacam mulut terdapat di bagian ventral (Mudjiman, 1989).


(21)

Gambar 4. Artemia salina Lech dewasa

Gambar 4 adalah Artemia salina Leach yang telah dewasa. Artemia yang telah dewasa biasanya memiliki panjang 8-10 mm yang ditandai dengan adanya tangkai mata yang jelas terlihat pada kedua sisi bagian kepala. Antena berfungsi sebagai alat sensori. Saluran pencernaan sudah terlihat jelas dan memiliki 11 pasang thorakopoda. Pada Artemia jantan antenna berfungsi untuk alat penjepit (mascular grasper), memiliki sepasang penis yang terletak di bagian belakang tubuh. Pada Artemia betina antena mengalami penyusutan, sepasang indung telur atau ovari terdapat di kedua sisi saluran pencernaan, terletak di belakang

thorakopoda. Telur yang sudah matang akan disalurkan ke sepasang uterus (Mudjiman dan Ahmad, 1989).

D. Toksisitas

Tiwari (2011) mengungkapkan bahwa toksisitas adalah efek berbahaya dari suatu bahan obat pada organ target. Zat toksik dapat berasal dari bahan alam


(22)

maupun sintesis. Toksisitas dapat diukur dengan mengamati kematian pada hewan uji. Kematian hewan uji dianggap sebagai respon toksisitas suatu bahan obat, dengan menggunakan kematian sebagai jawaban toksik adalah titik awal untuk mempelajari toksisitas. Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan zat yang akan diuji.


(23)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di laboratorium Biologi Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aerator yang berfungsi menyuplai udara ke dalam air akuarium serta mengeluarkan zat-zat hasil sisa-sisa pembakaran keluar dari akuarium. Alumunium foil digunakan untuk menutup larutan dan sampel agar tidak terkontaminasi dengan udara di lingkungan sekitar. Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk sampel. Beaker glass berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan dan membuat larutan. Blender digunakan untuk menghaluskan Sellaginela hingga menjadi tepung. Corong gelas berfungsi untuk memasukkan larutan cair dari satu tempat ke tempat lain. Desikator untuk

menyimpan bahan-bahan agar tetap kering. Erlenmeyer digunakan sebagai wadah larutan. Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume larutan. Indikator

Universal digunakan untuk identifikasi keasaman larutan/zat. Kertas saring digunakan untuk menyaring larutan. Mortar dan Paster digunakan untuk menghaluskan zat yang masih bersifat padat/kristal. Oven untuk mengeringkan


(24)

alat-lat sebelum digunakan serta bahan-bahan yang akan digunakan yang masih dalam keadaan basah. Pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit. Rak tabung reaksi tempat untuk menyimpan tabung reaksin. Spatula digunakan untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam bentuk padat. Tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan ekstrak Selaginella.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva Artemia salina Leach sebagai hewan yang akan diuji pada penelitian, Selaginella willdenowii sebagai bahan yang dibuat ekstrak, aquades sebagai sebagai pelarut ekstrak, air laut digunakan sebagai media untuk menetaskan Artemia salina Leach.

C. Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Setiap perlakuan

menggunakan Artemia sebanyak 14 ekor untuk melihat berapa banyak Artemia yang mati sebagai respon toksik tanaman Selaginella. Perlakuan tersebut adalah

1. 14 Artemia sebagai kontrol dengan pemberian ekstrak Selaginella sebanyak 0% .

2. 14 Artemia diberi ekstrak Selaginella sebanyak 2% 3. 14 Artemia diberi ekstrak Selaginella sebanyak 4% 4. 14 Artemia diberi ekstrak selaginella sebanyak 6% 5. 14 Artemia diberi ekstrak Selaginella sebanyak 8% 6. 14 Artemia diberi ekstrak Selaginella sebanyak 10% 7. 14 Artemia diberi ekstrak Selaginella sebanyak 12%.


(25)

8. 14 Artemia diberi ekstral Selaginella sebanyak 20 %

D. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Selaginella

Jumlah ekstrak yang digunakan sebanyak 2 g + 2 g air aquades dengan total keseluruhan adalah 4 g di dalam 100 ml air. Pembuatan ekstrak perkonsentrasi dibuat sebanyak 4 kali karena dalam percobaan menggunakan 4 kali ulangan. Konsentrasi 0 %

Konsentrasi 2 %  0,1 cc (ekstrak) + 49,9 cc (air aquades) = 50 cc Konsentrasi 4 %  0,1 cc (ekstrak) + 24,9 cc (air aquades) = 25 cc Konsentrasi 6 %  0,1 cc (ekstrak) + 16,5 cc (air aquades) = 16,6 cc Konsentrasi 8 %  0,1 cc (ekstrak) + 12,4 cc (air aquades) = 2,5 cc Konsentrasi 10 %  0,1 cc (ekstrak) + 9,9 cc (air aquades) = 10 cc Konsentrasi 12%  0,1cc (ekstrak) + 8,2 cc (air aquades) = 8,3 cc

E. Cara Kerja

1. Persiapan Tanaman Paku Selaginella (Selaginella willdenowii)

Sampel paku Selaginella diambil di sekitar sungai yang berada di sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Bagian tumbuhan Selaginella yang akan digunakan sebagai bahan aktif adalah batang, daun, dan akar.

2. Pembuatan Ekstrak Tanaman Selaginella willdenowii

1. Batang,daun, dan akar Selaginella dikeringkan di dalam oven dengan suhu 40°-50º C selama 5x24 jam sampai benar-benar kering.


(26)

2. Selaginella yang telah kering dipotong-potong lalu dihaluskan dengan blender kering.

3. Selaginella yang telah halus direndam (maserasi) selama 24 jam kemudian disaring, langkah ini diulang sebanyak 3 kali untuk menghasilkan ekstrak Selaginella.

4. Ekstrak Selaginella digoyang dengan shaker selama 24 jam pada kecepatan rendah agar ekstrak homogen.

5. Ekstrak Selaginella kemudian diuapkan di dalam oven dengan suhu 40-50º C hingga menjadi pasta dan siap digunakan sebagai larutan stok pada penelitian.

3. Persiapan tempat penetasan Artemia salina Leach

Larva Artemia diperoleh dengan membeli telur Artemia kering yang telah dikemas dalam kemasan kaleng, yang kemudian akan ditetaskan untuk digunakan sebagai hewan uji. Pertama siapkan tempat untuk menetaskan Artemia dirancang menggunakan botol akua berukuran 1,5 L, dibagi menjadi 2 bagian kemudian bagian atas botol dimasukkan ke dalam badan botol. Bagian tengah botol di lubangi dan diberi selang penghubung pada botol lainnya untuk tempat jalannya Artemia yang telah menetas.

4. Penetasan Hewan Uji Artemia salina Leach.

Penetasan hewan uji dilakukan dengan cara merendam kista dalam bentuk kering di dalam air laut yang diinkubasi dengan menggunakan sinar lampu


(27)

TL hingga menetas. Kista yang menetas disebut larva nauplius. Larva nauplius dipisahkan dalam wadah baru, larva yang dapat digunakan sebagai hewan uji adalah larva yang telah berumur 48 jam.

5. Pelaksanaan uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Menurut Meyer et al (2010), Mc Laughlin dan Rogers (2011), serta Carballo et al (2005), metode yang digunakan untuk uji toksisitas adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dengan larva Artemia salina Leach. Larva Artemia salina yang berumur 48 jam kemudian dipindahkan pada tempat yang

berbeda dan siap digunakan sebagai hewan uji. Ekstrak Selaginella kemudian ditambah air laut sebanyak 5 tetes dan diaduk hingga larut merata. Ekstrak Selaginella yang telah larut dalam air laut disebut larutan sampel dengan masing-masing konsentrasi 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12%. Penentuan konsentrasi dilakukan dengan pengenceran larutan stok yang diencerkan menggunakan air laut dengan jumlah tertentu sehingga diperoleh masing-masing konsentrasi. Ulangan sebanyak 4 kali. Larva Artemia sebanyak 14 ekor dimasukan ke dalam vial yang telah berisi larutan ekstrak sampel, Masing-masing vial kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar dibawah penerangan lampu TL 20 watt. Perhitungan dilakukan dengan menghitung jumlah larva Artemia yang mati disetiap vial pada jam ke-12 (efek akut) dan pada jam ke-24 (efek kronis) dari di setiap konsentrasi. Cara menghitung jumlah Artemia yang mati pada setia vial dihitung secara manual dengan mata telanjang di bawah penyinaran lampu TL agar terlihat Artemia yang telah mati.


(28)

F. Parameter Penelitian

Parameter penelitian yang digunakan adalah angka mortalitas larva Artemia, angka mortalitas dihitung dengan LC50 dengan memasukkan nilai probit (50% kematian). Angka mortalitas larva dihitung dengan rumus berikut :

Angka mortalitas Larva = (akumulasi mati / jumlah akumulasi hidup dan mati) x 100%

Angka probit dicari dengan menggunakan persamaan garis Y= A+BX

Keterangan Y= log konsentrasi X= Angka probit (Kanedi, Nurcahyani, Widiastuti, 2012)

G. Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data kematian Artemia yang dianalisis menggunakan varian satu arah (ANOVA) ( ) untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan.


(29)

H. Diagram Alir

Persiapan alat dan bahan

Pengambilan Sampel Selaginella

Pembuatan sampel ekstrak dari bagian batang dan daun Selaginella melalui 4 tahapan yaitu:

1. Sampel dibersihkan lalu dipotong-potong sedang

2. Sampel dioven dengan menggunakan temperatur 400C sampai sampel benar-benar kering

3. Sampel lalu diblender sampai menjadi tepung


(30)

4. Maserasi dengan aquades dengan suhu kamar dengan menggunakan shaker dengan kecepatan rendah

Selama 24 jam maserat diambil dan disaring untuk memisahkan antara air ekstrak dengan ampas serbuk. Ekstrak

yang diperoleh berupa ekstrak pasta.

Ekstrak tersebut dijadikan larutan stok Persiapan alat-alat yang akan

digunakan

Uji yang digunakan adalah uji toksisitas dengan menggunakan Artemia salina Leach


(31)

Gambar 5. Diagram alir Pengambilan Data


(32)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Pemberian ekstrak Selaginella dengan konsentrasi 20% terhadap Artemia salina Leach pada jam ke 12 dan 24 menunjukkan nilai mortalitas tertinggi sebesar 26,78%.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini tidak menunjukkan tingkat toksisitas yang tinggi. Sehingga diperlukan uji toksisitas lebih lanjut dari ekstrak Selaginella willdenowii terhadap media hidup larva Artemia salina Leach dan lebih terstandarisasi.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Atmoko ,T dan A, Ma’ruf. 2009. Uji Toksisitas Dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber Pakan Orang Utan Terhadap Larva Artemia salina Leach. Jurnal penelitian Hutan Dan Konservasi Alam VI (1): 39. Bougis, P. 1979. Marine Plankton Ecology. America Elsevier Publishing

Company. New York.

Cahyadi, R. 2009. Uji Toksisitas Ekstrak Ethanol Buah Pare Terhadap Artemia alina Leach dengan Metode Brine Srime Lethality Test[Skripsi]. Fakultas kedokteran, Universitas Dipenogoro: Semarang.

Chikmawati T, Wijayanto A, Miftahudin. 2009. Potensi Selaginella Sebagai Antioksidan. Seminar Nasional Biologi XX: Universitas Islam Negeri Malang.

Dasuki dan Ahmad. 1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Bandung. ITB.

Fidler I.J. 1990. Critical factors in the biology of human cancer metastasis. Cance Res 50: 6130-6138.

Freeman B.A., and J.D. Crapo. 1982. Biology of diseases, free radicals and tissue injury. Laboratory Investigation 47: 412-426.

Harborne, J. B. 1994. The Flavonoids. Chapman and Hall. London.

Harmita dan Radji, M., 2008. Kepekaan Terhadap Antibiotik. Dalam: Buku Ajar Analisis Hayati, Eds.3.EGC. Jakaerta:1-5.

Havsteen, B. 1983.Flavonoids, a class of natural products of high pharmacological potency.Biochemical Pharmacology 32 (7): 1141-1148.

Halliwell, B., and J.M.C. Gutteridge. 1984. Lipid peroxidation, oxygen radicals, cell damage, and antioxıdant therapy. The Lancet 323 (8391): 1396-1397.

Hoan, T.T. 2002. Obat-Obat Penting. Gramedia. Jakarta.

Hyeronimu. S.B. 2013. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. 1st ed. Agromedia. Jakarta

Irigaray P. 2007. "Lifestyle-related factors and environmental agents causing cancer: an overview". Biomed. Pharmacother. 61 (10): 640–58


(34)

Kanedi, M., N. Nurcahyani, & E. L. Widiastuti. 2012. Uji Sitotoksik Ekstrak Tumbuhan kaktus genus Opuntia menggunakan Teknik Brine Shrimp Lethality test (BSLT). FMIPA Biologi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Koning. 1994. Selaginella Plant Physiology Information Website.

Lenny S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida Dan Alkaloida. Medan: Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. p. 14.

Loveless, A. R. 2004. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2. Jakarta . Gramedia.

Mader. 2001. Biology. Amerika : MC Graw Hill Companies. Hal 565-567.

Madhuri, G. and A.R. Reddy. 1999. Plant blotechnology of flavonolds. Plant Biotechnology 16 (3): 179-199.

Mason, C. F. 1991. Biology of Freshwater Pollution. Longman Group, Ltd. London. pp 31-34.

Maxwell, S.R., and G.Y. Lip. 1997. Free radicals and antioxidants in

cardiovascular disease. British Journal of Clinical Pharmacology 44: 307-317.

Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putman, J. E., Jacbsen, L. B., Nicols, D. E., and McLaughlin, J. L. 1982. Brine Shrimp : A Comvenient general Bioassay For Active Plant Constituents. Plant Medica

Mudjiman dan Ahmad. 1989. Udang renik air (Artemia salina). Bharata. Jakarta. Mutiah, D. 2010. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Anggur ( Vitis

vinifera) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Fakultas MIPA biologi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Nafrialdi, S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi ke-5. Gaya Baru. Jakarta. Nandhasri. 1979. Flora of Thailand Volume Three Part One. Bangkok. The Tistr


(35)

Rahman M, Rias M, Desai UR. 2007. Synthesis of biologically relevan biflavonoid. Reviev. Chemistri and Biodiversity 4: 2495-2527.

Sahai E., Marshall C.J. Rho-GTPases and cancer. Nat Rev Cancer 2002; 2: 133-142.

Scheuer, J. S. 1994. Produk Alami Lautan. Cetakan pertama. IKIP Semarang Press. Semarang.

Setyawan, A.D. 2011. Natural products from Genus Selaginella (Selaginellaceae). Nusantara Bioscience 3: 44-58.

Setyawan, A.D dan L.K., Darusman. 2008. Senyawa Biflavonoid pada Selaginella Pal. Beauv. dan Pemanfaatannya. B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 9, Nomor 1 Januari 2008 Halaman: 64-81. Bogor.

Departemen Kimia, FMIPA, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Stajner D., N. Milic, N. Mimica-Dukic, B. Lazic and R. Igic. 1998. Antioxidant abilities of cultivated and wild species of garlic. Phytotheraphy Research 12: 513-514

Tjitrosoepomo. 1994. Taksonomi Tumbuhan (Schizophytha, Thalophytha, Bryophytha). UGM Press. Bandung.

Tiwari, p., B. Kumar, G. Kaur, & H. Kaur. 2011. Phytochemical screening and Extraction: A Review.Internationale Pharmaceuticasciencia Jan-March 2011, Vol, 1, Issur 1, Http://www.ipharmsciencia.com.

Weinberg, RA. 2007. The Biology of Cancer. New York: Garland Scienc. Yohana, A. Y. 2005. Khasiat Tanaman Obat. Pustaka Buku Murah. Jakarta. Zuhud EAM, Ekarelawan, S., Riswan. 1994. Indonesian tropical forests as a

source of medicinal plant genetic diversity. In: Zuhud EAM, Hary (ed). 1994. Preservation of the utilization of medicinal plant diversity of Indonesian tropical forests. Faculty of Forestry IPB-LATIN. Bogor.


(36)

LAMPIRAN 1

Tabel 3. Hasil perhitungan deskriptive ekstrak Selaginella willdenowii terhadap Artemia salina Leach pada jam ke 12.

konsentrasi

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum %

Lower Bound

Upper Bound

0 4 .14025 .056747 .028374 .04995 .23055 .071 .210

2 4 .19250 .067020 .033510 .08586 .29914 .140 .280

4 4 .21000 .098995 .049497 .05248 .36752 .140 .350

6 4 .21000 .057155 .028577 .11905 .30095 .140 .280

8 4 .22750 .035000 .017500 .17181 .28319 .210 .280

10 4 .22750 .067020 .033510 .12086 .33414 .140 .280

12 4 .24500 .040415 .020207 .18069 .30931 .210 .280

20 4 .26250 .035000 .017500 .20681 .31819 .210 .280

Total 32 .21441 .063880 .011292 .19138 .23744 .071 .350

Tabel 4. Hasil perhitungan homogenity varian ekstrak Selaginella willdenowii terhadap Artemia salina Leach pada jam ke 12

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.861 7 24 .550

Tabel 5. Hasil perhitungan anova ekstrak Selaginella willdenowii terhadap Artemia salina Leach pada jam ke 12.

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between


(37)

Within Groups .088 24 .004

Total .126 31

Tabel 6. Hasil perhitungan post hoc test pemberian ekstrak Selaginella willdenowii terhadap Artemia salina leach pada jam ke 12.

(I) perlak uan (J) perlak uan Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound Upper Bound Tukey

HSD

0 2 -.052250 .042832 .918 -.19411 .08961 4 -.069750 .042832 .730 -.21161 .07211 6 -.069750 .042832 .730 -.21161 .07211 8 -.087250 .042832 .480 -.22911 .05461 10 -.087250 .042832 .480 -.22911 .05461 12 -.104750 .042832 .265 -.24661 .03711 20 -.122250 .042832 .128 -.26411 .01961 2 0 .052250 .042832 .918 -.08961 .19411 4 -.017500 .042832 1.000 -.15936 .12436 6 -.017500 .042832 1.000 -.15936 .12436 8 -.035000 .042832 .990 -.17686 .10686 10 -.035000 .042832 .990 -.17686 .10686 12 -.052500 .042832 .916 -.19436 .08936 20 -.070000 .042832 .726 -.21186 .07186 4 0 .069750 .042832 .730 -.07211 .21161 2 .017500 .042832 1.000 -.12436 .15936 6 .000000 .042832 1.000 -.14186 .14186 8 -.017500 .042832 1.000 -.15936 .12436 10 -.017500 .042832 1.000 -.15936 .12436 12 -.035000 .042832 .990 -.17686 .10686 20 -.052500 .042832 .916 -.19436 .08936 6 0 .069750 .042832 .730 -.07211 .21161 2 .017500 .042832 1.000 -.12436 .15936


(38)

4 .000000 .042832 1.000 -.14186 .14186 8 -.017500 .042832 1.000 -.15936 .12436 10 -.017500 .042832 1.000 -.15936 .12436 12 -.035000 .042832 .990 -.17686 .10686 20 -.052500 .042832 .916 -.19436 .08936 8 0 .087250 .042832 .480 -.05461 .22911 2 .035000 .042832 .990 -.10686 .17686 4 .017500 .042832 1.000 -.12436 .15936 6 .017500 .042832 1.000 -.12436 .15936 10 .000000 .042832 1.000 -.14186 .14186 12 -.017500 .042832 1.000 -.15936 .12436 20 -.035000 .042832 .990 -.17686 .10686 10 0 .087250 .042832 .480 -.05461 .22911 2 .035000 .042832 .990 -.10686 .17686 4 .017500 .042832 1.000 -.12436 .15936 6 .017500 .042832 1.000 -.12436 .15936 8 .000000 .042832 1.000 -.14186 .14186 12 -.017500 .042832 1.000 -.15936 .12436 20 -.035000 .042832 .990 -.17686 .10686 12 0 .104750 .042832 .265 -.03711 .24661 2 .052500 .042832 .916 -.08936 .19436 4 .035000 .042832 .990 -.10686 .17686 6 .035000 .042832 .990 -.10686 .17686 8 .017500 .042832 1.000 -.12436 .15936 10 .017500 .042832 1.000 -.12436 .15936 20 -.017500 .042832 1.000 -.15936 .12436 20 0 .122250 .042832 .128 -.01961 .26411 2 .070000 .042832 .726 -.07186 .21186 4 .052500 .042832 .916 -.08936 .19436 6 .052500 .042832 .916 -.08936 .19436 8 .035000 .042832 .990 -.10686 .17686


(39)

10 .035000 .042832 .990 -.10686 .17686 12 .017500 .042832 1.000 -.12436 .15936 LSD 0 2 -.052250 .042832 .234 -.14065 .03615 4 -.069750 .042832 .116 -.15815 .01865 6 -.069750 .042832 .116 -.15815 .01865 8 -.087250 .042832 .053 -.17565 .00115 10 -.087250 .042832 .053 -.17565 .00115 12 -.104750* .042832 .022 -.19315 -.01635 20 -.122250* .042832 .009 -.21065 -.03385 2 0 .052250 .042832 .234 -.03615 .14065

4 -.017500 .042832 .686 -.10590 .07090 6 -.017500 .042832 .686 -.10590 .07090 8 -.035000 .042832 .422 -.12340 .05340 10 -.035000 .042832 .422 -.12340 .05340 12 -.052500 .042832 .232 -.14090 .03590 20 -.070000 .042832 .115 -.15840 .01840 4 0 .069750 .042832 .116 -.01865 .15815 2 .017500 .042832 .686 -.07090 .10590 6 .000000 .042832 1.000 -.08840 .08840 8 -.017500 .042832 .686 -.10590 .07090 10 -.017500 .042832 .686 -.10590 .07090 12 -.035000 .042832 .422 -.12340 .05340 20 -.052500 .042832 .232 -.14090 .03590 6 0 .069750 .042832 .116 -.01865 .15815 2 .017500 .042832 .686 -.07090 .10590 4 .000000 .042832 1.000 -.08840 .08840 8 -.017500 .042832 .686 -.10590 .07090 10 -.017500 .042832 .686 -.10590 .07090 12 -.035000 .042832 .422 -.12340 .05340 20 -.052500 .042832 .232 -.14090 .03590 8 0 .087250 .042832 .053 -.00115 .17565 2 .035000 .042832 .422 -.05340 .12340 4 .017500 .042832 .686 -.07090 .10590


(40)

6 .017500 .042832 .686 -.07090 .10590 10 .000000 .042832 1.000 -.08840 .08840 12 -.017500 .042832 .686 -.10590 .07090 20 -.035000 .042832 .422 -.12340 .05340 10 0 .087250 .042832 .053 -.00115 .17565 2 .035000 .042832 .422 -.05340 .12340 4 .017500 .042832 .686 -.07090 .10590 6 .017500 .042832 .686 -.07090 .10590 8 .000000 .042832 1.000 -.08840 .08840 12 -.017500 .042832 .686 -.10590 .07090 20 -.035000 .042832 .422 -.12340 .05340 12 0 .104750* .042832 .022 .01635 .19315 2 .052500 .042832 .232 -.03590 .14090 4 .035000 .042832 .422 -.05340 .12340 6 .035000 .042832 .422 -.05340 .12340 8 .017500 .042832 .686 -.07090 .10590 10 .017500 .042832 .686 -.07090 .10590 20 -.017500 .042832 .686 -.10590 .07090 20 0 .122250* .042832 .009 .03385 .21065 2 .070000 .042832 .115 -.01840 .15840 4 .052500 .042832 .232 -.03590 .14090 6 .052500 .042832 .232 -.03590 .14090 8 .035000 .042832 .422 -.05340 .12340 10 .035000 .042832 .422 -.05340 .12340 12 .017500 .042832 .686 -.07090 .10590 *. The mean difference is significant at the

0.05level.

Tabel 7. Hasil perhitungan homogen ekstrak Selaginella willdenowii terhadap Artemia salina Leach pada jam ke 12.

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2


(41)

HSDa 2 4 .19250

4 4 .21000

6 4 .21000

8 4 .22750

10 4 .22750

12 4 .24500

20 4 .26250

Sig. .128

Duncana 0 4 .14025

2 4 .19250 .19250

4 4 .21000 .21000

6 4 .21000 .21000

8 4 .22750 .22750

10 4 .22750 .22750

12 4 .24500

20 4 .26250

Sig. .083 .166

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Tabel 8. Hasil perhitungan deskriptive ekstrak Selaginella willdenowii terhadap Artemia salina Leach pada jam ke 24.

konsentrasi

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

% Lower Bound Upper Bound

0 4 .0875 .03500 .01750 .0318 .1432 .07 .14

2 4 .1575 .11955 .05977 -.0327 .3477 .00 .28

4 4 .2275 .06702 .03351 .1209 .3341 .14 .28

6 4 .2275 .06702 .03351 .1209 .3341 .14 .28

8 4 .2275 .06702 .03351 .1209 .3341 .14 .28

10 4 .2100 .08083 .04041 .0814 .3386 .14 .28


(42)

20 4 .2625 .03500 .01750 .2068 .3182 .21 .28

Total 32 .2012 .08099 .01432 .1720 .2305 .00 .28

Tabel 9. Hasil perhitungan homogenity varian ekstrak Selaginella willdenowii terhadap Artemia salina Leach pada jam ke 24.

konsentra si

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

0 4 .0875 .03500 .01750 .0318 .1432 .07 .14

2 4 .1575 .11955 .05977 -.0327 .3477 .00 .28

4 4 .2275 .06702 .03351 .1209 .3341 .14 .28

6 4 .2275 .06702 .03351 .1209 .3341 .14 .28

8 4 .2275 .06702 .03351 .1209 .3341 .14 .28

10 4 .2100 .08083 .04041 .0814 .3386 .14 .28

12 4 .2100 .05715 .02858 .1191 .3009 .14 .28

20 4 .2625 .03500 .01750 .2068 .3182 .21 .28

Total 32 .2012 .08099 .01432 .1720 .2305 .00 .28

Tabel 10. Hasil perhitungan homogenity varian ekstrak Selaginella willdenowii terhadap Artemia salina Leach pada jam ke 24 Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.654 7 24 .168

Tabel 11. Hasil perhitungan anova ekstrak Selaginella willdenowii terhadap Artemia salina Leach pada jam ke 24.

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between

Groups .083 7 .012 2.379 .054

Within Groups .120 24 .005


(43)

Tabel 12. Hasil perhitungan post hoc ekstrak Selaginella willdenowii terhadap Artemia salina Leach pada jam ke 24.

(I) perlaku an (J) perlaku an Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound Upper Bound Tukey

HSD

0 2 -.07000 .05580 .907 -.2548 .1148

4 -.14000 .05580 .239 -.3248 .0448 6 -.14000 .05580 .239 -.3248 .0448 8 -.14000 .05580 .239 -.3248 .0448 10 -.15750 .05580 .136 -.3423 .0273 12 -.15750 .05580 .136 -.3423 .0273 20 -.17500 .05580 .073 -.3598 .0098

2 0 .07000 .05580 .907 -.1148 .2548

4 -.07000 .05580 .907 -.2548 .1148 6 -.07000 .05580 .907 -.2548 .1148 8 -.07000 .05580 .907 -.2548 .1148 10 -.08750 .05580 .764 -.2723 .0973 12 -.08750 .05580 .764 -.2723 .0973 20 -.10500 .05580 .575 -.2898 .0798

4 0 .14000 .05580 .239 -.0448 .3248

2 .07000 .05580 .907 -.1148 .2548

6 .00000 .05580 1.000 -.1848 .1848 8 .00000 .05580 1.000 -.1848 .1848 10 -.01750 .05580 1.000 -.2023 .1673 12 -.01750 .05580 1.000 -.2023 .1673 20 -.03500 .05580 .998 -.2198 .1498

6 0 .14000 .05580 .239 -.0448 .3248


(44)

4 .00000 .05580 1.000 -.1848 .1848 8 .00000 .05580 1.000 -.1848 .1848 10 -.01750 .05580 1.000 -.2023 .1673 12 -.01750 .05580 1.000 -.2023 .1673 20 -.03500 .05580 .998 -.2198 .1498

8 0 .14000 .05580 .239 -.0448 .3248

2 .07000 .05580 .907 -.1148 .2548

4 .00000 .05580 1.000 -.1848 .1848 6 .00000 .05580 1.000 -.1848 .1848 10 -.01750 .05580 1.000 -.2023 .1673 12 -.01750 .05580 1.000 -.2023 .1673 20 -.03500 .05580 .998 -.2198 .1498

10 0 .15750 .05580 .136 -.0273 .3423

2 .08750 .05580 .764 -.0973 .2723

4 .01750 .05580 1.000 -.1673 .2023 6 .01750 .05580 1.000 -.1673 .2023 8 .01750 .05580 1.000 -.1673 .2023 12 .00000 .05580 1.000 -.1848 .1848 20 -.01750 .05580 1.000 -.2023 .1673

12 0 .15750 .05580 .136 -.0273 .3423

2 .08750 .05580 .764 -.0973 .2723

4 .01750 .05580 1.000 -.1673 .2023 6 .01750 .05580 1.000 -.1673 .2023 8 .01750 .05580 1.000 -.1673 .2023 10 .00000 .05580 1.000 -.1848 .1848 20 -.01750 .05580 1.000 -.2023 .1673

20 0 .17500 .05580 .073 -.0098 .3598

2 .10500 .05580 .575 -.0798 .2898

4 .03500 .05580 .998 -.1498 .2198

6 .03500 .05580 .998 -.1498 .2198


(45)

10 .01750 .05580 1.000 -.1673 .2023 12 .01750 .05580 1.000 -.1673 .2023

LSD 0 2 -.07000 .05580 .222 -.1852 .0452

4 -.14000* .05580 .019 -.2552 -.0248 6 -.14000* .05580 .019 -.2552 -.0248 8 -.14000* .05580 .019 -.2552 -.0248 10 -.15750* .05580 .009 -.2727 -.0423 12 -.15750* .05580 .009 -.2727 -.0423 20 -.17500* .05580 .004 -.2902 -.0598

2 0 .07000 .05580 .222 -.0452 .1852

4 -.07000 .05580 .222 -.1852 .0452 6 -.07000 .05580 .222 -.1852 .0452 8 -.07000 .05580 .222 -.1852 .0452 10 -.08750 .05580 .130 -.2027 .0277 12 -.08750 .05580 .130 -.2027 .0277 20 -.10500 .05580 .072 -.2202 .0102

4 0 .14000* .05580 .019 .0248 .2552

2 .07000 .05580 .222 -.0452 .1852

6 .00000 .05580 1.000 -.1152 .1152 8 .00000 .05580 1.000 -.1152 .1152 10 -.01750 .05580 .757 -.1327 .0977 12 -.01750 .05580 .757 -.1327 .0977 20 -.03500 .05580 .536 -.1502 .0802

6 0 .14000* .05580 .019 .0248 .2552

2 .07000 .05580 .222 -.0452 .1852

4 .00000 .05580 1.000 -.1152 .1152 8 .00000 .05580 1.000 -.1152 .1152 10 -.01750 .05580 .757 -.1327 .0977 12 -.01750 .05580 .757 -.1327 .0977 20 -.03500 .05580 .536 -.1502 .0802

8 0 .14000* .05580 .019 .0248 .2552

2 .07000 .05580 .222 -.0452 .1852


(46)

6 .00000 .05580 1.000 -.1152 .1152 10 -.01750 .05580 .757 -.1327 .0977 12 -.01750 .05580 .757 -.1327 .0977 20 -.03500 .05580 .536 -.1502 .0802

10 0 .15750* .05580 .009 .0423 .2727

2 .08750 .05580 .130 -.0277 .2027

4 .01750 .05580 .757 -.0977 .1327

6 .01750 .05580 .757 -.0977 .1327

8 .01750 .05580 .757 -.0977 .1327

12 .00000 .05580 1.000 -.1152 .1152 20 -.01750 .05580 .757 -.1327 .0977

12 0 .15750* .05580 .009 .0423 .2727

2 .08750 .05580 .130 -.0277 .2027

4 .01750 .05580 .757 -.0977 .1327

6 .01750 .05580 .757 -.0977 .1327

8 .01750 .05580 .757 -.0977 .1327

10 .00000 .05580 1.000 -.1152 .1152 20 -.01750 .05580 .757 -.1327 .0977

20 0 .17500* .05580 .004 .0598 .2902

2 .10500 .05580 .072 -.0102 .2202

4 .03500 .05580 .536 -.0802 .1502

6 .03500 .05580 .536 -.0802 .1502

8 .03500 .05580 .536 -.0802 .1502

10 .01750 .05580 .757 -.0977 .1327

12 .01750 .05580 .757 -.0977 .1327

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


(47)

Tabel 13. Hasil perhitungan homogen ekstrak Selaginella willdenowii terhadap Arthemia salina Leach pada jam ke 24.

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Tukey HSDa

0 4 .0875

2 4 .1575

4 4 .2275

6 4 .2275

8 4 .2275

12 4 .2450

10 4 .2450

20 4 .2625

Sig. .073

Duncana 0 4 .0875

2 4 .1575 .1575

4 4 .2275

6 4 .2275

8 4 .2275

12 4 .2450

10 4 .2450

20 4 .2625

Sig. .222 .112

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Perhitungan Nilai Mortalitas Arthemia pada jam ke 12 inkubasi 1. 2 / 14 x 100% = 14,28%


(48)

2. 2,75/14 x 100% = 19,64% 3. 3/14 x 100%= 21,43% 4. 3/14 x 100% = 21,43% 5. 3,25/14 x 100% = 23,21% 6. 3,25/14 x 100% = 23,21% 7. 3,5/14 x 100% = 25% 8. 3,75/14 x 100% = 26,78%

Perhitungan Nilai Mortalitas Arthemia pada 24jam inkubasi

1. 1,25/14 x 100% = 8,9% 2. 2,25/14 x100% = 16,07% 3. 3,25/14 x 100% = 23,21% 4. 3,25/14 x 100% = 23,21 5. 3,25/14 x 100% = 23,21% 6. 3,5/14 x 100% = 25% 7. 3,5/14 x 100% = 25% 8. 3,75/14 x 100% = 26,78%


(49)

Gambar Penelitian

Gambar 8. Air laut dan Aquades


(50)

Gambar 10. Selaginella willdenowii yang telah dikeringkan


(51)

(52)

(53)

(1)

2. 2,75/14 x 100% = 19,64% 3. 3/14 x 100%= 21,43% 4. 3/14 x 100% = 21,43% 5. 3,25/14 x 100% = 23,21% 6. 3,25/14 x 100% = 23,21% 7. 3,5/14 x 100% = 25% 8. 3,75/14 x 100% = 26,78%

Perhitungan Nilai Mortalitas Arthemia pada 24jam inkubasi

1. 1,25/14 x 100% = 8,9% 2. 2,25/14 x100% = 16,07% 3. 3,25/14 x 100% = 23,21% 4. 3,25/14 x 100% = 23,21 5. 3,25/14 x 100% = 23,21% 6. 3,5/14 x 100% = 25% 7. 3,5/14 x 100% = 25% 8. 3,75/14 x 100% = 26,78%


(2)

LAMPIRAN 2

Gambar Penelitian

Gambar 8. Air laut dan Aquades


(3)

Gambar 10. Selaginella willdenowii yang telah dikeringkan


(4)

Gambar 12. Pengovenan Ekstrak Selaginella willdenowii


(5)

Gambar 14. Hasil pengenceran Ekstrak


(6)

Gambar 16. Artemia yang telah menetas