Pengaruh Jenis Pupuk dan Konsentrasi Benziladenin (BA) terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek Dendrobium Hibrida

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF FERTILIZER AND CONCENTRATION BENZYLADENINE (BA) ON THE GROWTH AND FLOWERING OF ORCHID HYBRID DENDROBIUM

By: Badri Burhan

Dendrobium as ornamental plants that are used as cut flowers, potted plants, wreaths, garden ornament has a high economic value (due to the type, beauty, shape, texture, flower size, and rarity), has a broad market opportunities, sources of germplasm as mains to cross in order to get new varieties, and to cultivate them do not require large tracts of land. to get orchid production which is reached with good cultivation, one of them is by using fertilizers and growth regulators (PGR) to obtain growth and good flowering of orchids.

This study was conducted to answer the following questions: (1) Which type of foliar fertilizer that can generate the best response to the growth and flowering of orchid Dendrobium, (2) how the effect of benzyladenine (BA) on the growth and flowering of orchid Dendrobium, (3) whether there is an interaction between foliar fertilizers and provision of benzyladenine (BA) to influence the growth and flowering of orchid Dendrobium.

The research conducted in the greenhouse, Faculty of Agriculture, University of Lampung from January to June 2014. The experiments were carried out with a complete randomized block design with three replications. The treatments arranged in factorial (2x5). The first factor of 2 types of fertilizers, was (NPK 20-15-15) and (NPK 10-40-15). The second factor is the various concentrations of benzyladenine (BA) are: 0, 100, 200, 300, and 400 mg/l. based on data and discussion of experimental results that have been raised, it can be concluded as follows:

Gandasil fertilizer (NPK 20-15-15) and Hyponex (NPK 10-40-15), had no effect on the growth and flowering of plants Dendrobium hybrids indicated by a variable percentage of plants to germinate, the number of new shoots, the height of new shoots, the increase of leaf pseudo stem diameter, and the percentage of flowering plants. Application of benzyladenine (BA) on the concentration of 100-400 mg / l, can stimulate flowering orchid hybrid

Dendrobium, which is indicated by an increase in the percentage of flowering from 60.50 to 64.83%. Application of benzyladenine (BA) on the concentration of 100-400 mg / l had no effect on the percentage of ornamental plants whis have new sprout, and the number and the height of new shoots.

There is no interaction between the two types of NPK (20-15-15 and 10-40-15), with concentrations of benzyladenine (BA) in influencing all observed variables.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH JENIS PUPUK DAN KONSENTRASI BENZYLADENIN (BA) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN ANGGREK DENDROBIUM

HIBRIDA

Oleh

Badri Burhan

Dendrobium sebagai tanaman hias yang digunakan sebagai bunga potong, tanaman hias pot, rangkaian bunga, hiasan taman, bernilai ekonomis tinggi (karena jenis, keindahan, bentuk, tekstur, ukuran bunga, dan kelangkaanya), berpeluang pasar yang luas, sumber plasma nutfah sebagai induk untuk persilangan supaya mendapatkan varietas baru, dan untuk membudidayakannya tidak memerlukan lahan yang luas. Untuk mendapat produksi bunga anggrek yang dicapai dengan usaha budidaya yang baik, salah sataunya dengan penggunaan pupuk dan zat pengatur tumbuh (ZPT) untuk memperoleh pertumhan dan pembungaan anggrek yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:

(1) jenis pupuk daun yang manakah yang dapat menghasilkan tanggapan terbaik

terhadap pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium,(2) bagaimana pengaruh pemberian Benziladenin (BA) terhadap pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium, (3) apakah ada interaksi antara pupuk daun dan pemberian Benziladenin (BA) untuk mempengaruhi pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium.Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan Juni 2014. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok lengkap denga 3 ulangan. Perlakuan disusun secara faktorial (2 x 5) Faktor pertama 2 jenis pupuk, yaitu (NPK 20 - 15 - 15) dan (NPK 10 - 40 - 15).

Faktor kedua adalah berbagai konsentrasi benziladenin (BA) yaitu : 0, 100, 200, 300 dan 400 mg/l.

Berdasarkan data hasil dan pembahasan dari percobaan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Jenis pupuk lengkap Gandasil (NPK 20-15-15) dan Hyponex (NPK 10-40-15), tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembungan tanaman anggrek Dendrobium hibrida yang di tunjukkan oleh variabel persentase tanaman bertunas, jumlah tunas baru, tinggi tunas baru, pertambahan jumlah daun diameter batang semu, dan persentase tanaman berbunga. Aplikasi benziladenin (BA) dari konsentrasi 100 – 400 mg/l, dapat merangsang pembungaan tanaman anggrek Dendrobium hibrida, yang di tunjukkan oleh peningkatan persentase

pembungaan dari 60,50 – 64,83 %.

Aplikasi benziladenin (BA ) 100 – 400 mg/l tidak berpengaruh terhadap persentase tanaman bertunas baru, jumlah tunas baru dan tinggi tunas baru.

Tidak terdapat interaksi antara dua jenis pupuk NPK (20-15-15 dan 10-40-15), dengan konsentrasi benziladenin (BA) dalam mempengaruhi semua variabel yang diamati.


(3)

(4)

PENGARUH JENIS PUPUK DAN KONSENTRASI BENZILADENIN (BA) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN ANGGREK

DENDROBIUM HIBRIDA (Tesis)

Oleh

BADRI BURHAN

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITA LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

1. Struktur bunga anggrek Dendrobium ……… 16

2. Bunga anggrek Dendrobium………... 17

3. Buah anggrek Dendrobium.………... 17

4. Daun anggrek Dendrobium…………... 19

5. Batang anggrek Dendrobium……... 20

6. Akar anggrek Dendrobium…... 22

7. Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung……... 34

8. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian .………….……... 34

9. Tanaman Anggrek Dendrobium, Gendasil-D, Hyponex dan Benzyladenin……….……... 35

10. Pot yang sudah di isi media tanam……... 36

11. Pelaksanaan pemindahan tanaman ke dalam pot yang sudah di isi Media……... 37

12. Pelaksanaan pemberian perlakuan NPK 20.15.15-10.40.15 dan BA……... 39

13. Pembuatan larutan Benziladenin (BA), dengan menimbang BA sebanyak 0,1 g, lalu diberikan HCl 1N sebanyak 0,3 ml hingga Benziladenin (BA) larut oleh HCl……... 40

14. Kegiatan pemeliharaan setiap hari sekali………... 41

15. Kegiatan pengamatan pada minggu pertama setelah aplikasi perlakuan……... 42


(6)

vi

16. Pengaruh berbagai konsentrasi BA terhadap diameter batang semu anggrek Dendrobium hibrida. Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda berdasarkan uji BNT

0,05...47 17. Pengaruh berbagai konsentrasi BA terhadap jumlah daun baru

anggrek Dendrobium hibrida. Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda berdasarkan uji BNT

0,05...48 18. Pengaruh berbagai konsentrasi BA terhadap persentase tanaman

berbunga anggrek Dendrobium hibrida. Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda berdasarkan uji BNT

0,05...49 19. Keragaman tanaman anggrek Dendrobium pada semua perlakuan yang dicobakan setelah 12 minggu sejak aplikasi BA pertama ... 50

20. Warna, bentuk dan corak bunga Dendrobium hibrida yang digunakan dalam penelitian ini: a. D. Worawit Red; b. (D. Emma Whitte x D. Lineale) dan c. [ D. Mount Kelly Beauty x (D. Mount Kelly Beauty x D. Hawaiian Molekaye)]. ...51


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……….……… iii

DAFTAR GAMBAR ……….……..……….. vi

I. PENDAHULUAN……….………. 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ………..……… 1

1.2 Tujuan Penelitian ……….………... 7

1.3 Landasan Teori ...……….………. 7

1.4 Kerangka Pemikiran ... 12

1.5 Hipotesis ……… 13

II. TINJAUAN PUSTAKA……… 15

2.1 Anggrek Dendrobium…………..……... 15

2.2 Pemupupukan Anggrek ...………..……. 26

2.3 Zat Pengatur Tumbuh ……… 28

III. METODE PENELITIAN……….……… 34

3.1 Tempat danWaktu ……….……… 34

3.2 Alat……….…...………... 34

3.3 Bahan ...………... 35

3.4 Rancangan Percobaan ……….……..…….... 35

3.5 Pelaksanaan Penelitian………... 36

3.5.1 Persiapan pot dan media tanam... 36

3.5.2 Pindah tanaman anggrek (Repotting) ... 37

3.5.3 Perlakuan ... 37

3.6 Pemeliharaan ………... 41


(8)

ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

4.1 Hasil Pengamatan …...………….………...… 44

4.1.1 Hasil Analisis Ragam………. 44

4.1.2 Pengaruh Komposisi NPK dan Konsentrasi BA terhadap Persentase Tanaman Bertunas, Jumlah Tunas Baru, dan Tinggi Tunas Baru pada Anggrek Dendrobium hibrida.... 45

4.1.3 Pengaruh Komposisi NPK dan Konsentrasi BA terhadap Diameter Batang Semu, pada Anggrek Dendrobium hibrida.46 4.1.4 Pengaruh Komposisi NPK dan Konsentrasi BA terhadap Pertambahan Daun, pada Anggrek Dendrobium hibrida...47

4.1.5 Pengaruh Komposisi NPK dan Konsentrasi BA terhadap Persentase Tanaman Berbunga dan Keragaman Tanaman Anggrek Dendrobium hibrida...48

4.1.6 Karakter Hortikultura Anggrek Dendrobium hibrida untuk Bentuk Bunga, Warba Bunga, Panjang Malai Bunga, Jumlah Kuntum Bunga per Malai, dan Diameter Bunga... ...50

4.2 Pembahasan ...…………..……….…...…...…... 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1 Kesimpulan …...………….………..…….. 62

5.2 Saran………..………...….…….……… 63

DAFTAR PUSTAKA ……… 64-68 LAMPIRAN ………...……… 69


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1. Komposisi pupuk N,P, dan K pada setiap fase pertumbuhan

anggrek ……….……….. 28 2. Hasil analisis ragam pada pengamatan untuk berbagai variabel

pengaruh aplikasi BA dan Komposisi NPK terhadap Dendrobium hibrida dewasa ….……… 45 3. Pengaruh komposisi NPK dan konsentrasi BA terhadap persentase

bertunas, jumlah tunas baru dan tinggi tunas baru tanaman anggrek Dendrobium hibrida pada tiga bulan setelah aplikasi

perlakuan pertama .………..………... 46 4. Perbedaan karakter hortikultura tiga jenis Dendrobium hibrida…. 52

5. Data Pengamatan pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap persentase tanaman bertunas baru (%) tanaman anggrek

Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 70 6. Ananlisis sidik ragan untuk pengaruh jenis pupuk dan BA

terhadap persentase tanaman bertunas baru (%) tanaman

anggrek Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi.. 70 7. Data Pengamatan pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap jumlah

tunas baru (tunas) tanaman anggrek Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 71 8. Ananlisis sidik ragan untuk pengaruh jenis pupuk dan BA

terhadap jumlah tunas baru (tunas) tanaman anggrek Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 71 9. Data Pengamatan pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap tinggi

tunas (cm)tanaman anggrek Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 72

10.Analisis Sidik Ragam pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap tinggi tunas (cm) tanaman anggrek Dendrobium hibrida pada

minggu ke 12 setelah aplikasi ... 72 11.Data Pengamatan pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap

diameter batang semu (cm) tanaman anggrek Dendrobium


(10)

iv

12.Analisis Sidik Ragam pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap diameter batang semu (cm) tanaman anggrek Dendrobium

hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 73 13.Data Pengamatan pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap

pertambahan jumlah daun (helai) tanaman anggrek Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 74 14.Analisis Sidik Ragam pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap pertambahan jumlah daun (helai) tanaman anggrek Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 74

15.Data Pengamatan pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap

persentase tanaman berbunga (%) tanaman anggrek Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 75 16.Ananlisis sidik ragan untuk pengaruh jenis pupuk dan BA

terhadap persentase tanaman berbunga (%) tanaman anggrek

Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 75 17.Data Pengamatan pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap panjang

malai (cm) bunga tanaman anggrek Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 76 18.Analisis Sidik Ragam pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap

panjang malai (cm) bunga tanaman anggrek Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 76 19.Data Pengamatan pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap jumlah

kuntum bunga per-malai tanaman anggrek Dendrobium hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 77 20.Analisis Sidik Ragam pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap

jumlah kuntum bunga per-malai tanaman anggrek Dendrobium pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 77 21.Data Pengamatan pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap

diameter (cm) bunga terbesar tanaman anggrek Dendrobium

hibrida pada minggu ke 12 setelah aplikasi ... 78 22.Analisis Sidik Ragam pengaruh jenis pupuk dan BA terhadap

diameter (cm) bunga terbesar tanaman anggrek Dendrobium


(11)

(12)

(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis yang berjudul

Pengaruh Jenis Pupuk Dan Konsentrasi Benziladenin (BA) Terhadap Pertumbuhan Dan Pembungaan Anggrek Dendrobium Hibrida. Shalawat dan salam semoga senantiasa dipanjatkan untuk junjungan seluruh umat manusia Rasululloh Nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan tesis ini telah banyak bimbingan, bantuan, serta dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku pencetus ide penelitian ini, pembimbing pertama, dosen pengajar, yang telah banyak memberikan bantuan moral dan material, pemikiran serta bimbingan selama penulis menyelesaikan

pendidikan Program Pascasarjana Magister Agronomi.

2. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro,M.Sc., selaku pembimbing kedua, dosen pengajar, dan Ketua Program Studi Magister Agronomi, yang telah memberikan saran, nasihat, motivasi, pemikiran, serta bimbingan selama penulis menyeselaikan pendidikan Program Pascasarjana Magister Agronomi.

3. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc., selaku pembahas, penguji, dan dosen pengajar yang memberikan saran, kritik, motivasi, serta pemikiran selama


(14)

penulis menyelesaikan pendidikan Progrma Pascasarajan Magister Agronomi. 4. Ibu Dr. Ir. Tumiar K. Manik, M. Sc., selaku sekretaris Program Studi Magister

Agronomi, dosen pengajar, yang telah memberikan saran, nasihat, motivasi, pemikiran, selama penulis menyeselaikan pendidikan Program Pascasarjana Magister Agronomi.

5. Bapak Ir. Baheram, yang telah banyak memberikan saran, pemikiran, kritik, dan motivasinya selama penulis melaksanakan penelitian di Rumah Kaca Fakultas Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yang telah memberikan saran, nasihat, motivasi, pemikiran, selama penulis menyeselaikan pendidikan Program Pascasarjana Magister Agronomi.

7. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung, yang telah memberikan saran, nasihat, motivasi, pemikiran, selama penulis menyeselaikan pendidikan Program Pascasarjana Magister Agronomi.

8. Seluruh dosen Program Studi Agronomi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan motivasinya selama penulis menyelesaikan studi.

9. Rekan-rekan seperjuangan 2012, Syaiful Bahri, yang selalu mendampingi penulis selama melaksanakan penelitian, Rahmansyah A. Wardhana, Yanto, Viza Yulianti Putri, Frestika Dwi Maharani, Linggar Suprayogi, Mulyanto atas segala bantuan dan motivasinya.


(15)

10.Ucapkan terimakasih yang amat dalam dan penuh kasih sayang Penulis tunjukan kepada Istriku tercinta Rina Elvira (Umi Kalsum), anak-anak ku tersayang M. Rico Elhando Badri, Riri Anggraini Badri (Siti Fathonah), yang selalu memotivasi penulis dalam menempuh pendidikan pascasarjana.

Semoga Alloh SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu Penulis dan semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan Amin.

Bandar Lampung, Januari 2015

Penulis


(16)

(17)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat-Nya

sehingga Tesis ini dapat terselesaikan.

Karya tulis ini kupersembahkan kepada:

. Kedua Almarhum dan Almarhumah Orang Tua dan kedua

Martuaku.

. Istriku tercinta Rina Elvira (Ummi Kalsum), yang selalu derdoa dan

mendampingiku, baik dikala suka dan duka.

. Anak-anakku tersayang M. Rico Elhando Badri dan Riri Anggraini

Badri (Siti Fathonah), yang selalu mendoakan untuk keberhasilan

Papah.

. Abang, Kakak dan Adik-adikku, yang selalu mendoakan dan

menyanyangiku.


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekon Balak, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten

Tenggamus, pada tanggal 9 Agustus 1966, yang merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak M. Burhanuddin Zakaria (Almarhum) dan Ibu Siti Qomalasari Sirad (Almarhumah).

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Pekon Balak tahun 1980, Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Tanjungkarang pada tahun 1983, Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Tanjungkarang pada tahun 1986, Sarjana Pertanian, Jurusan Budidaya Perkebunan Sekolah Tinggi Perkebunan Lampung tahun 1999.

Sejak tahun 2003 hingga sekarang penulis bekerja sebagai Dosen tetap (staf pengajar) pada sekolah Tinggi Perkebunan (STIBUN) Lampung.


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Di beberapa negara tropis produsen anggrek seperti Thailand, Singapura dan Taiwan, anggrek sebagai bunga potong maupun tanaman hias pot merupakan komoditas ekspor berskala besar. Salah satu jenis anggrek, yaitu Dendrobium sangat disukai masyarakat di Indonesia. Hal ini karena banyak anggrek dar genus ini mempunyai ragam jenis, keindahan, bentuk, tekstur, ukuran bunga yang tinggi, bernilai ekonomi tinggi serta berpeluang pasar luas. Di samping itu, keragaman yang tinggi dalam genus

Dendrobium merupakan sumber plasma nutfah sebagai induk persilangan untuk mendapatkan varietas baru (Sim et al., 2006).

Dendrobium mempunyai kurang lebih 2000 spesies (Rentoul, 2003), harganya relatif terjangkau, mempunyai warna dan bentuk yang bervariasi, mudah diperbanyak dan dirawat. Beberapa spesies yang berpotensi sebagai bunga potong adalah Dendrobium phalaenopsis, Dendrobium macrophyllum, dan Dendrobium superbiens . Jenis-jenis Dendrobium hibrida yang telah banyak digemari sebagai bunga potong antara lain Dendrobium Tay Swee Kheng yang berbunga ungu tua, Dendrobium Ekapol yang memiliki dua warna, Dendrobium Sri Siam yang berbunga kuning dengan lidah keunguan dan Dendrobium White Fairy yang berbunga putih.


(20)

2 Anggrek Dendrobium sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, hal ini terlihat dari minat konsumen terhadap anggrek Dendrobim mencapai 34%, anggrek Oncidium Golden Shower 26%, Catleya 20 %, Vanda 17%, dan anggrek lainnya 3% (Dirjend Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005).

Tanaman anggrek Dendrobium mempunyai masa juvenil yang panjang, yaitu antara dua sampai lima tahun, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk berbunga ( Hee et al., 2007). Percepatan untuk pembungaan pada tanaman anggrek Dendrobium diperlukan untuk meningkatkan daya saing dan nilai jual serta untuk meningkatkan program pemuliaan nya.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, pembungaan pada tanaman anggrek

Dendrobium dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: itensitas cahaya (Kataoka et al., 2004), temperatur, panjang hari atau fotoperiodesitas (Vaz et al., 2004), zat pengatur tumbuh, terutama sitokinin atau geberelin (Bonhomme et al., 2000). Di samping itu, pemberian nutrisi pada tanaman anggrek yaitu P tinggi dan N rendah efektif untuk memacu pembungaan, sedangkan pemberian P rendah dan N tinggi hanya efektif untuk memacu pembentukan tunas (Corbesier et al., 2003).

Salah satu jenis sitokinin yang sudah terdokumentasi dapat merangsang pembungaan pada anggrek, adalah benzyladenin (BA). Benzyladenin (BA) pada konsentrasi 200 mg/l dapat memacu pembungaan pada Dendrobium Sonia 17 (Tee et al., 2008), Dendrobium Chao Praya Smile (Hee et al., 2007), Cymbidium nivio-marginatum Mak (Kostenyuk et al., 2007), dan Phalaenopsis Pink Leopard „Petra’ (Duan dan


(21)

3 Tanaman anggrek Dendrobium merupakan salah satu anggrek simpodial yaitu anggrek yang tumbuh melalui dua poros tumbuh, poros tumbuh horizontal yang indeterminate dan poros tumbuh vertikal yang determinate, yang berakhir dengan infloresens bunga (Yusnita, 2012).

Bunga anggrek merupakan salah satu unsur terpenting untuk tanaman anggrek yang memiliki struktur dasar yang sudah baku, terdiri dari tiga kelopak (sepal) dan tiga tajuk bunga (petal). Salah satu petal berubah menjadi bibir bunga atau labellum. Bagian inilah yang menjadi ciri khas bunga anggrek sehingga

membedakan dengan famili tanaman berbunga lainnya ( Sandra, 2006).

Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi bunga anggrek yang dapat dicapai yaitu dengan melakukan teknik budidaya yang efisien. Yaitu dengan penggunaan pupuk dan zat pengatur tumbuh (ZPT) untuk meningkatkan pembungaan anggrek yang efisien.

Pupuk merupakan penyedia nutrisi bagi tanaman anggrek yang sangat penting. Media tanam untuk anggrek Dendrobium umumnya tidak dapat menyimpan dan menyediakan hara bagi tanaman, sehingga pemupukan yang rutin merupakan keharusan dalam budidaya tanaman anggrek. Pupuk majemuk dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman anggrek untuk


(22)

4 Di antara berbagai macam zat pengatur tumbuh (ZPT), benzyladenin (BA)

memberikan efek konsisten pada induksi pembungaan anggrek. Benzyladenin (BA) merangsang pembungaan Aranda Deborah, Dendrobium Louisae Dark dan Aranthera James Stone. Benzyladenin (BA) dilaporkan memberi efek

pembungaan pada anggrek monopodial (Hew dan Yong, 2004).

Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) pada masa tanaman anggrek Dendrobium dewasa diharapkan dapat memacu pertumbuhan dan pembungaan tanaman anggrek secara signifikan.

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pada produksi tanaman anggrek, perlu peningkatan pertumbuhan dan mempercepat pembungaan pada tanaman anggrek, yaitu dengan memberikan pupuk dan zat pengatur tumbuh (Gunawan, 2005).

Kegiatan budibaya yang paling berpengaruh pada tanaman anggrek Dendrobium adalah pemupukan. Kebutuhan nutrisi tanaman anggrek Dendrobium untuk menunjang pertumbuhannya dengan menggunakan pupuk majemuk (NPK) baik berbentuk tepung (powder) maupun cair , yang dilarutkan dalam air. Istilah yang digunakannya disebut pupuk daun, karena biasanya oleh petani tanaman anggrek, pupuk tersebut dilarutkan dalam air dan diberikan ke tanaman dengan

disemprotkan ke bagian daun tanaman. Tanaman anggrek seperti tanaman lainnya memerlukan unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro yang diperlukan tanaman adalah N (nitrogen), S (sulfur), P (fosfor), K (kalium), Ca (kalsium) dan Mg (magnesium). Unsur-unsur mikro yang diperlukan tanaman


(23)

5 antara lain Cu (tembaga), Fe (besi), Mn (mangan), Mo (molybdenum), B (boron), Zn (seng) dan lain-lain. Unsur Nitrogen sangat diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif, karena berguna untuk pembentukan protein yang diperlukan dalam pembentukan sel, jaringan dan organ tanaman. Unsur Nitrogen yang digunakan untuk tanaman bibit sampai remaja sebaiknya yang berasal dari N-amonium (NH4

). Pada tanaman dewasa kadar Nitrogen tidak boleh tinggi karena akan menyebabkan tanaman lemah terhadap serangan penyakit dan unsur Nitrogen yang digunakan sebaiknya berasal dari N-nitrat (NO3 ).

Unsur fosfor sangat berpengaruh pada sistem perakaran dan fotosintesis yaitu membantu pembentukan hidrat dalam jumlah banyak, yang berarti meningkatkan rasio C/N pada daun. Pada tanaman dewasa kadar fosfor harus tinggi karena unsur fosfor menguatkan dinding sel dan merangsang pembentukan bunga. Unsur kalium merupakan “pengatur” pada proses fotosintesis, tekanan turgor dan sintesis protein. Pada saat menjelang berbunga, ukuran tanaman cepat besar (blooming size ) dan aktivitas fisiologis meningkat maka diperlukan unsur kalium lebih banyak. Kekurangan unsur kalium akan menyebabkan sel, jaringan dan organ tanaman lemah sehingga mudah terserang penyakit. Ketika tanaman telah dewasa unsur kalium perlu ditingkatkan sehingga tanaman dan bunga mempunyai daya tahan yang kuat. ( http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/2005)

Konsentrasi dan rasio unsur hara yang terkandung dalam pupuk sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanamna anggrek Dendrobium. Pada tanaman anggrek


(24)

6 Dendrobium berumur antara 1 tahun setelah diaklimatisasi, diharapkan sudah

memasuki tahap remaja dan siap untuk dibungakan sehingga banyak memerlukan pupuk NPK dengan ukuran dosis tertentu.

Dalam penelitian ini dipelajari dua faktor, yaitu jenis pupuk dengan kandungan NPK berbeda dan berbagai konsentrasi BA terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman anggrek Dendrobium hibrida.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Jenis pupuk daun yang manakah (NPK 20.15.15 atau NPK 10.40.15) yang dapat menghasilkan tanggapan terbaik terhadap pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium hibrida.

2. Bagaimana pengaruh pemberian benziladenin (BA) terhadap pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium hibrida.

3. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi benziladenin (BA) terhadap pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium hibrida.

4. Apakah ada interaksi antara pupuk daun dan konsentrasi benziladenin (BA) dalam mempengaruhi pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium hibrida.


(25)

7 1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Membandingkan dua jenis pupuk, yaitu (NPK= 20 : 15 15, dan (NPK= 10 – 40 – 15) dalam mempengaruhi pertumbuhan dan pembungaan Dendrobium hibrida 2. Mempelajari pengaruh berbagai konsentrasi benziladenin (BA) terhadap

pertumbuhan dan pembungaan Dendrobium hibrida.

3. Mempelajari ada tidaknya interaksi antara jenis pupuk dengan konsentrasi

benziladenin (BA) terhadap pertumbuhan dan pembungaan Dendrobium hibrida.

1.3 Landasan Teori

Bunga anggrek Dendrobium merupakan anggrek epifit yang tumbuh menempel pada tanaman lain namun tidak merugikan tanaman inangnya. Bunga yang indah, warna dan bentuk yang beragarn dengan ciri khas terdiri dari tiga kelopak (sepal) dan tiga tajuk bunga (petal), salah satu petal berubah menjadi bibir bunga atau labellum, serta mahkota bunga yang tidak mudah rontok merupakan ciri tanaman anggrek Dendrobium hibrida.

Nilai ekonomis anggrek Dendrobium terutarna dinilai dan keindahan bunga, daya tahan mekar, kelangkaan jenis, dan mudah tidaknya berbunga. Dewasa ini jenis yang banyak kita temui di pasaran adalah anggrek Dendrobium dari hasil persilangan yang memiliki sifat-sifat unggul (Sandra, 2006).


(26)

8 Upaya untuk memacu proses pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobim dengan baik diperlukan beberapa faktor yang secara bersama mempengaruhi proses pembungaan. Faktor genetik merupakan faktor dasar yang dibawa dari dalam batang tanaman itu sendiri. Faktor fisiologis adalah aktifitas tanaman yang dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan serta perlakuan buatan yang dapat mendorong terjadinya proses pembungaan. Faktor lingkungan adalah kondisi lingkungan tertentu yang dapat merangsang proses pembungaan (Sandra, 2006).

Secara fisiologis pertumbuhan dan pembungaan pada tanaman anggrek

Dendrobium tidak hanya dirangsang dan faktor internal namun juga dipengaruhi oleh faktor exsternal, seperti aplikasi pemupukan dan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Aplikasi yang urnum dilakukan adalah pemberian pupuk daun dan hormon pembungaan.

Menurut Widiastoety (1986) dalam Tirta (2006), media pecahan arang kayu tidak cepat lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri. Walaupun sukar mengikat air dan miskin zat hara, tetapi arang kayu cukup baik untuk media tanaman anggrek Dendrobium. Penggunaan media tanam secara kombinasi diharapkan dapat memberikan lingkungan perakaran lebih baik di samping tersedia air dan unsur hara bagi tanaman anggrek Dendrobium hibrida.


(27)

9 Seperti tumbuhan lainnya, tanaman anggrek Dendrobium selalu membutuhkan unsur hara untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tanaman anggrek akan unsur hara sama dengan tumbuhan lainnya, hanya saja anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala defisensi, mengingat pertumbuhan tanaman anggrek yang sangat-lambat.

Pemupukan adalah salah satu kunci keberhasilan yang utama dalam budidaya tanaman anggrek Dendrobium. Pemupukan pada tanaman anggrek dapat dibagi menjadi dua, yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Fase pertumbuhan vegetatif adalah periode pertumbuhan anggrek dari semaian hingga menjadi tanaman anggrek muda, sedangkan fase generatif adalah periode pertumbuhan tanaman anggrek dewasa yang telah siap untuk berbunga (Sandra, 2006).

Pupuk mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Namun secara umum hara yang dominan dalam pupuk NPK adalah unsur hara makro dengan tambahan beberapa unsur hara mikro. Unsur hara mikro adalah zat yang tidak banyak diperlukan oleh tanaman tetapi turut

menentukan pertumbuhannya. Pemupukan yang dilakukan melalui daun memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat memberikan hara yang sesuai kebutuhan

tanaman, kelarutan yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk akar, serta pemberiannya dapat diatur sesuai pertumbuhan tanaman (Lingga dan Marsono, 2001).


(28)

10 Menurut Havlin et al., (1999) dalam Tirta (2006), pemberian dosis pupuk N yang semakin meningkat mengakibatkan peningkatan ketersediaan unsur N dalam tanah, yang memacu aktifitas fotosintesis dan pertumbuhan vegetative tanaman.

Pada saat tanaman dewasa dan mulai berbunga, proporsi pemberian pupuk dengan kandungan P dan K tinggi perlu ditingkatkan agar perkembangan bunga tidak terganggu. Salisbury dan Ross (1995), menyatakan bahwa unsur hara makro yang berperan dalam pembentukan bunga secara langsung adalah fosfor dan kalium, sedangkan unsur hara mikro yang membantu dalam proses pembungaan adalah mangan. Mangan membantu dalam proses metabolisme seperti

pembungaan. (Yusnita, 2010).

Penerapan pupuk yang tepat perlu diperhatikan, yaitu waktu dan rotasi aplikasinya dengan nitrogen yang tinggi atau kalium dan fosfat yang tinggi. Beberapa tanaman anggrek Aranda telah dilepas dan mengalami perubahan dari tunas bunga muda menjadi tunas yang vegetatif setelah penerapan nitrogen yang tinggi. Ratio C dan N perlu diperhatikan selama pembungaan anggrek (Hew dan Yong, 2004).

Pertumbuhan dan pembungaan pada tanaman anggrek juga dapat dirangsang melalui pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) dari golongan sitokinin seperti benziladenin (BA) melalui seluruh bagian tanaman. Sitokinin diduga berperan dalam memicu pembungaan pada tanaman anggrek dengan cara mengontrol aktifitas


(29)

11 pembelahan sel secara mitosis dan mempercepat pendewasaan sel-sel di jaringan meristem (Ramadiana dkk., 2009). Benziladenin (BA) merupakan sitokinin sintetik yaitu jenis sitokinin yang tidak diproduksi di dalam tubuh tanaman dan merupakan analog sitokinin alami yang peranannya sangat

penting dalam mengatur pertumbuhan dan morfogenesis eksplan di dalam kultur (Murashige, 1974 dalam Kesuma, 2006).

Menurut Hew dan Yong (2004), pemberian benziladenin (BA) dengan konsentrasi 200 mg/l dapat memacu pembungaan pada anggrek simpodial. Anggrek Aranda menghasilkan bunga setelah pemberian BA yang tepat sebelum masa berbunga. Pemberian Benzyladenin (BA) merangsang tanaman untuk menghasilkan tunas vegetatif, oleh karena itu, pemberian BA harus tepat pada waktunya. Waktu pembungaan pada anggrek mungkin didistribusi oleh level asimilasi, ketersediaan karbon untuk perkembangan bunga. Keseluruhan status karbon pada anggrek mungkin rendah setelah masa berbunga dan akan memerlukan waktu untuk penambahan karbon melalui fotosintesis. Benzyladenin (BA) memberi efek konsisten dalam menginduksi pembungaan anggrek. Benzyladenin (BA)

merangsang pembungaan anggrek Aranda Deborah, Dendrobium Louisae Dark dan Aranthera James Stone.


(30)

12 1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah dalam penelitian ini disusun kerangka pemikiran sebagai berikut.

Anggrek Dendrobium sering dipilih sebagai tanaman hias bunga penghias taman atau ruangan. Daya tarik anggrek Dendrobium terletak pada bunganya yang banyak ragam, indah dan juga tahan lama. Selain sebagai tanaman penghias ruangan Anggrek Dendrobium juga dimanfaatkan sebagai bunga potong.

Anggrek Dendrobium yang tumbuh secara simpodial berbunga saat semua batang telah dewasa dan cadangan makanan yang tersedia memadai untuk pembentukan bunga. Bila pada tanaman anggrek Dendrobium cadangan makanan dan hasil fotosintesis kurang, maka pertumbuhan bunga tidak optimal, bunga berukuran kecil dan keriput bahkan tanaman akan sulit untuk berbunga. Pada kondisi seperti ini tanaman anggrek Dendrobium hibrida perlu mendapatkan asupan energi.

Ketika tanaman anggrek Dendrobium hibrida sudah hendak memasuki fase dewasa, pemberian nutrisi berupa pupuk harus berimbang antara yang ditujukan untuk pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif berupa pembungaan. Pemberian pupuk daun dengan perbandingan N yang lebih tinggi seperti (NPK 20-15-15) berfungsi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif pada tanaman


(31)

13 anggrek Dendrobium hibrida. Sedangkan pupuk daun (NPK 10-40-15) yang memiliki perbandingan P lebih tinggi berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan generatif.

Perbedaan kandungan unsur hara makro maupun mikro pada masing-masing pupuk diharapkan memberikan pengaruh yang berbeda pada tanaman anggrek Dendrobium hibrida. Pupuk berkadar unsur hara fosfat (P) atau Kalium(K) yang tinggi diperlukan untuk merangsang pembungaan pada tanaman anggrek

Dendrobium yang telah dewasa.

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sangat diperlukan untuk merangsang pembungaan pada anggrek Dendrobium hibrida. Benziladenin (BA) merupakan zat pengatur tumbuh (ZPT) dari golongan sitokinin yang berperan untuk memicu pembungaan dengan mempercepat pendewasaan sel-sel di jaringan meristem pada tanaman anggrek Dendrobium hibrida.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.

1. Anggrek Dendrobium yang diberi pupuk daun (NPK 10-40-15) akan lebih cepat berbunga dibandingkan dengan pupuk daun (NPK 20-15-15).

2. Benziladenin (BA) pada konsentrasi 100 ppm atau lebih, akan meningkatkan pembungaan anggrek Dendrobium hibrida.


(32)

14 3. Peningkatan konsentrasi benziladenin (BA) dari 100 hingga 400 mg/l

menghasilkan peningkatan pembungaan pada anggrek Dendrobium hibrida. 4. Terdapat interaksi antara pupuk NPK(20-15-15) (10-40-15) dengan

benziladenin (BA) untuk mempengaruhi pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium hibrida.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistematika dan morfologi Anggrek Dendrobium

Anggrek Dendrobium termasuk tanaman dan keluarga Orchidaceae. Tanaman berbunga indah, ini tersebar luas di pelosok dunia, termasuk di Indonesia. Kontribusi anggrek Indonesia dalam khasanah anggrek dunia cukup besar. Dan 20.000 spesies anggrek yang terbesar di seluruh dunia, 6.000 diantaranya berada di hutan- hutan Indonesia. Menurut Dressier dan Dodson (2000) dalam

Widiastoety, dkk. (2010), kiasiflkasi anggrek Dendrobium adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Orchidales

Faniiii : Orchidaceae Subfamiii : Epidendroideae Suku : Epidendreae Subsuku : Dendrobiinae Genus : Dendrobium

Spesies : D. macrophyllum, D. canaliculatum, D. lineale, D. bifalce, D. Secundum.


(34)

16 Stuktur tanaman anggrek terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Sifat-sifat khas tanaman dari family Orchidaceae terlihat pada karakter akar , batang, daun, bunga, buah dan bijinya.

A. Bunga

Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki keragaman warna dan bentuk bunga . meski demikian anggrek memiliki struktur bunga yang sama dan khas (Gambar 1).

Bunga anggrek terdiri dari : 1. Kelopak (sepal) 2. Mahkota (petal) 3. Lidah (Labelum)

4. Bakal buah, dibentuk oleh penyatuan putik dan benangsari

Gambar 1. Struktur bunga anggrek Dendrobium(Dresier dan Dodson.2000).


(35)

17 Sepal yang dimiliki anggrek terdiri atas tiga helai dan si sela-sela sepal terdapat dua helai petal. Sedangkan labelum atau lidah bunga merupakan modifikasi dari petal (Gambar 2).

Gambar 2. Bunga anggrek Dendrobium

B. Buah

Gambar 3. Buah anggrek Dendrobium PETAL

SEPAL DORSAL

PETAL

SEPAL

SEPAL


(36)

18 Bentuk buah anggrek berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Buah anggrek

merupakan lentera atau capsular yang memiliki 6 rusuk. Tiga di antaranya merupakan rusuk sejati dan yang tiga lainnya adalah tempat melekatnya dua tepi daun buah yang berlainan. Di tempat bersatunya tepi daun buah tadi dalam satu buah anggrek sebesar kelingking terdapat ratusan ribu bahkan jutaan biji anggrek yang sangat lembut dalam ukuran yang sangat kecil (Gambar 3).

Biji-biji anggrek tidak memiliki endosperm sebagai cadangan makanan , sehingga untuk perkecambahannya dibutuhkan nutrisi yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan biji. Perkecambahan di alam sangat sulit jika tanpa bantuan fungi (jamur) yang disebut mikoriza yang bersimbiosis dengan biji-biji anggrek tersebut. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai, hifa atau benang dari mikoriza akan menembus embrio anggrek melalui sel-sel suspensor. Kemudian fungi tersebut dicerna sehingga terjadi pelepasan nutrisi sebagai bahan energi yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan biji-biji anggrek.


(37)

19 C. Daun

Gambar 4. Daun anggrek Dendrobium

Helaian daun anggrek berdaging berwarna hijau tua. Permukaan daun dilapisi kutikula (lapisan lilin) yang dapat melindungi dari serangan hama dan penyakit. Kedudukan daun tersusun secara berjajar berselingan (Gambar 4).

Daun anggrek memiliki ciri khas bertulang daun sejajar, sedangkan bentuknya berbeda-beda, ada yang memanjang dan ada yang membulat tergantung pada spesies . Tipe daun menunjukkan keadaan habitat anggrek. Menurut pertumbuhan daunnya anggrek digolongkan menjadi dua yaitu :

1. Kelompok evergreen ( tipe daun tetap segar / hijau ), yaitu anggrek yang helaian-helaian daun nya tidak gugur serentak.


(38)

20

2. Kelompok decidous ( tipe gugur ) , yaitu semua helaian-helaian daun gugur dan tanaman mengalami masa istirahat, kemudian diganti tempatnya dengan munculnya bunga.

Batang dan daun anggrek mengandung klorofil, hal ini sangat membantunya memaksimalkan penyerapan sinar matahari untuk fotosintesis dalam habitatnya di hutan yang minim cahaya. Klorofil pada batang anggrek tidak mudah hilang atau terdegradasi walaupun daun-daunnya telah gugur, oleh sebab itu anggrek juga memiliki julukan evergreen.

D. Batang


(39)

21 Batang anggrek yang menebal merupakan batang semu yang dikenal dengan istilah pseudobulb (pseudo=semu, bulb=batang yang menggembung), berfungsi sebagai penyimpan air dan makanan untuk bertahan saat keadaan kering (Bose dan Battcharjee, 1980). Batang Anggrek ada dua tipe yang dipengaruhi oleh titik tumbuhnya (Gambar 5), yaitu :

1. Monopodial

Anggrek tipe monopodial hanya memiliki satu batang dan satu titik tumbuh. Batang utama terus tumbuh dan tidak terbatas panjangnya, bentuk batangnya ramping dan tidak berumbi. Tangkai bunga akan keluar di antara dua ketiak daun. Anggrek jenis ini dapat diperbanyak dengan cara stek batang dan biji. Kelompok anggrek monopodial yaitu genus Aerides, Arachnis, Phalaenopsis, Renanthera, Aranthera , Vanda dan lain-lain

2.Simpodial

Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang memiliki batang utama yang tersusun oleh ruas-ruas tahunan. Angrek tipe simpodial mempunyai batang yang berumbi semu ( pseudobulb ) yang juga berfusngsi sebagai cadangan makanan. Masing-masing ruas dimulai dengan daun sisik dan berakhir dengan setangkai perbungaan. Pertumbuhan ujung-ujung batangnya terbatas, pertumbuhan batang akan terhenti bila pertumbuhan ke atas telah maksimal. Batang utama baru muncul dari dasar batang utama. Pada anggrek simpodial terdapat suatu

penghubung dari tunas satu ke tunas lainnya yang disebut rhizome. Anggrek jenis ini dapat diperbanyak dengan cara split, pemisahan keiki, stek batang dan biji.


(40)

22 Kelompok anggrek simpodial yaitu genus Cattleya, Coelogyne, Dendrobium, Grammatophyllum, Oncidium dan lain-lain.

E. Akar

Gambar 6. Akar anggrek Dendrobium

Akar anggrek berbentuk silindris dan berdaging, lunak, mudah patah denagn ujung akar yang meruncing licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering akar akan tampak berwarna putih keperak-perakan pada bagian luarnya dan hanya pada bagian ujung akar saja yang berwarna hijau atau tampak agak keunguan. Akar yang telah tua menjadi coklat dan kering, kemudian akan digantikan oleh akar yang baru (Gambar 6)


(41)

23 Akar pada anggrek berfungsi untuk mengambil, menyerap, dan mengantarkan zat hara ke seluruh bagian tanaman. Fungsi lain dari akar adalah menempelkan dirinya pada tempat atau media tumbuh.Tanaman dikatakan sehat atau tidaknya dapat dilihat dari akarnya. Akar udara terdapat lapisan velamen yang berongga dan berfungsi untuk menyerap air dan udara. Akar ini juga dapat berfotosintesis karena megandung butiran hijau daun ( klorofil ). Pada lapisan velamen terdapat Mycorhiza ( myco = cendawan ; rhizome = akar ) atau cendawan yang hidup dalam akar tumbuhan. Mycorhiza hidup secara simbiosis yaitu dengan memfiksasi fosfat untuk ditukarkan dengan hidrat dari tumbuhan, Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan alam ini dengan efektifitas yang luar biasa. Tidak ada sesuatupun yang sia-sia. Tiap bagiannya pasti ditopang oleh struktur yang kokoh, berfungsi optimal dan tetap tampil dengan sangat indah.

Genus Dendrobium mempunyai keragaman yang sangat besar, baik habitat, ukuran, bentuk pseudobulb, daun maupun warna bunganya. Spektrum penyebarannya luas, mulai dari daerah pantai sampai pegunungan. Anggrek tersebar di India, Sri Lanka, Cina Selatan, Jepang ke selatan sampai Asia Tenggara hingga kawasan Pasifik, Australia, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Tumbuh baik pada ketinggian 0—5 00 m dpi dengan kelembapan 60—80%. Budidaya anggrek yang paling mudah adalah yang berasal dan tempat asalnya (Waston, 2004 dalam Widiastoety dkk., 2010).


(42)

24 Anggrek Dendrobium adalah salah satu genus anggrek terbesar yang terdapat di dunia. Diperkirakan anggrek ini terdini dari 1.600 spesies. Bentuk bunga

Dendrobium memiliki sepal yang bentuknya hampir menyerupai (berbentuk) segitiga, dasarnya bersatu dengan kaki tugu untuk membentuk taji. Petal biasanya lebih tipis dari sepal, bibir berbelah, dan menurut bentuk bungaan inilah maka jenis Dendrobium bisa dibedakan dalam beberapa golongan (Lestani, 2002).

Menurut Gunawan (2005),bentuk daun anggrek bervariasi, ada yang sempit memanjang sampai bulat panjang. Seperti pada umumnya tanaman monokotil, daun anggrek mempunyai tulang daun yang sejajar dengan helaian daun. Tebal daun juga bervariasi dan tipis sampai tebal berdaging (sukulen). Daun tanaman anggrek Dendrobium berstruktur lunak, berdaging berkutikula dengan tangkai daun sangat pendek. Jumlah daun juga beragam, dan yang satu helai sampai yang banyak. Stomata terletak di permukaan daun terutama di bagian bawah, batang tanaman ukurannya beragam, dan yang pendek sampai yang panjang (Gunadi, 1985 dalam Pohan, 2005).

Buah anggrek berbentuk seperti kapsul dan di dalamnya terdapat banyak biji dengan ukuran sangat kecil. Endosperm tidak terdapat pada biji anggrek padahal endosperm berfungsi sebagai cadangan makanan dan sangat berperan saat terjadi perkecambahan (Parnata, 2005).


(43)

25 Anggrek mempunyai akar lekat atau akar substrat dan akar udara. Fungsi akar lekat digunakan sebagai penahan tanaman, sedangkan akar udara untuk kelangsungan hidup tanaman. Akar terbungkus jaringan berbentuk seperti bunga karang. Akar sehat, berwama putih dan tebal, di bagian ujung akar aktif berwama hijau cerah (Redaksi Trubus, 2005). Menurut Arditti (1992) dalam Wati (2009), sesuai dengan tempat hidupnya dan cara hidupnya, akar anggrek Dendrobium telah termodifikasi menjadi akar udara, yang pada umumnya tumbuh pada pangkal batang dalam jumlah banyak dan membentuk masa.

Menurut Harjadi (2009), pembungaan merupakan proses fisiologis yang kompleks sebagai hasil interaksi faktor internal dan faktor lingkungan. Pada saat tanaman mencapai kedewasaan dengan segala perubahan internal tanaman yang menyertai pendewasaan, maka tanaman tersebut akan berbunga jika lingkungan mendukung. Tanaman remaja berumur ± 1 tahun setelah aklimatisasi dan sudah memiliki 4-6 helai daun. Pada umumnya sudah dapat berbunga 3-4 bulan kemudian.

Dendrobium yang dapat dipacu pembungaanya adalah tanaman yang sudah memiliki daun akhir, tanaman ini tidak memiliki tunas lagi, tanaman tersebut memerlukan waktu minimal 1 bulan untuk menghasilkan bunga. Jika tanaman masih mengahasilkan tunas, perlu waktu sekitar 2,5 bulan (Sutiyoso dan Sarwono, 2001).


(44)

26

2.2 Pemupukan Anggrek

Menurut Sandra (2006), berdasarkan aspek pemupukan, pertumbuhan anggrek dapat dibagi menjadi dua, yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Fase vegetatif adalah periode pertumbuhan anggrek dari semaian hingga menjadi menjadi anggrek muda, dan fase generatif adalah periode

pertumbuhan anggrek dewasa yang telah siap berbunga. Pada fase vegetatif perlu diberikan pupuk berkadar nitrogen (N) tinggi karena unsur tersebut merupakan bahan pokok untuk menyusun protein yang sangat dibutuhkan dalam pembelahan sel. Pada fase generatif diperlukan hara fosfor (P) tinggi dapat merangsang proses pembungaan. Pada fase generatif, kebutuhan unsur P tinggi, karena unsur ini berperan dalam perangsangan bunga dan tumbuhnya biji. Unsur P juga berperan dalam merangsang pertumbuhan akar dan bibit. Kekurangan unsur P akan menyebabkan ujung-ujung daun menjadi coklat, perakaran tidak subur, bunga tidak membuka sempurna dan tangkai bunga mengering sebelum bunga mekar.

Pupuk daun termasuk pupuk buatan yang cara pemberiannya melalui penyemprotan ke

daun. Pupuk yang disemprotkan melalui daun akan masuk melalui stomata secara difusi

dan selanjutnya akan masuk ke dalam sel-sel kloroplas baik yang di dalam sel penjaga,

mesofil daun, maupun seludang pembuluh dan akan berperan dalam fotosintesis. Lingga


(45)

27

Pupuk daun Gandasil memiliki kandungan unsur hara N (20 %), P (15 %), K (15 %) serta

tambahan unsur mikro Mg, Mn, B, Cu, Co, dan Zn. Hyponex mengandung N (10 %), P

(40 %), K (15 %) serta tambahan unsur mikro (Iswanto, 2002). Penyemprotan anggrek

sianjurkan dilakukan pada sore hari karena anggrek termasuk dalam golongan CAM

(metabolisme asam crasulace), sifat stomata membuka pada malam hari dan menutup

pada siang hari. Mekanisme CAM dalam mengikat karbondioksida pada malam hari

ketika stomata membuka, kesempatan ini pula digunakan agar air dan unsur hara dapat

masuk ke dalam stomata. Dengan demikian tumbuhan CAM dapat berfotosintesis tanpa

kehilangan sejumlah besar air karena transpirasi stomata. (Salisbury dan Ross, 1992),

karena itulah tanaman anggrek termasuk tanaman yang cukup tahan terhadap kekeringan,

setidaknya dapat bertahan hidup sementara tanaman lain sudah mati. Penyemprotan

anggrek diberikan baik melalui daun maupun ke media tanam, karena anggrek termasuk

tanaman epiphyt yang utamanya menempel pada media tanam. Selain itu media tanam

yang digunakan merupakan media tanam yang miskin unsur hara.

Tanaman hias anggrek memperoleh nutrisi melalui dua cara yaitu melalui akar dan daun, Tanaman anggrek membutuhkan unsur hara esensial dengan adanya penambahan mineral, natrium klorida, yodium, calsium, kapur, fosfot dan unsur dari bekas cucian beras, air kelapa muda atau sedikit bekas cucian daging (ikan). Air bekas cucian tidak boleh diberikan secara langsung, namun diendapkan terlebih dahulu (Rondonuwo dan Pioh, 2009).

Menurut Rondonuwo dan Pioh (2009), pupuk daun dikemas dalam bentuk cair dalam botol atau bubuk dalam kemasan. Pupuk daun mengandung unsur hara makro dan mikro dengan bahan baku berupa zat organik (dari tumbuhan) dan zat


(46)

28 anorganik (zak kimia). Pupuk daun dibuat dengan tujuan agar unsur yang

terdapat di dalam dapat diserap daun melalui selauruh bagian tanaman dan akar.

Jika energi tersedia, tetapi unsur hara kurang, anggrek tidak akan berbunga. Energi yang lemah hanya dapat menarik Nitrogen, akibatnya tanaman akan tetap tumbuh vegetatif dan tidak akan menghasilkan bunga (Sutiyo dan Sarwono, 2006).

Tabel 1. Komposisi pupuk N, P, dan K pada setiap fase pertumbuhan anggrek. Tanaman Angrek N(%) P(%) K(%)____ Untuk seedlings (bibit) 60 30 10

Untuk mid-size (ukuran sedang 30 30 30 Untukm flowering siza ( ukuran berbunga) 10 60 10

__________________________________________________________________ Sember : http://ph.groups.yahoo.com/group/agromania/message/19871.

Diakses pada tanggal 17 November 2014

2.3Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan hara, dalam konsentrasi rendah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Yusnita, 2011). Zat pengatur tumbuh ini dapat membantu

pertumbuhan pada tanaman, metabolisme tanaman dan kegiatan tanaman lainnya, sehingga dapat berpengaruh terhadap perkembangan jaringan tanaman dan organnya.


(47)

29 Pemberian ZPT harus sesuai dengan konsentrasi yang dianjurkan, pemberian zat Pengatur Tumbuh yang terlalu banyak akan menyebabkan timbulnya kelainan dan hambatan masa pertumbuhannya.

Hormon yang sering disebut juga fitohormon merupakan sekumpulan senyawa organik, baik yang terbentuk secara alami maupun buatan. ZPT dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan suatu reaksi atau tanggapan baik secara biokimia, fisiologis maupun morfologis, yang berfungsi untuk mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, maupun pergerakan taksis tanaman atau tumbuhan baik dengan mendorong, menghambat, atau mengubahnya. "Kadar kecil" yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter. ZPT berbeda dengan unsur hara atau nutrisi tanaman, baik dari segi fungsi, bentuk, maupun senyawa penyusunnya.

Secara ilmiah, penggunaan istilah hormon tumbuhan sebenarnya mengadopsi analogi fungsi hormon pada binatang. Dilihat dari cara produksinya, hormon pada tumbuhan berbeda dengan hormon pada binatang yang dihaslkan dari jaringan spesifik berupa kelenjar endokrin, tetapi ZPT ini dihasilkan oleh suatu jaringan nonspesifik, biasanya dari jaringan merismatik, yang dapat diproduksi jika mendapatkan rangsangan. Penyebaraan hormon pada seluruh jaringan tumbuhan bisa terjadi dengan sangat mudah, karena penyebarannya bisa melalui ruang antarsel atau disebut dengan sitoplasma, sehingga dalam penyebarannya tersebut, zat pengatur tumbuh (ZPT) tidak harus melalui sistem pembuluh pengangkut.


(48)

30 Secara individu, tumbuhan akan memproduksi sendiri hormon setelah mengalami rangsangan. Proses produksi hormon dilakukan secara endogen oleh tumbuhan. Rangsangan yang dapat mempengaruhi produksi hormon misalnya lingkungan.

Lingkungan merupakan faktor penting yang dapat memicu tumbuhan untuk memproduksi hormon. Setelah menghasilkan hormon hingga pada ambang konsentrasi tertentu, maka sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai menunjukkan reaksi sehingga akan menimbulkan perubahan fisiologis pada tumbuhan. Dengan demikian, tumbuhan akan mulai menunjukkan ekpresi atas pengaruh suatu rangsangan yang telah memicu produksi hormon tersebut. Dari sudut pandang evolusi tumbuhan, hormon tumbuhan merupakan suatu mekanisme pertahanan diri terhadap pengaruh-pengaruh yang diterimanya sehingga dapat terus mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.

Selain dapat dipengaruhi hormon yang diproduksinya sendiri, tumbuhan juga dapat dipengaruhi oleh hormon yang diterimanya dari luar. Pemberian ZPT dari luar sistem individu disebut juga dengan hormon eksogen, yaitu dengan

memberikan bahan kimia sintetik yang dapat berfungsi dan berperan seperti halnya hormon endogen, sehingga mampu menimbulkan rangsangan dan pengaruh pada tumbuhan seperti layaknya fitohormon alami.

Di sisi lain zat pengatur tumbuh dapat berfungsi sebagai prekursor, yaitu senyawa yang dapat mendahului laju senyawa lain dalam proses metabolisme, dan


(49)

31 merupakan bagian dari proses genetik tumbuhan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk membedakan pengertian hormon pada tumbuhan dengan hormon pada binatang, maka dalam dunia pertanian dipakai istilah zat pengatur tumbuh tumbuhan atau ZPT atau dalam bahasa Inggris disebut plant growth regulator/substances. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan intensifikasi dalam budidaya di sektor pertanian, maka ZPT banyak digunakan terutama untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil produksi.

Hormon Auksin banyak ditemukan pada akar, ujung batang, dan bunga. Fungsi hormon auksin dalam petumbuhan tanaman adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang ujung meristem. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan, sehingga dapat digunakan untuk memacu kecepatan pertumbuhan tanaman pada budidaya yang dilakukan secara intensif.

Dengan fungsi dan peran penting hormon auksin tersebut, maka dalam dunia pertanian sering digunakan seperti dalam membantu proses pertumbuhan (baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang), untuk memecah masa dormansi sehingga dapat mempercepat perkecambahan pada biji, membantu proses

pembelahan sel sehingga dapat digunakan untuk mempercepat pembesaran jaringan tumbuhan, mempercepat pemasakan buah, serta untuk mengurangi jumlah biji dalam buah. Hormon auksin akan bekerja secara sinergis dengan dua hormon lain, yaitu sitokinin dan giberelin.


(50)

32 BA (benzyladenine) merupakan salah satu sitokinin sintetik yang terkenal,

perannya dalam tumbuhan adalah untuk mengatur pembelahan sel, pembentukan organ pembesaran sel dan organ, pencegahan kerusakan klorofil, pembentukan kloroplas, penundaan senesens, pembukaan dan penutupan stomata, serta

perkembangan mata tunas dan pucuk (Harjadi, 2009). Berbagai macamnya efek sitokinin menunjukkan bahwa senyawa tersebut mungkin mempunyai beberapa macam mekanisme kerja dalam jaringan yang berbeda, namun secara sedarhana diduga bahwa satu efek utama yang umum sering diikuti oleh sejumlah efek sekunder, yang bergantung pada keadaan fisiologis sel sasaran (Salisbury dan Ross, 1995).

Benziladenin mempunyai struktur yang serupa dengan kinetin, BA juga aktif dalam mendorong pertumbuhan kalus. Sitokinin mempengaruhi berbagai proses fisiologis di dalam tanaman. Aktifitas yang utama adalah mendorong pembelahan sel dan aktifitas ini yang menjadi kriteria utama untuk mengolongkan suatu zat ke dalam sitokinin. Sitokinin memperlambat proses penghancuran butir-butir klorofil pada daun yang terlepas dari tanaman (detached leaves dan memperlambat proses senecence pada daun, buah dan organ-organ lainnya. Pengaruh sitokinin pada berbagai proses diduga pada tingkat sintesis protein mengingat kesamaan struktur sitokinin dengan adenine yang merupakan komponen dari DNA dan RNA (Wattimena, 1988).


(51)

33 Menurut Wattimena (1988), sitokinin mempunyai cicin adenin, suatu basa purin yang terdapat pada DNA dan RNA. Sitokinin juga telah diekstrak dari jaringan meristematik tanaman yaitu daerah tempat terjadinya pembentukan asam nukleat dan protein dengan sangat aktif. Pemberian sitokinin pada tRNA diduga

mempunyai pengaruh dalam sintesis protein pada proses translasi. Sintesis protein dimana terlihat beberapa jenis RNA yaitu mRNA, rRNA, dan tRNA. Peranan tRNA dalam sintesis protein adalah mengangkut asam amino tertentu ke ribosom dimana asam amino disusun menjadi molekul protein.


(52)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan Juni 2014. (Gambar 7).

Gambar 7. Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universita Lampung

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini berupa pot dengan diameter 12 cm (Gambar 8.d), hand sprayer volume 1000 ml, dan 500 ml (Gambar 8.b), penggaris, selang air, gelas ukur (gambar 8.c), timbangan elektrik, spidol dan alat tulis.

Gambar 8. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian.


(53)

35 3.3 Bahan

Bahan tanam yang digunakan adalah anggrek Dendrobium hibrida pada fase dewasa setinggi 15 cm dengan umur ± 1 tahun sejak di aklimatisasi yang berasal dari nuseri anggrek di Malang Indonesia. (Hasanuddin orchid) (Gambar 9.a), pupuk Gandasil-D (NPK 20-15-15) (Gambar 9.c), Hyponex ( NPK 10-40-15) (Gambar 9.c), larutan Benziladenin (BA) (Gambar 13.a), arang kayu (Gambar 10), styrofoam dan Ditane M-45 (bahan aktif Mankozep 80%).

Gambar 9. Tanaman Anggrek Dendrobium, Gendasil-D, Hyponex dan Benziladenin

3. 4 Rancangan Percobaan

Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok lengkap dengan 3 ulangan. Perlakuan disusun secara faktorial (2 x 5), faktor pertama 2 jenis pupuk, yaitu (NPK 20 : 15 : 15) dan (NPK 10 : 40 : 15) dan faktor kedua adalah berbagai konsentrasi benziladenin (BA) yaitu : 0, 100, 200, 300 dan 400 mg/l.


(54)

36 Jenis Pupuk

Benzyladenin (BA) mg/l

0 100 200 300 400

NPK 20:15:15 2 g/l 2 g/l 2 g/l 2 g/l 2 g/l NPK 10:40:15 2 g/l 2 g/l 2 g/l 2 g/l 2 g/l

Setiap unit atau satuan percobaan terdiri dari 8 pot anggrek Dendrobium hibrida. Cara aplikasi pemupupukan dilakukan seminggu sekali selama 3 bulan.

Cara aplikasi benziladenin (BA) dilakukan disemprotkan di seluruh bagian tanaman (8– 10 ml per tanaman) setiap minggu selama dua belas minggu seluruh tanaman.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Persiapan pot dan media tanam

Pot yang akan digunakan, berdiameter 12 cm. Media tanam yang digunakan yaitu arang kayu. Arang-arang yang besar dihancurkan terlebih dahulu, agar mudah untuk

memindahkan tanaman dan media akan lebih padat, sehingga media lebih kuat untuk menopang tanaman anggrek (Gambar 10).


(55)

37 3.5.2 Pemindahan tanaman anggrek (Repotting)

Repotting atau pindah tanam dilakukan pada tanaman anggrek yang telah memasuki usia dewasa dengan menggunakan pot yang berukuran 12 cm. Media tanam yang terdapat pada pot lama tetap digunakan namun ditambah media baru yaitu arang kayu. Setelah repotting tanaman diberi label perlakuan (Gambar 11).

Gambar 11. Pelaksanaan pemindahan tanaman ke dalam pot yang sudah di isi Media

3.5.3 Perlakuan a. Pemupukan

Pemupukan merupakan kegiatan memberikan nutrisi atau unsur hara yang diberikan pada tanaman. Pemupukan bisa dilakukan melalui akar maupun daun. Pemupukan melalui akar dilakukan dengan cara memberikan pupuk pada media


(56)

38 Tanaman. Pemberian pupuk melalui daun biasanya dilakukan dengan

penyemprotan pupuk pada permukaan daun.

Kebutuhan unsur hara pada setiap fase pertumbuhan tanaman anggrek berbeda-beda. Untuk anggrek yang masih pada fase pembibitan membutuhkan unsur hara nitrogen lebih tinggi, yaitu 60% N, 30% P, dan 10% K. Pupuk diberikan cukup sekali setiap minggu melalui daun selama fase pembibitan. Pada fase tanaman muda, kebutuhan nutrisi atau unsur haranya adalah 30% N, 30% P, dan 30% K. Pemberian pupuk melalui daun cukup diberikan seminggu sekali, sedangkan pemupukan melalui akar dapat diberikan tiga minggu sekali. Kebutuhan pupuk untuk anggrek dewasa yang sudah memasuki fase generatif atau pembungaan adalah 10% N, 60% P, dan 30% K. Pemupukan lewat daun diberikan seminggu sekali, sedangkan pemupukan lewat akar bisa diberikan tiga minggu sekali pada media tanam.

Pemupukan NPK (20-15-15) dan NPK (10-40-15) dilaku setiap minggu 1 kali dengan menggunakan hand sprayer (Gambar 12). Penyemprotan dilakukan pada sore hari antara pukul 17.00-18.00, dengan 2 g/l. Sebelum dilakukan pemupukan pada pagi hari tanaman disiram terlebih dahulu, dan setelah dipupuk tidak dilakukan penyiraman selama 24 jam, volume penyemprotan pada setiap tanaman sebanyak 8-10 ml dan selama penelitian dilakukan 8 kali penyemprotan. Maka dosis pupuk setiap tanaman adalah sebagai berikut:


(57)

39 Konsentrasi pupuk : 2 g/l = 2000 mg/l

Total kebutuhan pupuk : 10 .ml x 8 = 80 ml

Dosis pupuk yang akan diberikan per tanaman = 2000 mg x 80 ml = 160 mg = 0,16 g

1000 .ml

Gambar 12. Pelaksanaan pemberian perlakuan NPK 20.15.15-10.40.15 dan BA

b. Pembuatan larutan Benziladenin (BA)

Pembuatan larutan benziladenin (BA), dengan menimbang BA sebanyak 0,1.g, lalu diberikan HCl 1N sebanyak 0,3 ml hingga benziladenin (BA) larut oleh HCl. Kemudian dilakukan penambahan akuades dan ditera hingga volume akhir 1000 ml, pada tahap akhir diukur pH larutan diatur menjadi 5,6 menggunakan pH meter. Apabila pH kurang dari 5,6 maka perlu diteteskan KOH dan apabila pH lebih dari 5,6 maka perlu diteteskan HCl hingga pH mencapai 5,6 (Gambar 13).


(58)

40 c. Pemberian Benziladenin (BA)

Untuk pemberian benziladenin (BA) dengan volume semprot sebanyak. 8-10 ml/tanaman (8 kali semprot) yang diberikan sebanyak 8 kali pada minggu ke-1 hingga minggu ke-8 dengan interval waktu seminggu sekali. Pemberian benziladenin (BA) dilakukan sesuai dengan konsentrasi yang ditetapkan yaitu 0 mg/l, 100 mg/l., 200 mg/l, 300 mg/l dan 400 mg/l. Dosis benziladenin (BA) yang diberikan setiap tanaman.

Gambar 13. Pembuatan larutan benziladenin (BA), dengan menimbang BA sebanyak 0,1.g, lalu diberikan HCl 1N sebanyak 0,3 ml hingga benziladenin (BA) larut oleh HCl..


(59)

41 3.6 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yaitu dengan melakukan penyiraman dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap 1 hari sekali atau disesuaikan dengan kondisi cuaca. Pengendalian hama dan penyakit yaitu dengan menggunakan Dhitane M-45 dan pemberiannya dua minggu sekali (Gambar 14).


(60)

42 3.7 Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap hari, dari minggu pertama setelah aplikasi perlakuan hingga akhir penelitian pada minggu ke 12 (Gambar 15), untuk variabel:

Gambar 15. Kegiatan pengamatan pada minggu pertama setelah aplikasi perlakuan.

1. Persentase tanaman bertunas baru (%), dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah tanaman bertunas, dengan seluruh tanaman dalam satu unit percobaan dikalikan seratus persen

2. Jumlah tunas baru (tunas), dihitung berdasarkan rata-rata jumlah tunas yang baru muncul setelah perlakuan dalam satu unit percobaan.

3. Tinggi tunas baru (cm), dihitung berdasarkan tinggi tunas baru dalam satu unit percobaan, kemudian dirata-ratakan, pengukuran menggunakan meteran kain yang dimulai dari pangkal batang semu sampai pangkal pelepah daun terakhir.


(61)

43 4. Diameter batang semu (cm), diukur dengan menggunakan jangka sorong pada

bagian batang semu yang terbesar.

5. Pertambahan jumlah daun (helai), dihitung berdasarkan jumlah daun yang baru terbentuk setelah dilakukan aplikasi, dengan cara mengurangi jumlah daun diakhir penelitian dengan jumlah daun pada saat sebelum aplikasi, kemudian dirata-ratakan.

6. Persentase tanaman berbunga (%), dengan cara menghitung jumalah tanaman yang berbunga dibagi jumlah tanaman yang dicobakan dalam satu unit percobaan dikalikan seratus persen.

7. Panjang malai bunga (cm), dengan cara mengkur panjang malai bunga, mulain dari pangkal malai sampai dengan ujung malai dengan menggunakan meteran kain.

8. Jumlah kuntum bunga per malai (kuntum), dengan cara menghitung seluruh kuntum bunga yang ada dalam satu malai, baik kuntum bunga yang sudah mekar maupun yang belum mekar.

9. Diameter bunga terbesar (cm), dengan cara mengukur diameter bunga pada kuntum bunga yang terbesar dalam satu tangkai bunga, dengan menggunakan mistar.

Data di setiap variabel di analisis ragamnya ( uji F), dan jika terdapat perbedaan nyata antara perlakuan maka di lanjutkan dengan pemisahan nilai tengah, untuk mengetahui perlakuan terbaik dengan uji BNT 0,05 %.


(62)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil dan pembahasan dari percobaan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenis pupuk lengkap Gandasil (NPK 20-15-15) dan Hyponex (NPK 10-40-15), tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembungan tanaman anggrek Dendrobium hibrida yang di tunjukkan oleh variabel persentase tanaman bertunas, jumlah tunas baru, tinggi tunas baru,

pertambahan jumlah daun diameter batang semu, dan persentase tanaman berbunga.

2. Aplikasi benziladenin (BA) dari konsentrasi 100 – 400 mg/l, dapat merangsang pembungaan tanaman anggrek Dendrobium hibrida, yang di tunjukkan oleh peningkatan persentase pembungaan dari 60,50 – 64,83 %.

3. Aplikasi benziladenin (BA ) 100 – 400 mg/l tidak berpengaruh terhadap persentase tanaman bertunas baru, jumlah tunas baru dan tinggi tunas baru.

4. Tidak terdapat interaksi antara dua jenis pupuk NPK (20-15-15 dan 10-40-15),

dengan konsentrasi benziladenin (BA) dalam mempengaruhi semua variabel yang


(63)

63

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disarankan untuk melakukan penelitian yang sama pada tanaman anggrek dewasa yang siap untuk berbunga dengan menggunakan dua jenis pupuk majemuk yang memiliki kandungan P dan K lebih tinggi, dan frekuensi pemberian benziladenin (BA) diturunkan, untuk dapat merangsang pertumbuhan dan pembungaan tanaman anggrek Dendrobium hibrida.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, S. 2009. Pengaruh konsentrasi benziladenin (BA) pada pembentukan anakan Anthurium dan Aglaonema. Tesis .. Pascasatjana Magister Agronomi Universitas Lampung. Bandar Lampung. 76 hlm.

Blanchard, M.G. E.S. Runkle. 2008. Benzyladenine promotes flowering in Doritaenopsis and Phalaenopsis Orchids. J Plant Growth Regul. 27: 141-150.

Batt, S.T. dan N.M. Chauhan. 2012. Effect ofGA3 and BA on growth and flowering of Dendrobium cv. SONIA-17. The Asian Journal of Horticulture. 7(1): 197-199.

Bonhomme, F., Kurz, B., Melzer, S., Bernier, G., Jacqmard, A. 2000.

Cytokinin and gibberellin activate SaMADS A, a gene apparently involved in regulation of the floral transition in Sinapsi alba. – Plant J. 24: 103-111. Campos, K.A., G. B. Kerbauy. 2004. Thermoperiodic effect on

flowering and endogenous hormonal status in Dendrobium (Orchidaceae). J Plant Physiol161: 1385-1387.

Darmono, D.W. 2005. Budidaya Anggrek Vanda. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hlm.

Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. Road Map Pascapanen dan Pemasaran Anggrek 2005-2010.

http://agribisnis.deptan.go.id/. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009. Dressler R. dan C. Dodson. 2000. Classification and phylogeny in

Orchidaceae. Annal of the Missouri Botanic Garden 47: 25-67.15 Duan, J.X. dan S. Yazawa. 1995. Induction precocious flowering and seed formation of Donella Tiny (Doritis pu/cherrima x Kingiella

phflppinensis) in vitro and in vivo. ActaHort 397: 103-110. Gardner, F.P., R.B. Pearce dan RL. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Univeritas Indonesia Press, Jakarta. 428 hlm. Goh, C.J. 1979. Hormonal regulation of flowering in sympodial orchid hybrid Dendrobium Louisae. New Phytol82: 375-380.

Gunawan, L.W. 1994. BudidayaAnggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 86hlm. Gunawan, LW. 2005. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 91 hlm.


(65)

65 Harjadi, S. S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hlm. Hee, K.H. C.S.,Loh., H.H.Yeoh. 2007. In Vitro flowering and rapid in vitro embcyo production in Dendrobium Chao Praya Smile

(Orchidaceae). Plant Cell Report 26: 2055-2062.

Hew, C. S. and J. W. H. Yong. 2004. The Physiology ofTropical Orchids in Relation to The Industry, Second Edition. World Scientific.370 P.

Hidayani. F. 2007. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Penerbit CV Armico. Bandung. 90 Wm.

Indradewa, D., S. Harsono dan U. Khoir. 200L Pengaruh waktu Aplikasi dan Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Proses Fisiologis dan Pertumbuhan Anggrek Dendrobium. llmu Pertapian Vol. 8 No. 2. 76-82.

Iswanto H. 2002. Petunjuk Perawatan Anggrek. Agromedia Pustaka. Jakarta. 65 hlm.

Lingga, Pinus dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hlm

Kamemoto H., T.D. Amore. dan Kuehnle AR. 1999. Breeding Dendrobium orchids in Hawaii. University of Hawaii Press, Honolulu.

Kataoka K. K. Sumitomo. dan K. Kawase. 2004. Change in sugar content of Phalaenopsis leaves before floral transition. Sci Hort 102: 121- 132.

Kesuma, C. 2006. Induksi Protocorm-Like Bodies (Plbs) dari Eksplan Potongan Daun dan Induksi Tunas dari Eksplan Mata Tunas Tangkai Bunga Anggrek Phalaenopsis sp. Pada Media Y2 MS Dengan Berbagai

Konsentrasi Benziladenin (BA). (Skripsi). Universitas Lampung. 60 hlm. Konstenyuk I, B.J. Oh dan F.S. So. 1999. Induction of Early flowering in

Cymbidium niveo-marginatum Mark in vitro. Plant Cell Rep 19:1-5 Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembcmgan Tanaman. Penerbit PT Raja Grafindo persada, Jakarta. 218 hlm.

Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hlm.

Martin, K.P. dan J. Madassery. 2006. Rapid in vitro propagation of Dendrobium hybrids through direct shoot fonnation from foliar exp1ants, and protocorm like bodies. Sci Hort. 108: 95-99.


(66)

66 Nambiar,N., C.S. Tee dan M. Mahmood. 2012. Effect of6-

Benzylaminopurine on flowering of a Dendrobium orchid. AJCS 6(2): 225-231.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 130 him.

Parida, S. 2008. http://ph.groups.yahoo.com/group/agromania/message/19871. Diakses pada tanggal 17 November 2014

Parnata, A. S. 2005. Panduan Budidaya dan Perawatan Anggrek. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 194 hlm.

PT Kalatham (Distributor Pupuk Gandasil). Pupuk Daun yang Lengkap dan Sempurna. Leaflet. Jakarta. 1hlm.

PT Paramanira (Distributor Pupuk Hyponex). Penunjang Sarana Pertamanan dan Pertanian Yang Efektif Hyponex. Leaflet. Jakarta.1 hlm.

Puchooa, D. (2004). Comparison Of different culture media for the invitro culture of Dendrobium (Orhidaceae). Int J Agric Bio16: 884-888. Purwanto, A. W. dan E. Semiarti. 2013. Pesona Kecantikan Anggrek Vanda. Penerbit Kanisius. Y ogyajakarta.95 hlm.

Pohan, Y. 2005. Pengaruh Beberapa Macam Pupuk Daun pada Produksi Dua V arietas Anggrek Dendrobium Silangan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 69 hlm.

Ramadiana, S., Yusnita, D. Hapsoro dan A. Setiyani. 2009. Pengaruh Beberapa Macam Pupuk Daun pada Pembungaan Tujuh Kultivar Anggrek

Dendrobium. Penelitian Hibah 2 Kompetitif . Pertanian Universitas Lampung.

Rentoul, J.N. 2003. Growing Orchids, Complete and Unhibridged. Singapore. Publishing Solutions. 790 p.

Rukmana, R. 2000. Budidaya Anggrek Bulan. Kanisius. Yagyakarta. 76 hlm.

Rondonuwo, J. J. dan D. D. Pioh. 2009. Kebutuhan Hara Tanaman Hias.

Anggrek. Jurnal Staf Pengajar Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unsrat Manado. 7 (1): 73-79.


(67)

67 Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.

Diterjemahkan oleh Lukman, D., dan Sumaryo. Penerbit lnstitut Teknologi Bandung. Bandung. 241 him.

Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 2. Biokimia Tumbuhan. Penerbit ITB Bandung. 343 him.

Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. Penerbit ITB Bandung. 343 him.

Sandra, E. 2006. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 86 him.

Sim, G.E., C.S., Lob, dan C.J. Gob. 2007. High frequency early in vitro flowering of Dendrobium Madame Thong-In (Orchidaceae). Plant Cell Rep 26: 383-393.

Sulistiana, S. 2009. Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Majemuk NPK Q-5:7:7) dan NPK Kemasan (10:55:10) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kamboja Jepang ( Adenium obesum ). Jumal Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 10, Nomor 2, September 2009. FMIP A-liT CiputatTanggerang. 67-74.

Sutiyoso, Y. 2003. Anggrek Potong Dendrobium. Penebar Swadaya. Jakarta. 63 him.

Sutiyoso, Y., dan B. Sarwono. 2009. Merawat Anggrek. PT Penebar swadaya. Jakarta. 72 him.

Tee, C.S., M., Maziah, dan C.S.,Tan. 2008. Induction of in vitro flowering in the orchid Dendrobium Sonia 17. Bioi Plantarum 52(4): 723-726. Tirta, I. G. 2006. Pengaruh Beberapa Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium

macrophyllum A. Rich.). Jurnal Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia. 7 (1): 81-84.

Utama, Y. 2011. Pengaruh BA dan NAA terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium hibrida. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung. 58 hlm.

Vaz, A.P.A., Figueredo-Ribeiro RCL, dan Kerbauy GB. 2004. Photoperiod and temperatur effect on in vitro growt and flowering of P. Pusilla, an epiphytic orchid. Plan Physiol Bioch 42: 411-415.


(1)

63

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disarankan untuk melakukan penelitian yang sama pada tanaman anggrek dewasa yang siap untuk berbunga dengan menggunakan dua jenis pupuk majemuk yang memiliki kandungan P dan K lebih tinggi, dan frekuensi pemberian benziladenin (BA) diturunkan, untuk dapat merangsang pertumbuhan dan pembungaan tanaman anggrek Dendrobium hibrida.


(2)

Afriyanti, S. 2009. Pengaruh konsentrasi benziladenin (BA) pada pembentukan anakan Anthurium dan Aglaonema. Tesis .. Pascasatjana Magister Agronomi Universitas Lampung. Bandar Lampung. 76 hlm.

Blanchard, M.G. E.S. Runkle. 2008. Benzyladenine promotes flowering in Doritaenopsis and Phalaenopsis Orchids. J Plant Growth Regul. 27: 141-150.

Batt, S.T. dan N.M. Chauhan. 2012. Effect ofGA3 and BA on growth and flowering of Dendrobium cv. SONIA-17. The Asian Journal of Horticulture. 7(1): 197-199.

Bonhomme, F., Kurz, B., Melzer, S., Bernier, G., Jacqmard, A. 2000.

Cytokinin and gibberellin activate SaMADS A, a gene apparently involved in regulation of the floral transition in Sinapsi alba. – Plant J. 24: 103-111. Campos, K.A., G. B. Kerbauy. 2004. Thermoperiodic effect on

flowering and endogenous hormonal status in Dendrobium (Orchidaceae). J Plant Physiol161: 1385-1387.

Darmono, D.W. 2005. Budidaya Anggrek Vanda. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hlm.

Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. Road Map Pascapanen dan Pemasaran Anggrek 2005-2010.

http://agribisnis.deptan.go.id/. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009. Dressler R. dan C. Dodson. 2000. Classification and phylogeny in

Orchidaceae. Annal of the Missouri Botanic Garden 47: 25-67.15 Duan, J.X. dan S. Yazawa. 1995. Induction precocious flowering and seed formation of Donella Tiny (Doritis pu/cherrima x Kingiella

phflppinensis) in vitro and in vivo. ActaHort 397: 103-110. Gardner, F.P., R.B. Pearce dan RL. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Univeritas Indonesia Press, Jakarta. 428 hlm. Goh, C.J. 1979. Hormonal regulation of flowering in sympodial orchid hybrid Dendrobium Louisae. New Phytol82: 375-380.

Gunawan, L.W. 1994. BudidayaAnggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 86hlm. Gunawan, LW. 2005. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 91 hlm.


(3)

65 Harjadi, S. S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hlm. Hee, K.H. C.S.,Loh., H.H.Yeoh. 2007. In Vitro flowering and rapid in vitro embcyo production in Dendrobium Chao Praya Smile

(Orchidaceae). Plant Cell Report 26: 2055-2062.

Hew, C. S. and J. W. H. Yong. 2004. The Physiology ofTropical Orchids in Relation to The Industry, Second Edition. World Scientific.370 P.

Hidayani. F. 2007. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Penerbit CV Armico. Bandung. 90 Wm.

Indradewa, D., S. Harsono dan U. Khoir. 200L Pengaruh waktu Aplikasi dan Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Proses Fisiologis dan Pertumbuhan Anggrek Dendrobium. llmu Pertapian Vol. 8 No. 2. 76-82.

Iswanto H. 2002. Petunjuk Perawatan Anggrek. Agromedia Pustaka. Jakarta. 65 hlm.

Lingga, Pinus dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hlm

Kamemoto H., T.D. Amore. dan Kuehnle AR. 1999. Breeding Dendrobium orchids in Hawaii. University of Hawaii Press, Honolulu.

Kataoka K. K. Sumitomo. dan K. Kawase. 2004. Change in sugar content of Phalaenopsis leaves before floral transition. Sci Hort 102: 121- 132.

Kesuma, C. 2006. Induksi Protocorm-Like Bodies (Plbs) dari Eksplan Potongan Daun dan Induksi Tunas dari Eksplan Mata Tunas Tangkai Bunga Anggrek Phalaenopsis sp. Pada Media Y2 MS Dengan Berbagai

Konsentrasi Benziladenin (BA). (Skripsi). Universitas Lampung. 60 hlm. Konstenyuk I, B.J. Oh dan F.S. So. 1999. Induction of Early flowering in

Cymbidium niveo-marginatum Mark in vitro. Plant Cell Rep 19:1-5 Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembcmgan Tanaman. Penerbit PT Raja Grafindo persada, Jakarta. 218 hlm.

Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hlm.

Martin, K.P. dan J. Madassery. 2006. Rapid in vitro propagation of Dendrobium hybrids through direct shoot fonnation from foliar exp1ants, and protocorm like bodies. Sci Hort. 108: 95-99.


(4)

Nambiar,N., C.S. Tee dan M. Mahmood. 2012. Effect of6-

Benzylaminopurine on flowering of a Dendrobium orchid. AJCS 6(2): 225-231.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 130 him.

Parida, S. 2008. http://ph.groups.yahoo.com/group/agromania/message/19871. Diakses pada tanggal 17 November 2014

Parnata, A. S. 2005. Panduan Budidaya dan Perawatan Anggrek. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 194 hlm.

PT Kalatham (Distributor Pupuk Gandasil). Pupuk Daun yang Lengkap dan Sempurna. Leaflet. Jakarta. 1hlm.

PT Paramanira (Distributor Pupuk Hyponex). Penunjang Sarana Pertamanan dan Pertanian Yang Efektif Hyponex. Leaflet. Jakarta.1 hlm.

Puchooa, D. (2004). Comparison Of different culture media for the invitro culture of Dendrobium (Orhidaceae). Int J Agric Bio16: 884-888. Purwanto, A. W. dan E. Semiarti. 2013. Pesona Kecantikan Anggrek Vanda. Penerbit Kanisius. Y ogyajakarta.95 hlm.

Pohan, Y. 2005. Pengaruh Beberapa Macam Pupuk Daun pada Produksi Dua V arietas Anggrek Dendrobium Silangan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 69 hlm.

Ramadiana, S., Yusnita, D. Hapsoro dan A. Setiyani. 2009. Pengaruh Beberapa Macam Pupuk Daun pada Pembungaan Tujuh Kultivar Anggrek

Dendrobium. Penelitian Hibah 2 Kompetitif . Pertanian Universitas Lampung.

Rentoul, J.N. 2003. Growing Orchids, Complete and Unhibridged. Singapore. Publishing Solutions. 790 p.

Rukmana, R. 2000. Budidaya Anggrek Bulan. Kanisius. Yagyakarta. 76 hlm.

Rondonuwo, J. J. dan D. D. Pioh. 2009. Kebutuhan Hara Tanaman Hias.

Anggrek. Jurnal Staf Pengajar Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unsrat Manado. 7 (1): 73-79.


(5)

67 Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.

Diterjemahkan oleh Lukman, D., dan Sumaryo. Penerbit lnstitut Teknologi Bandung. Bandung. 241 him.

Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 2. Biokimia Tumbuhan. Penerbit ITB Bandung. 343 him.

Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. Penerbit ITB Bandung. 343 him.

Sandra, E. 2006. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 86 him.

Sim, G.E., C.S., Lob, dan C.J. Gob. 2007. High frequency early in vitro flowering of Dendrobium Madame Thong-In (Orchidaceae). Plant Cell Rep 26: 383-393.

Sulistiana, S. 2009. Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Majemuk NPK Q-5:7:7) dan NPK Kemasan (10:55:10) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kamboja Jepang ( Adenium obesum ). Jumal Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 10, Nomor 2, September 2009. FMIP A-liT CiputatTanggerang. 67-74.

Sutiyoso, Y. 2003. Anggrek Potong Dendrobium. Penebar Swadaya. Jakarta. 63 him.

Sutiyoso, Y., dan B. Sarwono. 2009. Merawat Anggrek. PT Penebar swadaya. Jakarta. 72 him.

Tee, C.S., M., Maziah, dan C.S.,Tan. 2008. Induction of in vitro flowering in the orchid Dendrobium Sonia 17. Bioi Plantarum 52(4): 723-726. Tirta, I. G. 2006. Pengaruh Beberapa Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium

macrophyllum A. Rich.). Jurnal Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia. 7 (1): 81-84.

Utama, Y. 2011. Pengaruh BA dan NAA terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium hibrida. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung. 58 hlm.

Vaz, A.P.A., Figueredo-Ribeiro RCL, dan Kerbauy GB. 2004. Photoperiod and temperatur effect on in vitro growt and flowering of P. Pusilla, an epiphytic orchid. Plan Physiol Bioch 42: 411-415.


(6)

Wardiana, R. 2006. Tanggapan Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Bulan

(Phalaenopsis sp.) terhadap Berbagai Macam Media Tanam dan Aplikasi Empat Macam Pupuk Daun. (Skripsi). Universitas Lampung. 60 him. Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas lnstitut Pertanian Bogor Bekerja Sarna dengan Lembaga Sumberdaya Informasi-IPB. 145 hlm.

Wati, I. 2009. Pengaruh Jenis Pupuk, Frekuensi Pemupukan, Vitamin B1 dan Benziladenin (BA) pada Aklimatisasi dan Pembesaran Bibit Anggrek Dendrobium. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 57 him. Widiastoety, D., N. Solvia dan M. Soedarjo. 2010. Potensi anggrek

Dendrobium dalam meningkatkan variasi dan kualitas anggrek bunga potong. Jumal Litbang Pertanian 29(3): '1 01-106

Wu, P.H., dan D.C.N. Chang. 2012. Cytokinin treatment and flower quality in Phalaenopsis orchid: Comparing N-6 benzyladenine, kinetin and 2-isopentenyl adenin. African Journal of Biotechnology. 11(7): 1592-1596.

Yusnita. 2010. Perbanyakan In VUro Tanaman Anggrek. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 128 hlm.

Yusnita. 2011. . Pemuliaan Tanaman untuk MenghasilkanAnggrek Hibrida Unggul. Penerbit Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 171 blm.

Yusnita. 2012. PemuliaanTanaman untukMenghasilkanAnggrek Hibrida Unggul. Penerbit Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 179 blm.