THE DEVELOPMENT OF WEBQUEST MODEL ON SOCIAL STUDIES SUBJECT IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL PENGEMBANGAN MODEL WEBQUEST PADA MATA PELAJARAN IPS DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

(1)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF WEBQUEST MODEL ON SOCIAL STUDIES SUBJECT IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL

By WARDANI

This research aimed to create the effective learning model that is able to increase the students’ achievement seen from the attainment of KKM. The research of this learning model consisted of five stages. The first stage was the need analysis which consists of preliminary research, the collecting of information, and the planning of development. The second stage was the model development that consists of the development of blue print, flowchart, story board, lesson plan, and supporting materials. The third stage is professional experiments that consist of the expert of Social Studies materials and the specialist of learning model design. The fourth step was the product revision. The last stage was the limited test and composing the report.

The result of this present study was in the form of instructional system or learning stages applied in lesson plan and it has been evaluated by materials expert, the specialist of learning model design, and limited test with the following results; (1) the product of webquest model was successfully developed and it was able to be implemented in learning Social Studies toward students on grade X in SMK Negeri 2 Bandar Lampung, (2) the use of Webquest model the interest could increase students’ achievement or in other words could able to enhance the amount of students who passed the KKM.


(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL WEBQUEST PADA MATA PELAJARAN IPS DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Oleh WARDANI

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan motivasi belajar dilihat dari hasil belajar siswa. Penelitian pengembangan ini terdiri dari lima tahap. Tahap pertama adalah analisis kebutuhan yang terdiri dari observasi awal dan analisis kurikulum. Tahap kedua pengembangan model yang terdiri dari pengembangan blue print, flowchart, story board, RPP, dan bahan ajar pendukung. Tahap ketiga uji ahli yang terdiri dari ahli materi IPS dan ahli desain model pembelajaran. Tahap keempat revisi produk. Tahap kelima uji terbatas dan penyusunan laporan.

Produk akhir penelitian ini berupa sistem instruksional atau langkah-langkah pembelajaran yang diaplikasikan dalam RPP, dan telah dievaluasi oleh ahli materi, ahli desain model pembelajaran, serta uji terbatas dengan hasil bahwa; (1) produk model Webquestyang berhasil dikembangkan dapat digunakan dalam pembelajaran IPS siswa kelas X SMK Negeri 2 Bandar Lampung, dan (2) model

Webquest efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dilihat dari dapat meningkatkan hasil belajar siswa atau meningkatkan jumlah siswa yang tuntas KKM.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Desa Siswo Bangun, Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 27 Februari 1990 dengan nama lengkap Wardani. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara, Putra dari pasangan Bapak Boniman dan Ibu Sumiati.

Penulis pertama kali menempuh pendidik Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Siswo Bangun pada 1996 dan selesai pada 2002. Kemudian, menyelesaikan studi tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Seputih Banyak pada 2005. Jenjang selanjutnya yang ditempuh adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Seputih Banyak pada 2008.

Tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan selesai pada 2012. Kemudian, penulis langsung melanjutkan jenjang magister di Program Studi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada 2012.


(8)

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT. Rabb semesta alam

atas izin dan ridho-Nya, hingga selesai sudah karya kecil

dari peluh dan letihku.

Kupersembahkan dengan tulus kepada Ibu dan Bapak

tercinta yang penuh dengan kesabaran selalu

memberikan

dukungan, do’a, serta semangat untuku

meraih cita-cita. Semoga Allah SWT. selalu memberikan

kemulyaan di dunia dan di akhirat.

Untuk Yayuk dan Mamasku tersayang Yuk Yah, Yuk

Tum, Mas Budi, dan Yuk Sum yang selalu

memberikan motivasi, semangat dan do

’a

untuk

kesuksesanku. Kakek dan Nenekku serta keluarga

besarku, terima kasih atas dukungan dan

motivasinya selama ini.

Pendidik yang ku hormati.


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis diberi kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengembangan Model Webquest dalam Pembelajaran IPS di SMK”. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

Atas pertolongan dan kemudahan Allah SWT dan bantuan, dukungan, bimbingan serta doa dari para dosen pembimbing serta pihak lain hingga terselesaikannya tesis ini, maka dengan penuh rasa hormat, tulus dan ikhlas penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menempuh studi di Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Lampung.

2. Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

3.

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Lampung, sekaligus sebagai pembahas I, yang dalam berbagai kesibukannya


(10)

selalu menyisihkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis agar tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

4.

Dr. Hi. Pargito, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Lampung, dan juga bertindak sebagai dosen Pembimbing II yang dalam berbagai kesibukannya selalu menyisihkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis agar tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

5.

Dr. R. Gunawan S, S.E, M.M., selaku Sekretaris Magister Pendidikan IPS Universitas Lampung dan juga bertindak sebagai dosen Pembimbing I yang dalam berbagai kesibukannya selalu menyisihkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis agar tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

6.

Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku dosen Pembahas II yang dalam berbagai kesibukannya selalu menyisihkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis agar tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Magister Pendidikan IPS yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bekal kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi pada Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Lampung.

8. Hi. Ramli Jumaidi, S.Pd., S.T.selaku Kepala SMK Negeri 2 Bandar Lampung beserta seluruh dewan guru dan staf karyawan yang telah memberikan bantuan


(11)

moril kepada penulis dan senantiasa memberikan motivasi dan semangat agar studi ini dapat dilaksanakan dengan baik.

9. Mamak dan Bapak tersayang, terimakasih atas semua yang telah diberikan untukku, doa, airmata, kasih sayang, dan semua pengorbanan beliau untukku yang tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun. Semoga kelak Allah SWT. menyediakan jannahnya untuk Mamak dan Bapak. Amin Ya Rabbal A’lamiin.

10.Seluruh Yayuk dan Mamasku Yuk Yah, Yuk Tum, Kang Budi, dan Yuk Sum serta seluruh keluargaku tercinta terima kasih atas dukungan, do’a, perhatian, kasih sayang, motivasi, dan pengorbanannya selama ini.Terimakasih karena selalu menjagaku sepanjang umur ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kalian. Amin Ya Rabbal

A’lamiin.

11.Rekan-rekan seperjuangan di Magister Pendidikan IPS Universitas Lampung angkatan 2012, yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis sehingga tesis ini terwujud.

12.Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.

Demi kesempurnaan tesis ini, secara terbuka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta perkembangan bidang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Bandar Lampung, Januari 2014 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iiv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

SANWACANA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 9

1.4 Rumusan Masalah ... 10

1.5 Tujuan Penelitian ... 10

1.6 Manfaat Penelitian ... 11

1.7 Definisi Istilah ... 11

1.8 Ruang Lingkup Penelitian ... 13

1.8.1 Ruang Lingkup Ilmu ... 13

1.8.2 Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 14

1.8.3 Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 15

1.8.4 Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

II. TINJAUANPUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 2.1Teori-Teori Belajar dalam Pengembangan Pembejaran IPS ... 16

2.1.1 Konsep Social Studies ... 16


(13)

2.1.3 Teori Belajar ... 23

2.2Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran ... 36

2.3.1 Penggunaan Internet dalam Pembelajaran ... 38

2.3.2 Internet Sebagai Sumber Belajar ... 40

2.4 Model Pembelajaran Webquest ... 41

2.4.1 Teknologi/Perangkat Pendukung Desain Webquest ... 41

2.4.2 Konsep Webquest ... 42

2.5 Model Desain Pembelajaran IPS ... 46

2.6 Penelitian yang Relevan ... 49

2.7 Kerangka Pikir Penelitian ... 51

2.8 Hipotesis (Produk yang Dihasilkan) ... 52

III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pengembangan ... 51

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pengembangan ... 57

3.2.1 Tempat Penelitian Pengembangan ... 58

3.2.2 Waktu Penelitian Pengembangan ... 58

3.3 Populasi dan Sampel ... 58

3.3.1 Populasi ... 59

3.3.2 Sampel ... 59

3.4 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan ... 60

3.5 Metode Penelitian Tahap 1 ... 61

3.6 Metode Penelitian Tahap 2 ... 62

3.7 Metode penelitian Tahap 3 ... 64

3.7.1 Rancangan Uji Coba ... 65

3.7.1.1 Reviu Oleh Ahli Materi ... 66

3.7.1.2 Reviu Oleh Ahli Desain ... 67

3.7.1.3 Uji Perorangan ... 68

3.7.1.4 Uji Kelompok Kecil ... 70

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 71


(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengembangan Model Webquest ... 75

4.1.1 Analisis Kebutuhan ... 75

4.1.1.1 Observasi Awal ... 77

4.1.1.2 Analisis Kurikulum ... 78

4.1.2 Pengembangan Model Webquest ... 82

4.1.2.1 Pengembangan Flowchart Model Webquest ... 84

4.1.2.2 Pengembangan Story Board ... 86

4.1.2.3 Penyusuanan Silabus, RPP dan Sumber Belajar ... 89

4.2 Validasi Produk Model Webquest ... 91

4.2.1 Hasil Evaluasi Ahli Materi ... 91

4.2.2 Hasil Evaluasi Ahli Desai Pembelajaran ... 95

4.3 Revisi Produk Awal ... 98

4.4 Penilaian Guru Mata Pelajaran IPS sebagai Pengguna ... 99

4.5 Uji Angket Penilaian Siswa Terhadap Pembelajaran Model Webquest 102

4.6 Hasil Uji Coba Lapangan (Uji Terbatas) ... 105

4.6.1 Pelaksanaan Uji Coba ... 105

4.6.2 Hasil Evaluasi Belajar ... 106

4.7 Pembahasan Produk ... 110

4.8 Keterbatasan Penelitian Pengembangan ... 115

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 116

5.2 Implikasi ... 117

5.2.1 Impliasi Teoritis ... 117

5.2.2 Implikasi Praktis ... 118

5.3 Saran ... 119 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Hasil Belajar IPS pada Kelas X SMK Negeri 2 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 7

2.1 Struktur Kurikulum SMK/MAK ... 19

2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS SMK ... 21

2.3 Ringkasan Teknologi Skinner ... 25

2.4 Ringkasan Teori Perkembangan Kognitif Jean Peaget... 28

2.5 Ringkasan Berbagai Proses yang Oleh Bandura Dianggap Mempengaruhi Observasional ... 34

3.1 Rincian Jumlah Populasi Siswa Kelas X SMKN 2 BL ... 59

3.2 Instrumen Analisis Kebutuhan ... 62

3.3 Kisi-Kisi Reviu Oleh Ahli Materi Pembelajaran IPS ... 66

3.4 Kisi-Kisi Reviu Oleh Ahli Desain dan Sintak Pembelajaran IPS .. 67

3.5 Kisi-Kisi Uji Perorangan ... 69

3.4 Kisi-Kisi Uji kelompok Kecil ... 71

4.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas X Mapel IPS ... 78

4.2 Story Board Pembelajaran Model Webquest ... 87

4.3 Hasil Validasi Produk dari Reviu Ahli Materi ... 91

4.4 Hasil Validasi Produk dari Reviu Ahli Desain ... 95 Halaman


(16)

4.5 Hasil Angket Penilaian Guru IPS ... 100

4.6 Hasil Angket Penilaian Siswa ... 102

4.7 Hasil Pretest dan Postest Kelas Uji Coba... 106

4.8 Hasil Pretest dan Postets UB pada KD Sebelumnya ... 107


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Teori Perkembangan Psikologi Kultural Lev’s Vygotsky ... 33

2.2 Model Desain Sistem Intruksional Pencapaian Kompetensi ... 48

2.3 Kerangka Pikir ... 52

3.1 Langkah Umum Desain Pembelajaran ADDIE ... 55

3.2 Model Prosedur Pengembangan Model Webquest ... 56

3.3 Langkah-Langkah Penelitian ... 61

3.3 Langkah ADDIE tentang Pengembangan Model Webquest ... 63

3.4 Produk Awal Model Webquest ... 65

3.5 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data ... 88

4.1 Gambar Model Webquest yang Dikembangkan ... 85

4.2 Flowchart Model Webquest ... 86

4.6 Perbandingann Tingkat Pencapaian KKM ... 113 Halaman


(18)

I. PENDAHULUAN

Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub-bab yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, fokus dan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi penelitian dan ruang lingkup penelitian. Setiap sub-bab tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK itu sendiri bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional.

Selain keinginan dan minat, seseorang termotivasi untuk memasuki dunia kerja karena melihat berbagai kebutuhan baik jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi. Seorang peserta didik akan sadar bahwa ia harus mandiri dan memenuhi kebutuhan fisiologisnya tanpa harus bergantung kepada orang tua lagi setelah ia lulus dari SMK, terlebih jika orang tuanya memiliki keterbatasan ekonomi. Selain itu, peserta didik juga akan merasa bangga memiliki sebuah pekerjaan setelah


(19)

2 lulus daripada menganggur. Rasa bangga ini merupakan salah satu contoh bahwa seorang peserta didik memiliki kebutuhan penghormatan atas dirinya. Dorongan dan desakan dari lingkungan sekitarnya baik dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat juga akan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memasuki dunia kerja.

Apapun jenis pendidikan pada SMK tidak lain muara dari lulusannya agar mereka memiliki kemampuan, keterampilan serta ahli di dalam bidang ilmu tertentu. Selanjutnya mampu dan terampil diaplikasi untuk dunia kerja. Oleh sebab itu, hakiki dari SMK sangat berbeda dengan SMU/SMA. Ada dua hal sebenarnya kelebihan dari Pendidikan Menengah Kejuruan ini, pertama lulusan dari institusi ini dapat mengisi peluang kerja pada dunia usaha/industri, karena terkait dengan satu sertifikasi yang dimiliki oleh lulusannya melalui Uji Kemampuan Kompetensi. Dengan sertifikasi tersebut mereka mempunyai peluang untuk bekerja. Kedua, lulusan Pendidikan Menengah Kejuruan dapat untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, sepanjang lulusan tersebut memenuhi persyaratan, baik nilai maupun program studi atau jurusan sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan.

SMK ke depan akan berkembang, sejalan dengan keinginan pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendirikan sekolah. Karena dengan pola Otonomi Pendidikan yang diberlakukan seperti sekarang ini, maka masyarakat juga memiliki tanggungjawab moral untuk memikirkan dan menumbuhkembangkan pendidikan. Sehingga lebih dikenal dengan Pendidikan Berbasiskan Masyarakat (community based education).


(20)

3 Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peranan penting dalam usaha mengembangkan dan membina seoptimal mungkin potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi atau pembaharuan dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Untuk menilai kualitas sebuah sekolah dapat dilihat dari prestasi belajar peserta didik atau siswa serta mutu lulusan dari sekolah tersebut.

SMK termasuk dalam jenis pendidikan formal yang bertujuan menyiapkan siswa dengan sebaik-baiknya agar dapat mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun yang akan datang. Begitu pula dengan SMK Negeri 2 Bandar Lampung, diharapkan dapat mendidik dan membina siswa sehingga menghasilkan lulusan atau tenaga kerja yang terampil, professional dan siap kerja. SMK Negeri 2 Bandar Lampung merupakan SMK Teknik Industri yang mempunyai sepuluh (10) program studi yaitu sebagai berikut.

Tabel 1.1 Rincian Jurusan Kelas X SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun 2013/2014

No. Kompetensi Keahlian Jumlah

1 Tek. Gambar Bangunan 64

2 Tek. Survei Dan Pemetaan 32

3 Tek. Instalasi Tenaga Listrik 64

4 Tek. Pemesinan 64

5 Tek. Kendaraan Ringan 64

6 Tek. Sepeda Motor 32

7 Tek. Audio-Video 64

8 Tek. Komputer Dan Jaringan 32

9 Tek. Kontruksi Kayu 23

10 Tek. Kontruksi Batu Dan Beton 32

Jumlah 471


(21)

4 SMK Negeri 2 Bandar Lampung mempunyai visi yaitu menjadi SMK bertaraf internasional serta menghasilkan tamatan yang mampu bersaing di tingkat nasional dan global. Adapun misi SMK Negeri 2 Bandar Lampung yaitu (1) meningkatkan kualitas manajemen sekolah dalam menumbuhkan semangat keunggulan, (2) meningkatkan kualitas kompetensi guru dan pegawai, (3) meningkatkan kualitas KBM dalam mencapai kompetensi siswa, (4) meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dalam mendukung penguasaan IPTEK, dan (5) meningkatkan kemitraan dengan dunia usaha/dunia industri.

Tujuan pendidikan SMK Negeri 2 Bandar Lampung terutama yaitu (1) menyiapkan siswa agar memiliki kepribadian yang bermoral dan beretika sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan memiliki keahlian yang andal di bidangnya (terutama di bidang teknik industri), (2) menyiapkan siswa agar mampu menguasai dan mengikuti perkembangan teknologi, (3) menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja yang terampil produktif untuk dapat mengisi lowongan kerja yang ada dan mampu menciptakan lapangan kerja terutama dibidang teknik industry, dan (4) memberikan peluang masa depan lebih baik, jika tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu SMK Negeri 2 merupakan SMK yang berstandar ISO 9001-2008.

Alasan pemilihan SMK Negeri 2 Bandar lampung sebagai tempat penelitian adalah SMK Negeri 2 Bandar Lampung mempunyai Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Jurusan tersebut bertujuan membekali peserta didik agar mampu mengoperasikan komputer, mengenditifikasi kerusakan komputer secara software


(22)

5 Pembelajaran IPS yang selama ini dilakukan di sekolah diduga masih kurang bermakna. Hal tersebut diakibatkan oleh pembelajaran yang digunkan oleh guru kurang tepat, hal ini akan menjadi salah satu bagian yang ikut memperburuk pandangan berbagai pihak tentang mata pelajaran IPS. Terlebih lagi jika mata pelajaran ini disampaikan dengan cara-cara konvensional. Penggunaan model pembelajaran yang monoton oleh guru dan kurang variatif akan semakin panjang anggapan miring terhadap persepsi dan motivasi belajar serta perubahan sikap peserta didik. Kejenuhan peserta didik akan lebih cepat muncul dalam kondisi seperti ini.

Komunitas siswa yang mahir (creating communities of expert learners), kita perlu memulai pencarian pengetahuan dan hakekat pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dapat membantu siswa mencari informasi, gagasan, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan makna atau cara mengekspresikan diri mereka, juga membekali mereka cara belajar yang bermakna. Guru-guru yang sukses bukanlah sekedar penyaji yang kharismatik dan persuasif. Peran utama dalam pembelajaran adalah menciptakan pembelajar yang berdaya guna (powerful learners). Model-model pembelajaran dipersiapkan oleh para tokoh pendidikan sebagai contoh dan alternatif yang lebih konkret yang diperkirakan sesuai dengan hakikat pembelajaran bidang studi tertentu dan tingkat perkembangan intelektual siswa. Banyaknya kompetensi dan meteri yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam pelajaran IPS, jika diiringi dengan kreativitas dan inovasi pendidik dalam proses belajar mengajar maka akan mudah disampaikan dan diterima oleh peserta didik. Kreativitas dan inovasi yang dimaksud adalah kemampuan pendidik menyediakan


(23)

6 media dalam pembelajaran IPS yang mampu merangsan aktivitas dan minat balajar peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar akan terjadi jika terjadi interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar dan media belajar. Suatu proses kegiatan pembelajaran penggunaan sumber belajar dan media pembelajaran tidak terbatas pada media yang sifatnya konvensional yang sudah tersedia di sekolah. Sebagai seorang pendidik yang profesional dalam proses kegiatan belajar mengajar perlu meningkatkan kemampuan dan mengembangkan inovasi pembelajaran yang dapat mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal pendidik dapat menempuh berbagai cara antara lain dalam proses pembelajaran menggunakan sumber belajar dan media pembelajaran yang mudah dibuat oleh pendidik dan menarik perhatian peserta didik.

Peningkatan prestasi belajar siswa maka guru dituntut untuk membuat pembelajaran menjadi lebih inovatif yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik di dalam belajar mandiri maupun di dalam pembelajaran di kelas. Inovasi-inovasi model pembelajaran sangat diperlukan dan sangat mendesak terutama dalam menghasilkan model pembelajaran baru yang dapat memberikan hasil belajar yang baik. Agar pembelajaran lebih optimal maka guru diharapkan mampu menerapkan model-model pembelajaran yang variatif, efektif dan selektif sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditentukan.

Permasalahan utama dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMK ialah kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Diduga disebabkan oleh minimnya kemampuan guru untuk merancang dan


(24)

7 mengelola pembelajaran dengan baik. Studi pendahuluan menunjukan bahwa guru kurang bisa menciptakan pembelajaran yang kolaboratif (collaboratifve learning) diantara siswa sehingga suasana kelas menjadi kaku dan monoton. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu rancangan pembelajaran inovatif yang bisa membangkitkan gairah belajar siswa untuk mengikuti pembelajaran IPS di SMK serta meningkatkan interaksi antar siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMK Negeri 2 Bandar Lampung dapat disajikan hasil belajar IPS pada Kelas X pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.2 Hasil Belajar IPS pada Kelas X SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

No. Kompetensi Keahlian

Kriteria Ketuntasan

Minimum Jumlah

≥75 <75

1 Tek. Gambar Bangunan 30 34 64

2 Tek. Survei Dan Pemetaan 15 17 32

3 Tek. Instalasi Tenaga Listrik 25 39 64

4 Tek. Pemesinan 31 33 64

5 Tek. Kendaraan Ringan 27 38 64

6 Tek. Sepeda Motor 18 18 32

7 Tek. Audio-Video 34 30 64

8 Tek. Komputer Dan Jaringan 15 17 32

9 Tek. Kontruksi Kayu 13 10 23

10 Tek. Kontruksi Batu Dan Beton 20 12 32

Jumlah 228 243 471

Sumber: Guru Mata Pelajaran IPS

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 di atas, dapat dianalisis bahwa hasil belajar IPS masih belum mencapai indikator keberhasilan. Sesuai dengan pendapat Djamarah (2006: 97), bahwa setiap interaksi edukatif selalu menghasilkan prestasi belajar.


(25)

8 Keberhasilan proses interaksi edukatif dibagi atas beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut.

1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.

2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% - 90%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.

3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran dikuasai oleh anak didik hanya 66% - 75% saja.

4. Kurang, apabila bahan pelajaran dikuasai oleh anak didik kurang 60%.

Kegiatan pembelajaran yang monoton, kurang variatif dan berpusat pada guru menyebabkan siswa pasif. Kegiatan belajar belum menyentuh afektif dan aspek lain yang mendukung proses pengembangan kemandirian dalam berfikir, bersikap dan berperilaku. Cara mengajar guru yang satu arah (teacher centered) menyebabkan penumpukan informasi dan konsep saja, yang menyebabkan siswa tidak menerapkan belajar berfikir objektif, berfikir kritis dan argumentatif.

Berdasarkan permasalahan yang ada di SMK Negeri 2 Bandar Lampung, Penulis mencoba mengembangkan rancangan pembelajaran inovatif yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Rancangan pembelajaran yang akan dikembangkan ialah rancangan pembelajaran model Webquest. Menurut Dodge sebagai pencetus Webquest, bahwa Webquest adalah “an inquiry-oriented lesson format in which most or all the information that learners work with comes from

the web” (Dodge, 2005: 76). Oleh karena itu sebagian besar materi yang disajikan

dalam model Webquest bersumber dari internet dan siswa dapat mengakses

Webquest dengan internet. Diharapkan dengan alat bantu ini, siswa mampu memahami pengertian serta seluk beluk materi IPS secara komprehensif. Model

Webquest sebelumnya beralamat pada domain zunal.com. Kemudian penulis mencoba mengembangakannya ke alamat domain id.webquest.com. Model


(26)

9

Webquest yang dikembangkan dengan alamat domain baru mempunyai kelebihan lebih sederhana, semua menunya menggunakan bahasa Indonesia, dan lebih menarik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Tersedia fasilitas internet (wifi) tetapi belum dimanfaatkan oleh guru secara maksimal untuk menunjang proses pembelajaran.

2. Sebagian besar siswa sudah mengenal dan mampu mengakses internet, tetapi belum dilibatkan secara langsung untuk mengakses bahan pelajaran.

3. Guru belum menerapkan model pembelajaran Webquest yang melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam belajar.

4. Sebagian besar siswa merasa jenuh saat mengikuti pelajaran IPS.

5. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS, yang diduga disebabkan minimnya kemampuan guru untuk merancang dan mengelola pembelajaran dengan baik.

6. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS tergolong masih rendah. 1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka fokus penelitian ini, maka permasalahan dibatasi pada pengembangan Model Webquest pada mata pelajaran IPS di kelas X Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan pada KD 3.1 Mengkaji konsep berfikir kronologis (diakronik) dan sinkronik dalam mempelajari sejarah zaman praaksara, perkembangan Hindu-Budha, dan Islam


(27)

10 pada SMK Negeri 2 Bandar Lampung sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah dapat di buat rumusan masalah berkaitan dengan penelitian Model Webquest sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengembangan Model Webquest pada pembelajaran IPS di Kelas X Semester Genap di SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/ 2014?

2. Bagaimana efektifitas Model Webquest pada pembelajaran IPS di Kelas X Semester Genap di SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/ 2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian maka dapat dirumuskan bahwa tujuan penelitian ini dilakukan dalam penyusunan Model Webquest pada pembelajaran IPS sebagai berikut.

1. Menghasilkan Model Webquest pada mata pelajaran IPS yang dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan.

2. Menganalisis efektifitas Model Webquest pada pembelajaran IPS di Kelas X Semester Genap di SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/ 2014.


(28)

11 1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis. 1) Manfaat Teoritis

a. Memberi kesempatan untuk penelitian selanjutnya

b. Memperkaya khasanah referensi karya ilmiah tentang model pembelajaran.

2) Manfaat praktis

a. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan ide untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar siswa.

b. Memfasilitasi siswa untuk belajar aktif, nyaman, dan menyenangkan c. Memperkaya model pembelajaran terutama untuk mata pelajaran IPS. 1.7 Definisi Istilah

Definisi istilah yang berkaitan dengan judul penelitian akan dijelaskan pada uraian di bawah ini.

a. Model pembelajaran adalah langkah-langkah sistematis berisi kegiatan yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas, yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Pengembangan model pembelajaran adalah upaya untuk mendesain, merencanakan, merekayasa atau memodifikasi langkah-langkah sistematis berisi kegiatan dalam proses pembelajaran di kelas, yang didasarkan pada analisis kebutuhan. Pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk memperkaya model pembelajaran yang telah ada agar pembelajaran semakin bervariasi, memotivasi.


(29)

12

c. Model Webquest adalah salah satu sarana pembelajaran berbasis web yang dapat didesain oleh guru dengan memanfaatkan WebBlog yaitu sebuah aplikasi sederhana yang telah tersedia di berbagai situs dan dapat digunakan oleh guru untuk menyediakan pembelajaran berbasis web sebagai komplemen yang dapat diakses siswa secara online. Dapat dikatakan bahwa Webquest

adalah sebuah perencanaan pembelajaran inquiry yang mengharuskan siswa untuk berproses, mengaplikasikan dan menghadirkan informasi dari yang mereka dapatkan baik dari internet atau sumber lainnya.

d. Mata pelajaran IPS adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari pada Sekolah Menengah Kejuruan. IPS pada hakekatnya berfungsi untuk membantu perkembangan peserta didik memiliki konsep diri yang baik, membantu pengenalan dan apresiasi tentang masyarakat global dan komposisi budaya, sosialisasi proses sosial, ekonomi, politik, membantu siswa untuk mengetahui waktu lampau dan sekarang sebagai dasar untuk mengambil keputusan, mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan keterampilan menilai, membantu perkembangan peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan masyarakat.

e. Efektifitas model pembelajaran adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai dalam proses pembelajaran. Makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Efektivitas dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan hasil belajar yang diukur dari pencapaian kriteria ketuntasan minimum (KKM). Hasil belajar siswa diperoleh dari tes formatif (pretest dan


(30)

13 1.8 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini terdiri dari ruang lingkup ilmu, ruang lingkup objek penelitian, ruang lingkup subjek penelitian, ruang lingkup tempat dan waktu penelitian.

1.8.1 Ruang Lingkup Ilmu

IPS sebagai program pendidikan persekolahan yang dikembangkan atas dasar relevansinya dengan minat, kebutuhan, praksis kehidupan keseharian siswa atau program pendidikan yang diorganisasi secara terpadu. IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain, yakni kajian yang bersifat terpadu. Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah cakupan materinya semakin meluas seiring dengan semakin kompleks dan rumitnya permasalahan sosial yang memerlukan kajian secara terintegrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, geografi, sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, dan psikologi.

Penelitian ini termasuk dalam lingkup konsep-konsep pendidikan ilmu pengetahuan sosial. Menurut Woolever dan Scot (dalam Nasution, 2012: 24) ada lima tradisi Social Studies dalam pendidikan IPS, yakni (1) IPS sebagai tranmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission), (2) IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (social studies as social sciences), (3) IPS sebagai pendidikan reflektif (social studies as reflektive inquiry), (4) IPS sebagi kritik kehidupan sosial (social studies as social criticism), dan (5) IPS sebagai pengambil keputusan rasional dan aksional (social studies as personal development of the


(31)

14

individual). Dalam penelitian ini menggunakan IPS sebagi refleksi inkuiri dan IPS sebagai pengambil keputusan rasional dan aksional.

IPS sebagai pendidikan reflektif (social studies as reflektive inquiry)mengarahkan murid-murid agar menjadi warga negara yang efektif, tidak hanya menghafalkan isi materi pelajaran tetapi dapat mengambil keputusan dalam kehidupannya sehari-hari. Sedangkan IPS sebagai pengembangan pribadi, artinya melalui pendidikan IPS akan membekali kemampuan seseorang dalam pengembangan diri melalui berbagai keterampilan sosial dalam kehidupannya. Pendidikan IPS harus membekali siswa tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, sehingga dapat membentuk jati diri siswa yang mampu hidup di tengah masyarakat dengan damai, dapat menjadi contoh tauladan serta dapat memberi kelebihannya pada orang lain.

Pengembangan model Webquest termasuk bagian dari lingkup tradisi PIPS sebagai pengambil keputusan rasional dan aksional (social studies as personal development of the individual), karena pembelajaran IPS berfungsi mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur, dan bertanggung jawab.

1.8.2 Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah desain Model Webquest yang diaplikasikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan proses atau kegiatan pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Webquest.


(32)

15 1.8.3 Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X SMK Negeri 2 Bandar Lampung.

1.8.4 Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada SMK Negeri 2 Bandar Lampung yang berlokasi di Gedung Meneng Kecamatan Kedaton Bandar Lampung. Waktu penelitian pada semester Genap tahun pelajaran 2013/2014.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

Pembahasan bab ini meliputi (1) landasan teori, menjelaskan tentang teori belajar, model pembelajaran IPS, relevansi teori pembelajaran IPS dengan pengembangan desain pembelajaran IPS terpadu; (2) IPS SMK sebagai pembelajaran IPS terpadu; (3) pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran; (4) pengembangan pembelajaran IPS Model Webquest; (5) bahan ajar, dan (6) teori dan model pembelajaran IPS terpadu dalam desain pembelajaran.

2.1 Teori-teori Belajar dalam Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu di SMK

2.1.1 Konsep Social Studies

Konsep social studies, perlu dikembalikan kepada perkembangan pemikiran dan praksis dalam bidang itu di Amerika serikat yang memiliki reputasi akademis dalam, bidang tersebut.

Pilar historis-epistemologis, social studies yang pertama, berupa suatu definisi tentang social studies oleh Wesley (1937) yaitu the social studies are the sosial sciences simplified pedagogical purproses. Masudnya bahwa studi sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Pengertian ini selanjutnya dibakukan dalam The United State of Education’s Standard Terminology for Curriculum and Intruction sebagai berikut : The social studies comprised of those aspects of history, economics, political science, sociology, anthropology, psychology, geography, and philosophy wich in practice are selected for puposes in schools and colleges. Maksudnya, bahwa social studies

berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, anthropologi, psikologi, ilmu geografi dan filsafat, yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan Pendidikan Tinggi (NCCS, 1984: 20).


(34)

17 Perkembangan selanjutnya antara tahun 1976-1983, pendidikan sosial merupakan suatu bidang yang memiliki beragam definisi dan rasional.Terlepas terdapatnya beragam definisi dan rasional, ditegaskan bahwa jantung dari studi sosial adalah hubungan atau interaksi antar manusia. Sedangkan dilihat dari visi, misi, dan strateginya studi sosial telah dan dapat dikembangkan dalam tiga tradisi yakni : 1. Studi sosial diajarkan sebagai pendidikan kewarganegaraan (citizienship

transmission)

2. Studi sosial diajarkan sebagai ilmu sosial

3. Studi sosial yang diajarkan sebagai reflective Inquiry (NCCS, 1984: 23). Pengertian studi sosial adalah integrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk kepentingan pembelajaran dalam pendidikan kewarganegaraan. Social studies is an integration of sosial sciences and humanities for the purpose of instruction in citizenship education. Berdasarkan definisi di atas, tersirat dan tersurat beberapa hal sebagai berikut.

1. Studi sosial merupakan suatu sistem pengetahuan terpadu.

2. Misi utama studi sosial adalah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu masyarakat yang demokratis.

3. Sumber utama (contens) studi sosial adalah ilmu-ilmu sosial dan humaniora. 4. Dalam upaya penyiapan warga negara yang demokratis (Ahmad, 2011: 32). Sekitar dasawarsa 1980an terjadi perkembangan social studies, khususnya dilihat dari definisi dan tujuannya yang menyiratkan dan menyuratkan hal-hal sebagai berikut.

1. Social studies merupakan mata pelajaran dasar di seluruh jenjang pendidikan persekolahan

2. Tujuan utama pelajaran ini ialah mengembangkan peserta didik untuk menjadi warganegara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi


(35)

18 3. Contens pelajarannya digali dan diseleksi dari sejarah dari ilmu-ilmu sosial,

serta dalam banyak hal dari humaniora dan sains,

4. Pembelajarannya mengunakan cara-cara yang mencerminkan kesadaran probadi kemasyarakatan, pengalaman budaya, dan perkembangan pribadi peserta didik (Adler, 2011: 34).

Laporan National Council for the Social studies (NCSS) (1984: 31), untuk abad ke-21, kurikulum studi sosial seyogyanya memiliki ciri-ciri menitik beratkan pada peran warganegara pada masyarakat yang demokratis, memberikan pengetahuan yang komulatif dan konsisten mulai dari TK sampai dengan kelas 12 : menuntut sejarah dan geografi menyiapkan kerangka pengembangan bagi studi sosial, memusatkan kurikulum buka hanya pada major civilization and societies, mengembangkan jaringan keterkaitan ilmu sosial dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam, menempatkan contens untuk tidak diperlakukan sebagai hal yang harus diterima dan diingat, menuntut penerapan proses pembelajaran interaktif, bekerja dengan statistik, menggunakan kemampuan berpikir kritis, memanfaatkan media dan sumber belajar, pemberian dukungan pengelola pendidikan dan menempatkan essential knowledge dalam pembelajaran di setiap jenjang pendidikan persekolahan.

Rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan strategi baru studi sosial, NCSS (1984: 35) menggariskan hal-hal sebagai berikut.

1. Program studi sosial mempunyai tujuan pokok membangun warganegara yang berkompeten yaitu: pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh anak didik agar mampu berperan serta dalam kehidupan yang demokratis.

2. Program studi sosial dalam dunia pendidikan persekolahan mulai dari TK sampai pendidikan menengah ditandai oleh keterpaduan pengetahuan, sikap, dan keterampilan di dalam dan antar disiplin. Hal ini member dasar bahwa pendidikan studi sosial memiliki dua alternatif yaitu: yang bersifat monodisiplin dan multi disiplin.

3. Program studi sosial dititik beratkan upaya membantu peserta didik dalam membangun pengtetahuan. Disini, peserta didik diperankan


(36)

19 bukan sebagai penerima pengetahuan yang pasif, tetapi sebagai pembangun pengetahuan dan sikap yang aktif.

4. Program pengetahuan dari studi sosial mencerminkan perubahan alami dari pengetahuan, membantu pengembangan beragam pendekatan yang baru dan terintegrasi untuk memecahkan isu-isu penting bagi manusia. Peserta didik sebagai generasi penerus bangsa perlu dibina secara terus menerus. Dengan demikian, diharapan mereka memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan; memiliki ketrampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab; memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (NCCS, 1984: 34).

2.1.2 IPS SMK Sebagai Pembelajaran IPS Terpadu

Kedudukan Mata Pelajaran IPS berada pada kelompok adaptif dengan perincian sesuai dengan Standari Isi Kurikulum SMK/MAK adalah sebai berikut.

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SMK/MAK

Komponen Durasi Waktu (Jam)

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 192

2. Pendidikan Kewarganegaraan 192

3. Bahasa Indonesia 192

4. Bahasa Inggris 440 a)

5. Matematika

5. 1 Matematika Kelompok Seni, Pariwisata, dan Teknologi Kerumahtanggaan

5. 2 Matematika Kelompok Sosial,

Administrasi Perkantoran dan Akuntansi 5. 3 Matematika Kelompok Teknologi,

Kesehatan, dan Pertanian

330 a) 403 a) 516 a)


(37)

20

Komponen Durasi Waktu (Jam)

6. Ilmu Pengetahuan Alam 6. 1 IPA

6. 2 Fisika

6. 2. 1 Fisika Kelompok Pertanian 6. 2. 2 Fisika Kelompok Teknologi 6. 3 Kimia

6. 3. 1 Kimia Kelompok Pertanian 6. 3. 2 Kimia Kelompok Teknologi dan

Kesehatan 6. 4 Biologi

6. 4. 1 Biologi Kelompok Pertanian 6. 4. 2 Biologi Kelompok Kesehatan

192 a) 192 a) 276 a) 192 a) 192 a) 192 a) 192 a)

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 128 a)

8. Seni Budaya 128 a)

9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 192 10. Kejuruan

10. 1 Keterampilan Komputer dan Pengelolaan

Informasi 202

10. 2 Kewirausahaan 192

10. 3 Dasar Kompetensi Kejuruan b) 140

10. 4 Kompetensi Kejuruan b) 1044 c)

B. Muatan Lokal 192

C. Pengembangan Diri d) (192)

Sumber Depdiknas, Permendiknas No. 68 tahun 2013 Keterangan notasi sebagai berikut.

a) Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap program keahlian. Program keahlian yang memerlukan waktu lebih jam tambahannya diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sama, di luar jumlah jam yang dicantumkan.

b) Terdiri dari berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan setiap program keahlian.

c) Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan standard kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang dari 1044 jam.

d) Ekuivalen 2 jam pembelajaran.

Berdasarkan data Tabel 2.1 di atas maka pembagian mata pelajaran berdasarkan kriteria yang mencakup sebagai berikut.

1. Mata Pelajaran Normatif

Terdiri dari: Agama, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Penjaskes dan Seni Budaya.


(38)

21 2. Mata Pelajaran Adaptif

Program Adaptif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi yang memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri beradaptasi dengan prubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Program adaptif ini terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang mengandung konsep dan prinsip dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian program adaptif tersebut melandasi atau menjadi dasar pencapaian kompetensi kerja yang dipersyaratkan baik dalam dunia industri maupun dunia usaha.

Mata Pelajaran Program Adaptif terdiri dari : Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Kewirausahaan, Muatan Lokal, KKPI dan Pengembangan Diri. 3. Mata Pelajaran Produktf Terdiri dari Program Keahlian Akuntansi,

Administrasi Perkantoran dan Pemasaran ( Reksoadmodjo, 2010: 210). Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas X Mata Pelajaran IPS

SMK

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1. 1 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkann ajaran agamanya.

1. 2 Mengahayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari 2. Menghayati dan

mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, reponsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalaha dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2. 1 Menunjukan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra aksara, Hindu-Budha dan Islam.

2. 2 Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan proaktif yang ditunjukan oleh tokoh sejarah dalam masalah mengatasi masalah sosial dan lingkungannya.

2. 3 Berlakuk jujur dan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa

3. 1 Mengkaji konsep berfikir kronologis (diakronik) dan sinkronik dalam mempelajari sejarah zaman praskasara, perkembangan


(39)

Hindu-22

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

Budha dan Islam.

3. 2 Memahami corak kehidupan masyarakat pada masa praaksara. 3. 3 Mendeskripsikan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutero Melayu, dan Menesoid). 3. 4 Menganalisis berdasarkan tipologi

hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada dilingkungan terdekat.

3. 5 Menganalisis perbedaan proses integrasi nusantara antara masa pengaruh Hindu-Budha dan Islam 3. 6 Menganalisis berbagai teori tentang

proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.

3. 7 Mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintah dan kebudayaan pada masa kerjaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dan menunjukan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. 3. 8 Menganalisis berbagai teori tentang

proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia.

3. 9 Mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintah dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukan bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

4. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

mengembangkan dari dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

4.1 Mengolah informasi fakta-fakta sejarah yang menunjukan perbedaan proses integrasi nusantara pada zaman pengaruh Hindu-Budha dan Islam serta menyajikannya dalam bentuk tulisan.

4.2 Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu-Budha dengan menerapkan cara berfikir kronologis dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini serta Tabel 2.2 (Lanjutan)


(40)

23

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

4.3 Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Islam dengan menerapkan cara berfikir kronologis dan

pengaruhnya pada kehidupan

masyarakat Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

4.4 Menyajikan hasil analisis dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu-Budha dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.

4.5 Menyajikan hasil analisis dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini. Sumber: Depdiknas, Permendiknas No. 68 tahun 2013

2.1.3 Teori Belajar

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan sumber belajar dan peserta didik dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran akan bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan aman. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual. Dengan demikian penting bagi guru mempelajari dan menambah wawasan pembelajaran (Ahmad, 2011: 1).

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu guru dan peserta didik. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku peserta didik adalah belajar. Pelaku pengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran.


(41)

24 Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, sikap, dan ketrampilan (Rusman, 2011: 131).

Teori-teori belajar dalam pembelajaran IPS sebagai berikut. a. Teori-Teori Belajar dalam Pembelajaran IPS Terpadu

Ada beberapa teori belajar yang bersumber dari aliran psikologi. Akan tetapi dalam penelitian ini akan dibatasi oleh teori-teori yang relevan dengan pembelajaran IPS terpadu sebagai pengembangan pembelajaran IPS di SMK Negeri 2 Bandar Lampung.

Hukum-hukum yang lebih dilengkapi dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut. 1. Peserta didik mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus

(multyple responses)

2. Belajar dibimbing diarahkan ke suatu tingkatan yang penting melalui sikap peserta didik itu sendiri

3. Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digunakan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimuli yang semula), yang oleh Thorndike desbut dengan “Perubahan Asosiatif” (associative shifting) 4. Jawaban-jawaban terhadap situasi-situasi baru dapat dibuat apabila

peserta didik melihat adanya analogi dengan situasi-situasi terdahulu 5. Peserta didik dapat mereaksi selektif terhadap faktor-faktor yang esensial

di dalam situasi (preportant element) itu (Hamalik, 2011: 44).

Beberapa teori pembelajaran yang mendukung penelitian pengembangan pembelajaran IPS Model Webquest sebagai berikut.

1. Teori Behaviorisme Skinner

Suatu pembelajaran dianggap perlu dalam mendasari sebuah penelitian mengikuti perkembangan psikologi dari segi jasmaniah dan aspek mental peserta didik. Margareth (2011: 165) menyatakan ada tiga kontribusi utama untuk praktik pendidikan dalam ringkasan teknologi Skinner pada Tabel 2.3.


(42)

25 Tabel 2.3. Ringkasan Teknologi Skinner

Elemen Dasar Definisi

Asumsi Belajar

Keluaran (hasil) belajar Komponen Belajar

Desain Pembelajaran untuk belajar yang kompleks Isu-isu utama dalam desain Pembelajaran

Perubahan perilaku adalah fungsi dari kondisi dan kejadian lingkungan Perubahan dalam perilaku

direpresentasikan dengan meningkatnya frekuensi respons

Respons baru (perilaku) (SD) – (R) – (Sreinf)

Desain sekuensi stimuli-respons-penguatan untuk mengembangkan seperangkat

respons yang kompleks

Transfer stimulus kontrol, waktu penguatan menghindari penggunaan hukum

Analisis Teknologi Kelemahan

Kontribusi pada praktik di kelas

1. Teknologi untuk situasi yang kompleks masih belum lengkap; analisis yang sukses tergantung pada ketrampilan pengembangnya

2. Frekuensi respons sulit diaplikasikan sebagai ukuran probabilitas untuk perilaku yang kompleks.

1. Analisis keadaan seperti “kesiapan” dan “motivasi”

2. Analisis praktik kelas aversiof dan situasi kelas interaktif

3. Individualisasi materi belajar; mesin pembelajaran, mikrokomputer Sumber: Margareth (2011: 163)

Pertama, pencarian kondisi dan perilaku yang dipresentasikan keadaan seperti “tidak termotivasi” (unmotivated) adalah langkah penting dalam identifikasi jalannya tindakan yang tepat.

Kedua, observasi kelas temporer menunjukkan banyak inkonsistensi dan penggunanaan penguatan non kontingen yang menimbulkan masalah disiplin di kelas. Analisis atas situasi interaktif dalam termin stimuli Tabel 2.3 (Lanjutan)


(43)

26 diskrimanatif, respons dan penguatan adalah langkah penting dalam mengoreksi masalah tersebut.

Ketiga, materi belajar terprogram, jika didesain dengan tepat, dapat memberikan perbedaan individu dalam kelas.

Belajar terprogram atau programmed learning merupakan penerapan konsep dari Skinner yang didasarkan teori psikologi perilaku dalam proses belajar. Program-program pembelajaran dapat berbentuk linier (Skinner), atau bercabang (Crowder). Program-progam pelajaran itu terdiri dari unit-unit kecil yang disebut frames, yang berisi materi pelajaran yang langsung di uji setelah peserta didik mempelajari satu unit materi. Jika peserta didik dapat menjawab dengan benar, maka peserta didik yang bersangkutan dapat melanjutkan ke unit materi berikutnya. Jika jawabannya salah, maka langsung diberikan materi remedial sehingga peserta didik dapat mengetahui penyebab terjadinya kesalahan. Penilaian atas jawaban yang benar atau salah dilanjutkan disertai remedial merupakan umpan balik (direct feedback) yang selaigus merupakan penguatan (reinforcer) yang memberikan keyakinan kepada peserta didik, bahwa peserta didik telah belajar menurut jalur yang benar. Pembelajaran berprogram yang diciptakan Skinner dan kemudian dimodifikasi oleh Crowder, pada prinsipnya terdiri dari langkah-langkah yang tersusun menurut urutan yang membawa peserta didik dari apa yang telah diketahuinya sampai apa yang diketahuinya, yaitu tujuan pelajaran itu. Langkah-langkah itu ditentukan berdasarkan analisis keseluruhan bahan yang disampaikan (Reksoadmodjo, 2010: 117).

Tiap langkah dituangkan dalam bentuk “frame” atau bingkai yang berisi

suatu pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik. Jawaban atau respons siswa segera dinilai, sehingga siswa mengetahui apakah ia benar atau salah. Kesalahan diperbaiki dan peserta didik melanjutkan pelajaran. Melalui langkah-langkah yang tersusun rapi itu diharapkan peserta didik akan mencapai tujuan pelajaran itu, yakni memperoleh bentuk perlakuan yang diinginkan (Nasution, 2011: 58-59).

Teori Behaviorisme Skinner ini sesuai dengan model Webquest yang akan dikembangkan, karena model Webquest ini akan membiasakan siswa untuk


(44)

27 belajar dari internet yang memanfaatkan teknologi informasi. Sehingga siswa tidak gagap teknologi yang terkini. Serta membiasakan siswa untuk lebih kritis dan lebih kaya informasi karena terbiasa mengakses ilmu pengetahuan dari internet.

b. Teori Perkembangan Jean Piaget

Seorang anak yang maju melalui empat tahap kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, operasi konkrit dan operasi formal. Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut dijabarkan dalam tahap kecakapan perkembangan tiap individu melalui urutan tahap yang berbeda dan tidak ada individu yang tidak melalui tahap yang satu ke tahap yang lain. Setiap tahap ditandai oleh adanya kemunculan kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami berbagai cara yang semakin kompleks (Trianto, 2009: 106).

Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak-anak dan orang dewasa dalam menangani obyek-obyek di dunia disebut skematik. Pengamatan mereka terhadap suatu benda/perilaku mengatakan kepada mereka sesuatu hal tentang obyek tersebut. Adaptasi lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi menurut Slavin dalam Trianto (2010: 107), bahwa asimilasi merupakan penginterpresian pengalamanan-pengalamanan baru dalam hubungan dengan skema-skema yang lain. Margareth (2011: 345), pada periode sensorimotor, bayi mengkonstruksi tindakan yang memungkinkannya untuk bereaksi pada lingkungan. Contohnya adalah pola “memasukkan benda ke mulut”. Dalam periode pra-operasional, anak membuat keputusan tentang kejadian berdasarkan petunjuk perseptual dan


(45)

28 tidak membedakan antara realitas, kemungkinan dan keniscayaan dalam situasi pemecahan masalah.

Periode operasional konkret dan formal mempresentasikan penalaran, logis, meskipun periode ini berbeda secara kualitatif. Pemikiran operasional konkret terbatas pada memanipulasi langsung objek. Tetapi, anak mengembangkan pemikiran logis yang berhubungan dengan jumlah, penggolongan dan konservasi kuantitas secara kontinu. Dalam pemikiran operasional formal, individu dapat memecahkan situasi multi faktor karena dia dapat mengonsepsualisasikan semua kombinasi faktor situasi tertentu. Individu secara sistematis menguji hipotesis tentang situasi itu untuk mendapatkan penjelasan yang benar.

Tabel 2.4. Ringkasan Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

ELEMEN DEFINISI

Asumsi Perkembangan kognitif Hasil perkembangan kognitif Komponen perkembangan kognitif Memfasilitas pemikiran logis Isu utama dalam

Kecerdasan, seperti sistem biologis, mengkonstruksi struktur yang dibutuhkan untuk berfungsi.

Mengetahui adalah interaksi antara individu dan lingkungan.

Pertumbuhan kecerdasan dipengaruhi oleh empat faktor (lingkungan Fisik dan Sosial, Maturisasi dan Penyeimbangan

Pertumbuhan pemikiran logis dari bayi hingga dewasa

Konstruksi struktur baru dari struktur sebelumnya (yakni skema tindakan, operasi konkret, dan formal) Asimilasi dan akomodasi diatur oleh penyeimbangan Pengalaman fisik dan pengalaman logika matematika Memberi kesempatan luas untuk eksperimentasi dengan objek fisik yang didukung oleh interaksi antar teman dan pertanyaan guru

Menjaga relasi timbal balik antara anak dan

pendidikan; menghindari pengajaran langsung dan koreksi “kekeliruan” anak

ANALISIS TEORI

Memahami istilah dan definisi dasar adalah sulit Kurikulum Piaget sulit di implimentasikan dan


(46)

29

ELEMEN DEFINISI

desain pembelajaran Kelemahan Kontribusi untuk praktik kelas dipertahankan.

Persepktifnya mengesampingkan relasi antara pemikiran logis dan belajar dasar, seperti membaca. Memberi deskripsi yang kaya tentang dunia melalui mata si anak.

Mengidentifikasikan problem dalam kurikulum, terutama pengajaran matematika dan sains “pengetahuan yang disosialisasikan”

mengoperasionalkan konsep “belajar menemukan”. Sumber: Margareth (2011: 364)

Implementasi konsep Piaget dalam Margareth (2011: 360), pada setiap peringkat kurikulum dapat dicapai dengan menggunakan empat langkah umum dan sub pertanyaan untuk masing-masing langkah sebagai berikut. Langkah 1: Menentukan prinsip mana dalam mata pelajaran atau kurikulum

yang biasanya diajarkan melalui sarana verbal yang dapat digantikan dengan riset yang diarahkan oleh peserta didik sendiri.

a. Aspek kurikulum mana yang cocok untuk eksperimental? b. Prinsip-prinsip mana yang cocok untuk kegiatan

memecahkan masalah?

c. Topik-topik (atau konsep) mana yang dapat diperkenalkan dengan menggunakan objek fisik?

Langkah 2: Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas untuk topik yang telah diidentifikasi. Mengevaluasi aktivitas terpilih dengan menggunakan daftar pertanyaan berikut.

1. Apakah kegiatan ini memberi kesempatan untuk metode eksperimentasi?

2. Dapatkah aktivitas ini menimbulkan macam-macam pertanyaan oleh peserta didik?

3. Dapatkah peserta didik membandingkan berbagai cara penalaran dengan melalui aktivitas itu?

4. Apakah ada masalah yang tidak dapat diselesaikan berdasarkan petunjuk perseptual?

5. Apakah ada aktivitas menghasailkan baik kegiatan fisik maupun kesempatan untuk aktivitas ? (aktivitas yang tidak tepat antara lain membuat gambar atau diagram atau membuat objek yang dispesifikasikan oleh guru)?

6. Dapatkah aktivitas itu memperkaya konstruk yang sudah dipelajari?

Langkah 3: Mengidentifikasikan kesempatan bagi pertanyaan Guru yang mendukung proses pemecahan masalah sebagai berikut. Tabel 2.4 (Lanjutan)


(47)

30 a. Apa pertanyaan lanjutan yang dapat ditindaklanjuti ? (misalnya Pertanyaan prediksi seperti pertanyaan “bagaimana jika ?

b. Apa perbandingan potensial yang dapat diidentifikasi di dalam materi yang cocok untuk munculnya pertanyaan spontan?

Langkah 4: Menilai pelaksanaan implementasi setiap aktivitas, mencari keberhasilan dan revisi yang diperlukan sebagai berikut. 1. Apa aspek aktivitas yang menghasilkan keterlibatan dan

perbuatan terbesar ?

2. Apakah ada cara untuk memperbesar aspek ini di masa mendatang ?

3. Apa aspek aktivitas, jika ada, yang “terasa datar-datar saja”? 4. Apakah aktivitas itu tidak dapat menggiatkan satu atau lebih

pembelajar ?

5. Apakah alternatif lain untuk waktu mendatang ?

6. Apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk mengembangkan strategi investigasi baru atau memperkaya strategi yang sudah dipelajari?

Teori Perkembangan Jean Piaget sangat mendukung model Webquest yang akan dikembangkan. Karena melalui model Webquest siswa diharapkan akan lebih mempunyai pengetahuan yang lebih luas dengan adanya banyak referensi yang diperoleh. Selain itu siswa akan mampu berpikir kritis. c. Teori Perkembangan Kontruktivisme Driver dan Bell

Pada saat guru menggunakan pembelajaran IPS Model Webquest, maka peserta didik mulai belajar dengan merekonstruksi pengetahuannya dari alamat-alamat internet yang diberikan oleh guru. Mereka yang melakukan kegiatan ini merupakan awal dari merekontruksi suatu pembelajaran dalam interaksi terhadap diri dan lingkungan disekitar, dengan menstruktur pemikiran kognitifnya. Berkaitan dengan peserta didik dan lingkungan belajarnya menurut pandangan kontruksivisme.

Mengajukan karakteristik sebagai berikut.

1. Peserta didik tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.


(48)

31 2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan

peserta didik.

3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal.

4. Pembelajaran bukanlah tranmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas (Ahmad, 2010: 145).

Kurikulum bukanlah, sekadar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber, namun dari pandangan Piaget dalam Pargito (2011: 33) tentang perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan intelektual anak itu sendiri.

d. Teori Perkembangan Psikologi Kultural Lev’s Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam psikologi perkembangan anak. Penekanan pada hakekat sosiokultur dari pembelajaran. Bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas tersebut dalam zone of proximal. Zone of Proximal development adalah perkembangan pengetahuan tentang sedikit pengetahuan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama antar individu. Sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut (Trianto, 2010: 77).

Scaffolding yakni pemberian bantuan kepada peserta didik selama tahap awal perkembangan bagiannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada peserta didk untuk mengambil alih


(49)

32 tanggung jawab yang semakin besar segera peserta didik itu dapat melakukannya (Trianto, 2010: 39).

Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah peserta didik seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realistis dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini bukan berarti bahwa diberi pembelajaran sedikit demi sedikit terhadap komponen suatu tugas yang kompleks yang pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut. Analisis perbedaan antara perilaku hewan dan manusia menimbulkan identifikasi dua deret perkembangan psikologis yang berbeda secara kualitatif (Gambar 2.1), satu deret menyatakan bahwa faktor-faktor biologis adalah bagian dari proses evolusi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan sistem syaraf sentral dan pertumbuhan fisik dan kedewasaan. Dalam spesies manusia, faktor biologis mendominasi bulan-bulan awal masa kehidupan, bertanggung jawab atas persepsi sederhana, memori natural, atau langsung dan atensi involuntari (involuntary). Kemunculan fungsi mental elementer ini juga disebut sebagai perkembangan alami atau primitif. Pengaruh deret perkembangan biologis dan kultural-historis.


(50)

33 Pekembangan pada tingkat spesies Perkembang

an anak individual

Hewan Manusia

Prinsip biologi Bertanggungjawab atas kecerdasan hewan Bertanggungjawab atas perkembangan monyet yang mirip manusia Bertanggung jawab atas perkembanga n persepsi, memori sederhana, dan perhatian involuntari (perkembang an natural atau primitif Faktor Cultural-Historis Menjelaskan perkembangan fungsi mental yang kompleks yang unit pada manusia Bertanggung jawab atas perkembanga n fungsi mental yang kompleks saat anak menguasai perilaku sendiri melalui: (a)belajar tanda dan simbol kultur, dan (b) berinteraksi dengan orang lain didalam kultur tersebut Gambar 2.1 Teori Perkembangan Psikologi Kultural Lev’s Vygotsky

(Margareth, 2011: 277). e. Teori Observasional Albert Bandura

Melibatkan attention (perhatian), retention (penringatan/penyimpangan), kemampuan Behavioral dan intensif. Maka jika belajar observasional tidak terjadi, itu bisa lantaran pengamat tidak mengamati aktivitas model yang


(51)

34 relevan, tidak mengingatnya secara tidak bisa melakukannya, atau karena tidak punya pas intentif yang pas untuk melakukakannya. Menurut Albert Bandura tentang teori belajar observasional (Margareth, 2011: 366-368), dalam Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.5 Ringkasan Berbagai Proses yang Oleh Bandura Dianggap Mempengaruhi Observasional

Proses Attensional

Proses Retensi Proses Produksi Proses Motivasional Kejadian Model Keadaan Model Kemenonjolan Valensi afektif Kompleksitas Pravalensi Nilai fungsi Penguasaan simbolik Organisasi kognitif, Rehearsal kognitif Rehearsal pelaksanaan Representasi kognitif Observasi pelaksanaan Informasi umpan balik Penyesuaian konsepsi Intensif ekstenal Sensoris Kelihatan nyata Sosial Kontrol Berbagai macam intensif dari kelihatan nyata Evaluasi diri Penyesu aian Pola Atribut pengamat Kemampuan perseptual Set perseptual Kemampuan kognitif Level kemunculan Preferensi yang didapat Atribut pengamat Ketrampilan Struktur Kognitif Atribut pengamat Kemampuan fisik Sub-keahlian komponen Atribut pengamat Preferensi Intensif Bias Komparatif sosial Standar Internal

Sumber: Margareth (2011: 366-368)

Teori kognitif-sosial memliki dua aplikasi utama untuk pendidikan. Pertama

adalah permodelan yang merupakan sumber utama informasi bagi pemelajar. Teori ini mengidentifikan sitausi dimana anak didik mendapat informasi dari model di media massa dan model keluarga dan yang lainnya. Kedua,

pentingnya pemahaman kesungguhan dan ketrampilan pengaturan diri pribadi untuk menjadi pemelajar yang berhasil. Transfer belajar, yaitu mengembangkan keterampilan seseorang bagaimana belajar, dan


(52)

35 mengajarkan pemecahan masalah merupakan isu-isu kognitif yang penting bagi pendidikan.

Tranfer belajar dalam konsep tranfer telah diteliti dalam konteks kognitif-sosial dalam dua cara. Pertama adalah penyelidikan tentang perlakuan yang berbeda atas pasien yang mengindap fobia. Kedua, Pengalaman penguasaan yang diarahkan sendiri ternyata lebih efektif dalam menghasilkan transfer ke situasi ancaman umum ke timbang berpartisipasi dalam permodelan saja (Margareth, 2011: 459).

f. Teori Instruksional Kognitif Jerome Bruner

Bruner mengemukakan bahwa belajar merupakan proses aktif dimana siswa mengkonstruk gagasan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Sehingga guru dalam menyampaikan materi pembelajaran harus melibatkan kondisi perkembangan siswa (Darsono, 2008: 60).

Berdasarkan penelitiannya kemudian Bruner membangun teori belajar yang dinamakan berdasarkan hasil temuannya, menurut Bruner kemampuan belajar peserta didik meliputi tiga tahapan berfikir, yaitu enactive, econic dan

symbolic (Darsono, 2008: 61).

Proses belajar dapat dilakukan dengan 3 fase atau episode sebagai berikut. (1) Informasi. Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada

yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.

(2) Transformasi. Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.


(53)

36 (3) Evaluasi. Kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memehami gejala-gejala lain (Darsono, 2008: 61)

Proses belajar ketiga fase atau episode ini selalu terdapat. Yang menjadi masalah adalah berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasikan. Lama tiap fase tidak selalu diharapkan, motivasi peserta didik belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri (Nasution, 2011: 10).

2.3 Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran

Internet singkatan dari Interconnection and networking, adalah jaringan global, yaitu “the lasgest global network of computers, that enables people throughout the world to connect with each other”. Internet diluncurkan pertama kali oleh

J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts Institute Technology) pada bulan Agustus 1962. Untuk dapat menggunakan internet diperlukan sebuah komputer yang memadai, hard disk yang cukup, modem, sambungan telepon, ada program

Windows, dan sedikit banyak tahu cara mengoperasikannya (Rusman, 2012: 306). Hal-hal yang dapat difasilitasi oleh adanya Internet adalah sebagai berikut.

1) Discovery (Penemuan), ini meliputi browsing dan pencarian informasi-informasi tertentu.

2) Communication (Komunikasi), internet menyediakan jaringan komunikasi yang cepat dan murah. Adapun contoh-contoh media komunikasi yang utama seperti e-mail, chat group (percakapan secara berkelompok), dan newsgroup (gabungan kelompok yang bertukar berita).

3) Collaboration (kolaborasi), kolaborasi meliputi jasa/pelayanan resource-sharing (pertukaran sumber-sumber informasi), yang menyediakan akses pada server-server yang sesuai dengan bidangnya masing-masing (Munir, 2005: 45).


(54)

37 Andaikan semua prasyarat tadi tidak memiliki, cukup mendatangi warnet (warung internet) terdekat yang banyak terdapat di kota-kota besar, bahkan sampai ke desa-desa, kita dapat mengakses situs-situs apa saja sesuai dengan kebutuhan kita. Internet disebut juga media massa kontenporer, karena memenuhi syarat-syarat sebagai sebuah media massa, seperti antara lain: ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim serta melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat oleh khalayaknya. Menurut Rusman (2012: 306), menyebutkan bahwa internet merupakan perpustakaan raksasa dunia, karena di dalam internet terdapat milyaran sumber informasi, sehingga kita dapat menggunakan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan.

Internet mempermudah para pemakainya untuk mendapatkan informasi-informasi di dunia cyber, lembaga-lembaga milik pemerintah dan institusi pendidikan dengan menggunakan komunikasi protokol yang terdapat pada komputer, seperti Transmission Control Protocol (TCP) yaitu suatu protokol yang sanggup memungkinkan sistem apapun antar sistem jaringan komputer dapat berkomunikasi baik secara lokal maupun internasional (Setiawan, 2006: 45). Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. “through independent study, students become doers, as

well as thinkers”. Para siswa dapat mengakses internet secara online dari berbagai

perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik. Informasi yang diberikan server-computers itu dapat berasal dari commercial businesses


(1)

118 5.2 Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada kesimpulan yang diperoleh hasil penelitian, berikut peneliti sampaikan implikasi baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPS.

5.2.1 Implikasi Teoritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Webquest dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat sikap antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan pencapaian KKM yang tergolong tinggi. Pembelajaran kompetensi 3.1 Mengkaji konsep berfikir kronologis (diakronik) dan sinkronik dalam mempelajari sejarah zaman praaksara, perkembangan Hindu-Budha, dan Islam pada siswa kelas X Jurusan Teknik Komputer dan JaringanSMK Negeri 2 Bandar Lampung dengan menggunakan model Webquest menghasilkan tingkat pencapaian KKM yang lebih baik dibandingkan pembelajaran yang tidak menggunakan model Webquest atau model konvensional.

Model Webquest memfasilitasi siswa untuk belajar secara aktif dan menggali informasi secara mandiri serta menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa dalam belajar. Hal ini dibuktikan dengan keberanian mereka menjelaskan di depan. Rasa percaya diri, kemandirian dan partisipasi aktif siswa dalam belajar merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa. Secara teoritis, hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini dapat digunakan


(2)

119 sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan model Webquest pada pembelajaran IPS.

Ketersediaan bahan ajar yang menarik dan mudah dipelajari siswa merupakan salah satu sistem pendukung yang harus tersedia dalam penerapan model Webquest. Dengan demikian, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan model Webquest pada pembelajaran IPS di SMK.

5.2.2 Implikasi Praktis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Webquest dapat meningkatkan motivasi, prestasi belajar, dan rasa percaya diri siswa dilihat dari sikap antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan pencapaian KKM yang tergolong tinggi. Oleh karena itu, semua pihak terkait dapat mempertimbangkan penggunaan model Webquest dalam rangka meningkatkan hasil belajarmata pelajaran IPS.

Ketersediaan bahan ajar yang menarik dan mudah dipelajari siswa merupakan salah satu sistem pendukung yang harus tersedia dalam penerapan model Webquest. Oleh karena itu, untuk menerapkan model Webquest guru harus memastikan atau menyiapkan bahan ajar yang menarik dan mudah dipelajari siswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan, acuan, atau rujukan bagi guru untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan motivasi, rasa percaya diri dan hasil belajar siswa.

Guru hendaknya dapat memilih model pembelajaran yang efektif dan efisien. Kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien harus disesuaikan dengan


(3)

120 kebutuhan siswa, tingkat perkembangan siswa (usia), kondisi kultur sosial, dan tujuan pembelajaran itu sendiri. Dengan pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi instriksik pada siswa, dan kesukaan siswa terhadap pelajaran akan berdampak terhadap pencapaian hasil belajar. Dengan demikian, model Webquest dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif desain pembelajaran bagi peningkatan hasil belajar siswa terutama untuk mata pelajaran IPS.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi, dapat diberikan saran sehubungan dengan pengembangan model Webquest.

1) Guru harus dapat memfasilitasi agar siswa dapat memiliki modal pengetahuan awal berkaitan dengan KI, KD dan indikator melalui upaya penggalian informasi secara mandiri.

2) Guru dapat menjadikan model Webquest sebagai salah satu alternatif model pembelajaran efektif bagi pencapaian tujuan pembelajaran.

3) Mahasiswa atau guru agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar berkaitan dengan pengembangan model Webquest sehingga diperoleh informasi yang lebih baik.

4) Mahasiswa calon guru atau guru agar bersikap kreatif dan inovatif dalam mengatasi permasalahan belajar siswa melalui upaya mengembangkan model-model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter siswa, karakter materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adler, Susan A. 2011. The Eduaction of Social Studies Teacher. University of Missouri Arkansas City.

Ahmad, Lif, Khoiri dan Amri Sofyan. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran (Pengaruhnya terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum). Prenada Media Group: Jakarta.

Ahmad, Lif, Khoiri dan Amri Sofyan. 2011. Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Prestasi Pustaka: Jakarta.

Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi. Angkasa: Bandung.

Arend, Richard I. 2008. Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar), Buku Satu dan Dua. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Belawati, Tian. 2003. Materi Pokok Pengembangan Bahan Ajar Edisi ke Satu. Universitas Terbuka: Jakarta.

Borg, Walter R and Meredith D Gall. 1989. Educational Research. San Frasisco. DMC and Company.

Darsono. 2008. Pengembangan Model Inkuiri Sosial dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (Disertasi). Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

DePotter, Bobby el. 2000. Quantum Teaching (Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas). PT Mizan Pustaka: Bandung.

Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu SMP/ MTs.

Depdiknas. 2008. Penilaian No. 22 Tentang Standar Isi.

Dick, Walter and Lou Carey. 1996. The Systematic Design of Instruction. San Fransisco: Scott Foresman.


(5)

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Rineka cipta: Jakarta.

Dodge, B. 2005. Some thoughts about Webquest. Retrieved 12 April 2012, from

http://Webquest.sdsu.edu/about_Webquests.html.

Forgarty, Robin. 1991. The Mindfull School “How to Integrate The Curricula”. Palatine Illinois. USA: IRS/ Skylight Publising. Inc.

Faturrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar (melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam). Refika Aditama: Bandung.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta. Hidayat, Taufik dan Nina Istiadah. 2011. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19

(untuk Mengolah Statistik Penelitian). Mediakita: Jakarta.

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Margareth, E. Gredler. 2011. Learning and Instruction (Teori dan Aplikasi). Prenada Media Group: Jakarta.

Muhaimin. 25 Mei 2008. Modul Wawasan tentang Pengembangan Bahan Ajar. Bab V. LKP2: Malang.

Munir. 2005. Manajemen Kelas Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. UPI Press: Bandung.

Nasution. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Nasution., S. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara: Jakarta.

Nasution, S. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta.

NCSS. 1984. Curriculum Standards for Social Studies. Washington DC. NCSS. Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Prenada Media Group: Jakarta. Pargito. 2009. Penelitian dan Pengembangan Bidang Pendidikan. Pendidikan


(6)

Pargito. 2010. Penelitian Berbasis Kelas. Pendidikan MPIPS FKIP Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Reksoadmojo, Narsoyo, Tejo. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. PT Refika Aditama: Bandung.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Rajawali Pers: Bandung.

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajarab Berbasis Komputer (Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21). Alfabeta: Bandung.

Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Prenada Media Group: Jakarta.

Semiawan, Conny R. 2007. Catatan Kecil Tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Pranada Media Group: Jakarta.

Setiawan, W. & Munir. 2006. Pengantar Teknologi Informasi dan Komunikasi. UPI Press: Bandung.

Setyosari, Punadji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Prenada Media Group: Jakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R and D. Alfabeta: Bandung.

Sunendar, Dadang dan Wassid, Iskandar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.