PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN DEMONSTRASI MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN DEMONSTRASI

MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

Oleh

Raden Rahmat Sairi Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Ratu, Kecamatan Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 05 Juni 1987, anak ke empat dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Samsuri dan Ibu Almah Dewi.

Jenjang pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Daya Murni, diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kotabumi, diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Kotabumi, diselesaikan pada tahun 2007.

Tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif di organisasi mahasiswa di lembaga UKMF FPPI sebagai GEMA FPPI priode 2007/2008 dan anggota Biro Danus (Dana dan Usaha) tahun 2008/2009, Badan Eksekutif Mahasiswa FKIP sebagai staf ahli dinas pendidikan tahun 2008/2009 dan Kadis Pendidikan priode 2009/2010, HIMASAKTA sebagai EKMUD (Eksakta Muda) priode 2007/2008, BEM U KBM UNILA sebagai Menteri Kepemudaan priode 2010/2011. Selain organisasi kampus penulis juga menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Seluruh Indonesia (IMAKIPSI) dan BEM seluruh Indonesia (BEM SI), pada Desember 2009 penulis mengikuti Kongres IMAKIPSI ke-5 dan


(3)

vi

Munas BEM SI 2010, serta tergabung di lembaga training TRUSTCO dan PROF. Penulis berkesempatan mengikuti pelatihan dan seminar tingkat nasional dan daerah diantaranya; Universitas Jambi (UNJA), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Kesbangpol Provinsi Lampung. Penulis juga mulai tahun 2008 menjadi staf pengajar privat Siklus dan tim bimbel proton solusion, tim surve pengembangan daerah Bandar Lampung serta menjadi pembicara dalam pelatihan-pelatihan dan training baik motivasi maupun pengembangan diri tingkat mahasiswa dan pelajar se-Lampung.

Tahun 2009, penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke beberapa tempat. Kunjungan Studi Keilmuan; FMIPA Fisika Universitas Brawijaya, FMIPA Fisika Universitas Negeri Malang, FMIPA Fisika Universitas Negeri Surabaya, CV. Wadhana, Science Centre Jatim Park, PT. PAL, Jembatan Suramadu. Kunjungan Studi Wisata dan Belanja; Adam’s Apple, Keraton Ratu Boko, Prambanan, Pusat Kerajinan Perak Kota Gede, Pusat Batik, Sentra Bakpia Pathuk, Malioboro. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan praktek mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 2 Bandar Lampung.


(4)

MOTTO:

...Alloh akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...

(Q.S. Al-Mujadilah : 11)

Barang siapa yang menginginkan hal-hal yang berhubungan dengan dunia

wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang ingin (selamat dan

berba-hagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula, dan barang siapa yang

menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya.

(HR. Bukhari dan Muslim)

”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang

-orang yang belajar,

atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu....

(HR. Baehaqi)

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya

Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu

(Q.S. Muhammad : 7)

Take and Give

(Raden Rahmat Sairi)


(5)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, mengucap syukur kehadirat Allah SWT serta Sholawat atas Rosululloh Muhammad SAW, Penulis mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku yang tulus dan mendalam kepada:

☻ Ayah dan Mamah tercinta, dengan ketulusan doa, senyum, dan usaha keras serta kasih sayang yang tak pernah putus, senantiasa memberikan semangat optimis untuk mewujudkan impian dan cita-cita demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis.

☻ Ayukku tersayang dan keponanakan tercinta, Gusti dan Gusti Tuan, Fitri, Titah dan Minak, Jusi, Uni dan Mulia, semuanya yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan doa-doa terbaik serta menantikan keberhasilan penulis.

☻ Adikku tersayang dan keponakan tercinta, Ana dan Hendra, Angga, Yanto dan Elly, Vino, Juli dan Suroso, Rahma, semuanya yang selalu memberikan

semangat dan doa-doa terbaik serta menantikan keberhasilan penulis.

☻ Para pendidik yang kuhormati, yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.

☻ Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu ada dan berbagi untukku.

☻ Keluarga besar pendidikan fisika angkatan 2007.


(6)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih, karunia, dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Melalui Metode Eksperimen dengan Demonstrasi Menggunakan Multimedia Interaktif” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di

Universitas Lampung.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika dan Pembimbing Akademik sekaligus selaku Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.


(7)

xii

5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Pembahas atas kesediaan dan

keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Ibu Dra. Hj. Iswani selaku Kepala SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

8. Ibu Suharti Ningsih, S.Pd. selaku guru mitra dan murid-murid kelas XI IPA 1, XI IPA 2 SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung atas bantuan dan

kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

9. Bapak dan Ibu Guru serta Staf SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. 10.Teman-teman seperjuanganku di Pendidikan Fisika angkatan 2007

non-Reguler (Anwar, Ana, Arif S, Arif H, Arum, Bayu, Eci, Cahyo, Dedo, Deo, Dian, Dwi, Duwi, Eda, Iza, Eka, Eko, Endang, Eria, Erla, Esti, Feryco, Istika, Ika, Jupri, Yogi, lina, Netty, Nela, Nopi, Nizom, Risna, Riski, Rianto, Ruslan, Rena, Rogandi, Syafri, Nani, Yuni, Susanti, Masda, Yudi,Yuli, dan Yevi). Serta teman-teman di Pendidikan Fisika 2007 reguler semoga silahturahim kita selalu terjalin dengan baik sampai nanti.

11.Kakak tingkat 2006 dan 2005 serta adik tingkat Pendidikan Fisika yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kita dapat menjadi pendidik yang profesional.

12.Teman-teman PPL di SMK Negeri 2 Bandar Lampung (Jufri, Masda, Esti, Fitri, Bili, Indri, Puji, Lidya, Rima, Ribut, Sri). Terima kasih untuk

kebersamaan dan silaturahmi yang terjaga sampai saat ini dan kapanpun. Mudah-mudahan kita selalu menjadi insan pembelajar dan menjadi teladan.


(8)

xiii

13.Keluarga besar Pak Gedek (M. Yusuf Baginda, SE) yang selama kuliah penulis di izinkan tinggal bersama dan dibantu dalam segi apapun.

Terimakasih atas semuanya, mudah-mudahan semua dibalas oleh Allah SWT dengan yang lebih baik.

14.Tarbiyah yang telah mendidikku dan ukhuwah yang telah mendewasakanku,

Jazakumulloh Khairan Katsir. Semoga Alloh SWT meridhoi pertemuan ini dan semoga kita kembali bertemu di jannah-Nya. Aamiin.

15.Para Spirit Booster (para ustadz, para murobbi, para penulis buku dan trainer

motivasi) yang selalu menginduksikan semangat untuk menjadi yang lebih baik. Semoga dengan saling mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, kita semua tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi. 16.Teman-teman UKMF FPPI 2007/2009, HIMASAKTA 2007/2008, BEM

FKIP, BRIGDA dan IMAKIPSI 2008/2010, BEM U KBM UNILA, KMB, BEM SI 2010/2011, tim PROF training, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas yang kita lakukan dengan kebaikan dan menjadikan kita sebagai generasi penerus yang selalu berkarya. 17.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdoa, mudah-mudahan segala keikhlasan, amal, dan bantuan, mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi dunia pendidikan. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Langkah-langkah Metode Eksperimen Menurut Sagala ... 15

2. Langkah-langkah Metode Demonstrasi Menurut Sagala ... 18

3. Kerja Uji Bartlett ... 38

4. Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif Ditinjau dari Metode Belajar ... 42

5. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Kognitif ... 43

6. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Kognitif ... 44

7. Hasil Uji Independent Sample t-test ... 45

8. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal ... 143


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 26 2. Desain eksperimen Non-Eqivalent Posttest-Pretest Design ... 29 3. Alur Penelitian ... 149


(11)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN DEMONSTRASI

MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF Oleh

Raden Rahmat Sairi

Ketidakberhasilan siswa dalam menguasai ilmu fisika khususnya materi momentum dan impuls kemungkinan disebabkan karena pengetahuan yang dibentuk siswa hanya berasal dari pengetahuan guru yang dipindahkan ke siswa. Sehingga diperlukan sebuah metode yang mampu mengatasi permasalahan di atas, mengingat karakteristik materi fisika ada yang bersifat abstrak. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah metode eksperimen, dimana metode ini merupakan salah satu metode yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui metode yang menghasilkan rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi antara penerapan metode eksperimen dengan demonstrasi menggunakan multimedia interaktif. Hasil belajar diukur melalui nilai rata-rata posttest. Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Quasi Eksperimental Design dengan tipe Non-Eqivalent posttest-pretest design. Teknik analisis data dan uji hipotesis menggunakan uji

Independent Sample T Test.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara siswa yang menggunakan metode eksperimen dengan metode demonstrasi. Hasil belajar yang menggunakan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode demonstrasi.

Kata kunci: metode eksperimen, metode demonstrasi, dan hasil belajar (ranah kognitif)


(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mencapai pendidikan berkualitas diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula. Pendidikan berkualitas dalam proses pembelajaran di

sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Dengan demikian, yang diutamakan bukanlah apa yang harus diketahui oleh siswa tetapi bagaimana proses mengetahuinya dan proses untuk menggali serta mendapatkan pengetahuan yang diinginkan. Masih rendahnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran fisika.

SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah menengah atas swasta favorit di Bandar Lampung. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika, belum tercapainya hasil belajar fisika siswa yang memuaskan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung kemungkinan disebabkan karena hal-hal berikut: (1) Metode diskusi informasi masih dominan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa; (2) Siswa kurang diikutsertakan berpartisipasi dalam proses belajar mengajar; (3) Kurang dioptimalkannya penggunaan media


(13)

2

(4) Aktivitas siswa seperti oral activities yaitu mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan dan mendebat pernyataan masih belum muncul selama proses KBM; (5) Guru belum sepenuhnya memperhatikan kemampuan verbal siswa sehingga metode yang digunakan kadang tidak sesuai dengan

kebutuhan siswa; (6) Guru belum memperhatikan pentingnya sikap ilmiah siswa sebagai salah satu penentu keberhasilan siswa; (7) Penilaian guru hanya menekankan pada ranah kognitif siswa saja padahal penilaian seharusnya bersifat integratif karena dalam proses pembelajaran dipadukan secara utuh ketiga ranah, baik dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik; (8) Salah satu materi pembelajaran yang masih sulit dipahami dan dikuasai siswa adalah materi pembelajaran momentum dan impuls.

Hakikat ilmu fisika merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan metode ilmiah dalam penyelesaian suatu masalah dan juga mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam terjadi. Ketidakberhasilan siswa dalam menguasai ilmu fisika khususnya materi momentum dan impuls kemungkinan disebabkan karena pengetahuan yang dibentuk siswa hanya berasal dari pengetahuan guru yang dipindahkan ke siswa. Siswa hanya menerima informasi dari guru tanpa keterlibatan siswa untuk memecahkan masalah dan mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam terjadi. Akhirnya siswa belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan digunakan.


(14)

3

Materi ajar fisika ditinjau dari karakteristik ada yang bersifat konkret ataupun yang bersifat abstrak. Karenanya, untuk menyampaikan materi bahan ajar fisika yang bersifat abstrak, tentu saja diperlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan yang konkret. Dengan harapan bahwa, diketahuinya karakteristik materi bahan ajar yang akan disampaikan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk menentukan pendekatan, metode dan sarana bantu (media, atau alat peraga) pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi yang akan disampaikan. Hal ini, bertujuan untuk

mempermudah dalam mengkomunikasikan materi fisika tersebut. Namun demikian, sebagian guru masih belum sepenuhnya memperhatikan sifat dan karakteristik materi fisika dalam menentukan pendekatan, metode dan sarana bantu pembelajaran yang relevan.

Ada beberapa materi bahan ajar fisika yang disampaikan di kelas XI IPA antara lain: Kinematika Gerak, hukum Newton tentang gravitasi, hukum Hooke dan elastisitas, osilasi (getaran), usaha dan energi, hukum kelestarian energi mekanik, momentum dan impuls. Materi momentum dan impuls mencakup pengertian momentum, pengertian impuls, hukum kekekalan momentum, tumbukan, serta aplikasi impuls dan momentum. Karakteristik materi momentum dan impuls adalah salah satu materi fisika yang bersifat abstrak. Kendatipun konsep momentum dan impuls banyak dijumpai dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya tumbukan. Namun demikian pada materi ini siswa masih banyak yang mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, hal ini diduga diantaranya terjadi karena istilah


(15)

4

kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk membelajarkan konsep momentum dan impuls harus divisualisasikan dengan sarana bantu (komputer dan video animasi/ multimedia interaktif), dalam hal ini, diperlukan multimedia interaktif yang berkaitan dengan materi tersebut. Tujuannya adalah agar mempermudah mengomunikasikan dan membangun konsep tentang materi tersebut. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu mengaplikasikan apa yang telah diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, hasil belajar yang dicapai tentunya dapat lebih bermakna dan siswa mempunyai tujuan yang nyata dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat konklusi bahwa untuk

membelajarkan fisika sesuai dengan hakikat fisika yang sesungguhnya yang meliputi proses, produk, dan sikap. Maka diperlukan pendekatan

pembelajaran yang tepat, inovatif, dan kreatif. Pendekatan pembelajaran yang tepat harus mampu membelajarkan siswa bagaimana cara memperoleh pengetahuan, bukan hanya menerima pengetahuan.

Di samping pendekatan pembelajaran yang harus berorientasi pada proses, produk, dan sikap, diperlukan juga adanya metode pembelajaran yang berorientasi pada proses kinerja siswa sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Metode pembelajaran yang dimaksud harus mampu membuat siswa aktif untuk mengikuti proses pembelajaran fisika. Dengan demikian, siswa akan merasa mampu dan percaya diri terhadap pelajaran fisika. Ada beberapa metode pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif, antara lain: metode eksperimen, demonstrasi, diskusi, problem composing/ making,


(16)

5

peer tutoring (tutor sebaya), dll. Meskipun telah banyak metode pembelajaran fisika yang berorientasi pada kinerja siswa, namun metode ini belum banyak digunakan oleh para guru untuk membelajarkan IPA, khususnya fisika. Adapun metode pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah eksperimen dan demonstrasi, karena sesuai dengan karakteristik pelajaran IPA khususnya fisika yang meliputi proses, produk dan sikap ilmiah. Metode eksperimen adalah suatu teknik pembelajaran yang menekankan pada

keterlibatan siswa secara langsung untuk mengalami proses dan membuktikan sendiri hasil percobaan. Sedangkan metode demonstrasi adalah suatu teknik penyajian pembelajaran dimana seorang guru/ kelompok siswa

memperagakan kepada seluruh siswa sesuatu proses sehingga siswa dapat mengamati dan merasakan proses tersebut. Dan selanjutnya untuk

memperkuat pemahaman konsep dari materi yang di demonstrasikan maka hasil demonstrasi tersebut diulas kembali melalui diskusi. Dengan eksperimen dan demonstrasi, siswa dapat mengamati, mengukur dan menganalisis secara langsung.

Pembelajaran kontekstual melalui metode eksperimen dan demonstrasi lebih berpusat pada siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam proses: mengamati, manafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menemukan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan dan pendapat. Peneliti sering menjumpai pembelajaran melalui metode demonstrasi bahwa guru yang melakukan peragaan/ demonstrasi tanpa adanya keterlibatan siswa


(17)

6

didalamnya. Dari fenomena tersebut, peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan siswa yang melakukan demonstrasi di depan

teman-temannya dan selanjutnya diadakan diskusi untuk memantapkan pemahaman konsep materi yang didemonstrasikan. Jadi baik eksperimen maupun demonstrasi, siswa tetap menjadi pusat pembelajaran dengan bimbingan guru. Pendekatan dan metode pembelajaran fisika yang telah dijelaskan sebelumnya perlu lebih terfokus pada pemberian pengalaman belajar langsung kepada siswa. Guru sebagai fasilitator pembelajaran perlu menekankan pembelajaran bermakna bagi siswa. Jika penerapan pendekatan serta metode dalam pembelajaran fisika kurang tepat maka hal ini akan berakibat pada rendahnya prestasi belajar fisika siswa, serta pembelajaran fisika menjadi tidak bermakna. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan serta metode dalam pembelajaran fisika menjadi sesuatu yang sangat penting manakala tolak ukur keberhasilan pembelajaran tersebut kurang dapat

menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal yang menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Baik hasil belajar kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman siswa, hasil belajar afektif yang berkenaan dengan sikap dan kecakapan hidup seseorang, serta hasil belajar psikomotor yang erat kaitannya dengan skill atau

keterampilan seseorang. Ketiganya merupakan satu kesatuan hasil belajar yang tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, telah dilakukan penelitian mengenai perbandingan hasil belajar fisika melalui metode eksperimen dengan demonstrasi menggunakan multimedia interaktif pada materi


(18)

7

momentum dan impuls. Harapannya dengan menerapkan kedua metode menggunakan multimedia interaktif untuk membelajarkan konsep materi yang bersifat abstrak dan ilmiah serta akan dapat berpengaruh secara positif terhadap optimalnya pencapaian hasil belajar fisika siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

Manakah yang lebih tinggi hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara metode eksperimen dengan demonstrasi menggunakan multimedia interaktif?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui:

Metode yang menghasilkan rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi antara penerapan metode eksperimen dengan demonstrasi menggunakan multimedia interaktif.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1. Memberikan alternatif pembelajaran fisika yang melibatkan peran aktif siswa.

2. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi para guru untuk meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.

3. Memberikan motivasi kepada para guru untuk lebih giat menggunakan media yang ada dalam proses pembelajaran secara maksimal.


(19)

8

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang meliputi aspek kognitif. Hasil belajar tersebut berbentuk pengetahuan.

2. Metode eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan metode eksperimen yang bersifat eksperimen laboratorium virtual. Hal ini sesuai dengan karakteristik materi momentum dan impuls yang bersifat abstrak yang dalam proses pembelajarannya membutuhkan media untuk

memvisualisasikan konsep materi yang akan disampaikan. Siswa mengontrol sendiri pelaksanaan eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat-alat berbasis komputer.

3. Metode demonstrasi adalah suatu teknik penyajian pelajaran dimana guru/kelompok siswa memperagakan kepada seluruh siswa sesuatu proses sehingga siswa dapat mengamati dan merasakan proses tersebut.

4. Multimedia interaktif merupakan perpaduan interaksi antara berbagai media berupa teks, gambar, grafik, suara, animasi, video, yang dikemas menjadi file digital untuk menyampaikan pesan kepada siswa.

5. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA semester ganjil SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.


(20)

II. KERANGKA TEORETIS

A. Landasan Teori

1. Contextual Teaching and Learning Untuk Pembelajaran Efektif

Menurut Sagala (2011: 87), komponen-komponen utama pembelajaran yang efektif, yakni:

a) Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas, sempit dan tidak dengan tiba-tiba.

Dalam pandangan konstruktivisme, strategi membangun pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara: (1) Menjadikan pengetahuan lebih bermakna bagi siswa; ( 2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; ( 3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme merupakan suatu proses pembelajaran dimana siswa membangun pemahaman terhadap suatu materi berdasarkan pemahaman yang sudah ada dan mengembangkannya dengan mengaplikasikan


(21)

10 pada dunia nyata sehingga pada akhirnya diperoleh suatu pembelajaran yang bermakna.

b) Bertanya (questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) Menggali informasi baik administrasi maupun akademis; (2) Mengecek pemahaman siswa; (3) Membangkitkan respon pada siswa; (4)

Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; (8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

c) Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry adalah: (1) Observasi (observation); (2) Bertanya (questioning); (3) Mengajukan dugaan (hipotesis); (4) Pengumpulan data (data gathering); (5) Penyimpulan (conclusion).

d) Masyarakat belajar (learning community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.


(22)

11 e) Pemodelan (modeling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam pendekatan kontekstual guru bukan satu satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh temannya.

f) Refleksi (reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar dimasa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses belajar. Pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit sehingga semakin berkembang. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan refleksi itu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru

dipelajarinya.

g) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa


(23)

12 perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

Karakteristik Authentic Assessment adalah: (1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; (2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (3) Yang diukur keterampilan dan performansi bukan hanya mengingat fakta; (4) Berkesinambungan; (5) Terintegrasi; (6) Dapat digunakan sebagai feed back.

Jadi, dengan pendekatan kontekstual para siswa akan lebih bermakna dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pendekatan ini membantu guru

menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka.

2. Metode Eksperimen

Metode eksperimen menurut Djamarah dan Zain (1996), adalah “Cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan pecobaan dengan mengalami dan

membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari”. Sedangkan menurut Roestiyah (2001: 79) metode eksparimen diartikan sebagai ”Salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal; mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru”.

Bedasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode eksperimen atau percobaan adalah suatu tehnik mengajar yang menekankan pada keterlibatan siswa secara langsung untuk


(24)

13 mengalami proses dan membuktikan sendiri hasil percobaan. Metode ini

merupakan suatu metode mengajar yang termasuk paling sesuai untuk pelajaran IPA.

Menurut Sagala (2011), ada lima komponen utama dalam pembelajaran metode eksperimen, yakni:

a. Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen

Penggunaan metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk: Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data yang diperoleh melalui pengamatan pada proses eksperimen; Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan; Melatih peserta didik mengunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan.

b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Kelebihan dari metode eksperimen yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah: Membuat peserta didik percaya pada kebenaran dan kesimpulan

percobaannya sendiri, tidak hanya menerima begitu saja penjelasan dari guru atau buku; Peserta didik terlibat aktif dalam mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya; Mampu melatih peserta didik untuk menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah serta berpikir ilmiah, sehingga terlatih untuk membuktikan ilmu secara ilmiah; Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis, dan menghilangkan verbalisme; Hasil belajar akan melekat lebih lama pada anak didik.


(25)

14 Di samping memiliki kelebihan ternyata metode eksperimen juga memiliki

kekurangan. Kekurangan tersebut adalah: Memerlukan peralatan, bahan, dan sarana eksperimen yang mencukupi bagi setiap siswa atau kelompok siswa. Jika hal ini tidak terpenuhi akan mengurangi kesempatan siswa untuk dapat

bereksperimen; Dapat menghambat laju pembelajaran apabila dalam pelaksanaannya ternyata ada eksperimen yang memerlukan waktu lama; Kekurang pengalaman guru maupun peserta didik dalam melaksanakan

eksperimen, akan menimbulkan kesulitan tersendiri pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar; Kegagalan atau kesalahan dalam eksperimen akan

mengakibatkan perolehan hasil belajar (berupa informasi, fakta, atau data) yang salah atau menyimpang.

c. Prosedur Pemakaian Metode Eksperimen

Ada beberapa prosedur/ langkah yang harus dilakukan pada pemakaian metode eksperimen agar mendapatkan hasil yang optimal. Langkah-langkah tersebut seperti dalam tabel 2.1

d. Pelaksanaan Eksperimen

Adapun pelaksanaan ekperimen langkah-langkahnya sebagai berikut: Siswa memulai percobaan; Pada waktu percobaan, guru memperhatikan, apabila perlu mendekati untuk mengamati proses yang dilakukan siswa; Selama percobaan berlangsung, guru hendaklah memperhatikan situasi secara keseluruhan. Tabel 2.1 menunjukkan langkah-langkah metode eksperimen.


(26)

15 Tabel 2.1 Langkah-langkah Metode Eksperimen

Tahap

pembelajaran

Tahap Eksperimen Menjelaskan tujuan Eksperiment

Awal · Pembukaan

· Menyajikan pengetahuan prasyarat/ rasional

· Menjelaskan tujuan eksperimen

· Memotivasi siswa dengan Pertanyaan

Inti Pelaksanaan Eksperimen · Menyediakan alat-alat serta bahan yang akan

digunakan, mengisi LKS dengan data-data

· Menganalisis data-data hasil kegiatan Eksperimen Penutup Memberikan kesempatan

kepada

siswa menyimpulkan hasil

Kegiatan pemantapan

e. Tindak Lanjut Eksperimen.

Adapun tindak lanjut eksperimen yang dilakukan meliputi: Meminta siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru; Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen; Memeriksa dan

mengumpulkan kembali segala peralatan yang digunakan dan membersihkannya terlebih dahulu apabila kotor.

Dari beberapa penjelasan di atas, metode eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan metode eksperimen yang bersifat eksperimen

laboratorium virtual. Hal ini sesuai dengan karakteristik materi momentum dan impuls yang bersifat abstrak yang dalam proses pembelajarannya membutuhkan media untuk memvisualisasikan konsep materi yang akan disampaikan. Siswa mengontrol sendiri pelaksanaan eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat-alat berbasis komputer.


(27)

16

3. Metode Demonstrasi

Metode ini banyak digunakan dalam menyajikan pembelajaran IPA. Metode ini menghindarkan siswa dari kemampuan yang bersifat verbal, sebab siswa dihadapkan pada fakta yang nyata. Menurut Djamarah dan Zain (1996: 45) metode demonstrasi adalah ”cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai penjelasan

lisan”. Sementara menurut menurut Poedjiadi (2002: 51) “Apabila alat dan bahan yang dimiliki suatu sekolah tidak mencukupi, seorang guru dapat memberikan pengalaman kepada para siswa dengan observasi dan interaksi aktif melalui

demonstrasi”.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi adalah suatu teknik penyajian pelajaran dimana guru/ kelompok siswa memperagakan kepada seluruh siswa sesuatu proses sehingga siswa dapat mengamati dan

merasakan proses tersebut. Metode demonstrasi digunakan dengan pertimbangan sekolah tidak memiliki alat dalam jumlah yang memadai untuk menggunakan metode eksperimen.

Menurut Sagala (2011), ada tiga komponen utama dalam pembelajaran metode demonstrasi, yakni:

a. Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi

Tujuan penggunaan metode demonstrasi antara lain: (1) Siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu; (2) Siswa dapat menyaksikan kerja suatu alat atau benda; (3) Siswa dapat mengamati bagian-bagian dari suatu benda


(28)

17 atau alat; (4) Bila siswa melakukan sendiri demonstrasi, maka ia dapat mengerti juga penggunaan suatu alat.

b. Keunggulan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Keunggulan dari metode demonstrasi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah: (1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme; (2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari; (3) Proses pengajaran menjadi lebih menarik; (4) Siswa

dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

Disamping memiliki kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki kekurangan, antara lain: (1) Metode ini memerlukan ketrampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif; (2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik; (3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam mata pelajaran lain.

c. Prosedur Pemakaian Metode Demonstrasi

Untuk mendapatkan hasil belajar yang efektif pada pemakaian metode demonstrsi, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut seperti dalam tabel 2.2.


(29)

18 Tabel 2.2 Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Tahap

Pembelajaran

Tahap Demonstrasi Keterangan

Awal

· Pembukaan

· Menyajikan pengetahuan prasyarat/ rasional

· Menjelaskan tujuan demonstrasi

· Menggali pengetahuan awal siswa, berupa kemampuan prasyarat/ pengetahuan awal

tentang konsep yang dipelajari

Inti

·Pelaksanaan demonstrasi ·Memberi kesempatan siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol

· Penyajian, penjelasan konsep · Kegiatan/ latihan siswa untuk

merefleksikan materi yang telah didemonstrasikan, mencatat data, menganalisis data dan penarikan

kesimpulan Penutup

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan yang didapat dari demonstrasi dan pengalaman

kesituasi yang lebih kompleks

Kegiatan pemantapan tugas rumah, proyek, dll

4. Multimedia Interaktif

Multimedia interaktif adalah alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan video (Robin dan Linda dalam Niken, 2010: 11) sedangkan berdasarkan Wahono dalam Niken (2010: 11) bahwa multimedia interaktif merupakan perpaduan antara teks, grafik, suara, animasi dan video untuk menyampaikan pesan pada publik. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa multimedia interaktif merupakan perpaduan interaksi antara berbagai media berupa teks, gambar, grafik, suara, animasi, video, yang dikemas menjadi file digital untuk menyampaikan pesan kepada publik.


(30)

19 Multimedia memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan

memungkinkan siswa merasa terlibat dalam proses pembelajaran karena teknologi multimedia mampu menghadirkan kemunikasi yang iteraktif. Siswa yang

menggunakan multimedia dapat mempelajari pengetahuan yang ada di dalam multimedia sesuai dengan minat, bakat, keperluan, pengetahuan dan emosinya.

Elemen dasar multimedia yang biasa digunakan dalam pengembangan media pembelajaran diantaranya: (1) grafik yaitu lambang-lambang, titik-titik dan simbol serta garis yang menghubungkan variabel satu dengan lainnya. Media grafis diantaranya: sketsa, diagram bagan, poster dan kartun; (2) teks merupakan sejenis data yang paling mudah dan memerlukan sedikit jumlah ruang ingatan; (3)

animasi merupan tampilan gambar-gambar yang berurutan dalam bentuk pergerakan. Animasi juga merupakan suatu proses menjadikan suatu objek agar kelihatan hidup atau memberi gambar bergerak kepada sesuatu yang pada dasarnya statis; (4) bunyi berfungsi sebagai pemberi penjelasan terhadap kesalahan atau masalah, menghasilkan ketertarikan kepada pengguna melalui musik, dan menarik perhatian melalui berbagai jenis bunyi.

Melalui multimedia baik siswa, guru, maupun masyarakat dapat memperoleh akses terhadap pendidikan berkualitas. Multimedia juga meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan bagi setiap orang. Sifat multimedia dalam mendistribusikan pendidikan yang berkualitas memiliki standar operasional diantaranya: memiliki standardisasi kurikulum, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran, yang menjadikan pendidikan lebih berkualitas. Multimedia dalam sistem pendidikan saat ini menjadi teknologi alternatif untuk menyampaikan pembelajaran.multimedia membuka akses terhadap pendidikan oleh semua kalangan masyarakat. Dengan karakteristik tersebut, multimedia dapat menjadi solusi terhadap berbagai masalah pendidikan, khususnya relavansi dan pemerataan kualitas pendidikan.

Penerapan multimedia sebagai media pembelajaran tatap mempunyai kekurangan dan kelebihan Rakim (2008). Adapun kelebihan tersebut adalah: (1) pembelajaran


(31)

20 menjadi lebih inovatif dan interaktif; (2) mampu menimbulkan rasa senang selama pembelajaran berlangsung, sehingga akan menambah motivasi belajar siswa; (3) mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran; (4) mampu memvisualisasikan materi yang abstrak; (5) media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel; (6) membawa obyek yang sukar didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan belajar; (7) menampilkan obyek yang terlalu besar ke dalam kelas; (8) menampilkan obyek yang tidak dilihat secara langsung. Sedangkan kekurangan dari multimedia adalah: (1) biaya relatif mahal pada tahap awal; (2) kemapuan SDM dalam penggunaan multimedia masih perlu ditingkatkan; (3) belum memadainya perhatian dari pemerintah; (4) belum memadainya infrastruktur untuk daerah tertentu.

5. Hasil Belajar dalam Pembelajaran Fisika

Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya terjadi di setiap ranah, yaitu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Munaf, (2001: 67) mengklasifikasikan perubahan tersebut meliputi 3 wawasan, yaitu:

1. Ranah Kognitif, meliputi kemampuan intelektual siswa 2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan minat

3. Ranah Psikomotorik, meliputi kemampuan untuk bertindak dan keterampilan fisik.

Hasil belajar yang dicapai siswa harus dapat diukur, yang digambarkan dengan angka atau nilai yang diperoleh dari hasil tes belajar. Tes hasil belajar dibuat untuk menentukan tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan materi. Dari hasil penilaian tersebut maka guru dapat memperbaiki dan menyusun kembali program pembelajaran lebih lanjut.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan (Hamalik, 2005: 31). Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam


(32)

21 melakukan kegiatan pembelajaran, dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Menurut Sukardi (2008: 2) hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Penacapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran. Hal ini berarti hasil belajar

diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Menurut Dimyati dalam Dewi (2010: 14)

Hasil belajar merupakan hasil proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau symbol yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3)

Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.

Hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang telah belajar adalah

terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sukardi (2008: 75) membagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis prilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.


(33)

22 Ranah afektif terdiri dari lima prilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh prilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan dan kreativitas.

Disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan. Maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dari masing- masing individu. Hasil belajar menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun non tes. Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2005: 19)

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pemikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, dari tiga ranah yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah kognitif. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.


(34)

23 Hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh oleh siswa setelah melalui proses belajar, berupa skor yang diperoleh siswa dari tes formatif pokok bahasan materi yang telah dijelaskan atau diajarkan oleh guru. Maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Menurut Sudjana (2004: 22)

Hasilbelajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita.

Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat berasal dari dalam diri (faktor internal) siswa dan faktor dari luar diri (eksternal) siswa. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, seorang siswa harus dapat mengedalikan faktor-faktor tersebut dengan baik.

Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut berbentuk pengetahuan,

keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang telah melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.

B. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini pembelajaran melalui pengamatan dan pengukuran, dapat dilaksanakan dengan pembelajaran kontekstual lewat eksperimen dan demonstrasi. Pada metode eksperimen, semua siswa bisa berinteraksi dan terlibat aktif


(35)

24 secara langsung dalam melakukan pengamatan, mengumpulkan fakta, informasi atau data, menemukan sendiri pengetahuan atau konsep sehingga pemahamannya lebih mendalam, dapat mengembangkan tujuh ketrampilan CTL lebih banyak. Konsep yang sudah diperoleh dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajarnnya menjadi pembelajaran yang lebih bermakna sesuai dengan teori belajar Ausebel dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi.

Diduga bahwa kedua metode sama-sama dapat meningkatkan prestasi belajar siswa namun metode eksperimen dapat memberikan pengaruh lebih baik pada prestasi belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi.

Pada pembelajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dilakukan kegiatan percobaan/ praktikum/ peragaan dengan

menggunakan multimedia interaktif oleh kelompok siswa. Pendidikan pada suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran di kelas. Sedangkan proses pembelajaran di kelas selalu berhubungan dengan pemilihan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode dan media

pembelajaran yang akan diguanakan harus sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkanakan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.

Diduga bahwa ada interaksi antara pendekatan, metode pembelajaran

menggunakan multimedia interaktif terhadap prestasi belajar fisika siswa pada pokok bahasan momentum dan impuls. Interaksi antara pembelajaran fisika


(36)

25 dengan pendekatan kontekstual melalui metode eksperimen dan demonstrasi

menggunakan multimedia interaktif terhadap hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan momentum dan impuls.

Pemilihan pendekatan, metode dan media yang tepat, akan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa secara maksimal. Dalam kegiatan demonstrasi,

kemampuan verbal siswa sangat diperlukan. Siswa yang mempunyai kemampuan verbal yang baik diharapkan bisa lebih mudah dalam melakukan diskusi

pemantapan setelah perlakuan peragaan/ demonstrasi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah. Sehingga siswa yang memiliki

kemampuan verbal tinggi, hasil belajarnya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah. Terutama ketika siswa dalam

pembelajarannya menggunakan metode demonstrasi. Hal ini dikarenakan dalam diskusi sangat diperlukan keterlibatan siswa secara aktif untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan pendapatnya secara verbal daripada metode eksperimen. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah lebih baik

menggunakan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah kemungkinan hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi ketika menggunakan metode eksperimen. Sehingga pembelajaran kontekstual menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan verbal siswa merupakan faktor keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Penelitian ini menggunakan dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat yang digunakan untuk membandingkan tingkat keberhasilan kegiatan


(37)

26

Y2 Y1

X2 X1

Dibandingkan

pembelajaran. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran eksperimen (X1) dan metode pembelajaran demonstrasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y). Dalam penelitian ini ada dua hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen (Y1)dan hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi (Y2). Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram kerangka pikir.

Gambar 2.1 kerangka pemikiran penelitian

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian ini adalah:

1. Kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman belajar yang setara.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar fisika selain variabel yang diteliti dianggap tidak berpengaruh atau diabaikan.

2. Hipotesis

Dari kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir di atas dapat disusun hipotesis sebagai berikut:


(38)

27 Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan metode eksperimen dengan metode demonstrasi menggunakan multimedia interaktif.


(39)

28

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto (2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 65 siswa dan terbagi dalam 2 kelas.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Teknik pengambilan sampel merupakan cara untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian Sugiyono (2010: 217). Dalam

penelitian ini, Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Teknik ini menghendaki adanya

kelompok-kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-kelompok yang ada dalam populasi. Jadi, populasi sengaja dipandang berkelompok-kelompok kemudian kelompok tersebut tercermin dalam sampel. Dari populasi dua kelas di atas yang akan diberi perlakuan metode yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran yang sama, yaitu kelas XI IPA1 dan XI IPA2. Kelas pertama diberikan pembelajaran dengan metode eksperimen dan kelompok kelas yang kedua diberikan pembelajaran dengan metode demonstrasi. Untuk masing-masing kelas yang digunakan


(40)

29

Keterangan:

1

O : nilai pretest

2

O : nilai posttest

1

X : metode eksperimen

2

X : metode demonstrasi

sebagai sampel penelitian. Masing-masing kelas terdiri dari XI IPA1 29 siswa dan XI IPA2 36 siswa, sehingga jumlah sampel ada 65 siswa.

B. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Quasi Eksperimental Design dengan tipe Non-Eqivalent posttest-pretest design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain eksperimen Non-Eqivalent posttest-pretest design

Sugiyono (2010: 111) O1 X1 O2


(41)

30

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan memberikan pretest yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan yaitu dengan memberikan materi pembelajaran menggunakan metode pembelajaran eksperimen dan metode pembelajaran domonstrasi kepada seluruh siswa yang dijadikan sampel. Setelah proses pembelajaran selesai siswa diberikan posttes. Pemberian pretest dan posttes

bertujuan untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan yang berkaitan dengan materi pelajaran.

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran metode eksprimen (X1), dan metode demonstrasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa adalah soal tes berbentuk uraian. Tes ini digunakan pada saat pretest dan posttest dengan jumlah soal sebanyak 30 butir soal.


(42)

31

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

a. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diu-kur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya se-suai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

Arikunto ( 2007: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05


(43)

32 Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3 Masrun dalam Sugiyono (2010: 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 dengan kriterium uji bila correlated itemtotal correlation

lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).

b. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total Arikunto ( 2007: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen


(44)

33 diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan software SPSS 16 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.

2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.

3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.

4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat

reliabel. Saputri (2010: 30)

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan

pritest dan posttest. Bentuk instrumennya berupa soal tes pilihan jamak sebanyak 30 soal.


(45)

34 pre pre post

S

S

S

S

g

max

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

a. Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor posttest

dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah

Keterangan:

g = N gain

post

S

= Skor postest pre

S

= Skor posttest max

S = Skor maksimum

Kategori: Tinggi : 0,7 N-gain 1 Sedang : 0,3 N-gain < 0,7 Rendah : N-gain < 0,3

Meltzer (2002) dikutip oleh Marlangen (2010: 34)

Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skor pretest

dan posttest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan metode eksperimen danmetode demonstrasi.


(46)

35

b. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2. Uji Homogenitas

a.Dua Varians

Pengujian hipotesis dua varians dilakukan untuk mengetahui varians dua populasi sama (homogen) atau tidak (heterogen). S12dan S22 merupakan penduga 12dan 22

Rumus varians:

S12 =


(47)

36 Dimana;

S12= varians dari sampel 1 dengan n1 individu S22= varians dari sampel 2 dengan n2 individu Prosedur Pengujian Hipotesis :

1. Menentukan formulasi hipotesis Uji pihak kanan

Ho: 12= 22 Ha: 12> 2 Uji pihak kiri Ho: 12= 22 Ha: 12< 22 Uji dua pihak Ho: 12= 22 Ha: 12 22

2. Menentukan taraf nyata ( ) dan Ftabel

Ftabel ditentukan dengan , derajat bebas pembilang (v1 = n1 – 1), dan derajat bebas penyebut (v2 = n2 – 1).

Catatan: Derajat bebas disesuaikan formula uji statistik yang

digunakan.

3. Menentukan kriteria pengujian a. Uji pihak kanan

Ho diterima, jika Fhitung < Ftabel = F (v1 ;v2 )


(48)

37 b. Uji pihak kiri

Ho diterima, jika Fhitung > Ftabel = F1 (v1 ;v2 )

Ho ditolak, jika Fhitung Ftabel = F1 (v1 ;v2 )

c. Uji dua pihak

Ho diterima, jika < Fhitung <

Ho ditolak, jika Fhitung Ftabel = atau Fhitung Ftabel =

Catatan:

= 4. Menentukan uji statistik Jika menggunakan uji statistik Fhitung =

Maka derajat bebas pembilang = v1 dan derajat bebas penyebut = v2

Jika menggunakan uji statistik Fhitung =

Maka derajat bebas pembilang = v1 ada pada varians terbesar dan derajat bebas penyebut = v2 ada pada varians terkecil.

5. Memberikan kesimpulan

b. Lebih Dari Dua Varians

Untuk menguji apakah k buah populasi berdistribusi independen dan normal masing-masing dengan varians 12, 22, ..., k2bersifat


(49)

38 homogen.

Metode yang dilakukan dengan Uji Bartlett

Prosedur Pengujian Hipotesis: 1. Merumuskan formula hipotesis Ho: 12= 22= ... = k2(Homogen) Ha: 12 22 ... k2(Tidak Homogen) 2. Menentukan taraf nyata ( ) dan 2 tabel X2tabel = X2(1- )(k-1)

Dimana k = banyaknya percobaan. 3. Menentukan kriteria pengujian Ho diterima, jika 2hitung < 2tabel Ho ditolak, jika 2hitung 2tabel 4. Menentukan uji statistik

a. Menentukan varians gabungan dari semua sampel. S2 =

b. Menentukan harga satuan B. B = (log S2) (ni – 1)

c. Membuat daftar tabel kerja uji Bartlett

Sampel Ke-

dk 1/dk Si2 Log Si2 (dk) Log Si2

1 n1-1 1/(n1 1) S12 Log S12 (n1 - 1) Log S12

2 n2-1 1/(n2 1) S22 Log S22 (n2 - 1) Log S22

……

…. …. 1/(nk – 1) ….. …. …….

K nk-1 …….. Sk2 Log Sk2 (nk - 1) Log Sk2 (ni – 1) ∑ 1/(ni – 1)

Σ

(n


(50)

39 d. Menentukan nilai 2

2

hitung = (ln 10){B - (ni – 1)log Si2} 5. Memberikan kesimpulan

3. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

a) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah

1. Hipotesis Pertama

HO : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara

siswa yang menggunakan metode eksperimendengan metode demonstrasi.

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa

yang menggunakan metode eksperimendengan metode demonstrasi.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.


(51)

40 Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HOditolak.

Uji hipotesis menggunakan software SPSS 16

Distribusi t dengan = 0,05 dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

O

H diterima jika 0,05

O


(52)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI

METODE EKSPERIMEN DENGAN DEMONSTRASI

MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

(Skripsi)

Oleh

Raden Rahmat Sairi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(53)

i DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup ... 8

BAB II KERANGKA TEORETIS A. Landasan Teori ... 9

1. Contextual Teaching and Learning Untuk Pembelajaran Efektif ... 9

a. Konstruktivisme (constructivism) ... 9

b. Bertanya (questioning) ... 10

c. Menemukan (inquiry)... 10

d. Masyarakat Belajar (learning community) ... 10

e. Pemodelan (modeling) ... 11

f. Refleksi (reflection) ... . 11

g. Penilaian Sebenarnya (authentic assessment)... 11

2. Metode Eksperimen ... 12

a. Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen ... 13


(54)

ii

c. Prosedur Pemakaian Metode Eksperimen ... 14

d. Pelaksanaan Eksperimen ... 14

e. Tindak Lanjut Eksperimen... 15

3. Metode Demonstrasi ... 16

a. Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi... 16

b. Keunggulan dan Kekurangan Metode Demonstrasi ... 17

c. Prosedur Pemakaian Metode Demonstrasi ... 17

4. Multimedia Interaktif ... 18

5. Hasil Belajar dalam Pembelajaran Fisika ... 20

B. Kerangka Berpikir ... 23

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 26

1. Anggapan Dasar ……… ... 26

2. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

B. Desain Penelitian ... 29

C. Prosedur Penelitan ... 30

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian... 30

F. Analisis Instrumen ... 31

a. Uji Validitas ... 31

b. Uji Reliabilitas ... 32

G. Teknik Pengumpulan Data... 33

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... .. 34

a. Analisis Data ... 34

b. Pengujian Hipotesis ... 35

1. Uji Normalitas ... 35

2. Uji Homogenitas ... 35

a. Dua Varians ... 35

b. Lebih Dari Dua Varians ... 37


(55)

iii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Data Hasil Belajar ... 41

2. Hasil Uji Penelitian ... 43

a. Uji Normalitas ... 43

b. Uji Homogenitas ... 44

3. Uji Hipotesis ... 44

B. Pembahasan ... 46

C. Keterbatasan Penelitian ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, 2006. Jakarta.

Depdiknas. 2007. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Dewi, Lia Astria. 2010. “Implementasi Penilaian Otentik Menggunakan

Collaborative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka

Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada

Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Munaf. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. UPI. Bandung.

Rahayuni. 2012. Homogenitas dan Uji Independen. Diakses 15 Juli 2012 dari

http://rahayuni.com/uji-homogenitas-dan-uji-independensi-menggunakan- spss-dan-r-console.html

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar. Alfabeta. Bandung. Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex

Media Komputindo. Jakarta.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(57)

Sudjana. 2004. Media Pengajaran. Sinar Baru Algendindo. Bandung. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Sukardi, H.N. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara. Jakarta.


(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI

METODE EKSPERIMEN DENGAN DEMONSTRASI

MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

(Skripsi)

Oleh

Raden Rahmat Sairi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup ... 8

BAB II KERANGKA TEORETIS A. Landasan Teori ... 9

1. Contextual Teaching and Learning Untuk Pembelajaran Efektif ... 9

a. Konstruktivisme (constructivism) ... 9

b. Bertanya (questioning) ... 10

c. Menemukan (inquiry)... 10

d. Masyarakat Belajar (learning community) ... 10

e. Pemodelan (modeling) ... 11

f. Refleksi (reflection) ... . 11

g. Penilaian Sebenarnya (authentic assessment)... 11

2. Metode Eksperimen ... 12

a. Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen ... 13


(3)

ii

c. Prosedur Pemakaian Metode Eksperimen ... 14

d. Pelaksanaan Eksperimen ... 14

e. Tindak Lanjut Eksperimen... 15

3. Metode Demonstrasi ... 16

a. Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi... 16

b. Keunggulan dan Kekurangan Metode Demonstrasi ... 17

c. Prosedur Pemakaian Metode Demonstrasi ... 17

4. Multimedia Interaktif ... 18

5. Hasil Belajar dalam Pembelajaran Fisika ... 20

B. Kerangka Berpikir ... 23

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 26

1. Anggapan Dasar ……… ... 26

2. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

B. Desain Penelitian ... 29

C. Prosedur Penelitan ... 30

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian... 30

F. Analisis Instrumen ... 31

a. Uji Validitas ... 31

b. Uji Reliabilitas ... 32

G. Teknik Pengumpulan Data... 33

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... .. 34

a. Analisis Data ... 34

b. Pengujian Hipotesis ... 35

1. Uji Normalitas ... 35

2. Uji Homogenitas ... 35

a. Dua Varians ... 35

b. Lebih Dari Dua Varians ... 37


(4)

iii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Data Hasil Belajar ... 41

2. Hasil Uji Penelitian ... 43

a. Uji Normalitas ... 43

b. Uji Homogenitas ... 44

3. Uji Hipotesis ... 44

B. Pembahasan ... 46

C. Keterbatasan Penelitian ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, 2006. Jakarta.

Depdiknas. 2007. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Dewi, Lia Astria. 2010. “Implementasi Penilaian Otentik Menggunakan

Collaborative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa”.

Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka

Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada

Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Munaf. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. UPI. Bandung.

Rahayuni. 2012. Homogenitas dan Uji Independen. Diakses 15 Juli 2012 dari

http://rahayuni.com/uji-homogenitas-dan-uji-independensi-menggunakan- spss-dan-r-console.html

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar. Alfabeta. Bandung.

Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(6)

Sudjana. 2004. Media Pengajaran. Sinar Baru Algendindo. Bandung. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Sukardi, H.N. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar

2 8 150

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Dan Metode Demonstrasi

1 10 213

Penerapan Multimedia Interaktif Untuk Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaaii Islam Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang Ii Pamulang (Studi Kasus Terhadap Penerapan Multimedia Interaktif Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Ti

0 10 139

Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Konsep Fluida Dinamis

14 174 262

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN INKUIRI DENGAN VERIFIKASI BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS

3 11 57

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA METODE BERMAIN PERAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIPLE REPRESENTATIONS (MR) GESTURE DENGAN METODE DEMONSTRASI

0 13 53

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI

1 10 53

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS V SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA

0 0 17

PEMBELAJARAN FISIKA KONTEKSTUAL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISKUSI MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA | Saregar | Inkuiri 3790 8381 1 SM

0 0 14

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE EKSPERIMEN INKUIRI DENGAN VERIFIKASI BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS

0 0 11