PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN DAN PERHATIAN SISWA

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI

KEINGINTAHUAN DAN PERHATIAN SISWA

(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1 Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Fisika

oleh: Ibnu Prakosa

S830809010

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI

KEINGINTAHUAN SISWA DAN PERHATIAN SISWA

(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1

Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

disusun oleh:

Ibnu Prakosa S830809010

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. 7 Januari 2011 NIP. 195201161980031001 _____________ ________

Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. 7 Januari 2011 NIP. 195209151976032001 _____________ _________

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Sains

Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195201161980031001


(3)

commit to user

iii

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI

KEINGINTAHUAN SISWA DAN PERHATIAN SISWA

(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1

Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

disusun oleh:

Ibnu Prakosa S830809010

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua Prof. Dr. Ashadi ……… …... Sekretaris Drs. Cari, M.A., M.Sc., Ph.D. ………….. …... Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H.Widha Sunarno,M.Pd ..……… ……... 2. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D …………. ………...

Surakarta, Januari 2011 Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains Direktur PPs UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 195201161980031001


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama : Ibnu Prakosa

NIM : S830809010

menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis saya berjudul “Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau dari Keingintahuan Siswa dan Perhatian Siswa (Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1 Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)”, adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 3 Januari 2011 Yang membuat pernyataan,


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Ibnu Prakosa. S830809010. “Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau dari Keingintahuan dan Perhatian Siswa (Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1 Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret, Januari 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Pembimbing II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa; (2) Pengaruh dalam pembelajaran fisika antara keingintahuan siswa kategori tinggi atau keingintahuan siswa kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa; (3) Pengaruh dalam pembelajaran fisika antara perhatian siswa kategori tinggi dan perhatian siswa kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa; (4) Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa; (5) Interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa; (6) Interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa; (7) Interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh kelas IX SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 6 kelas. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 2 kelas. Kelas eksperimen pertama diberi meode demonstrasi dan kelas eksperimen kedua diberi metode eksperimen. Data diperoleh menggunakan teknik tes kognitif prestasi belajar dan non-tes angket afektif prestasi belajar, keingintahuan siswa. Data dianalisis menggunakan anava dengan desain factorial 2X2X2, didesain dan dihitung menggunakan Minitab 15.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terdapat pengaruh pembelajaran Fisika melalui inkuiri terbimbing antara metode eksperimen dengan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2010/2011, metode eksperimen berpengaruh sangat signifikan dibandingkan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif; (2) Terdapat pengaruh dalam pembelajaran fisika antara keingintahuan siswa dalam belajar fisika kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, keingintahuan tinggi memberikan pengaruh yang cukup signifikan dibanding keingintahuan rendah; (3) Tidak terdapat pengaruh pembelajaran fisika antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif; (4) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif; (5) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa untuk ranah kognitif maupun ranah afektif. Tingkat perhatian


(6)

commit to user

vi

siswa yang tinggi dengan metode eksperimen berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif maupun ranah afektif; (6) Terdapat interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif. Tingkat keingintahuan siswa yang tinggi dengan metode eksperimen berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif; (7) Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif.

Kata kunci: inkuiri terbimbing, demonstrasi, eksperimen, keingintahuan, perhatian, prestasi belajar kognitif, prestasi belajar afektif, listrik dinamis


(7)

commit to user

vii ABSTRACT

Ibnu Prakosa. S830809010. “Guided-Inquiry Learning Using Demonstration and Experiment Methods Overviewed from Student’s Curiosity and Student’s Attention (A Case Study over Electrodynamics for 9th Grade Students, SMP N 1 Karangmalang, Sragen, Academic Year 2010/2011). Thesis, Surakarta: Science Education Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University. January

2011. Advisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Advisor II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.

The objectives of this research were to know: (1) The effect of guided-inquiry learning using demonstration and experiment methods toward student’s achievements; (2) The effect of high or low student’s curiosity toward student’s learning achievements; (3 The effect of high or low levels student’s attention toward student’s achievements; (4) The interaction between learning methods and student’s curiosity toward student’s achievements; (5) The interaction between learning methods and student’s attention toward student’s achievements; (6) The interaction between student’s curiosity and student’s attention toward student’s achievements; (7) The interaction among learning methods, student’s curiosity, and student’s attention toward student’s achievements.

This research used experiment method. The population of this research was all of 9th grade students, SMP N 1 Karangmalang, Sragen, academic year 2010/2011, consisted of seven class. The samples was taken using cluster random sampling, consisted of two experiment class. The first class was treated using demonstration method and the second class was treated using experiment method. The data was collected using test for cognitive student’s achievement and non-test questionere for affective student’s achievement, student’s curiosity, and student’s attention. The data was analyzed using anova with 2X2X2 factorial, design and calculated using Minitab 15.

The results of this research could be concluded that: (1) There was an effect physic learning through guided-inquiry between experiment and demonstration methods toward cognitive and affective student’s achievements, the experiment effects more significantly than demonstration method toward cognitive and affective student’s achievements; (2) There was an effect physic learning through guided-inquiry between high and low student’s curiosity toward cognitive and affective student’s achievements, the high level effects more significantly than the low level toward cognitive and affective student’s achievements; (3) There was no effect in physic learning through guided-inquiry between high and low levels of student’s attention toward cognitive and affective student’s achievements; (4) There was interaction between learning methods and student’s curiosity toward cognitive and affective student’s achievements; (5) There was interaction between learning methods and student’s attention toward cognitive and affective student’s achievements; (6) There was interaction between student’s curiosity and student’s attention toward cognitive and affective student’s achievements; (7) There was no


(8)

commit to user

viii

interaction among learning methods, student’s curiosity, and student’s attention toward cognitive and affective student’s achievements.

keyword: guided-inquiry, demonstration method, experiment method, curiosity, attention, cognitive student’s achievement, affective student’s achievement, electrodynamics


(9)

commit to user

ix

ojo ndhisiki kersaning Gusti

ada OBSESI ada JALAN

teteg tenan temen tekun tekan

...


(10)

commit to user

x

Flora Mikhaila Hanafi, you are truly more than words,

thanks Allah...


(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah serta taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini dengan judul Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau dari Keingintahuan Siswa dan Perhatian Siswa.

Penyusunan Tesis ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.

3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing pertama yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan dan menyelesaikan laporan penelitian ini.

4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. selaku pembimbing kedua, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

6. Kepala Sekolah SMP N 1 Karangmalang Sragen yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana. 8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan yang lebih baik di sisi Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan laporan ini. Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2011


(12)

commit to user

xii DAFTAR ISI

JUDUL... i

PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK... v

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ……….….. 1

B. Identifikasi Masalah ……… .... . 11

C. Pembatasan Masalah ………. ... . 12

D. Perumusan Masalah ..………. 13

E. Tujuan Penelitian ……..……….……….... 14


(13)

commit to user

xiii

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS... 16

A. Kajian Teoretis………..………..…… ... 16

1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing……… 16

a. Pengertian Belajar ……… 17

b. Teori Belajar ……… ... ……… 18

c. Inkuiri Terbimbing ……… ……… 23

2. Metode Demonstrasi……… ... 33

3. Metode Esperimen……… ... 34

4. Keingintahuan Siswa………... 35

5. Perhatian Siswa……… ... 38

6. Prestasi Belajar Siswa……… ... 40

7. Materi Pelajaran Fisika Listrik Dinamis……… ... 42

B. Penelitian yang Relevan………..………..… 53

C. Kerangka Berfikir………..………..……... 60

D. Pengajuan Hipotesis………..………..…… .. 66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 67

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… . 67

B. Metode Penelitian ………. 68

C. Populasi, Subyek dan Teknik Pengambilan Sampel ………... 68

D. Variabel Penelitian ……….. 70

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data……… 72


(14)

commit to user

xiv

G. Uji Coba Instrumen ………... 76

H. Teknik Analisis Data ………... 83

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... ... 90

A. Deskripsi Data ... 90

B. Uji Prasyarat Analisis ... 110

C. Uji Hipotesis... 123

D. Pembahasan... 140

E. Keterbatasan Penelitian ... 148

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Implikasi ... 151

C. Saran... 152

DAFTAR PUSTAKA... 153


(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Listrik Dinamis SMP

Negeri 1 Karangmalang Sragen Kelas IX

Tahun Pelajaran 2009/2010 ……...…..….…………... 2 Tabel 2.1. Langkah Penemuan di dalam Kelas dan

Ragam Langkah Penemuan ………...…..….……... 28 Tabel 2.2 Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 32 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 67 Tabel 3.2 Validitas Item Instrumen Pengambilan

Data Penelitian ... 77 Tabel 3.3 Klasifikasi korelasi reliabilitas ………... 78 Tabel 3.4 Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data Penelitian………….. 78 Tabel 3.5 Distribusi Tingkat Kesukaran Soal Tes Kognitif

Prestasi Belajar Siswa ………. 80 Tabel 3.6 Distribusi Daya Pembeda Soal Tes Kognitif

Prestasi Belajar Siswa……… 81 Tabel 3.7 Desain Faktorial Penelitian …………... 83 Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai UAS Kelas VIII dari Sampel ...……... 90 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai UAS IPA Kelas VIII

Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ... 91 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai UAS IPA Kelas VIII

Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen) ... 93 Tabel 4.4 Deskripsi Data Skor Keingintahuan

Siswa Setelah Diberi Perlakuan... 94 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Keingintahuan Siswa


(16)

commit to user

xvi

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Keingintahuan Siswa

Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... 97

Tabel 4.7 Deskripsi Data Skor Perhatian Siswa

Setelah Diberi Perlakuan... 98 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perhatian Siswa

Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)... ... 99 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perhatian Siswa

Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... ... 101

Tabel 4.10 Deskripsi Data Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa

Setelah Diberi Perlakuan... ... 103 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)... 103 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... ... 105 Tabel 4.13 Deskripsi Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa

Setelah Diberi Perlakuan... ... 106 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)... 107 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... ... 109 Tabel 4.16 Rangkuman Keputusan Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria

Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar... ... 112 Tabel 4.17 Rangkuman Keputusan Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria

Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar... 117 Tabel 4.18 Output Hasil Uji Anava Prestasi Belajar (Ranah kognitif)


(17)

commit to user

xvii Tabel 4.19 Rangkuman p-value Uji Hipotesis

(Terhadap Prestasi Ranah Kognitif)... 125 Tabel 4.20 Output Hasil Uji Anava Prestasi Belajar (Ranah afektif)

Ditinjau dari Metode, Keingintahuan, dan Perhatian... 125 Tabel 4.21 Rangkuman p-value Uji Hipotesis


(18)

commit to user

xviii DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 2.1 Inquiry in Action ..………..…………... ... 26 Gambar 2.2 Basicmeter sebagai amperemeter……….…. ... 44 Gambar 2.3 Basicmeter sebagai voltmeter…………..…………...……… 46 Gambar 2.4 Rangkaian Hambatan susun Seri……….... 49 Gambar 2.5 Rangkaian Hambatan susun Paralel ……… . 51 Gambar 4.1 Histogram Data Nilai UAS Kelas Eksperimen I

(Metode Demonstrasi) ... 92 Gambar 4.2 Histogram Data Nilai UAS Kelas Eksperimen II

(Metode Eksperimen) ... . 93 Gambar 4.3 Histogram Data Skor Keingintahuan Siswa Kelas

Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ... 96 Gambar 4.4 Histogram Data Skor Keingintahuan Siswa Kelas

Eksperimen II (Metode Eksperimen) ... ... 97 Gambar 4.5 Histogram Data Skor Perhatian Siswa Kelas

Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ... 100 Gambar 4.6 Histogram Data Skor Perhatian Siswa Kelas

Eksperimen II (Metode Eksperimen) ... ... 102 Gambar 4.7 Histogram Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar

Siswa Kelas Eksperimen I

(Metode Demonstrasi) ... ... 104 Gambar 4.8 Histogram Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar

Siswa Kelas Eksperimen II

(Metode Eksperimen) ... ... 105 Gambar 4.9 Histogram Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar

Siswa Kelas Eksperimen I


(19)

commit to user

xix

Gambar 4.10 Histogram Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen II

(Metode Eksperimen) ... ... 109 Gambar 4.11 Grafik Uji Normalitas Data Nilai Tes Kognitif ... 111 Gambar 4.12 Grafik Uji Normalitas Data Skor Angket Afektif... 113 Gambar 4.13 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Metode Pembelajaran ... 115 Gambar 4.14 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Keingintahuan Siswa ... 117 Gambar 4.15 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Perhatian Siswa ... .. 118 Gambar 4.16 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Metode Pembelajaran ... 119 Gambar 4.17 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Keingintahuan Siswa... 120 Gambar 4.18 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Perhatian Siswa... 122 Gambar 4.19 Grafik Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran

Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)... 131 Gambar 4.20 Grafik Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran

Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)... 132 Gambar 4.21 Grafik Uji Lanjut Anava Keingintahuan Siswa

Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)... 133 Gambar 4.22 Grafik Uji Lanjut Anava Keingintahuan Siswa

Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)... 134 Gambar 4.23 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa

dengan Metode PembelajaranTerhadap Prestasi Belajar

(Ranah Kognitif)... 135 Gambar 4.24 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa

dengan Metode PembelajaranTerhadap Prestasi Belajar


(20)

commit to user

xx

Gambar 4.25 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Perhatian Siswa Terhadap Prestasi Belajar

(Ranah Kognitif)... 138 Gambar 4.26 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa

dengan Perhatian Siswa Terhadap Prestasi Belajar


(21)

commit to user

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Instrumen Silabus Pembelajaran…...…. ... 155

Lampiran 2 Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran …… ... 159

Lampiran 3 Instrumen Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing… ... 179

Lampiran 4 Instrumen Lembar Kerja Siswa (LKS) ………. ... 183

Lampiran 5 Kisi-kisi Angket Perhatian Siswa ……... ... 220

Lampiran 6 Instrumen Angket Perhatian Siswa ... 221

Lampiran 7 Kisi-kisi Angket Keingintahuan Siswa ……..…... ... 228

Lampiran 8 Instrumen Angket Keingintahuan Siswa... 229

Lampiran 9 Kisi-kisi Angket Kemampuan Afektif ……..…... ... 237

Lampiran 10 Instrumen Angket Kemampuan Afektif... 238

Lampiran 11 Kisi-kisi Tes Kemampuan Kognitif ……..…... ... 246

Lampiran 12 Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ……..…... 247

Lampiran 13 Uji Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Kognitif ... 256

Lampiran 14 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Kemampuan Afektif ... 259

Lampiran 15 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Perhatian Siswa ... 262

Lampiran 16 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Keingintahuan Siswa ... 265

Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian ... 268


(22)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Keberhasilan pendidikan tersebut dapat dinilai dalam suatu sistem penilaian pendidikan.Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses

dan ke majuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan

pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara

berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, baik aspek

kognitif maupun afektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam

mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran,

kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang

selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Ukuran kriteria pencapaian

SK dan KD tersebut mengacu pada nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

telah ditetapkan. Sehingga dengan demikian keberhasilan ketercapaian KKM adalah


(23)

commit to user

salah satu muara dari penilaian keberhasilan pendidikan mengacu pada kurikulum

yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pada level praktis di sekolah terdapat kesenjangan dari tuntutan kurikulum dan kenyataan hasil evaluasi pembelajaran. Kesenjangan yang dimaksud adalah terdapat hasil evaluasi pembelajaran yang tidak memenuhi dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Contoh kasus yang terjadi diantaranya di SMP N 1 Karangmalang Sragen. Nilai IPA fisika khususnya materi listrik dinamis pada siswa kelas IX di SMP N 1 Karangmalang banyak tidak memenuhi KKM.

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Listrik Dinamis Kelas IX Tahun Pelajaran 2009/2010 SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen

Nilai (N) Listrik Dinamis

N<70 70≤ N< 75 75≤ N< 80 N≥80

Jumlah No Kelas KKM

(siswa) (siswa) (siswa) (siswa) (siswa)

1 IX A 70 25 10 4 1 40

2 IX B 70 26 9 3 2 40

3 IX C 70 25 11 4 0 40

4 IX D 70 27 6 7 0 40

5 IX E 70 28 12 0 0 40

6 IX F 70 26 14 0 0 40

7 IXG 70 29 10 1 0 40

(Sumber: Legger Nilai Ulangan Harian IPA Fisika Kelas IX 2009/2010)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diperoleh gambaran bahwa dengan nilai KKM yang dtetapkan sebesar 70, ternyata lebih dari 50% siswa di tiap kelas rombongan belajar di SMP N 1 Karangmalang tidak lolos pada tes kesempatan pertama. Hal ini terjadi pada salah satu materi dan konsep fisika yang dipelajari SMP kelas IX semester I pada sub materi listrik dinamis. Padahal materi


(24)

commit to user

kelistrikan adalah materi yang sangat penting karena penerapannya sangat meluas dalam kehidupan sehari-hari misalnya peralatan elektronik rumah tangga, penerangan dan instalasi listrik untuk industri dan lain sebagainya. Walaupun termasuk materi yang penting, pada kenyataannya materi pelajaran tentang kelistrikan merupakan materi yang sulit bagi siswa, sebagaimana kasus di SMP N 1 Karangmalang yang menunjukkan rendahnya ketercapaian KKM materi listrik dinamis, sebagaimana data yang ditunjukkan pada tabel 1.1 di atas.

Berdasarkan kasus yang terjadi di SMP N 1 Karangmalang, faktor penyebab ketidaktercapaian KKM, khususnya pelajaran IPA fisika materi listrik dinamis, dapat ditinjau dari empat sisi, yaitu siswa, guru, materi ajar, dan penunjang sarana prasarana. Ditinjau dari penunjang sarana prasarana sumber belajar dan lingkungan pembelajaran, kondisi yang ada adalah sekolah belum memiliki sarana dan sumber belajar yang lengkap yang berupa bahan bacaan atau sumber informasi, buku pelajaran, alat laboratorium/praktik, ruang laboratorium yang memadai. Lingkungan suasana pembelajaran kurang menyenangkan, kurang bermakna, dan kurang kontekstual dengan keseharian siswa.

Ditinjau dari materi ajar, bahwa materi ajar IPA khususnya fisika masih dianggap sebagai materi yang sulit. Persepsi siswa terhadap materi pelajaran IPA fisika tersebut cenderung dipengaruhi oleh kegiatan dan proses pembelajaran IPA yang diterima oleh siswa selama ini. Pembelajaran IPA memerlukan kegiatan penyelidikan, baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari

kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah,


(25)

commit to user

langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Namun, yang terjadi adalah tidak

demikian. Pembelajaran IPA yang diselenggarakan kurang menyasar dengan

karakteristik dan hakekat IPA seperti yang dipaparkan di atas. Hal ini akhirnya mengakibatkan materi IPA fisika menurut siswa terlalu banyak rumus yang harus dihafalkan, kurang bisa menangkap hubungan materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari, dan materi IPA fisika kurang bermakna bagi siswa.

Ditinjau dari sisi siswa, dalam proses pembelajaran sehari-hari, banyak siswa yang menganggap bahwa pembelajaran IPA fisika adalah sulit. Jika ditelusuri lebih lanjut, pada dasarnya siswa SMP N 1 Karangmalang memiliki rasa ketertarikan dan perhatian terhadap topik IPA. Namun, ketika terlibat dalam pembelajaran IPA siswa menjadi kurang antusias. Kemampuan individual dan faktor internal seperti motivasi, IQ dan EQ, gaya belajar, minat belajar, kepercayaan diri, keingintahuan, perhatian, kreativitas dari siswa tidak optimal diperhatikan guru dalam pembelajaran. Faktor internal siswa yang tidak diperhatikan oleh guru tersebut akhirnya mempengaruhi keberhasilan tujuan pembelajaran, dengan indikator rerata nilai ulangan harian IPA fisika siswa banyak yang belum memadai.

Ditinjau dari sisi guru, dapat dicermati bahwa proses pembelajaran yang dilakukan dan difasilitasi oleh guru di SMP N 1 Karangamalang belum sesuai dengan pembelajaran IPA. Pembelajaran fisika hanya disajikan sebagai kumpulan rumus yang harus dihafalkan oleh siswa. Guru kurang kreatif dan variatif dalam menggunakan strategi dan metode pembelajaran sesuai dengan karaksteristik materi ajar, sehingga berakibat pada proses pembelajaran yang kurang bermakna


(26)

commit to user

bagi siswa. Padahal, banyak metode dan pendekatan pembelajaran yang bias digunakan oleh guru, misalnya active learning, discovery learning, inquiry learning, pembelajaran ketrampilan proses, dan sebagainya. Namun, yang terjadi adalah sebagian besar proses pembelajaran diisi oleh guru yang hanya berceramah tanpa berupaya memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Gagne, Briggs, dan Wagner dalam Winataputra, 2008). Kegiatan yang dirancang dalam proses pembelajaran melibatkan pemilahan yang tepat atas pendekatan, metode, dan strategi yang digunakan. Terdapat beberapa jenis pendekatan, metode, dan strategi dalam pembelajaran. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: 1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi/ berpusat pada siswa (student-centered approach); dan 2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher-centered approach). Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: 1) exposition-discovery learning, dan 2) group-individual learning (Rowntree dalam Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: 1) ceramah; 2) demonstrasi; 3) diskusi; 4) simulasi; 5) laboratorium; 6) pengalaman lapangan; 7)

brainstorming; 8) debat, 9) simposium, dan sebagainya. Pendekatan, metode maupun strategi pembelajaran haruslah dipilih secara tepat agar dalam proses


(27)

commit to user

belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang diinginkan. Pemilihan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran seyogyanya memperhatikan faktor antara lain karakteristik materi ajar, karakteristik siswa, sarana pendukung belajar, dan lingkungan belajar.

Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa sains merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala alam, dan melalui satu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Hukum dan teori dalam Sains hanyalah produk dari serangkaian aktivitas manusia yang dikenal dengan penyelidikan penemuan ilmiah (scientific inquiry) atau metode ilmiah (scientific method). Dalam kerangka pemahaman tersebut, menurut Siahaan dan Suyana (2010) hakikat dari ilmu sains adalah proses penemuan. Keluaran/output dari proses ilmiah itu sendiri adalah: 1) Proses,

dimana output Sains berupa proses menginginkan para peserta didik mendapatkan kemampuan mengamati, mengumpulkan data, mengolah data, menginterpretasikan data, menyimpulkan, mengkomunikasikan; 2) Produk, dimana dalam proses penemuan Sains menghasilkan produk berupa konsep, dalil, hukum, teori, dan prinsip; 3) Sikap, dimana selain ada keterampilan proses yang


(28)

commit to user

dimiliki serta produk yang dihasilkan, diharapkan pula tumbuh sikap yang muncul setelah proses tersebut dilalui yaitu terbuka, menghargai pendapat, obyektif dan jujur dalam menyajikan data, berorientasi pada kenyataan, bertanggungjawab, terbuka pada pikiran dan gagasan baru, sikap kritis dan investigatif, tidak percaya takhayul, faktual, kreatif dan inovatif dalam menghasilkan karya ilmiah, sikap ingin tahu, peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan, tekun dan teliti, dan bekerjasama.

Menurut Siahaan dan Suyana (2010) pembelajaran Sains diharapkan lebih menekankan pada proses penemuan, dimana siswa aktif selama pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran Sains, siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuwan, menggunakan metode ilmiah untuk mencari dan menemukan jawaban terhadap suatu permasalahan yang sedang dipelajari. Fisika merupakan bagian dari sains, sehingga apa yang ditekankan dalam pembelajaran Sains juga berlaku pada pembelajaran fisika. Dengan demikian, pembelajaran fisika seyogyanya juga diarahkan pada pembelajaran penemuan (inquiry).

Menurut Koes (2003) Pembelajaran Inkuiri adalah suatu model atau pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Sains dan mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran inquiry sesuai dengan prinsip learning by doing. Menurut Depdiknas (2003) pembelajaran yang melibatkan proses melakukan dapat menyumbang 90% pemahaman dari


(29)

commit to user

pengalaman belajar. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa begitu pentingnya peserta didik melakukan sendiri proses penemuan untuk membuat proses belajar yang telah dilaluinya lebih bermakna. Kelebihan pembelajaran inkuiri diantaranya adalah: 1) Pengetahuan itu tahan lama atau lama dapat diingat, atau mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain; 2) Hasil belajar inkuiri mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil belajar lainnya, dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi baru.

Menurut Depiknas (2003) dalam kurikulum 2004 tentang standar kompetensi disebutkan bahwa pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran Sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk hand-on activity. Hal ini juga sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa SMP yang masih berada pada fase transisi dari konkrit ke formal, akan sangat memudahkan siswa jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk belajar merumuskan konsep secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan. Oleh karena itu, eksperimen atau praktikum atau demonstrasi merupakan bagian terpenting dari Sains dan pembelajaran Sains. Kelebihan metode demonstrasi diantaranya adalah: 1) Perhatian murid dapat dipusatkan pada


(30)

commit to user

hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti; dan 2) Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. Sedangkan kelebihan metode eksperimen dianataranya adalah: 1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja; 2) Dapat menegembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi.

Berdasarkan kerangka Sains yang sudah diterangkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Sains akan lebih efektif jika menggunakan pembelajaran inkuiri dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi. Kedua metode ini menekankan cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik untuk mengamati secara cermat, memberi gambaran secara langsung tentang apa yang dipelajari, serta mengalami dan membuktikan sendiri proses dari hasil percobaan itu. Walaupun memiliki perbedaan dalam hal proses teknis prosedur operasional, metode eksperimen dan demonstrasi dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam proses pembelajaran penemuan (inquiry).

Keingintahuan (curiosity) adalah aspek emosional dari makhluk hidup untuk melakukan eksplorasi, investigasi dan pembelajaran. Menurut Talib (2009) keingintahuan (curiousity) dapat diartikan sebagai dorongan berasal dari internal diri yang memotivasi seseorang untuk belajar dan melakukan penyelidikan, mencari informasi tentang objek dan ide tentang sesuatu hal melalui proses eksplorasi. Secara filosofis, keingintahuan didorong oleh rasa kagum karena rasa yang tuntas terhadap hal tidak mengerti di sekitarnya (Poedjawijatna 1991).


(31)

commit to user

Pemicu rasa keingintahuan adalah lingkungan dan gejala atau fenomena di sekitar manusia melalui panca indra yang dimilikinya. Menurut Berlyne (1954) keingintahuan (curiosity) adalah faktor yang berpengaruh terhadap perilaku bereksplorasi. Dalam kerangka sains dan pembelajaran sains, perilaku bereksplorasi adalah penting karena mencerminkan kemampuan melakukan proses penemuan berdasarkan metode ilmiah mengenai gejala dan fenomena alam. Perilaku bereksplorasi secara ilmiah yang dipicu oleh rasa keingintahuan (curiosity) akan mendorong penguasaan atas sains.

Dalam proses pembelajaran sains, keingintahuan (curiousity) siswa dapat ditimbulkan melalui kondisi yang menarik perhatian (attention) (Talib 2009). Siswa akan tertarik dan memperhatikan terhadap situasi yang nyata/realistis dan mencerminkan aspek kehidupan, lingkungan dan kepribadian diri siswa, bersifat kekinian, dan dapat dipahami dan dimengerti oleh semua siswa. Siswa dengan keingintahuan yang tinggi akan sangat sensitif terhadap rangsangan yang mengenainya, yang akan tampak dari antusiasme dalam mengikuti pembelajaran dan banyaknya dia mengajukan pertanyaan. Antusiasme dalam proses pembelajaran tersebut adalah salah satu wujud dari sikap perhatian siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut di atas, penelitian ini akan mencoba meneliti bagaimana hubungan dan pengaruh dari tiga hal, yaitu pembelajaran fisika dengan inkuiri terbimbing menggunakan metode ekpserimen dan demonstrasi, keingintahuan siswa (curiosity), dan perhatian siswa, terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini adalah studi kasus pembelajaran fisika pada siswa di SMP Negeri 1 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen.


(32)

commit to user

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rerata nilai prestasi belajar pelajaran IPA fisika siswa SMP N 1 Karangmalang belum memadai dalam hal ketercapaian ketuntasan belajar.

2. Siswa SMP N 1 Karangmalang menganggap ilmu pengetahuan alam (IPA) menarik dan menyenangkan dalam hal topik materi ajar, tetapi dirasa sulit dalam hal pemahaman dan penguasaan.

3. Terdapat berbagai macam pendekatan dalam pembelajaran IPA fisika antara lain pendekatan ketrampilan proses, discovery learning, cooperative learning, CTL, inquiry dan lain-lain. Namun, guru cenderung tidak menggunakan pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan.

4. Faktor internal belajar siswa berupa gaya belajar, kreativitas, potensi IQ dan EQ, minat belajar, keingintahuan siswa, dan perhatian siswa terhadap materi ajar IPA SMP N 1 Karangmalang berperan dalam pencapaian keberhasilan belajar siswa karena faktor tersebut dimiliki secara berbeda untuk masing-masing siswa. Namun hal tersebut belum diperhatikan oleh guru.

5. Terdapat banyak metode pengajaran antara lain metode diskusi, tanya-jawab, demonstrasi, eksperimen, penugasan proyek, dan lain-lain. Namun, guru lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga proses pembelajaran menjadi kurang variatif, monoton, dan tidak sesuai dengan hakekat IPA.


(33)

commit to user

6. Lingkungan belajar kurang menyenangkan dan kurang bermakna.

7. Sarana dan sumber belajar yang tersedia belum lengkap.

8. Materi IPA fisika antara lain materi listrik statis, listrik dinamis, kemagnetan, ggl induksi tergolong sulit bagi siswa kelas IX di SMP N 1 Karangmalang, ditunjukkan dengan rerata nilai prestasi belajar pada materi tersebut belum memadai mencapai ketuntasan nilai KKM.

9. Penilaian prestasi belajar sedapat mungkin mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun, guru hanya melakukan penilaian hanya pada aspek kognitif saja.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian dapat fokus dan terarah. Penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran fisika dengan pendekatan inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.

2. Keingintahuan siswa (curiosity) yang dimaksud adalah keingintahuan siswa dalam belajar fisika dengan dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah.

3. Perhatian siswa yang dimaksud adalah perhatian siswa dalam belajar fisika dengan dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah.


(34)

commit to user

4. Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah prestasi hasil belajar siswa pada ranah kognitif dan afektif yang dicapai siswa pada materi listrik dinamis kelas IX semester I.

5. Materi pembelajaran yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi Listrik Dinamis.

D. Perumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa?

2. Adakah pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa?

3. Adakah pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa?

4. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa?

5. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa?

6. Adakah interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa?


(35)

commit to user

7. Adakah interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan adalah penting di dalam menentukan arah suatu tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa. 2. Pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.

3. Pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.

4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

7. Interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.


(36)

commit to user

Sebagai suatu kajian ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi sumbangan pemikiran kepada tenaga pendidik, khususnya guru bidang studi IPA fisika dalam usaha meningkatkan prestasi belajar.

b. Memberi sumbangan pemikiran kepada guru tentang pentingnya pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pengalaman kepada guru IPA dalam penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing metode pembelajaran eksperimen dan demonstrasi sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran IPA fisika.

b. Memberikan pengalaman kepada siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran.


(37)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PEGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis 1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

a. Pengertian Belajar

Menurut Sudjana (1996) mendefinisikan belajar suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan Winkel (1996) mengartikan belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap.

Berdasarkan Sudjana (1996) dan Winkel (1996) tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah belajar merupakan proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Interaksi melibatkan siswa dengan guru, dengan membaca buku, dengan melakukan percobaan dan siswa dengan orang lain melalui diskusi. Perubahan tingkah laku mencakup perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, apresiasi, dan aspek tingkah laku yang lain.


(38)

commit to user

b. Teori Belajar

Untuk memberikan dasar ilmiah dalam penelitian ini, maka akan ditinjau teori teori belajar yang telah terkenal dikemukan oleh para ilmuwan. Teori belajar yang dirasa sesuai dengan penelitian ini adalah teori belajar menurut Bruner, Ausubel, dan Piaget. Berikut ini review dari teori belajar tersebut dan hubungan relevansinya dengan penelitian ini.

1) Teori Belajar Bruner

Brunner memandang belajar adalah proses kognitif yang didalamnya siswa mengembangkan pengetahuan (Chery 2004). Kerangka teori konstruktivisme Bruner mendukung keyakinan bahwa siswa secara aktif melakukan konstruksi ide atau konsep baru berdasarkan pada pengetahuan (knowledge) yang dimiliki sebelumnya (Cherry 2004). Menurut konstruksi Bruner, siswa dapat menjadi pemecah masalah yang aktif dan berkemampuan mengeksplorasi materi lebih mendalam (Cherry 2004). Proses belajar adalah dinamis bergerak secara konstan bergerak melibatkan siswa membentuk pengetahuan baru didasarkan pada pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya. Proses konstruksi pengetahuan ini diperoleh dari transformasi informasi, menghantarkan makna dari proses pengalaman langsung, pembentukan dugaan ilmiah atau hipotesis, dan penentuan pengambilan keputusan (Sorensen 2002).

Dalam konteks proses belajar, Bruner membagi tiga fase belajar yaitu memperoleh informasi baru, transformasi informasi dan menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan atau evaluasi. Tiga fase ini mengkondisikan siswa melalui proses mendapat pengetahuan dan pemahaman yang baru, kemudian dikaitkan


(39)

commit to user

dengan kerangka kognitif yang dimiliki sehingga kerangka itu berubah, dalam arti ada yang digeser, dikurangi atau ditambah. Selama belajar siswa menemukan sendiri struktur dasar atau konsep dari materi pelajaran. Cara belajar seperti ini oleh Bruner belajar dengan menemukan sendiri (discovery-inquiry learning).

Di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan. Menurut Bruner pembelajaran dengan penemuan (discovery-inquiry learning) memberikan pembelajaran yang baik bagi siswa karena dapat mereka berperan sebagai pemecah masalah yang berinteraksi dengan lingkungan, menyusun dugaan hipotesis, dan mengembangkan generalisasi (Hassard 2000). Konstruktivisme Bruner memposisikan pebelajar sebagai kreator dan pemikir melalui proses penemuan (inquiry) dan pengalaman autentik dalam pembelajaran, sehingga dapat membentuk pengetahuan baru.

Pembelajaran berbasis penemuan terbimbing membuat siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru.

Pada penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi. Sesuai dengan teori Bruner mengenai pembelajaran yang bermakna, maka pembelajaran inkuiri terbimbing dengan


(40)

commit to user

metode eksperimen dan demonstrasi yang digunakan pada penelitian ini mengarahkan siswa menemukan konsep sendiri. Salah satu contoh pada pembelajaran listrik dinamis yang sesuai dengan teori belajar Bruner yaitu untuk menemukan perbedaan konduktor dan isolator, siswa menemukan sendiri melalui eksperimen atau demonstrasi dengan menggunakan peralatan yang sederhana. 2) Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi empat periode yaitu: a) periode sensori motor (0 – 2 tahun); b) periode praoperasional (2-7 tahun); c)periode operasional konkrit (7-11 tahun); d) periode operasi formal (11-15) tahun. Batas umur tiap periode tersebut tidak berlaku mutlak. Seluruh anak pada suatu kelas yang sama belum tentu akan mempunyai tingkat perkembangan mental yang sama. Tetapi masa transisi itu penting untuk diketahui ketahui dalam rangka pengelolaan pengajaran.

Dalam masalah interaksi pendidikan dengan perkembangan mental, Piaget mengatakan bahwa pendidikan harus dipandang sebagai suatu kondisi formatif yang penting diperlukan untuk menuju ke perkembangan mental anak secara alamiah. Mereka sudah berpikir secara sistematik, abstrak, dengan menggunakan logika matematika. Tetapi tentu saja tiap individu kadar perkembangan mentalnya akan berbeda, mengingat adanya perbedaan pengalaman yang menyangkut faktor pemercepat perkembangan mental, khususnya untuk faktor pengalaman sosial.

Konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget yaitu: skemata (dipandang sebagai sekumpulan konsep); asimilasi (peristiwa mencocokkan informasi baru dengan informasi lama yang telah dimiliki


(41)

commit to user

seseorang; akomodasi (terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama); dan equilibrium (bila keseimbangan tercapai maka siswa mengenal informasi baru).

Menurut Piaget, perkembangan intelektul hanya berjalan bila seseorang mengasimilasi dan mengakomodasi rangsangan dalam lingkungannya. Asimilasi adalah proses menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perlu dan akomodasi adalah menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik.

Piaget membedakan antara dua aspek berfikir yang saling melengkapi, yaitu aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek figuratif merupakan imitasi keadaan sesaat dan statis, sedangkan aspek operatif berkaitan dengan transformasi dari level pemikiran tertentu ke level yang lain. Setiap level keadaan dapat dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak transformasi yang lain. Aspek yang sangat berperan dalam pembentukan pengetahuan seseorang adalah aspek operatif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya adalah aktif yaitu memasukkan proses asimilasi dan pemahaman dari diri anak, sementara mengingat dan menghafal adalah tidak dianggap sebagai belajar. Untuk itu setiap pengetahuan mengandalkan suatu interaksi dan pengalaman. Tanpa interaksi dan pengalaman, seorang anak tidak dapat mengkonstruksi pengetahuan dalam proses belajar.


(42)

commit to user

Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan eksperimen dan demonstrasi pada penelitian ini mengarahkan siswa menemukan konsep dari pengamatan konkret sehingga siswa akan lebih mudah mengabstraksikannya ke dalam pikiran. Salah satu contoh pembelajaran listrik dinamis pada penelitian ini yang sesuai dengan teori belajar Piaget adalah ketika siswa mengamati eksperimen atau demonstrasi yang nyata tentang konduktor dan isolator, siswa diminta mengabstraksikan melalui kata-kata sehingga siswa memperoleh konsep sendiri.

3) Teori Belajar Ausubel

Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa haruslah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.

Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.


(43)

commit to user

Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya maka terjadilah belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.

Pada penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui eksperimen dan demonstrasi dimana siswa mengalami sendiri dalam memperoleh konsep sehingga siswa mempunyai kemampuan yang tinggi karena konsep yang didapat sendiri akan bertahan lebih lama dan lebih bermakna. Salah satu contoh pembelajaran listrik dinamis yang sesuai dengan teori belajar Ausubel adalah ketika siswa menemukan konsep konduktor dan isolator melalui pengamatan eksperimen atau demonstrasi, konsep ini akan bertahan lama karena siswa mengalami sendiri.

c. Inkuiri Terbimbing

Menurut Sudjana dan Ibrahim (2000) pembelajaran adalah proses mengkoordinasikan sejumlah komponen berupa tujuan, bahan ajar, metode dan alat, serta penilaian agar satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh, sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal mungkin menuju perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.


(44)

commit to user

Menurut Hamalik (2001) pembelajaran adalah sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Corey dalam Sagala (2007) pembelajaran adalah proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Sehingga, pembelajaran adalah proses terlibatnya manusia, lingkungan, prosedur, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan belajar mengajar.

Menurut Amien (1979) pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang lebih menekankan peran aktif siswa baik fisik maupun mental dalam proses pembelajaran dengan menekankan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Proses mental yang dilakukan misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap ilmiah.

Menurut Margono (1998) pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran dimana siswa sendiri bebas memilih atau mengatur obyek belajarnya, mulai dari penentuan masalah, proses pengumpulan data, analisis sampai eksperimentasi. Sedangkan menurut Arifin (1995) pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses dimana terdapat interaksi yang tinggi antara siswa, pengajar, alat atau bahan, materi pelajaran dan lingkungannya.


(45)

commit to user

Berdasarkan pendapat Amien (1979) dan Margono (1998) tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan inkuiri yaitu pembelajaran yang lebih menekankan peran aktif siswa dalam memperoleh suatu konsep sedangkan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing dan fasilitator belajar baik secara kelompok maupun perseorangan. Proses pembelajaran dengan inkuiri memberikan kesempatan luas kepada siswa yang merupakan prasyarat bagi siswa untuk berlatih mandiri.

Menurut Khalick (2004) inkuiri dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi inquiry-as-means (inquiry in science) dan sisi inquiry-as-ends (inquiry about science) pembelajaran. Dalam pengertian inquiry-as-means adalah pendekatan instruksional yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman terhadap sains. Inquiry-as-ends adalah hasil yang diharapkan bahwa siswa belajar untuk menemukan (inquiry) dalam konteks sains dan mengembangkan pemahaman epistemologis atas sains, pengembangan pengetahuan sains, dan kemampuan/ketrampilan menemukan (inquiry skill) yaitu: mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah penelitian, merancang dan melakukan penelitian/penyelidikan, dan merumuskan, mengkomunikasikan dan mempertahankan hipotesis, model dan penjelasan hasil penelitian (Khalick 2004).

Terdapat dua hal utama dalam proses penemuan ilmiah (scientific inquiry process) yaitu pengalaman dan pengamatan (Bourdeau 2000). Proses inkuiri harus melalui pengalaman yang dirasakan secara langsung mengenai gejala atau fenomena alam yang dihadapi. Pengalaman langsung dilakukan dengan melakukan pengamatan atau observasi terhadap objek fenomena. Berdasarkan


(46)

commit to user

pengalaman dan pengamatan tersebut diperoleh proses penemuan ilmiah oleh siswa pebelajar.

Beberapa ahli membedakan antara discovery dengan inquiry sebagai bagian dari penyelidikan sebaliknya ahli-ahli lain menulis tentang penemuan (heurisitic modes) yang meliputi discovery dan inquiry penemuan. Sund (1975) berpendapat bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip, proses mental tersebut: logam apabila dipanasi mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme, dan sebagainya. Inquiry menurut Sund (1975) meliputi juga discovery. Dengan perkataan lain, inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya, proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya: merumuskan problema, merangsang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. Penemuan (penyelidikan), sering dipertukarkan pemakaiannya dengan discovery (penemuan) dan pemecahan masalah (problem solving). Skema Science Inquiry ini diilustrasikan pada gambar 1 berikut ini.


(47)

commit to user

1. Menentukan apa yang diamati dan dipelajari oleh siswa dan mengidentifikasi senjangan pengetahuan atau ketidaktahuan ilmu.

3. Apa yang ingin dipelajari dan diketahui oleh siswa? Pertanyaan apa yang dimiliki oleh siswa terkait pelajaran yang ingin diketahui tersebut?

4. Kelompok siswa membuat pertanyaan dan menyusun hipotesis yang dapat dieksplorasi melalui penyelidikan ilmiah.

11. Kelompok siswa menyusun ulang pertanyaan dan hipotesis yang dapat dieksplorasi melalui penyelidikan ilmiah.

6. Kelompok siswa merancang penyelidikan ilmiah sederhana.

7. Kelompok siswa memilih peralatan perlengkapan untuk memperoleh data ilmiah yang disusun dalam lembar kerja data ilmiah.

8. Kelompok siswa melakukan pengambilan data penyelidikan dan melengkapi lembar kerja data ilmiah.

9. Kelompok siswa melaporkan analisis mengenai hasil temuan penyelidikan ilmiah dan tanggapan mereka untuk menjawab pertanyaan penyelidikan, berdasarkan hasil investigasi.

10. Melalui diskusi kelompok, berusaha untuk menerapkan temuan mereka dalam pengalaman keseharian atau kehidupna nyata.

11. Apakah seluruh kelompok siswa merasa puas terhadap temuan mereka dapat menjawab peratanyaan dan hipotesis awal?

10a. Jika ya merasa puas, maka dapat berlanjut ke proses penemuan selanjutnya, berganti topik.

10b. Jika tidak merasa puas.

DO REFLEC T APPLY Aktivitas Proses Pembimbingan oleh Guru/Instruktur Aktivitas siswa yang diberikan oleh guru

(Sumber: National Research Council 1996)


(48)

commit to user

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas dapat diterangkan model aksi penemuan ilmiah menurut National Research Council Amerika (1996). Proses penemuan diawali dengan: 1) penentuan apa yang diketahui dan yang telah diamati oleh siswa, ideetifikasi senjangan pengatahuan siswa; 2) Apa yang ingin diketahui oleh siswa, pertanyaan apa yang dimiliki oleh siswa; 3) Siswa atau tim mengungkap pertanyaan atau rumusan hipotesis yang dapat dieksplorasi melalui penyelidikan ilmiah; 4) Siswa atau tim merancang penyelidikan ilmiah sederhana; 5) Siswa atau tim memilih peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan investigasi ilmiah; 6) Siswa atau tim mengumpulkan data ke dalam kertas kerja ilmiah; 7) Siswa melaporkan hasil investigasi dan temuan mereka yang sudah dianalisis sebelumnya, dilakukan forum diskusi untuk pembahasan hasil dikaitkan pertanyaan awal investigasi; 8) Melalui forum diskusi kelompok dieksplorasi pengembangan penerapan contoh dalam keseharian; 9) Apakah tercapai kepuasan ilmiah pada diri siswa?; 10a) jika terdapat kepuasan ilmiah maka proses inkuiri dilanjutkan ke inkuiri selanjutnya; 10b) jika masih belum tercapai kepuasan ilmiah maka proses kembali ke langkah 4 tetapi dengan sebelumnya melakukan perbaikan/revisi pertanyaan investigasi yang diajukan.

Mengacu pada model yang dirumuskan National Science Education Standard America (NSES 2006),terdapat 5 elemen esensial belajar dan mengajar, yaitu: 1) Siswa terikat dengan pertanyaan yang berorientasi ilmiah, bredasar atas pertanyaan apa dan mengapa; 2) Siswa memberikan prioritas terhadap bukti ilmiah untuk mengembangkan dan mengevaluasi secara ilmiah; 3) Siswa merumuskan penjelasan ilmiah dari bukti ilmiah untuk menjawab pertanyaan


(49)

commit to user

ilmiah; 4) Siswa mengevaluasi penjelasan ilmiah yang diajukan dihadapkan dengan penjelasan alternatif yang ada terutama yang mencerminkan pemahaman ilmiah; 5) Siswa mengkomunikasikan penjelasan atas fenomena yang mereka usulkan hasil dari investigasi ilmiah.

Tabel 2.1 Langkah Penemuan di Dalam Kelas dan Ragam Langkah Penemuan Ragam Langkah Esensial Penemuan

Siswa berpegang pada pertanyaan ilmiah Siswa mengemukakan masalah/pertanyaan ilmiah Siswa memilih beberapa pertanyan yand sudah disediakan, mengemukakan pertanyaan baru. Siswa mempertajam atau memperjelas pertanyaan yang disediakan oleh guru, materi ajar, atau sumber lain

Siswa

berpegang pada pertanyaan yang disediakan oleh guru, materi ajar, atau sumber lain. Siswa lebih mengacu pada bukti ilmiah dalam menjawab pertanyaan ilmiah. Siswa menentukan bukti apa yang yang relevan dan mengumpulkan bukti ilmiah tersebut. Siswa diarahkan untuk mengumpulkan data tertentu. Siswa diberikan sejumlah data dan diminta untuk menganalisisnya. Siswa diberikan sejumlah data dan diberitahu bagaimana menganalisis Siswa merumuskan penjelasan ilmiah dari bukit ilmiiah yang diperolehnya. Siswa merumuskan penjelasan ilmiah setelah merangkum bukti-bukti ilmiah yang terkait. Siswa dibimbing dalam proses merumuskan penjelasan ilmiah dari bukti ilmiah yang diperoleh. Siswa diberikan langkah yang mungkin dalam menggunakan bukti ilmiah untuk merumuskan penjelasan ilmiah. Siswa disediakan dengan bukti dan penjelasan ilmiah. Siswa mengkaitkan penjelasan ilmiah yag sudah dirumuskan tadi dengan pengetahuan ilmiah yang sudah ada. Siswa secara mandiri menguji sumber lain dan mnyusun hubungan berbagai penjelasan ilmiah terkait.

Siswa diarahkan ke ruang dan sumber pengetahuan ilmiah. Siswa diberikan kaitan sumber atau pengetahuan ilmiah yang mungkin terkait. Siswa mengkomunikasi kan dan menjustifikasi penjelasan ilmiah. Siswa menyusun argumentasi yang logis dan nalar untuk mengkomunikasikan penjelasan ilmiah Siswa dibimbing dan dilatih untuk pengembanngan dalam komunikasi hasil Siswa disediakan sejumlah petunjuk yang digunakan untuk mempertajam komunikasi Siswa diberikan langkah dan prosedur untuk komunikasi hasil penyelidikan ilmiah. MORE Arah Kemandirian Siswa LESS

LESS Arah Peranan Guru MORE


(50)

commit to user

Menurut Arifin (1995) ciri pembelajaran dengan inkuiri sebagai berikut: 1) Cara berpikir berkembang dari pengamatan pada masalah tertentu kepada genaralisasi; 2) Tujuan pengajaran adalah mempelajari proses obyek tertentu (masalah tertentu) sampai generalisasi tentang obyek tersebut; 3) Guru sebagai pengontrol-data, materi, obyek dan sebagai pemimpin dalam kelas; 4) Siswa memberikan reaksi terhadap data, materi, obyek untuk menemukan pola hubungan berdasarkan pengamatannya dan berdasarkan pengamatan lain dalam kelas; 5) Kelas dianggap sebagai laboratorium; 6) Generalisasi, biasanya tercipta dari siswa; 7) Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi.

Margono (1998) memilah beberapa hal yang menjadi ciri dari pendekatan inkuiri, yaitu: 1) Siswa menemukan masalah sendiri atau mempunyai keinginan yang kuat untuk memecahkan suatu masalah; 2) Masalah dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk dipecahkan; 3) Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun dalam mencari data; 4) Siswa menyusun cara-cara pengunpulan data dengan melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca, dan memanfaatkan sumber lain; 5) Siswa melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk pengumpulan data; 6) Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.

Berdasarkan pendapat dari Arifin (1995) dan Margono (1998) di atas dapat dirangkum bahwa pembelajaran inkuiri mempunyai ciri: 1) Guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk jadi, tetapi siswalah yang diberi peluang untuk mengadakan penelaah penyelidikan dan menemukan sendiri jawabannya melalui teknik pemecahan masalah; 2) Siswa menemukan masalah sendiri atau


(51)

commit to user

mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah; 3) Masalah dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk dipecahkan; 4) Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun dalam mencari data; 5) Siswa menyusun cara-cara pengunpulan data dengan melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca, dan memanfaatkan sumber lain; 6) Siswa melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk pengumpulan data; 7) Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.

Kelebihan pembelajaran inkuiri menurut Bruner dalam Dahar (1989) adalah: 1) Pengetahuan itu tahan lama atau lama dapat diingat, atau mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain; 2) Hasil belajar inkuiri mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil belajar lainnya, dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi baru; 3) Dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas; 4) Dapat melatih keterampilan kognitif siwa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. 5) Dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban.

Kelemahan pembelajaran inkuiri menurut Bruner dalam Dahar (1989) adalah: 1) Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar; 2) Jika diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar, kemungkinan besar tidak berhasil; 3) Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional, biasanya agak sulit terdorong, dampaknya dapat mengecewakan pengajar dan pembelajar sendiri; 4) Lebih mengutamakan pengertian, sikap dan keterampilan,


(52)

commit to user

memberi kesan terlalu idealis; 5) Ada kesan dana terlalu banyak, terlebih jika penemuannya kurang berhasil, hanya merupakan suatu pemborosan.

Menurut Margono (1998) bahwa dilihat dari besar kecilnya informasi dari guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, inkuiri dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: inkuiri bebas (free inquiry), inkuiri terbimbing (guided inquiry), dan inkuiri bebas termodifikasi (free-modified inquiry). Inkuiri bebas merupakan suatu kegiatan belajar yang memberikan kebebasan siswa untuk menentukan masalah sendiri, mencari konsep, merancang eksperimen sampai mencari kesimpulan. Inkuiri terbimbing merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana dalam pemilihan masalahnya ditentukan oleh guru, tetapi dalam penemuan konsep oleh murid dengan cara memberikan pertanyaan yang mengarah pada penemuan konsep. Inkuiri bebas termodifikasi merupakan suatu kegiatan inkuiri bebas, tetapi dalam penentuan masalahnya diberikan oleh guru. Pada pembelajaran ini guru memberikan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan siswa harus didorong untuk memecahkan masalah dalam kerja kelompok atau perorangan. Langkah tersebut disajikan dalam tabel 2.2 sebagai berikut:


(53)

commit to user

Tabel 2.2 Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No Langkah Pokok

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Perumusan masalah

o Menjelaskan prosedur Inkuiri. o Menyajikan situasi problematika.

dengan pertanyaan, mengajukan persoalan.

o Mendengarkan dan mengikuti prosedur. o Megidentifikasi masalah

untuk merumuskan hipotesa. 2. Merumuskan

hipotesa

o Membimbing siswa untuk merumuskan hipotesa.

o Merumuskan hipotesa 3. Pengumpulan

data eksperimen

o Memberi alat dan bahan. o Memberi LKS sebagai petunjuk

eksperimen.

o Meminta siswa untuk melakukan eksperimen.

o Membimbing kegiatan siswa. o Mengamati proses pengambilan

data.

o Mengambil dan memeriksa. o Membaca.

o Melakukan kegiatan sesuai prosedur LKS

4. Mengolah data o Membimbing dalam mengolah data.

o Mengadakan diskusi dengan Siswa.

o Mengolah data. o Berdikusi

5. Membuat kesimpulan

o Membimbing siswa dalam menarik kesimpulan

o Membuat kesimpulan (Sumber: Joyce dan Weil, 2000)

Berdasarkan tabel 2.2 diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat lima tahap langkah pembelajaran inkuiri, yaitu: perumusan masalah, merumuskan hipotesis, pengumpulan data eksperimen, mengolah data, dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry). Menurut Joyce dan Weil (2000) langkah kegiatan inkuiri terbimbing adalah: a) Guru menyajikan situasi polemik dan menjelaskan prosedur inkuiri kepada para siswa; b) Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang mereka lihat dan dialami; c) Pengumpulan data eksperimen, para siswa diperkenalkan dengan elemen baru ke dalam situasi yang berbeda; d) Memformulasikan penjelasan; e) Menganalisis proses inkuiri.


(54)

commit to user

Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge (1973), yaitu: 1) Meningkatkan potensi intelektual siswa; 2) Memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan; 3) Memperpanjang proses ingatan; 4) Memahami konsep-konsep sains dan ide-idenya dengan baik; 5) Pengajaran terpusat pada siswa; 6) Menghindarkan siswa belajar dengan hafalan.

Kelemahan inkuiri menurut Suryobroto (2002:201) adalah: 1) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini; 2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu; 3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu cara menunjukkan suatu peristiwa tertentu (Arifin 1995). Menurut Sagala (2007) Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata dan tiruannya. Dengan demikian, demonstrasi adalah metode mengajar yang dimaksudkan bahwa seorang pengajar/pemimpin memperlihatkan suatu proses pada seluruh kelompok anak didik.


(1)

pembelajaran dengan keingintahuan siswa dalam belajar fisika terhadap prestasi belajar siswa, baik untuk ranah kognitif maupun ranah afektif.

5. Penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode demonstrasi dan eksperimen, dengan meninjau dan memperhatikan faktor perhatian siswa ternyata memberikan hubungan interaksi pengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini berarti bahwa terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa dalam belajar fisika terhadap prestasi belajar siswa, baik untuk ranah kognitif maupun ranah afektif. Tingkat perhatian siswa yang tinggi dengan metode eksperimen lebih berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa, baik untuk ranah kognitif maupun ranah afektif.

6. Pembelajaran fisika menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat interaksi pengaruh antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa dalam belajar Fisika terhadap prestasi belajar siswa, baik ranah kognitif maupun ranah afektif. Tingkat keingintahuan siswa yang tinggi dengan metode eksperimen lebih berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa, baik untuk ranah kognitif maupun ranah afektif. 7. Dalam pembelajaran fisika yang dilaksanakan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing, diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat interaksi pengaruh antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa dalam belajar fisika terhadap prestasi belajar siswa.


(2)

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan adalah:

1. Implikasi teoretis

Hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini memberikan implikasi teoretis bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diterapkan pada pembelajaran fisika tingkat SMP dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar fisika.

Faktor internal siswa memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran fisika. Prestasi belajar khususnya ranah kognitif dan afektif dapat ditentukan tingkat keberhasilannya dengan memperhatikan faktor keingintahuan dan perhatian siswa.

2. Implikasi praktis

Pada pembelajaran Fisika pada materi listrik dinamis sebaiknya disajikan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen karena metode eksperimen berpengaruh lebih baik terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan dengan inkuiri terbimbing metode demonstrasi.

Pembelajaran inkuiri dapat diterapkan pada keingintahuan tingkat tinggi atau rendah, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, hal yang sama juga berlaku pada perhatian tingkat tinggi atau rendah, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.


(3)

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi kepala sekolah

Bagi kepala sekolah khususnya di SMP N 1 Karangmalang disarankan untuk memperhatikan sarana dan prasarana sebagai pelengkap IPA.

2. Bagi guru Fisika

Bagi guru fisika disarankan melakukan pengajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi.

3. Bagi siswa

Bagi para siswa disarankan untuk bersungguh-sungguh dalam belajar dan mempunyai keingintahuan dan perhatian yang tinggi dalam belajar agar dapat meraih prestasi belajar yang baik.

4. Bagi akademisi

Bagi para akademisi dan peneliti (pembaca) yang ingin melanjutkan penelitian ini, keterbatasan pada penelitian ini agar dikaji lebih mendalam sehingga penelitian dapat lebih baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2001. Learning to Teach 5th Edition. New York: Mc. Graw - Hill Companies.

Azwar, S. 2004. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Berlyne, D. E. 1954. A Theory of Human Curiosity. British Journal of Psychology Vol. 45 Page 180-191 Year 1954. England.

Brickman, Peggy, Cara Gormally, Norris Armstrong, dan Brittan Hallar. 2009.

Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Science Literacy Skills

and Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and

Learning Vol. 3 No. 2 Year 2009. Georgia America

Budiyono. 2004. Statistik Dasar Penelitian. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Dyan Wahyu Fanani. 2006. Sistem Pembelajaran KBK Terhadap Motivasi Belajar Para Peserta Didik Pada Bidang Studi Fisika. http://re-searchengines.com/0406dyan.html. 24 Februari 2009. 13.30 WIB. Grossberg, Stephen. 2005. Neurobiology of Attention. Elsevier Inc. America Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Haury, David L. 1993. Teaching Science Through Inquiry. ERIC Clearinghouse for Science Mathematics and Environmental Education Columbus OH. Helme, S. dan D. Clarke. 2001. Identifying Cognitive Engagement in

Mathematics Classroom. Mathematics Education Research Journal Vol.

13 Page 133-153 Year 2001.

Klausmeier, Herbert J & William Goodwin. 1975. Learning and Human

Abilities: Educational Psychology 4th Edition. New York: Harper &

Row Publisher.

Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2000. Models of Teaching 6th Edition. New Jersey: Prentice – Hall.


(5)

Lepper, M.R., & Hodell, M. 1989. Intrinsic Motivation in the Classroom.

Research on Motivation in Education Vol 3 Year 1989..San Diego: Academic Press.

Mao, Song-Ling dan Chun-Yen Chang. 1998. Impacts of an Inquiry Teaching Method on Earth Science Students’ Learning Outcomes and Attitudes

at the Secondary School Level. Prociding National Science Council

Taiwan ROC Vol. 8 No. 3 Year 1998.

Margono. 1998. Strategi Belajar Mengajar Buku I Pengantar Strategi B-M. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Moh. Amien. 1979. Apakah Metoda Discovery-Inquiry Itu?. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus.

Nana Sudjana. 1996. CBSA Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Sinar Baru Algensido.

Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. _____________. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta : Sinar Baru

Algensido.

Ratna Willis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika Edisi ke 6. Bandung: Tarsito.

Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.


(6)

Talib, Alkiyumi Mohammed. 2009. Instructional strategies of intrinsic

motivation and curiosity for developing creative thinking. Paper

presented in 14th International Conference on Thinking 009 Malaysia. Van den Berg E. 1991. Miskonsepsi Pada Fisika dan Remidiasi. Salatiga:

UKSW Press..

Wallace, Carolyn S., Mai Yin Tsoi, Jamie Calkin, dan Marshall Darley. 2003.

Learning from Inquiry-Based Laboratories in Nonmajor Biology: An Interpretive Study of the Relationships among Inquiry Experience,

Epistemologies, and Conceptual Growth. Journal Of Research In

Science Teaching Vol. 40 No. 10 Page 986-1024 Year 2003. Wiley InterScience Inc. America.

W.S. Winkell. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Yulia Saswati. 2009. Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari

Kemampuan Awal Dan Perhatian Siswa. Unpublished Thesis.


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI

0 9 56

PEMBELAJARAN METODE EKSPERIMEN DAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN ALAT UKUR

2 12 111

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN SERTA DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

0 3 10

Pembelajaran kimia dengan inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari kemampuan awal dan sikap ilmiah siswa

0 13 156

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN METODE PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA.

0 1 19

Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Kreativitas dan Motivasi Berprestasi Siswa.

0 0 17

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA.

0 0 17

PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.

0 0 13

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITASBELAJAR SISWA | Puspita | Inkuiri 9238 19645 1 SM

0 0 9

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISKUSI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA | Mujazin | Inkuiri 9674 20552 1 SM

0 0 14