Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Kegiatan Pengendalian

6 Batasan penelitian dalam penyusunan kertas kerja ini diantara lain: yang pertama, peneliti hanya menganalisis penyelenggaraan salah satu komponen Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP yaitu kegiatan pengendalian. Kedua, peneliti hanya memfokuskan pada pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial yang berupa uang. Ketiga, kegiatan pengendalian hanya dilakukan di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah DPPKAD Kabupaten Blora yang mempunyai fungsi rangkap yaitu sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PPKD dan Bendahara Umum Daerah Kabupaten Blora.

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 TAHUN 2008, sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengendalian Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa 7 kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

2.2. Kegiatan Pengendalian

Control Activities dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008, Kegiatan Pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi resiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi resiko telah dilaksanakan secara efektif. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan pengendalian organisasi. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian dimaksudkan pada pasal 18 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 sekurang- kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi Pemerintah; 2. Kegitan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian resiko; 3. Kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Insatansi Pemerintah; 4. Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis; 8 5. Prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secara tertulis; 6. Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dengan fungsi seperti yang diharapkan. Kegiatan Pengendalian sebagaimana dimaksudkan pada pasal 18 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008, terdiri dari: 1. Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan; Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah dilaksanakan dengan membandingkan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan. 2. Pembinaan sumber daya manusia; Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pembinaan sumber daya manusia, dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia, Pimpinan Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya: 2.1. Mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, dan strategi instansi kepada pegawai. 2.2. Membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian visi dan misi. 2.3. Membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan, dan pelatihan pegawai, sistem kompensasi dan fasilitas pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana pengembangan karir. 3. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; Kegiatan pengendalian atas pengelolan sistem informasi dilakukan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolan sistem informasi meliputi: 9 3.1. Pengendalian umum, terdiri dari: 3.1.1. Pengamanan sistem informasi 3.1.2. Pengendalian atas akses 3.1.3. Pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi 3.1.4. Pengendalian atas perangkat lunak sistem 3.1.5. Pemisahan tugas 3.1.6. Kontinuitas pelayanan 3.2.Pengendalian aplikasi, terdiri dari: 3.2.1. Pengendalian otorisasi 3.2.2. Pengendalian kelengkapan 3.2.3. Pengendalian akurasi 3.2.4. Pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data 4. Pengendalian fisik atas aset; Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melaksanakan pengendalian fisik atas aset. Dalam melaksanakan pengendalian fisik atas aset, Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan, mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai: 4.1.Rencana identifikasi, kebijakan dan prosedur pengamanan fisik. 4.2.Rencana pemulihan setelah bencana 10 5. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; Dalam melaksanakan penetapan dan reviu indikator dan pengukuran kinerja, Pimpinan Instansi harus: 5.1.Menetapkan ukuran dan indikator kinerja. 5.2.Mereviu dan melakukan validasi secara periodik atas ketetapan dan keandalan ukuran dan indikator kinerja. 5.3.Mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja. 5.4.Mambandingkan secara terus menerus data capaian kinerja dengan sasaran yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut. 6. Pemisahan fungsi; Dalam melaksanakan pemisahan fungsi, Pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh satu orang. 7. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; Dalam melakukan otorisasi atas transaksi dan kejadian, Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh pegawai. 8. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; Dalam melakukan pencatatan yang akurat dan tepat waktu, Pimpinan Instansi Pemerintah perlu mempertimbangkan: 8.1. Transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera. 8.2. Klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi atau kejadian. 11 9. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; Dalam Melaksanakan pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya, Pimpinan Instansi Pemerintah wajib memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala. 10. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; Dalam menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya, Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan pencatatannya serta melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala. 11. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting. Dalam menyelenggarakan dokumentasi yang baik, Pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting. 2.4.Belanja Biaya Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standart Akuntansi Pemerintah, Belanja merupakan semua pengeluaran rekening Kas Umum NegaraDaerah yang yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi kewajiban pemerintah dan tidak diperoleh kembali oleh pemerintah. Belanja Daerah dikelompokkan atas: 1 Belanja langsung, menurut jenisnya terdiri dari: a. Belanja Pegawai; 12 b. Belanja barang dan jasa; dan c. Belanja Modal 2 Belanja tidak langsung, menurut jenisnya terdiri dari: a. Bunga; b. Subsidi; c. Hibah; d. Bantuan sosial; e. Belanja bagi hasil; f. Bantuan keuangan; g. Belanja tidak terduga. 2.5. Belanja Hibah Menurut Permendagri Nomor 32 Tahun 2011, Hibah adalah pemberian uangbarang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaran urusan pemerintah daerah. Menurut Peraturan Bupati Blora Nomor 8A Tahun 2012 Pasal 5 tentang Prinsip Pemberian Hibah adalah a. Pemerintah daerah dapat memberikan hibah sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. b. Pemberian hibah dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib. 13 c. Pemberian hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan asaa keadilan, kepatutan, resionalitas, dan manfaat untuk masyarakat. Pasal 7 dalam Peraturan Bupati Blora Nomor 8A Tahun 2012 tentang kriteria pemberian hibah menyebutkan hibah dapat diberikan kepada: a. Pemerintah; b. Pemerintah Daerah lainnya; c. Perusahaan daerah; d. Masyarakat; e. Organisasi kemasyarakatan; danatau f. Badan Kerjasama Antar Daerah. 2.6. Belanja Bantuan Sosial Menurut Permendagri Nomor 32 Tahun 2011, Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uangbarang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok danatau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok danatau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar. 14 Menurut Peraturan Bupati Blora Nomor 8B Tahun 2012 Pasal 5 tentang Prinsip Pemberian Bantuan Sosial adalah a. Pemerintah daerah dapat memberikan bantuan sosial kepada anggotakelompok masyarakat sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. b. Pemberian bantuan sosial dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan memperhatikan asaa keadilan, kepatutan, resionalitas, dan manfaat untuk masyarakat

3. METODE PENELITIAN