digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
B. Rumusan Masalah
H1 : apakah ada pengaruh antara kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyaitas merek terhadap niat beli smartphone?
H2 : apakah ada pengaruh antara kesadaran merek terhadap niat beli smartphone?
H3 : apakah ada pengaruh antara persepsi kualitas terhadap niat beli smartphone?
H4 : apakah ada pengaruh loyaitas merek terhadap niat beli smartphone?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka untuk mengetahui pengaruh kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek
terhadap niat beli smartphone.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis :
Menambah khasanah ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya, dan secara khusus memberi sumbangan pengetahuan bagi
ilmu psikologi industri dan organisasi. Penelitian ini juga berguna sebagai referensi bagi kalangan akademis untuk penelitian lebih
lanjut.selain itu Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pemasaran terutama yang berkaitan dengan pengaruh kesadaran
merek dan persepsi kualitas terhadap niat beli smartphone Samsung.
2. Manfaat Bagi perusahaan
Dapat digunakan bahan pertimbangan masalah yang sedang dihadapi dalam Perusahaan merek handphone terkait.
3. Manfaat bagi UINSA Surabaya
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi perbendaharaan atau koleksi perpustakaan UINSA Surabaya khususnya kajian variabel
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
tentang kesadaran merek dan persepsi kualitas dan niat beli. Sehingga dapat menjadi acuan bagi mahasiswa dalam penyusunan penelitian
ilmiah berikutnya.
E. Keaslian Penelitian
Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan perbedaan yang mendukung
penelitian ini. Berfokus pada Pengaruh kesadaran dan persepsi kualitas
terhadap niat beli, di antaranya sebagai berikut : Dalam jurnal penelitian pertama ini yang ditulis oleh Nazia
Yaseen, Mariam Tahira, Amir Gulzar, Ayesha Anwar 2011 berjudul “Impact of Brand Awareness, Perceived Quality and Customer Loyalty
on Brand
Profitability and Purchase Intention: A Resellers’ View”.
Permasalahan yang diteliti oleh peneliti ini adalah pengaruh kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas terhadap niat beli. Bertujuan
untuk mengetahui sudut pandang reseller tentang dampak kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas pelanggan terhadap profitabilitas
dan niat beli. Selanjutnya penelitian juga difokuskan pada mencari tahu peran mediasi pembelian intensi pada hubungan kesadaran merek
dan probabilitas, kualitas yang dirasakan dan loyalitas merek.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kausal, yaitu penelitian yang bertujuan utama membuktikan hubungan sebab-akibat atau
hubungan memengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang diteliti. Data dikumpulkan dari 200 pengecer tentang dua merek yaitu
LOreal dan Garnier. Pengecer yang dipilih untuk mengumpulkan data sebagai studi ini difokuskan pada pandangan reseller. Dalam
penyusunan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pembeli yang telah melakukan pembelian pada merek konstruktif. Maka pentingnya
perusahaan untuk menciptakan daya tarik dalam merek agar posisi mereka yang lebih baik lagi dari pesaing mereka. Ini jelas bahwa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
konsumen menyebarluaskan dan selalu bersedia untuk mendapatkan produk, jadi dipenelitian ini kesadaran merek merupakan faktor
penting untuk memanipulasi keputusan membeli dan pembelian ulang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara kesadaran merek dan loyalitas, sedangkan pada
persepsi kualitas dan probabilitas terdapat pengaruh yang signifikan. Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran merek,
persepsi kualitas dan loyalitas berpengaruh signifikan terhadap niat beli.
Dalam jurnal penelitian kedua ini ditulis oleh Muhammad Yasini dan Amjad Shamim 2013 yang berjudul
“Mediating Role in Purchase Intentions and Word-of-
Mouth”. Permasalahan yang diteliti oleh peneliti ini adalah pengaruh memediasi peran dalam niat beli dari
mulut ke mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah yang pertama adalah untuk menentukan dampak dari pengalaman merek, kepercayaan
merek dan komitmen yang efektif pada niat beli. Yang kedua adalah untuk memastikan peran mediasi cinta merek dalam hubungan niat beli
dari mulut kemulut. Dan dapat digambarkan dalam kerangka sebagai
berikut :
Sumber: Muhammad Yasini dan Amjad Shamim 2013
Brand Experience
Brand Trust Purchase
Intention Brand
Love
Affictive Commitmet
Word-of- Mouth
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dan data analisis SPSS 15.0 analisis korelasi yang digunakan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman merek, kepercayaan merek dan efektif komitmen memiliki dampak yang positif terhadap
niat beli. Dalam hubungan ini intensitas dampak komitmen efektif yang cukup tinggi dibandingkan dengan variable lain. Hasil lain
menunjukkan bahwa niat beli secara signifikan terhadap cinta merek dan word-of-word, dan cinta merek juga signifikan. Dan cinta merek
telah mediasi persial berpengaruh dalam hubungan niat beli dan word- of-mouth.
Dalam jurnal penelitian ketiga ini yang ditulis oleh Mahdi Borzooei and Maryam Asgaari 2013 berjudul
“The Halal brand personality and its effect on purchase intenti
on”. Permasalahan yang diteliti oleh peneliti ini adalah untuk melihat pengaruh kepribadian
merek terhadap niat beli baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan dimediasi oleh kepercayaan merek. Selain itu untuk melihat
pengaruh komitmen agama ketika memoderasi kepribadian merek terhadap niat beli secara langsung maupun ketika dimediasi oleh
kepercayaan merek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dampak dari kepribadian merek, kepercayaan merek dan
komitmen agama pada niat beli. Dalam penelitian ini, upaya telah dilakukan untuk memperjelas
konsep pelaksanaan teori brand on Halal. Dalam studi ini , peneliti mengusulkan sebuah model yang menggambarkan hubungan antara
kepribadian merek, kepercayaan merek dan niat beli. Kepribadian merek sebagai praktik modern dan menarik dalam teori pemasaran
telah digunakan dalam penelitian ini. Titik sorot adalah penerapan model ini untuk menangkap kepribadian merek Halal. Dampak dari
kepribadian merek Halal pada kepercayaan dan niat beli melalui efek moderasi komitmen agama lain aliran penelitian. Kepercayaan merek
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
sebagai bagian penting dalam hubungan konsumen dan merek yang bertujuan membangun hubungan yang tahan lama diantara keduanya.
Dengan adanya hal tersebut maka akan diperoleh manfaat yang baik di kemudian hari. Mudah-mudahan, temuan dari penelitian ini akan
berguna bagi para akademisi, produsen dan pemasar Halal. Pentingnya teori dari penelitian ini terletak pada wawasan menyediakan
bagaimana konsumen menjadi lebih sadar tentang merek Halal. Akhirnya, dianjurkan untuk menggunakan model yang diusulkan ini
secara empiris. Dalam jurnal penelitian keempat ini ditulis oleh Bernard E.
Silaban, SE, MM David Gunawan, S.Kom, MM yang berjudul “Analisis persepsi kualitas merek mobil honda new city dan toyota
vios ”. Permasalahan yang diteliti oleh peneliti ini adalah persepsi
kualitas merek mobil Toyota Vios dan Honda New City yang bersaing ketat di papan atas penjualan mobil kelas sedan 1500cc. Tujuan
penelitian ini adalah Bagaimana nilai elemen dan perbandingan perceived quality
mobil Toyota Vios dan Honda New City. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
yaitu penelitian yang berupaya untuk memberikan penjelasan dan gambaran mengenai suatu permasalahan serta bertujuan menjelaskan
karakteristik pasar, menurut Freddy Rangkuti, hal. 17 [7]. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah Perceived
Quality dari mobil Toyota Vios dan Honda New City untuk
mengetahui mengenai ada tidaknya kesenjangan antara performance persepsi konsumen terhadap kualitas produk dengan importance
tingkat kepentingan konsumen atas kualitas produk tersebut, dimana:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Niat Beli
Niat beli dapat didefinisikan sebagai niat seseorang untuk membeli merek tertentu yang telah mereka pilih untuk diri mereka
sendiri setelah mengevaluasi. Kita dapat mengukur variable niat beli misalnya
mempertimbangkan merek
untuk pembelian
dan mengharapkan untuk membeli produk tersebut dimasa yang akan
datang Laroche dan Zhou, 1996 dalam Khan et al., 2012. Untuk
melakukan niat beli merek tertentu memerlukan penilaian dari semua merek yang tersedia di pasar Teng, Laroche dan Huihuang, 2007
dalam Khan et al., 2012 .
Hal ini menunjukkan pendekatan terhadap suatu merek tertentu memiliki efek yang besar pada niat beli Brown
dan Stayman, 1992 ; Homer, 1990, MacKenzie, 1986 dalam Khan et al.,
2012. Dan sikap merek memiliki hubungan positif dengan niat beli, hal ini juga menunjukkan bahwa niat seseorang ditentukan oleh
sikap terhadap merek yang sama dan lainnya. Niat beli menunjukkan bahwa konsumen mengejar pengalaman, keinginan eksternal
lingkungan mereka untuk mengumpulkan informasi tentang produk atau jasa Zeithml 1988, Dodds et al, 1991, Schiffman dan Kanuk 2000
Yang 2009.
Beberapa faktor yang membentuk niat beli dan keputusan pembelian konsumen Kotler dan Keller, 2009 : 189 yaitu :
Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu, sikap
negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Faktor situasi yang tidak terantisipasi, faktor ini nantinya akan dapat mengubah pendirian konsumen. Hal tersebut tergantung dari pemikiran
konsumen sendiri, apakah dia percaya diri dalam memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak.
Semenjak tahun 1970-an dan sampai awal tahun 1980-an, para peneliti memandang konsumen sebagai pengambil keputusan. Dari
perspektif ini, pembelian merupakan hasil dari konsumen merasa mengalami masalah dan kemudian melalui proses rasional
menyelesaikan masalah tersebut. Perspektif pengambilan keputusan mengambarkan seorang konsumen sedang melakukan serangkaian
langkah langkah tertentu pada saat melakukan pembelian. Langkah langkah ini termasuk pengenalan masalah, mencari, evaluasi alternatif,
memilih, dan evaluasi pascaperolehan. Akar dari pendekatan ini adalah pengalaman kognitif dan psikologi serta faktor faktor ekonomi lainnya.
B. Kesadaran Merek
Kata “brand” dalam bahasa Inggris berasal dari kata “brandr”
dalam bahasa old nurse, yang berarti “to burn”, mengacu pada
pengidentifikasian merek. Pada waktu itu pemilik hewan ternak menggunakan tand
a “cap” khusus untuk menandai ternak miliknya dan membedakannya dari ternak lain. Melalui “cap” tersebut, konsumen
lebih mudah mengidentifikasi ternak yang berkualitas dari perternak yang bereputasi bagus Tjiptono, 2005.
Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari
suatu kategori produk tertentu Aaker, 2004 : 10. Peran kesadaran merek dalam ekuitas merek tergantung pada tingkat akan pencapaian
kesadaran dibenak konsumen. Fandy Tjiptono 2011 : 111
ukuran pada brand awareness yang banyak dipakai adalah recall dan recognition, baik aided maupun
anaided. Yang penting disini bukanlah sekedar menjadi merek pertama
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
yang yang disebut atau yang diingat konsumen name awareness, namun terciptanya asosiasi khusus antara nama merek dengan produk
tertentu. Hanya saja, kelemahan utama brand awareness terletak pada dampak ukuran merek dan skala aktivitas promosi yang sangat
dominan, sementara brand strength dalam konteks preferensi atau sikap positif konsumen terhadap merek bersangkutan tidak banyak
terungkap. Ukuran awareness mengandung confounding effect, dimana merek-merek besar cenderung selalu lebih diuntungkan
Menurut Erna Ferrinadewi 2008 : 174 merek yang sering dibeli oleh keluarga biasanya akan membuat seluruh anggota keluarga
memiliki kesadaran yang tinggi akan keberadaan merek. Walaupun merek tersebut merek yang tidak terpikirkan oleh konsumen, namun
nama merek akan menetap dalam ingatan konsumen karena tingginya frekwensi anggota keluarga melihat terpapar oleh merek yang sama.
Semakin sering merek tersebut dilihat dan digunakan oleh seluruh anggota keluarga maka ingatan pada konsumen semakin kuat. Pada
saat ini nanti, ketika generasi muda dalam keluarga mulai dihadapkan pada situasi konsumsi yang baru misalkan karena mereka tinggal
dikota yang berbeda dengan orang tuanya. Kesadaran terhadap merek direfleksikan dalam kemampuan
konsumen mengidentifikasi merek dalam berbagai situasi yang berbeda. Kemampuan konsumen ditentukan juga oleh derajat
motivasinya. Ketika konsumen berada dalam situasi pembelian dengan motivasi yang tinggi, maka konsumen akan membutuhkan lebih
banyak waktu dalam proses pengambilan keputusan agar mendapatkan lebih banyak waktu untuk menjadi familiar pada merek. Misalkan pada
pembelian produk seperti mobil atau produk yang sifatnya tahan lama Erna Ferrinadewi, 2008 : 174.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
C. Persepsi Kualitas
Berbagai ahli mendefinisikan kualitas sebagai “kecocokan
untuk digunakan”,”pemenuhan kebutuhan”, dan seterusnya. Kita akan menggunakan American Society for Quality Control : Kualitas adalah
totalitas fitur dan karateristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuan untuk memuaskan produk atau jasa yang bergantung pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Persepsi kualitas perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas suatu produk atau jasa layanan
berkenaan dengan maksud yang diharapkan Durianto, 2001. Dia juga menyatakan bahwa persepsi kualitas menjadi sangat berperan dalam
keputusan pelanggan yang terkait dengan keputusan niat beli. Persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan atas atribut
yang dianggap penting baginya Astuti dan Cahyadi, 2007. Terdapat lima nilai yang dapat menggambarkan nilai-nilai dari persepsi kualitas
durianto, dkk, 2004, yaitu sebagai berikut: a.
Alasan untuk membeli Persepsi kualitas yang baik dapat membantu periklanan dan
promosi yang dilakukan perusahaan menjadi lebih efektif, yang akan terkait dengan keputusan pembelian oleh konsumen.
b. Diferensiasi atau posisi
Persepsi kualitas suatu merek akan berpengaruh untuk menentukan posisi merek tersebut dalam persaingan.
c. Harga optimum
Penentuan harga optimum yang tepat dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan persepsi kualitas merek tersebut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
d. Niat saluran distribusi
Pedagang akan lebih menyukai untuk memasarkan produk yang disukai oleh konsumen, dan konsumen lebih menyukai produk yang
memiliki persepsi kualitas yang baik. e.
Perluasan merek Persepsi kualitas yang kuat dapat dijadikan sebagai dasar oleh
perusahaan untuk melaksanakan kebijakan perluasan merek. Persepsi kualitas mempunyai peranan yang penting dalam
membangun suatu merek yang akan dijadikan bahan pertimbangan pelanggan kemudian akan berpengaruh dalam memutuskan merek
mana yang akan dibeli. Dengan persepsi kualitas yang positif akan mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap
produk tersebut. Hal itu karena konsumen akan lebih menyukai produk yang memiliki persepsi kualitas yang baik.
Menurut David A. Garvin dimensi perceived quality dibagi menjadi tujuh, Darmadi, hal 98, [8], yaitu:
1. Kinerja: Melibatkan berbagai karakteritik utama misalnya karakteristik opersional mobil adalah kecepatan, system kemudi, dan
kenyamanan. 2.
Pelayanan: Mencerminkan
kemampuan memberikan
pelayanan pada produk tersebut. 3. Ketahanan: Mencerminkan umur ekonomis dari produk
tersebut. 4. Keandalan: Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu
produk dari pembelian ke pembelian berikutnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5. Karakteristik produk: Bagian-bagian tambahan dari produk yang biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua
merek produk terlihat hampir sama. Bagian-bagian tambahan ini memberi penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan
pelanggannya yang dinamis sesuai perkembangan. 6. Kesesuaian dengan spesifikasi: Merupakan pandangan
mengenai kualitas proses manufaktur tidak ada cacat produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
7. Hasil: Mengarah pada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya.
Terdapat lima keuntungan persepsi kualitas yaitu: 1. Alasan untuk membeli.
Persepsi kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting untuk membeli. Hal ini mempengaruhi merek apa yang akan dipilih.
2. Diferensiasi Perbedaan. Suatu karakteristik penting dari merek adalah posisinya dalam
dimensi persepsi kualitas, apakah merek tersebut merupakan merek terbaik?, atau sama baiknya dengan merek lainnya?, apakah merek
tersebut ekonomis?, super optimum? Atau optimum?. 3. Harga optimum.
Keuntungan ketiga ini memberikan pilihan-pilihan di dalam menetapkan harga optimum premium price. Jika harga berperan
sebagai pengarah kualitas maka harga optimum cenderung memperkuat perceived quality.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4. Perluasan saluran distribusi Perceived quality
mempunyai arti penting bagi para pengecer, distributor dan saluran distribusi lainnya. Para pengecer dan distributor
akan termotivasi untuk menjadi penyalur produk merek dengan perceived quality
yang tinggi, yang berarti dapat semakin memperluas distribusi dari merek tersebut.
5. Perluasan merek Persepsi kualitas dapat dieksploitasi dengan cara mengenalkan
berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk dalam kategori produk baru. Produk dengan merek yang
perceived quality- nya kuat akan mempunyai kemungkinan sukses yang
lebih besar dibandingkan dengan merek yang perceived quality-nya lemah.
D. Loyalitas Merek
Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mempu memberikan gambaran
mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain, terutama pada merek tersebut didapati banyak perubahan, baik menyangkut
harga atau atribut lain. Menurut Assel, Loyalitas merek didasarkan atas perilaku
konsisten dari pelanggan untuk membeli sebuah merek sebagai bentuk proses pembelajaran pelanggan atas kemampuan merek dalam
memenuhi kebutuhannya. Selain sebagai bentuk perilaku pembelian yang konsisten, loyalitas merek juga merupakan bentuk sikap positif
pelanggan dan komitmen pelanggan terhadap sebuah merek lainnya Astuti dan Cahyadi, 2007.
Konsumen dapat dikatakan puas dengan kualitas sebuah produk handphone, apabila perusahaan tersebut berhasil mempertahankan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
konsumennya agar tidak berpindah pada produk pesaing. Usaha yang dijalankan yaitu dengan cara menciptakan loyalitas merek yang
didukung oleh berbagai asosisasi yang kuat Humdiana, 2005. Dalam kaitannya dengan brand loyalty suatu produk, didapati
adanya beberapa tingkatan brand loyalty, Darmadi hal 128 [6] yaitu: 1. Switcher berpindah-pindah
Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin
tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai
pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai
serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah
mereka membeli suatu produk karena harganya murah. 2. Habitual buyer pembeli yang bersifat kebiasaan
Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek yang
digunakan atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup
untuk menciptakan keinginan untuk berpindah merek lain terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya maupun pengorbanan
yang lain. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.
3. Satisfied buyer pembeli yang puas dengan biaya peralihan Pada tingkat ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila
mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menanggung switching cost biaya peralihan yang terkait dengan waktu, uang atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka
beralih merek. 4. Likes the brand menyukai merek
Pembeli yang masuk dalam kategori ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini
dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol,
rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya, ataupun oleh perceived quality
yang tinggi. 5. Committed buyer pembeli yang setia
Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan
bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa
mereka sebenarnya. Salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan dengan tindakan merekomendasikan dan mempromosikan
merek tersebut kepada pihak lain. E.
Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Niat Beli Menurut Yasen et al., 2011 menyimpulkan bahwa kesadaran
merek memainkan peran positif pada intensitas pembelian. Dalam penelitian Mariam Tahira et al. 2011 menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara kesadaran merek terhadap niat konsumen untuk membeli suatu produk. Grewal, Monroe Krishnan 1998 dalam
Nazia Yasen et al., 2011 berpendapat “high brand awareness can
influence the retailer or reseller purchase decision ” yang artinya
kesadaran merek yang tinggi akan memengaruhi pengecer atau penjual ulang memutuskan untuk membeli. Peneliitian tersebut menguji
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
keterkaitan hubungan antara kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas terhadap Niat Beli. Hasil penelitian menunjukkan dampak
yang tidak signifikan antara kesadaran merek dengan loyalitas, sedangkan dampak yang signifikan yaitu persepsi kualitas terhadap
profitabilitas. Kesadaran merek dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nazia Yaseen, et. al. 2011 menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan terhadap niat konsumen untuk membeli suatu produk. Grewal, Monroe Krishnan, 1998 dalam Nazia
Yaseen et. al. 2011 berpendapat “high brand awareness can
influence the retailer or reseller purchase decision ” yang memiliki arti
bahwa kesadaran merek yang tinggi akan memengaruhi pengecer atau penjual kembali memutuskan untuk membeli.
F. Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap Niat Beli
Durianto,dkk 2004 menyatakan bahwa kesan kualitas harus diikuti dengan peningkatan kualitas suatu produk. Fadli dan Inneke
Qamariah 2008 juga menyatakan: Kesan atau mutu yang dirasakan konsumen secara menyeluruh mencerminkan perasaannya terhadap
suatu merek, yang kemudian akan sangat berperan teerhadap keputusan konsumen untuk memilih merek yang akan dibeli dan yang
akhirnya sampai pada tahap evaluasi yang menuju rasa puas dan tidak puas. Pada penelitiannya, kesan kualitas berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian. Dengan taraf signifikansi 95 yang diperoleh dari ttabel 1,960. Dr. Hsin Kuang Chi,dkk 2009 menyatakan:
persepsi kualitas adalah konsep yang relatif yang memiliki situasional, atribut komparatif, dan individu. Dalam penelitiannya, variabel
persepsi kualitas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel niat beli. Artinya, bahwa konsumen akan mengevaluasi persepsi kualitas
produk dari pengalaman pembelian mereka. Irwan 2009 juga menyatakan: Persepsi atau kesan kualitas bersifat objektif, dimana hal
ini merupakan penilaian yang tidak selalu sama antara pelanggan satu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dengan pelanggan lainnya. Pada penelitiannya, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel persepsi kualitas berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian. Choy Johnn Yee dan Ng Cheng San 2010 menyatakan:
Konsumen sering menilai kualitas suatu produk atau layanan atas dasar berbagai isyarat informasi yang mereka persekutukan dengan produk.
Dalam penelitiannya, variabel persepsi kualitas memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap keputusan beli konsumen. Karena
Mayoritas pelanggan akan mempertimbangkan kualitas ketika mereka berniat untuk membeli mobil. Hasil ini lebih didukung oleh Dae dan
Joon 2009; Tsiotsou 2006, Richardson et al. 1996; Hoch dan Banerji 1993, yang menunjukkan bahwa kualitas yang dirasakan
memiliki hubungan positif dengan keputusan pembelian. Pantri Heriyati 2011 menyatakan: Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan,
yang merupakan kesenjangan antara harapan konsumen dan kinerja produk yang dirasakan. Dalam penelitiannya, variabel persepsi kualitas
memiliki efek positif G.
Pengaruh loyalitas merek terhadap niat beli Loyalitas merek merupakan respon perilaku yang bersifat bias.
Dharmmesta 1999 mengungkapkan bahwa penelitian tentang loyalitas merek selalu berkaitan dengan preferensi konsumen dan
pembelian actual. Penelitian lain dilakukan oleh Setyawan 2010, untuk
mengukur asosiasi suatu merek telepon seluler Nokia digunakan tiga indikator yang asosiasi merek yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian, indikator tersebut yaitu: a. Kebiasaan memilih merek
b. Kepuasan terhadap merek
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
c. Kefanatikan terhadap merek Hasil dari ketiga indikator tersebut menyatakan bahwa loyalitas
terhadap merek akan menciptakan keinginan untuk selalu menggunakan merek tersebut yang akan berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian telepon seluler Nokia. Atas dasar pemikiran diatas maka hipotesisnya: Penelitian oleh Hngau 2012
bahwa bagian ekuitas merek yakni loyalitas merek dan persepsi kualitas sangat berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
konsumen.
A. Kerangka Teoritik