PENGARUH KESADARAN MEREK, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK TERHADAP NIAT BELI SMARTPHONE.

(1)

PENGARUH KESADARAN MEREK, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK TERHADAP NIAT BELI SMARTPHONE

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Muhammad Kafil Bakhtiyar B37210097

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah yang Maha Rahman-Rahim, yang Maha Fattah-’Alim yang telah memberikan karunia-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi penelitian dengan baik setelah melalui berbagai rintangan.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah dan terlimpahkan kepada Nabi akhir Zaman, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya.

Terselesaikannya skripsi ini merupakan hasil kerja keras peneliti dan berkat bantuan dari beberapa pihak yang telah memberikan bimbingan, kritik maupun saran. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Abd A’la, MA, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Prof. Dr. H. Moh. Sholeh., M.Pd, PNI, Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

3. Rizma Fithri S.Psi, M.Si Ketua Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi dan Kesehatan Uin Sunan Ampel Surabaya.

4. Dr. Suryani, S.Ag, S.Psi, M.Psi, Ketua Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya.

5. Dr. Abdul Muhid, M.Si, Dosen pembimbing skripsi yang mengarahkan penulis demi kelancaran penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh staff akademika UIN Sunan Ampel khususnya Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orang tua saya tercinta yang senantiasa member dukungan, doa juga biaya materi untuk terselesaikannya skripsi ini

8. Kepada teman-teman Psikologi G3 angkatan 2010, terimakasih untuk persahabatan, bantuan, keluh kesah bersama dalam mencapai tujuan akhir bahagia bersama.

9. Teman-teman yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selalu memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Tiada imbalan yang dapat penulis berikan, kecuali hanya do’a semoga Allah SWT memberikan imbalan yang lebih baik kepada pihak yang bersangkutan yang


(5)

telah memberikan banyak jasanya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini tidak lain karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar skripsi ini menjadi lebih sempurna. Demikian semoga makalah dapat memberikan manfaat.

Surabaya, 15 Januari 2016


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori... 13

a. Niat Beli ... 13

b. Kesadaran Merek ... 14

c. Persepsi Kualitas ... 16

d. Loyalitas Merek ... 19

B. Kerangka Teoritik ... 24

C. Hipotesis ... 24

BAB III : METODE PENELITIAN ... 26

1. Identifikasi Variabel... 26

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26

A. Kesadaran Merek ... 26

B. Persepsi Kualitas ... 27

C. Loyalitas Merek ... 27

D. Niat Beli ... 27

3. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling ... 27

4. Instrumen Penelitian ... 28

5. Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 32

A. Validitas Skala Penelitian Kesadaran Merek ... 32

B. Validitas Skala Penelitian Persepsi Kualitas... 35

C. Validitas Skala Penelitian Loyalitas Merek ... 38


(7)

6. Teknis Analisis... 44

- Analisis Regresi Linier Berganda ... 44

a. Uji Normalitas ... 44

b. Uji Linieritas ... 45

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Analisis Deskripsi Subyek ... 46

B. Reliabilitas Data ... 47

C. Hasil Penelitian ... 48

1. Uji Normalitas ... 48

2. Uji Linieritas ... 49

3. Pengujian Hipotesis ... 50

D. Pembahasan... 56

BAB V : PENUTUP ... 60

A. KESIMPULAN ... 60

B. SARAN ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 : Blue Print ... 29

TABEL 3.2 : Validitas Kesadaran Merek ... 32

TABEL 3.3 : Blue Print Penelitian Kesadaran Merek ... 35

TABEL 3.4 : Validitas Persepsi Kualitas ... 35

TABEL 3.5 : Blue Print Penelitian Persepsi Kualitas... 37

TABEL 3.6 : Validitas Loyalitas Merek ... 38

TABEL 3.7 : Blue Print Penelitian Loyalitas Merek ... 40

TABEL 3.8 : Validitas Niat Beli... 40

TABEL 3.9 : Blue Print Penelitian Niat Beli ... 43

TABEL 4.1 : Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

TABEL 4.2 : Responden Berdasarkan Usia ... 46

TABEL 4.3 : Rangkuman Hasil Uji Coba Reliabilitas ... 47

TABEL 4.4 : Uji Normalitas Kolmogorov - Smirnov & Shapiro - Wilk ... 49

TABEL 4.5 : Uji Linieritas ... 49

TABEL 4.6 : Analisa Model Regresi ... 51

TABEL 4.7 : Total Sumbangan Efektifitas... 51

TABEL 4.8 : Hasil Analisis Regresi Linier Ganda ... 52

TABEL 4.9 : Simpulan Analisis ... 55


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Tabulasi Data Mentah Kesadaran Merek LAMPIRAN II : Tabulasi Data Mentah Persepsi Kualitas LAMPIRAN III : Tabulasi Data Mentah Loyalitas Merek LAMPIRAN IV : Tabulasi Data Mentah Niat Beli

LAMPIRAN V : Tabulasi Skoring Data Kesadaran Merek LAMPIRAN VI : Tabulasi Skoring Data Persepsi Kualitas LAMPIRAN VII : Tabulasi Skoring Data Loyalitas Merek LAMPIRAN VIII : Tabulasi Skoring Data Niat Beli

LAMPIRAN IX : Hasil Output Cross-Product

LAMPIRAN X : Uji Validitas & Reliabilitas Aitem Skala Kesadaran Merek LAMPIRAN XI : Uji Validitas & Reliabilitas Aitem Skala Persepsi Kualitas LAMPIRAN XII : Uji Validitas & Reliabilitas Aitem Skala Loyalitas Merek LAMPIRAN XIII : Uji Validitas & Reliabilitas Aitem Skala Niat Beli

LAMPIRAN XIV : Uji Normalitas LAMPIRAN XV : Uji Linier


(10)

INTISARI

Aktivitas masyarakat di Indonesia saat ini mulai berorientasi pada teknologi dan menjadikan teknologi sebagai penunjang utama kegiatan selain komunikasi tentunya. Saat ini kebanyakan orang Indonesia di perkotaan banyak mulai membawa beberapa perangkat elektronik/smartphone setiap hari. penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh kesadaran merek, loyalitas merek, dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian. Data dikumpulkan dari 200 responden warga Surabaya secara acak yang sudah menggunakan smartphone. Data diuji menggunakan metode analisis regresi linier.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial masing – masing variable kesadaran merek, persepsi kualitas Dan Loyalitas Merek memiliki hubungan signifikan terhadap Niat Beli.

Kata kunci : Kesadaran Merek, Persepsi Kualitas, Loyalitas Merek, Niat Beli


(11)

ABSTRACT

Community activities in Indonesia are now starting oriented technology and make technology as the main support activities other than communication of course . Nowadays most people in urban Indonesia are starting to bring some electronic devices / smartphones every day . This research aims to find the influence of brand awareness , brand loyalty , and the perception of the quality of the purchasing decision . Data were collected from 200 respondents randomly Surabaya citizens who are already using a smartphone . Data were tested using linear regression analysis .

The results showed that simultaneous and partial each - each variable brand awareness, perceived quality and brand loyalty has a significant relationship to the Intention Buy .

Keywords : Brand Awareness , Perceived Quality, Brand Loyalty , Intention Buy


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori... 13

a. Niat Beli ... 13

b. Kesadaran Merek ... 14

c. Persepsi Kualitas ... 16

d. Loyalitas Merek ... 19

B. Kerangka Teoritik ... 24

C. Hipotesis ... 24

BAB III : METODE PENELITIAN ... 26

1. Identifikasi Variabel... 26

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26

A. Kesadaran Merek ... 26

B. Persepsi Kualitas ... 27

C. Loyalitas Merek ... 27

D. Niat Beli ... 27

3. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling ... 27

4. Instrumen Penelitian ... 28

5. Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 32

A. Validitas Skala Penelitian Kesadaran Merek ... 32

B. Validitas Skala Penelitian Persepsi Kualitas... 35

C. Validitas Skala Penelitian Loyalitas Merek ... 38


(13)

6. Teknis Analisis... 44

- Analisis Regresi Linier Berganda ... 44

a. Uji Normalitas ... 44

b. Uji Linieritas ... 45

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Analisis Deskripsi Subyek ... 46

B. Reliabilitas Data ... 47

C. Hasil Penelitian ... 48

1. Uji Normalitas ... 48

2. Uji Linieritas ... 49

3. Pengujian Hipotesis ... 50

D. Pembahasan... 56

BAB V : PENUTUP ... 60

A. KESIMPULAN ... 60

B. SARAN ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 : Blue Print ... 29

TABEL 3.2 : Validitas Kesadaran Merek ... 32

TABEL 3.3 : Blue Print Penelitian Kesadaran Merek ... 35

TABEL 3.4 : Validitas Persepsi Kualitas ... 35

TABEL 3.5 : Blue Print Penelitian Persepsi Kualitas... 37

TABEL 3.6 : Validitas Loyalitas Merek ... 38

TABEL 3.7 : Blue Print Penelitian Loyalitas Merek ... 40

TABEL 3.8 : Validitas Niat Beli... 40

TABEL 3.9 : Blue Print Penelitian Niat Beli ... 43

TABEL 4.1 : Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

TABEL 4.2 : Responden Berdasarkan Usia ... 46

TABEL 4.3 : Rangkuman Hasil Uji Coba Reliabilitas ... 47

TABEL 4.4 : Uji Normalitas Kolmogorov - Smirnov & Shapiro - Wilk ... 49

TABEL 4.5 : Uji Linieritas ... 49

TABEL 4.6 : Analisa Model Regresi ... 51

TABEL 4.7 : Total Sumbangan Efektifitas... 51

TABEL 4.8 : Hasil Analisis Regresi Linier Ganda ... 52

TABEL 4.9 : Simpulan Analisis ... 55


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Tabulasi Data Mentah Kesadaran Merek LAMPIRAN II : Tabulasi Data Mentah Persepsi Kualitas LAMPIRAN III : Tabulasi Data Mentah Loyalitas Merek LAMPIRAN IV : Tabulasi Data Mentah Niat Beli

LAMPIRAN V : Tabulasi Skoring Data Kesadaran Merek LAMPIRAN VI : Tabulasi Skoring Data Persepsi Kualitas LAMPIRAN VII : Tabulasi Skoring Data Loyalitas Merek LAMPIRAN VIII : Tabulasi Skoring Data Niat Beli

LAMPIRAN IX : Hasil Output Cross-Product

LAMPIRAN X : Uji Validitas & Reliabilitas Aitem Skala Kesadaran Merek LAMPIRAN XI : Uji Validitas & Reliabilitas Aitem Skala Persepsi Kualitas LAMPIRAN XII : Uji Validitas & Reliabilitas Aitem Skala Loyalitas Merek LAMPIRAN XIII : Uji Validitas & Reliabilitas Aitem Skala Niat Beli

LAMPIRAN XIV : Uji Normalitas LAMPIRAN XV : Uji Linier


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas masyarakat di Indonesia saat ini mulai berorientasi pada teknologi dan menjadikan teknologi sebagai penunjang utama kegiatan selain komunikasi tentunya. Saat ini kebanyakan orang Indonesia di perkotaan banyak mulai membawa beberapa perangkat elektronik setiap hari (Arief, 2014). Selain laptop, mereka juga membawa komputer. smartphone menjadi salah satu perangkat utama yang membantu kegiatan penting seperti bisnis, pendidikan, maupun hiburan mengingat jumlah penduduk Indonesia hampir separuh dari penduduk Asia Tenggara, smartphone memiliki potensi pasar yang luas. Artinya persaingan industi ponsel pintar di Indonesia semakin ketat dan diperlukan strategi-strategi pemasaran yang mampu meningkatkan penjualan.

Pengaruh pasar global yang melanda dunia menjanjikan suat peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, pasar global memperluas pasar produk, di sisi lain keadaan tersebut menimbulkan persaingan yang semakin tajam, dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Kesadaran produsen akan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat dijadikan peluang bisnis yang potensial bagi perusahaan. Teknologi telekomunikasi merupakan salah satu peluang bisnis potensial yang dimanfaatkan oleh produsen dalam persaingan. Meningkatnya kebutuhan akan penggunaan teknologi telekomunikasi dalam kehidupan saat ini disebabkan karena penggunaan telekomunikasi yang diyakini dapat membantu meringankan pekerjaan seseorang. Salah satu produk teknologi telekomunikasi yang saat ini diperebutkan oleh banyak produsen adalah handphone/ponsel (Miftakh,2013)


(17)

Iklim usaha yang semakin menantang, seperti dalam dunia industri telepon selular sekarang membuat manajemen perusahaan, baik yang baru maupun yang lama dapat menjawab tantangan pasar dan memanfaatkan peluang pasar dalam struktur persaingan dimasa kini maupun dimasa mendatang. Kemampuan perusahaan dalam menangani masalah pemasaran, mencari dan menemukan peluang-peluang pasar akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan dalam persaingan. Dalam keadaan ini pihak perusahaan ditantang untuk lebih berperan aktif dalam mendistribusikan dan memperkenalkan produknya agar laku terjual (Boby, 2009).

Fenomena persaingan antara perusahaan membuat setiap perusahaan harus menyadari akan suatu kebutuhan untuk memaksimalkan aset-aset perusahaan demi kelangsungan hidup perusahaan, khususnya untuk perusahaan yang menghasilkan produk handphone. Saat ini persaingan perusahaan untuk memperebutkan konsumen tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk saja misalnya seperti kegunaan produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi penggunanya. Produk menjelaskan sebagai suatu komoditi yang dipertukarkan, sedangkan merek menjelaskan pada spesifikasi pelanggannya (Mieftakh, 2013).

Penggunaan perangkat mobile dianggap telah menjadi hal yang lumrah bagi banyak orang di masa kini. Namun hal tersebut ternyata tidak menyusutkan penjualan smartphone yang justru semakin meningkat setiap tahunnya. Data terbaru GfK menyatakan nilai penjualan smartphone di negara Asia Tenggara mencapai $16.4 Miliar (sekitar Rp 198 Triliun), meningkat 33 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah unit yang terjual pun mengalami peningkatan sebesar 44 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan penjualan smartphone di Indonesia


(18)

mencapai 70% dalam 12 bulan terakhir, tertinggi di antara negara-negara di kawasan.

Sebanyak 120 juta smartphone dan phablet terjual pada bulan Agustus 2014 di kawasan Asia Tenggara. Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, Vietnam, dan Kamboja menjadi penggerak utama dari pertumbuhan ini.

Di Asia Tenggara sendiri, ada sekitar 345 smartphone bermerek asal Tiongkok yang mampu menjual dengan harga 58% lebih murah dari smartphone merek internasional lain. Menurut Account Director for Digital World GfK Asia Gerard Tan, low budget smartphone

melakukan penetrasi ke pasar dengan sangat baik. Merek raksasa yang mendunia kerap kalah saing dengan merek Tiongkok dalam kompetisi harga. Sementara smartphone merek internasional berkisar $253 (sekitar Rp 3 juta), merek Tiongkok menawarkan harga rata-rata sekitar $159 (sekitar Rp 2 juta). Geliat vendor Tiongkok menawarkan model low-end terbaru mereka membuat smartphone menjadi semakin terjangkau dan kompetisi menjadi semakin intensif.

“Kondisi di negara berkembang menjadi alasan utama di balik pengadopsian smartphone. Pasalnya banyak orang yang berada di luar kota-kota besar di negara tersebut baru memiliki smartphone setelah konsep ponsel ‘pintar’ walau telah diperkenalkan sejak lama,” ungkap Tan.

Indonesia memimpin sebagai negara dengan pertumbuhan penjualan paling tinggi hingga 70%, disusul Vietnam 56%, dan Thailand 44%. Sementara dalam segi valuasi, Vietnam berada di posisi puncak dengan pertumbuhan valuasi hingga 52%, Indonesia 32%, dan Thailand 31%.

Tak kalah pentingnya adalah catatan bahwa Indonesia menjadi satu-satunya pasar di wilayah Asia Tenggara di mana merek lokal mampu bersaing secara ketat dengan merek asing, mengingat merek-merek tersebut berkontribusi terhadap 16 persen total volume dan 7


(19)

persen total valuasi pasar nasional. (dikutip dari : https://dailysocial.net/post/gfk-pertumbuhan-smartphone-indonesia-tertinggi-asia-tenggara )

Merek bukanlah sebuah nama, simbol, gambar atau tanda yang tidak berarti. Merek merupakan identitas sebuah produk yang dapat disajikan sebagai alat ukur apakah produk itu baik dan berkualitas. Dalam menghadapi persaingan yang ketat, merek yang kuat merupakan pembeda yang jelas, bernilai dan berkesinambungan, sehingga menjadi ujung tombak bagi daya saing perusahaan dan sangat membantu strategi perusahaan (Kusno,dkk, 2007). Merek yang memiliki persepsi baik umumnya akan lebih menarik calon konsumen untuk melakukan pembelian ulang karena mereka yakin bahwa merek tersebut memiliki kualitas yang baik dan dapat dipercaya. Jika perusahaan mampu membangun merek yang kuat di pikiran atau ingatan pelanggan melalui strategi pemasaran yang tepat, perusahaan akan dikatakan mampu membangun mereknya. Dengan demikian merek dari suatu produk dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggannya yang di nyatakan sebagai merek yang memiliki ekuitas merek (Astuti dan Cahyadi, 2007).

Kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi merek ( brand associatio ) loyalitas merek (brand loyalty) termasuk kategori dalam ekuitas merek. Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat aset dan keterpercayaan merek yang terkait dengan merek tertentu, nama dan atau simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik bagi pemasar/perusahaan maupun pelanggan (Aaker,1997). Salah satu usaha untuk menarik konsumen dalam produk handphone adalah dengan pengenalan merek, karena pengenalan merek merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek.

Menurut Aaker (1997) kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat


(20)

kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Humdiana, 2005). Kategori ini menggambarkan keberadaan sebuah merek handphone di dalam pikiran konsumen yang telah terpengaruh oleh berbagai aktivitas promosi yang terintergrasi sehingga berhasil dalam penjualan unit produk dan memperluas pasarnya.

Konsumen dapat dikatakan puas dengan kualitas sebuah produk handphone, apabila perusahaan tersebut berhasil mempertahankan konsumennya agar tidak berpindah pada produk pesaing. Usaha yang dijalankan yaitu dengan cara menciptakan loyalitas merek yang didukung oleh berbagai asosisasi yang kuat (Humdiana, 2005).

Perkembangan merek-merek handphone di Indonesia relatif cukup baik dan dinamis baik untuk produk lokal maupun internasional. Selain itu, tingkat persaingan di berbagai katagori produk berdasarkan kemajuan telekomunikasi khususnya produk handphone telah menyebabkan timbulnya beberapa fenomena yang cukup menarik. Salah satu fenomena yang menarik perhatian dunia adalah pertumbuhan telekomunikasi yang lebih canggih yaitu dengan munculnya produk ponsel pintar alias smartphone.

Kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand associatio), loyalitas merek (brand loyality) termasuk dalam kategori ekuitas merek. Ekuitas merek (brand equiety) adalah seperangkat aset dan keterpercayaan merek yang terkait dengan merek tertentu, nama atau simbol, yang mampu menambah atau mengurasi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik bagi pemasar/perusahaan maupun pelanggan (Aaker, 1997)

Suatu produk dengan brand equaity dapat memenuhi dalam keputusan pembelian calon konsumen. Keputusan pembelian yang dilakukan pelanggan melibatkan keyakinan pelanggan pada suatu merek sehingga timbul rasa percaya diri atas kebenaran tindakan yang


(21)

diambil. Rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian yang diambilnya mempresentasikan sejauh mana pelanggan memiliki keyakinan diri atas keputusan memilih suatu merek. Perusahaan perlu mengidentifikasi elemen equitas merek yang mampu mempengaruhi kepercayaan diri pelanggan tersebut dalam keputusan pembelian yang dilakukannya ( Astuti dan Chayadi, 2007)

Dalam jurnal penelitian pertama ini yang ditulis oleh Nazia Yaseen, Mariam Tahira, Amir Gulzar, Ayesha Anwar (2011) berjudul “Impact of Brand Awareness, Perceived Quality and Customer Loyalty on Brand Profitability and Purchase Intention: A Resellers’ View”.

Permasalahan yang diteliti oleh peneliti ini adalah pengaruh kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas terhadap niat beli. Bertujuan untuk mengetahui sudut pandang reseller tentang dampak kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas pelanggan terhadap profitabilitas dan niat beli. Selanjutnya penelitian juga difokuskan pada mencari tahu peran mediasi pembelian intensi pada hubungan kesadaran merek dan probabilitas, kualitas yang dirasakan dan loyalitas merek.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara kesadaran merek dan loyalitas, sedangkan pada persepsi kualitas dan probabilitas terdapat pengaruh yang signifikan. Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas berpengaruh signifikan terhadap niat beli.

Hal yang dapat diperhatikan oleh perusahaan dalam menarik niat beli konsumen untuk membeli produknya adalah kesadaran merek. Menurut Aaker (2004 : 10) Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang pengguna untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Kesadaran merek dapat menggambarkan keberadaan merek dan juga dapat mempengaruhi persepsi dan tingkah laku di dalam benak konsumen


(22)

maupun pengguna. Dengan timbulnya kesadaran konsumen terhadap merek smartphone, dapat memungkinkan pada saat pengguna ingin membeli suatu produk smartphone merek “X” pengguna tersebut akan mengingat smartphone sebagai pilihannya. Tidak sedikit didalam benak masyarakat Indonesia bahwa merek smartphone sangatlah banyak pilihannya seperti smartphone Samsung, smartphone Asus, Smartphone LG, dan lain-lain. Sehingga masyarakat dapat memilih merek atau produk yang mereka inginkan.

Persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Persepsi kualitas mempunyai peranan yang penting dalam membangun suatu merek karena dapat dijadikan sebagai alasan yang penting dalam melakukan pembelian serta menjadi bahan pertimbangan pelanggan terhadap merek mana yang akan dipilih yang pada ahirnya akan mempengaruhi pelanggan dalam memutuskan merek mana yang akan dibeli. (Durianto, dkk, 2001).

Loyalitas merek merupakan salah satu faktor penting dalam hal pembelian. Menurut Assel, Loyalitas merek didasarkan atas perilaku konsisten dari pelanggan untuk membeli sebuah merek sebagai bentuk proses pembelajaran pelanggan atas kemampuan merek dalam memenuhi kebutuhannya. Selain sebagai bentuk perilaku pembelian yang konsisten, loyalitas merek juga merupakan bentuk sikap positif pelanggan dan komitmen pelanggan terhadap sebuah merek lainnya (Astuti dan Cahyadi, 2007).

Berdasarkan uraian permasalah yang telah dikemukakan,

terciptalah keinginan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Kesadaran merek, Persepsi Kualitas dan Loyalitas Merek


(23)

B. Rumusan Masalah

H1 : apakah ada pengaruh antara kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyaitas merek terhadap niat beli smartphone?

H2 : apakah ada pengaruh antara kesadaran merek terhadap niat beli smartphone?

H3 : apakah ada pengaruh antara persepsi kualitas terhadap niat beli smartphone?

H4 : apakah ada pengaruh loyaitas merek terhadap niat beli smartphone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka untuk mengetahui pengaruh kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek terhadap niat beli smartphone.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis :

Menambah khasanah ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya, dan secara khusus memberi sumbangan pengetahuan bagi ilmu psikologi industri dan organisasi. Penelitian ini juga berguna sebagai referensi bagi kalangan akademis untuk penelitian lebih lanjut.selain itu Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pemasaran terutama yang berkaitan dengan pengaruh kesadaran merek dan persepsi kualitas terhadap niat beli smartphone Samsung.

2. Manfaat Bagi perusahaan

Dapat digunakan bahan pertimbangan masalah yang sedang dihadapi dalam Perusahaan merek handphone terkait.

3. Manfaat bagi UINSA Surabaya

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi perbendaharaan atau koleksi perpustakaan UINSA Surabaya khususnya kajian variabel


(24)

tentang kesadaran merek dan persepsi kualitas dan niat beli. Sehingga dapat menjadi acuan bagi mahasiswa dalam penyusunan penelitian ilmiah berikutnya.

E. Keaslian Penelitian

Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan perbedaan yang mendukung penelitian ini. Berfokus pada Pengaruh kesadaran dan persepsi kualitas terhadap niat beli, di antaranya sebagai berikut :

Dalam jurnal penelitian pertama ini yang ditulis oleh Nazia Yaseen, Mariam Tahira, Amir Gulzar, Ayesha Anwar (2011) berjudul “Impact of Brand Awareness, Perceived Quality and Customer Loyalty on Brand Profitability and Purchase Intention: A Resellers’ View”.

Permasalahan yang diteliti oleh peneliti ini adalah pengaruh kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas terhadap niat beli. Bertujuan untuk mengetahui sudut pandang reseller tentang dampak kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas pelanggan terhadap profitabilitas dan niat beli. Selanjutnya penelitian juga difokuskan pada mencari tahu peran mediasi pembelian intensi pada hubungan kesadaran merek dan probabilitas, kualitas yang dirasakan dan loyalitas merek.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kausal, yaitu penelitian yang bertujuan utama membuktikan hubungan sebab-akibat atau hubungan memengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang diteliti. Data dikumpulkan dari 200 pengecer tentang dua merek yaitu L'Oreal dan Garnier. Pengecer yang dipilih untuk mengumpulkan data sebagai studi ini difokuskan pada pandangan reseller. Dalam penyusunan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pembeli yang telah melakukan pembelian pada merek konstruktif. Maka pentingnya perusahaan untuk menciptakan daya tarik dalam merek agar posisi mereka yang lebih baik lagi dari pesaing mereka. Ini jelas bahwa


(25)

konsumen menyebarluaskan dan selalu bersedia untuk mendapatkan produk, jadi dipenelitian ini kesadaran merek merupakan faktor penting untuk memanipulasi keputusan membeli dan pembelian ulang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara kesadaran merek dan loyalitas, sedangkan pada persepsi kualitas dan probabilitas terdapat pengaruh yang signifikan. Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas berpengaruh signifikan terhadap niat beli.

Dalam jurnal penelitian kedua ini ditulis oleh Muhammad Yasini dan Amjad Shamim (2013) yang berjudul “Mediating Role in Purchase Intentions and Word-of-Mouth”. Permasalahan yang diteliti oleh peneliti ini adalah pengaruh memediasi peran dalam niat beli dari mulut ke mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah yang pertama adalah untuk menentukan dampak dari pengalaman merek, kepercayaan merek dan komitmen yang efektif pada niat beli. Yang kedua adalah untuk memastikan peran mediasi cinta merek dalam hubungan niat beli dari mulut kemulut. Dan dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut :

Sumber: Muhammad Yasini dan Amjad Shamim (2013) Brand Experience

Brand Trust Purchase

Intention

Brand Love

Affictive Commitmet

Word-of-Mouth


(26)

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dan data analisis SPSS 15.0 analisis korelasi yang digunakan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman merek, kepercayaan merek dan efektif komitmen memiliki dampak yang positif terhadap niat beli. Dalam hubungan ini intensitas dampak komitmen efektif yang cukup tinggi dibandingkan dengan variable lain. Hasil lain menunjukkan bahwa niat beli secara signifikan terhadap cinta merek dan word-of-word, dan cinta merek juga signifikan. Dan cinta merek telah mediasi persial berpengaruh dalam hubungan niat beli dan word-of-mouth.

Dalam jurnal penelitian ketiga ini yang ditulis oleh Mahdi Borzooei and Maryam Asgaari (2013) berjudul “The Halal brand personality and its effect on purchase intention”. Permasalahan yang diteliti oleh peneliti ini adalah untuk melihat pengaruh kepribadian merek terhadap niat beli baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan dimediasi oleh kepercayaan merek. Selain itu untuk melihat pengaruh komitmen agama ketika memoderasi kepribadian merek terhadap niat beli secara langsung maupun ketika dimediasi oleh kepercayaan merek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dampak dari kepribadian merek, kepercayaan merek dan komitmen agama pada niat beli.

Dalam penelitian ini, upaya telah dilakukan untuk memperjelas konsep pelaksanaan teori brand on Halal. Dalam studi ini , peneliti mengusulkan sebuah model yang menggambarkan hubungan antara kepribadian merek, kepercayaan merek dan niat beli. Kepribadian merek sebagai praktik modern dan menarik dalam teori pemasaran telah digunakan dalam penelitian ini. Titik sorot adalah penerapan model ini untuk menangkap kepribadian merek Halal. Dampak dari kepribadian merek Halal pada kepercayaan dan niat beli melalui efek moderasi komitmen agama lain aliran penelitian. Kepercayaan merek


(27)

sebagai bagian penting dalam hubungan konsumen dan merek yang bertujuan membangun hubungan yang tahan lama diantara keduanya. Dengan adanya hal tersebut maka akan diperoleh manfaat yang baik di kemudian hari. Mudah-mudahan, temuan dari penelitian ini akan berguna bagi para akademisi, produsen dan pemasar Halal. Pentingnya teori dari penelitian ini terletak pada wawasan menyediakan bagaimana konsumen menjadi lebih sadar tentang merek Halal. Akhirnya, dianjurkan untuk menggunakan model yang diusulkan ini secara empiris.

Dalam jurnal penelitian keempat ini ditulis oleh Bernard E. Silaban, SE, MM & David Gunawan, S.Kom, MM yang berjudul “Analisis persepsi kualitas merek mobil honda new city dan toyota

vios ”. Permasalahan yang diteliti oleh peneliti ini adalah persepsi

kualitas merek mobil Toyota Vios dan Honda New City yang bersaing ketat di papan atas penjualan mobil kelas sedan 1500cc. Tujuan penelitian ini adalah Bagaimana nilai elemen dan perbandingan

perceived quality mobil Toyota Vios dan Honda New City.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berupaya untuk memberikan penjelasan dan gambaran mengenai suatu permasalahan serta bertujuan menjelaskan karakteristik pasar, menurut Freddy Rangkuti, hal. 17 [7].

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah Perceived Quality dari mobil Toyota Vios dan Honda New City untuk mengetahui mengenai ada tidaknya kesenjangan antara performance

(persepsi konsumen terhadap kualitas produk) dengan importance


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Niat Beli

Niat beli dapat didefinisikan sebagai niat seseorang untuk membeli merek tertentu yang telah mereka pilih untuk diri mereka sendiri setelah mengevaluasi. Kita dapat mengukur variable niat beli misalnya mempertimbangkan merek untuk pembelian dan mengharapkan untuk membeli produk tersebut dimasa yang akan datang (Laroche dan Zhou, 1996) dalam Khan et al., (2012). Untuk melakukan niat beli merek tertentu memerlukan penilaian dari semua merek yang tersedia di pasar (Teng, Laroche dan Huihuang, 2007) dalam Khan et al., (2012). Hal ini menunjukkan pendekatan terhadap suatu merek tertentu memiliki efek yang besar pada niat beli (Brown dan Stayman, 1992 ; Homer, 1990, MacKenzie, 1986) dalam Khan et al., (2012). Dan sikap merek memiliki hubungan positif dengan niat beli, hal ini juga menunjukkan bahwa niat seseorang ditentukan oleh sikap terhadap merek yang sama dan lainnya. Niat beli menunjukkan bahwa konsumen mengejar pengalaman, keinginan eksternal lingkungan mereka untuk mengumpulkan informasi tentang produk atau jasa (Zeithml 1988, Dodds et al, 1991, Schiffman dan Kanuk 2000 Yang 2009).

Beberapa faktor yang membentuk niat beli dan keputusan pembelian konsumen (Kotler dan Keller, 2009 : 189) yaitu :

Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu, sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.


(29)

Faktor situasi yang tidak terantisipasi, faktor ini nantinya akan dapat mengubah pendirian konsumen. Hal tersebut tergantung dari pemikiran konsumen sendiri, apakah dia percaya diri dalam memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak.

Semenjak tahun 1970-an dan sampai awal tahun 1980-an, para peneliti memandang konsumen sebagai pengambil keputusan. Dari perspektif ini, pembelian merupakan hasil dari konsumen merasa mengalami masalah dan kemudian melalui proses rasional menyelesaikan masalah tersebut. Perspektif pengambilan keputusan mengambarkan seorang konsumen sedang melakukan serangkaian langkah langkah tertentu pada saat melakukan pembelian. Langkah langkah ini termasuk pengenalan masalah, mencari, evaluasi alternatif, memilih, dan evaluasi pascaperolehan. Akar dari pendekatan ini adalah pengalaman kognitif dan psikologi serta faktor faktor ekonomi lainnya. B. Kesadaran Merek

Kata “brand” dalam bahasa Inggris berasal dari kata “brandr” dalam bahasa old nurse, yang berarti “to burn”, mengacu pada pengidentifikasian merek. Pada waktu itu pemilik hewan ternak menggunakan tanda “cap” khusus untuk menandai ternak miliknya dan membedakannya dari ternak lain. Melalui “cap” tersebut, konsumen lebih mudah mengidentifikasi ternak yang berkualitas dari perternak yang bereputasi bagus (Tjiptono, 2005).

Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu (Aaker, 2004 : 10). Peran kesadaran merek dalam ekuitas merek tergantung pada tingkat akan pencapaian kesadaran dibenak konsumen.

Fandy Tjiptono (2011 : 111) ukuran pada brand awareness yang banyak dipakai adalah recall dan recognition, baik aided maupun anaided. Yang penting disini bukanlah sekedar menjadi merek pertama


(30)

yang yang disebut atau yang diingat konsumen (name awareness), namun terciptanya asosiasi khusus antara nama merek dengan produk tertentu. Hanya saja, kelemahan utama brand awareness terletak pada dampak ukuran merek dan skala aktivitas promosi yang sangat dominan, sementara brand strength dalam konteks preferensi atau sikap positif konsumen terhadap merek bersangkutan tidak banyak terungkap. Ukuran awareness mengandung confounding effect, dimana merek-merek besar cenderung selalu lebih diuntungkan

Menurut Erna Ferrinadewi (2008 : 174) merek yang sering dibeli oleh keluarga biasanya akan membuat seluruh anggota keluarga memiliki kesadaran yang tinggi akan keberadaan merek. Walaupun merek tersebut merek yang tidak terpikirkan oleh konsumen, namun nama merek akan menetap dalam ingatan konsumen karena tingginya frekwensi anggota keluarga melihat terpapar oleh merek yang sama. Semakin sering merek tersebut dilihat dan digunakan oleh seluruh anggota keluarga maka ingatan pada konsumen semakin kuat. Pada saat ini nanti, ketika generasi muda dalam keluarga mulai dihadapkan pada situasi konsumsi yang baru misalkan karena mereka tinggal dikota yang berbeda dengan orang tuanya.

Kesadaran terhadap merek direfleksikan dalam kemampuan konsumen mengidentifikasi merek dalam berbagai situasi yang berbeda. Kemampuan konsumen ditentukan juga oleh derajat motivasinya. Ketika konsumen berada dalam situasi pembelian dengan motivasi yang tinggi, maka konsumen akan membutuhkan lebih banyak waktu dalam proses pengambilan keputusan agar mendapatkan lebih banyak waktu untuk menjadi familiar pada merek. Misalkan pada pembelian produk seperti mobil atau produk yang sifatnya tahan lama (Erna Ferrinadewi, 2008 : 174).


(31)

C. Persepsi Kualitas

Berbagai ahli mendefinisikan kualitas sebagai “kecocokan

untuk digunakan”,”pemenuhan kebutuhan”, dan seterusnya. Kita akan

menggunakan American Society for Quality Control : Kualitas adalah totalitas fitur dan karateristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuan untuk memuaskan produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.

Persepsi kualitas (perceived quality) adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan (Durianto, 2001). Dia juga menyatakan bahwa persepsi kualitas menjadi sangat berperan dalam keputusan pelanggan yang terkait dengan keputusan niat beli.

Persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan atas atribut yang dianggap penting baginya (Astuti dan Cahyadi, 2007). Terdapat lima nilai yang dapat menggambarkan nilai-nilai dari persepsi kualitas (durianto, dkk, 2004), yaitu sebagai berikut:

a. Alasan untuk membeli

Persepsi kualitas yang baik dapat membantu periklanan dan promosi yang dilakukan perusahaan menjadi lebih efektif, yang akan terkait dengan keputusan pembelian oleh konsumen.

b. Diferensiasi atau posisi

Persepsi kualitas suatu merek akan berpengaruh untuk menentukan posisi merek tersebut dalam persaingan.

c. Harga optimum

Penentuan harga optimum yang tepat dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan persepsi kualitas merek tersebut.


(32)

d. Niat saluran distribusi

Pedagang akan lebih menyukai untuk memasarkan produk yang disukai oleh konsumen, dan konsumen lebih menyukai produk yang memiliki persepsi kualitas yang baik.

e. Perluasan merek

Persepsi kualitas yang kuat dapat dijadikan sebagai dasar oleh perusahaan untuk melaksanakan kebijakan perluasan merek.

Persepsi kualitas mempunyai peranan yang penting dalam membangun suatu merek yang akan dijadikan bahan pertimbangan pelanggan kemudian akan berpengaruh dalam memutuskan merek mana yang akan dibeli. Dengan persepsi kualitas yang positif akan mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap produk tersebut. Hal itu karena konsumen akan lebih menyukai produk yang memiliki persepsi kualitas yang baik.

Menurut David A. Garvin dimensi perceived quality dibagi menjadi tujuh, Darmadi, hal 98, [8]), yaitu:

1. Kinerja: Melibatkan berbagai karakteritik utama misalnya karakteristik opersional mobil adalah kecepatan, system kemudi, dan kenyamanan.

2. Pelayanan: Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut.

3. Ketahanan: Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

4. Keandalan: Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari pembelian ke pembelian berikutnya.


(33)

5. Karakteristik produk: Bagian-bagian tambahan dari produk yang biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek produk terlihat hampir sama. Bagian-bagian tambahan ini memberi penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis sesuai perkembangan.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi: Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

7. Hasil: Mengarah pada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya.

Terdapat lima keuntungan persepsi kualitas yaitu: 1. Alasan untuk membeli.

Persepsi kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting untuk membeli. Hal ini mempengaruhi merek apa yang akan dipilih.

2. Diferensiasi / Perbedaan.

Suatu karakteristik penting dari merek adalah posisinya dalam dimensi persepsi kualitas, apakah merek tersebut merupakan merek terbaik?, atau sama baiknya dengan merek lainnya?, apakah merek tersebut ekonomis?, super optimum? Atau optimum?.

3. Harga optimum.

Keuntungan ketiga ini memberikan pilihan-pilihan di dalam menetapkan harga optimum (premium price). Jika harga berperan sebagai pengarah kualitas maka harga optimum cenderung memperkuat perceived quality.


(34)

4. Perluasan saluran distribusi

Perceived quality mempunyai arti penting bagi para pengecer, distributor dan saluran distribusi lainnya. Para pengecer dan distributor akan termotivasi untuk menjadi penyalur produk / merek dengan

perceived quality yang tinggi, yang berarti dapat semakin memperluas distribusi dari merek tersebut.

5. Perluasan merek

Persepsi kualitas dapat dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk dalam kategori produk baru. Produk dengan merek yang

perceived quality-nya kuat akan mempunyai kemungkinan sukses yang lebih besar dibandingkan dengan merek yang perceived quality-nya lemah.

D. Loyalitas Merek

Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mempu memberikan gambaran mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain, terutama pada merek tersebut didapati banyak perubahan, baik menyangkut harga atau atribut lain.

Menurut Assel, Loyalitas merek didasarkan atas perilaku konsisten dari pelanggan untuk membeli sebuah merek sebagai bentuk proses pembelajaran pelanggan atas kemampuan merek dalam memenuhi kebutuhannya. Selain sebagai bentuk perilaku pembelian yang konsisten, loyalitas merek juga merupakan bentuk sikap positif pelanggan dan komitmen pelanggan terhadap sebuah merek lainnya (Astuti dan Cahyadi, 2007).

Konsumen dapat dikatakan puas dengan kualitas sebuah produk handphone, apabila perusahaan tersebut berhasil mempertahankan


(35)

konsumennya agar tidak berpindah pada produk pesaing. Usaha yang dijalankan yaitu dengan cara menciptakan loyalitas merek yang didukung oleh berbagai asosisasi yang kuat (Humdiana, 2005).

Dalam kaitannya dengan brand loyalty suatu produk, didapati adanya beberapa tingkatan brand loyalty, Darmadi hal 128 [6] yaitu:

1. Switcher (berpindah-pindah)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah.

2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek yang digunakan atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan untuk berpindah merek lain terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya maupun pengorbanan yang lain. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan) Pada tingkat ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan


(36)

menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek.

4. Likes the brand (menyukai merek)

Pembeli yang masuk dalam kategori ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya, ataupun oleh

perceived quality yang tinggi.

5. Committed buyer (pembeli yang setia)

Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya. Salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan dengan tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain.

E. Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Niat Beli

Menurut Yasen et al., (2011) menyimpulkan bahwa kesadaran merek memainkan peran positif pada intensitas pembelian. Dalam penelitian Mariam Tahira et al. (2011) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kesadaran merek terhadap niat konsumen untuk membeli suatu produk. Grewal, Monroe & Krishnan (1998) dalam Nazia Yasen et al., (2011) berpendapat “high brand awareness can influence the retailer or reseller purchase decision” yang artinya

kesadaran merek yang tinggi akan memengaruhi pengecer atau penjual ulang memutuskan untuk membeli. Peneliitian tersebut menguji


(37)

keterkaitan hubungan antara kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas terhadap Niat Beli. Hasil penelitian menunjukkan dampak yang tidak signifikan antara kesadaran merek dengan loyalitas, sedangkan dampak yang signifikan yaitu persepsi kualitas terhadap profitabilitas. Kesadaran merek dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nazia Yaseen, et. al. (2011) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap niat konsumen untuk membeli suatu produk. Grewal, Monroe & Krishnan, (1998) dalam Nazia Yaseen et. al. (2011) berpendapat “high brand awareness can influence the retailer or reseller purchase decision” yang memiliki arti

bahwa kesadaran merek yang tinggi akan memengaruhi pengecer atau penjual kembali memutuskan untuk membeli.

F. Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap Niat Beli

Durianto,dkk (2004) menyatakan bahwa kesan kualitas harus diikuti dengan peningkatan kualitas suatu produk. Fadli dan Inneke Qamariah (2008) juga menyatakan: Kesan atau mutu yang dirasakan konsumen secara menyeluruh mencerminkan perasaannya terhadap suatu merek, yang kemudian akan sangat berperan teerhadap keputusan konsumen untuk memilih merek yang akan dibeli dan yang akhirnya sampai pada tahap evaluasi yang menuju rasa puas dan tidak puas. Pada penelitiannya, kesan kualitas berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Dengan taraf signifikansi 95% yang diperoleh dari ttabel 1,960. Dr. Hsin Kuang Chi,dkk (2009) menyatakan: persepsi kualitas adalah konsep yang relatif yang memiliki situasional, atribut komparatif, dan individu. Dalam penelitiannya, variabel persepsi kualitas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel niat beli. Artinya, bahwa konsumen akan mengevaluasi persepsi kualitas produk dari pengalaman pembelian mereka. Irwan (2009) juga menyatakan: Persepsi atau kesan kualitas bersifat objektif, dimana hal ini merupakan penilaian yang tidak selalu sama antara pelanggan satu


(38)

dengan pelanggan lainnya. Pada penelitiannya, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

Choy Johnn Yee dan Ng Cheng San (2010) menyatakan: Konsumen sering menilai kualitas suatu produk atau layanan atas dasar berbagai isyarat informasi yang mereka persekutukan dengan produk. Dalam penelitiannya, variabel persepsi kualitas memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap keputusan beli konsumen. Karena Mayoritas pelanggan akan mempertimbangkan kualitas ketika mereka berniat untuk membeli mobil. Hasil ini lebih didukung oleh Dae dan Joon (2009); Tsiotsou (2006), Richardson et al. (1996); Hoch dan Banerji (1993), yang menunjukkan bahwa kualitas yang dirasakan memiliki hubungan positif dengan keputusan pembelian. Pantri Heriyati (2011) menyatakan: Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan, yang merupakan kesenjangan antara harapan konsumen dan kinerja produk yang dirasakan. Dalam penelitiannya, variabel persepsi kualitas memiliki efek positif

G. Pengaruh loyalitas merek terhadap niat beli

Loyalitas merek merupakan respon perilaku yang bersifat bias. Dharmmesta (1999) mengungkapkan bahwa penelitian tentang loyalitas merek selalu berkaitan dengan preferensi konsumen dan pembelian actual.

Penelitian lain dilakukan oleh Setyawan (2010), untuk mengukur asosiasi suatu merek telepon seluler Nokia digunakan tiga indikator yang asosiasi merek yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian, indikator tersebut yaitu:

a. Kebiasaan memilih merek b. Kepuasan terhadap merek


(39)

c. Kefanatikan terhadap merek

Hasil dari ketiga indikator tersebut menyatakan bahwa loyalitas terhadap merek akan menciptakan keinginan untuk selalu menggunakan merek tersebut yang akan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian telepon seluler Nokia. Atas dasar pemikiran diatas maka hipotesisnya: Penelitian oleh Hngau (2012) bahwa bagian ekuitas merek yakni loyalitas merek dan persepsi kualitas sangat berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.

A. Kerangka Teoritik

Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat menjadi landasan dalam penulisan ini, yang pada akhirnya akan dapat diketahui variabel yang paling berpengaruh dominan dalam keputusan pembelian konsumen. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :

Kesadaran Merk (X1)

Persepsi Kualitas (X2)

Niat Beli (Y)


(40)

B. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang kemungkinan benar atau juga salah. Hipotesis tersebut akan ditolak jika ternyata salah dan akan diterima jika fakta-fakta benar. Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis akan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Ada pengaruh antara Kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek terhadap niat beli smartphone.

H2 : Ada pengaruh antara Kesadaran merek terhadap berpengaruh niat beli smartphone.

H3 : Ada pengaruh antara Persepsi Kualitas terhadap niat beli smartphone.

H4 : Ada pengaruh antara Loyalitas merek berpengaruh terhadap niat beli smartphone


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini melibatkan dua variable, yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Dependen (terikat). Adapun yang menjadi variable bebas (X) ialah :

(X)1 : Kesadaran Merek (X)2 : Persepsi kualitas (X)3 : Loyalitas merek

Sedangkan variable teikat adalah Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variable terikat

(Y) : Niat beli.

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Kesadaran merek

Kemampuan konsumen untuk mengenali dan mengingat kembali suatu merek tertentu dan mengaplikasikannya dengan produk tersebut. Hal ini bisa dilihat berdasarkan skala kesadaran merek dengan indikator kemampuan mengingat karateristik merek, mengenali merek dengan merek lain dan kemampuan mengingat simbol dan logo.


(42)

b. Persepsi kualitas

Persepsi kualitas adalah persepsi konsumen atas kualitas atau keunggulan terhadap produk atau jasa pelayanan dengan maksut yang diharapkan. Hal ini bisa dilihat berdasarkan skala variabel persepsi kualitas dengan indikator mengenal kualitas merek, mengenal kualitas merek lain dan integritas merek.

c. Loyalitas merek

Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mempu memberikan gambaran mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain, terutama pada merek tersebut didapati banyak perubahan, baik menyangkut harga atau atribut lain. Hal ini bisa dilihat berdasarkan skala variabel loyalitas merek dengan indikator kebiasaan memilih merek, kepuasan terhadap merek, kefanatikan terhadap merek.

d. Niat beli

Niat beli dapat didefinisikan sebagai niat seseorang untuk membeli merek tertentu yang telah mereka pilih untuk diri mereka sendiri setelah mengevaluasi. Hal ini bisa dilihat berdasarkan skala variabel niat beli dengan indikator kesediaan untuk membeli merek, kesediaan untuk menggunakan merek tersebut dan kesediaan mempertimbangkan pembelian.


(43)

3. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006).

Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik penarikan non probability sampling design yaitu menggunakan purposive sampling. Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono (2010) yaitu purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan untuk menjadi sampel sebagai berikut:

1. Usia min 16 tahun, karena sudah bisa merasakan bagaimana menggunakan smartphone, memanfaatkan dan menilai

2. Pengguna Smartphone 3. Pria – Wanita

4. Domisili Surabaya

Dalam penelitan ini yang menjadi populasi adalah seluruh remaja - Dewasa pengguna Smartphone. Karena jumlah populasi (pengguna smartphone) tidak di ketahui maka diambi sampel sebanyak Pengguna Smartphone.

Teknik sampling merupakan metode yang hanya mengamati salah satu bagian unsur sampel (sebagian dari populasi) yang diteliti, kemudian dibahas, dianalisis, dan hasilnya merupakan data perkiraan yang mungkin mengandung suatu kesalahan sampling (Bailey, 1982 dalam Ruslan, 2010 : 32) mengatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik, jumlah sampel yang terkecil adalah 30 subyek/obyek, tetapi pakar peneliti lainnya menganggap bahwa sampel jumlah minimum adalah 200


(44)

subyek/obyek yang paling tepat. Teknik sampling yang digunakan non probabilty sampling . Sampling non probabilitas adalah kondisi penelitian dimana besarnya peluang masing-masing elemen atau anggota populasi untuk menjadi sampel tidak diketahui (Azwar,2004). Teknik ini digunakan karena jumlah populasi dalam hal ini jumlah remaja pengguna smartphone berdomisili Surabaya

4. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan mengunakan angket (kuesioner) yang akan langsung disebarkan kepada responden. Dalam membuat pernyataan, diawali dengan mengumpulkan indikator berdasarkan teori, kemudian indikator tersebut diterjemahkan dalam kalimat pernyataan, dengan menyesuaikan kebiasaan dan kelaziman yang berlaku dalam lingkungan populasi penelitian ini. Daftar pertanyaan penelitian ini bersifat tertutup, artinya responden menjawab pertanyaan dengan alternatif jawaban yang telah ada. Adapun indikator kuesioner yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Blue Print

No Variabel Indikator Aitem Sumber

Kesadaran Merek

Kemampuan mengingat

karakteristik merek

1, 25, 49, 73, 97, 121, 145, 196, 2, 26, 50, 74, 98, 122, 146 Mengenali merek

dengan merek lain

3, 27, 51, 75, 99, 123, 147, 170, 4, 28,

Tong, Xiao and Jana M.


(45)

52, 76, 100, 124, 148 Hawley. 2009 Kemampuan

mengingat simbol dan logo

5, 29, 53, 77, 101, 125, 149, 171, 6, 30, 54, 78, 102, 126, 150

Persepsi Kualitas

Mengenal Kualitas merek

7, 31, 55, 79, 103, 127, 151, 172, 8, 32, 56, 80, 104, 128, 152

Didier Louis and Cindy Lombart, 2010 Mengenal Kualitas

Merek lain

9, 33, 57, 81, 105, 129, 153, 173, 10, 34, 58, 82, 106, 130, 154,

Integritas merek

11, 35, 59, 83, 107, 131, 155, 174, 12, 36, 60, 84, 108, 132, 156

Loyalitas Merek

Kebiasaan memilih merek

13, 37, 61, 85, 109, 133, 157, 175

setyawan, 2010 14, 38, 62, 86, 110,

134, 158

Kepuasan terhadap merek

15, 39, 63, 87, 111, 135, 159, 176

16, 40, 64, 88, 112, 136, 160

Kefanatikan terhadap merek

17, 41, 65, 89, 113, 137, 161, 177, 18, 42, 66, 90, 114, 138,


(46)

162

Niat beli

Kesediaan untuk membeli merek

19, 43, 67, 91, 115, 133, 163, 178, 20, 44, 68, 92, 116, 149, 164

Mohammad Reza Jalilvand

dan Neda

Samei, 2013 Kesediaan untuk

menggunakan merek tersebut

21, 45, 69, 93, 117, 141, 165, 179, 22, 46, 70, 94, 118, 142, 166

Kesediaan untuk mempertimbangkan pembelian

23, 47, 71, 95, 119,, 143, 167, 180, 24, 48, 72, 56, 120, 144, 168

Hean Tat Keh, Yi Xie (2009)

Skala sikap digunakan untuk mengetahui penelaian seseorang terhadap suatu hal. Dalam skala sikap ini, responden menyatakan persetujuannya dan ketidaksetujuannya terhadap sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.

Di dalam instrumen penelitian, peneliti menggunakan lima skor skala Likert untuk mengetahui kontrol diri, yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).

Adapun penilaian atau pemberian skor berdasarkan pernyataan favourable sebagai berikut:

Skor 4 untuk jawaban sangat setuju Skor 3 untuk jawaban setuju Skor 2 untuk jawaban tidak setuju


(47)

Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju

Dan penilaian atau pemberian skor berdasarkan pernyataan unfavourable sebagai berikut:

Skor 1 untuk jawaban sangat setuju Skor 2 untuk jawaban setuju Skor 3 untuk jawaban tidak setuju Skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju

5. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel a. Uji Validitas

Alat ukur budaya organisasi dan keterikatan kerja diuji validitasnya dengan menggunakan Software SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16. Validitas menyatakan derajat kesesuaian antara kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dengan kondisi di lapangan. Penilaian kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai corrected item-total correlation masing-masing butir pertanyaan (Azwar, 2005). Biasanya digunakan batasan corrected item-total correlation > 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan, item yang memiliki harga corrected item-total correlation kurang dari 0.30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah. Validitas suatu instrument dapat dilihat dari hasil SPSS 20 for windows

dengan korelasi product moment. a. Validitas Skala Kecerdasan Merek

Berdasarkan uji validitas yang dilakukan pada variabel kesadaran merek diperoleh hasil sebagai berikut:


(48)

No Aitem Hasil Korelasi Nilai Koefisien Keterangan 1

Aitem 1

-0,256 < 0.30 Tidak Valid 2

Aitem 2

-0,057 < 0.30 Tidak Valid 3

Aitem 3

0,055 < 0.30 Tidak Valid 4

Aitem 4

0,067 < 0.30 Tidak Valid 5

Aitem 5

-0,113 < 0.30 Tidak Valid 6

Aitem 6

0,44 < 0.30 Tidak Valid 7

Aitem 25

0,092 < 0.30 Tidak Valid 8

Aitem 26

0,007 < 0.30 Tidak Valid 9

Aitem 27

0,314 > 0.30 Valid 10

Aitem 28

0,169 < 0.30 Tidak Valid 11

Aitem 29

0,125 < 0.30 Tidak Valid 12

Aitem 30

0,226 < 0.30 Tidak Valid 13

Aitem 49

0,256 < 0.30 Tidak Valid 14

Aitem 50

0,45 < 0.30 Tidak Valid 15

Aitem 51

0,274 < 0.30 Tidak Valid 16

Aitem 52

-0,029 < 0.30 Tidak Valid 17

Aitem 53

0,252 < 0.30 Tidak Valid 18

Aitem 54

0,595 > 0.30 Valid 19

Aitem 73

0,303 > 0.30 Valid 20

Aitem 74

0,455 > 0.30 Valid 21

Aitem 75

-0,142 < 0.30 Tidak Valid Aitem 76


(49)

Sumber : data oleh statistika

Dari hasil uji validitas yang dilakukan, dari 45 item terdapat 15 aitem yang valid dan 30 aitem lainnya tidak valid. 15 aitem yang valid, yaitu item nomor 27, 54, 73, 74, 76, 98, 99, 101, 102, 123, 123, 147, 148, 169, 170, 171. Sedangkan 30 item yang tidak valid yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 25, 28, 29, 30, 49, 50, 51, 52, 53, 75, 77, 78, 97, 100, 121, 122, 124, 125, 126, 145, 146, 149, 150.

26

Aitem 98

0,367 > 0.30 Valid 27

Aitem 99

0,485 > 0.30 Valid 28

Aitem 100

0,156 < 0.30 Tidak Valid 29

Aitem 101

0,385 > 0.30 Valid 30

Aitem 102

0,402 > 0.30 Valid 31

Aitem 121

0,231 < 0.30 Tidak Valid 32

Aitem 122

0,111 < 0.30 Tidak Valid 33

Aitem 123

0,386 > 0.30 Valid 34

Aitem 124

-0,085 < 0.30 Tidak Valid 35

Aitem 125

-0,304 < 0.30 Tidak Valid 36

Aitem 126

-0,448 < 0.30 Tidak Valid 37

Aitem 145

-0,255 < 0.30 Tidak Valid 38

Aitem 146

-0,415 < 0.30 Tidak Valid 39

Aitem 147

0,307 > 0.30 Valid 40

Aitem 148

0,389 > 0.30 Valid 41

Aitem 149

0,057 < 0.30 Tidak Valid 42

Aitem 150

0,177 < 0.30 Tidak Valid 43

Aitem 169

0,443 > 0.30 Valid 44

Aitem 170

0,383 > 0.30 Valid 45

Aitem 171


(50)

Berdasarkan uji validitas maka diperoleh blueprint baru sesuai dengan aitem-aitem yang layak untuk disebar dalam penelitian skala kesadaran merek sebagai berikut:

Tabel 3.3

No Indikator Aitem jumlah

1 kemampuan mengingat karateristik merek 73, 74, 98, 169 4

2 mengenali merek satu dengan yang lain 27, 99, 123, 147, 170, 76, 148 7 3 kemampuan mengingat simbol dan logo 101, 171, 54, 102 4

b. Validitas skala Persepsi Kualitas

Berdasarkan uji validitas yang dilakukan pada variabel persepsi kualitas, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.4

No Aitem Hasil Korelasi Nilai Koefisien Keterangan 1

Aitem 7

0,194 < 0.30 Tidak Valid 2

Aitem 8

0,345 > 0.30 Valid 3

Aitem 9

0,326 > 0.30 Valid 4

Aitem 10

0,444 > 0.30 Valid 5

Aitem 11

0,477 > 0.30 Valid 6

Aitem 12

0,22 < 0.30 Tidak Valid 7

Aitem 31

0,342 > 0.30 Valid 8

Aitem 32

0,501 > 0.30 Valid 9

Aitem 33

0,549 > 0.30 Valid 10

Aitem 34

0,402 > 0.30 Valid 11

Aitem 35

0,094 < 0.30 Tidak Valid 12

Aitem 36

0,277 < 0.30 Tidak Valid 13

Aitem 55


(51)

14

Aitem 56

0,516 > 0.30 Valid 15

Aitem 57

0,325 > 0.30 Valid 16

Aitem 58

0,066 < 0.30 Tidak Valid 17

Aitem 59

0,218 < 0.30 Tidak Valid 18

Aitem 60

0,422 > 0.30 Valid 19

Aitem 79

0,252 < 0.30 Tidak Valid 20

Aitem 80

0,674 > 0.30 Valid 21

Aitem 81

0,643 > 0.30 Valid 22

Aitem 82

0,406 > 0.30 Valid 23

Aitem 83

0,415 > 0.30 Valid 24

Aitem 84

0,633 > 0.30 Valid 25

Aitem 103

0,338 > 0.30 Valid 26

Aitem 104

0,397 > 0.30 Valid 27

Aitem 105

0,513 > 0.30 Valid 28

Aitem 106

0,398 > 0.30 Valid 29

Aitem 107

0,006 < 0.30 Tidak Valid 30

Aitem 108

0,37 < 0.30 Tidak Valid 31

Aitem 127

-0,117 < 0.30 Tidak Valid 32

Aitem 128

0,423 > 0.30 Valid 33

Aitem 129

0,498 > 0.30 Valid 34

Aitem 130

-0,105 < 0.30 Tidak Valid 35

Aitem 131

-0,151 < 0.30 Tidak Valid 36

Aitem 132

-0,048 < 0.30 Tidak Valid 37

Aitem 151

0,105 < 0.30 Tidak Valid 38

Aitem 152


(52)

39

Aitem 153

0,52 < 0.30 Tidak Valid 40

Aitem 154

0,377 > 0.30 41

Aitem 155

0,166 < 0.30 Tidak Valid 42

Aitem 156

-0,348 < 0.30 Tidak Valid 43

Aitem 172

0,443 > 0.30 Valid 44

Aitem 173

0,383 > 0.30 Valid 45

Aitem 174

0,475 > 0.30 Valid Sumber : data dari spss

Dari hasil uji validitas yang dilakukan, dari 45 item terdapat 26 aitem yang valid dan 19 aitem lainnya tidak valid. 15 aitem yang valid, yaitu item nomor 8, 9, 10, 11, 31, 32, 33, 34, 56, 57, 60, 80, 81, 82, 83, 84, 103, 104, 105, 106, 128, 129, 154, 172, 173, 174. Sedangkan 19 item yang tidak valid yaitu 12, 35, 36, 55, 58, 59, 79, 107, 108, 127, 130, 132, 151, 152, 153, 155, 156.

Berdasarkan uji validitas maka diperoleh blueprint baru sesuai dengan aitem-aitem yang layak untuk disebar dalam penelitian skala persepsi kualitas sebagai berikut :

Tabel 3.5

No Indikator Aitem jumlah

1 Mengenal Kualitas Merek 31, 103, 172, 8, 32, 56, 80, 104, 128 8 2

Mengenal Kualitas Merek Lain

9, 33, 57, 81, 105, 129, 173, 10, 34, 82, 106,

154 12


(53)

c. Validitas Skala Loyalitas Merek

Berdasarkan uji validitas yang dilakukan pada variabel Loyalitas Merek, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.6

No Aitem Hasil Korelasi Nilai Koefisien Keterangan 1

Aitem 13

0,012 < 0.30 Tidak valid 2

Aitem 14

0,223 < 0.30 Tidak valid 3

Aitem 15

0,611 > 0.30 Valid 4

Aitem 16

0,403 > 0.30 Valid 5

Aitem 17

0,283 < 0.30 Tidak valid 6

Aitem 18

0,029 < 0.30 Tidak valid 7

Aitem 37

0,524 > 0.30 Valid 8

Aitem 38

0,375 > 0.30 Valid 9

Aitem 39

0,543 > 0.30 Valid 10

Aitem 40

0,595 > 0.30 Valid 11

Aitem 41

0,331 > 0.30 Valid 12

Aitem 42

0,452 > 0.30 Valid 13

Aitem 61

0,33 < 0.30 Tidak valid 14

Aitem 62

0,184 < 0.30 Tidak valid 15

Aitem 63

0,53 < 0.30 Tidak valid 16

Aitem 64

0,528 > 0.30 Valid 17

Aitem 65

0,287 < 0.30 Tidak valid 18

Aitem 66

0,443 > 0.30 Valid 19

Aitem 85


(54)

20

Aitem 86

0,099 < 0.30 Tidak valid 21

Aitem 87

0,58 < 0.30 Tidak valid 22

Aitem 88

0,601 > 0.30 Valid 23

Aitem 89

0,265 < 0.30 Tidak valid 24

Aitem 90

0,231 < 0.30 Tidak valid 25

Aitem 109

0,132 < 0.30 Tidak valid 26

Aitem 110

-0,106 < 0.30 Tidak valid 27

Aitem 111

0,649 > 0.30 Valid 28

Aitem 112

0,384 > 0.30 Valid 29

Aitem 113

0,285 < 0.30 Tidak valid 30

Aitem 114

0,105 < 0.30 Tidak valid 31

Aitem 133

0,147 < 0.30 Tidak valid 32

Aitem 134

-0,11 < 0.30 Tidak valid 33

Aitem 135

0,512 > 0.30 Valid 34

Aitem 136

0,431 > 0.30 Valid 35

Aitem 137

0,212 < 0.30 Tidak valid 36

Aitem 138

0,121 < 0.30 Tidak valid 37

Aitem 157

0,166 < 0.30 Tidak valid 38

Aitem 158

0,088 < 0.30 Tidak valid 39

Aitem 159

0,328 > 0.30 Valid 40

Aitem 160

0,461 > 0.30 Valid 41

Aitem 161

-0,325 < 0.30 Tidak valid 42

Aitem 162

0,087 < 0.30 Tidak valid 43

Aitem 175


(55)

44

Aitem 176

-0,346 < 0.30 Tidak valid 45

Aitem 177

0,508 > 0.30 Valid Sumber : data dari SPSS

Dari hasil uji validitas yang dilakukan, dari 45 item terdapat 19 aitem yang valid dan 26 aitem lainnya tidak valid. 19 aitem yang valid, yaitu item nomor 15, 16, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 64, 66, 88, 112, 111, 135, 136, 159, 160, 175, 177. Sedangkan 26 item yang tidak valid yaitu 13, 14, 17, 18, 61, 62, 63, 65, 85, 86, 87, 89, 90,109, 110, 113, 114, 133, 134, 137, 138, 157, 158, 161, 162, 176.

Berdasarkan uji validitas maka diperoleh blueprint baru sesuai dengan aitem-aitem yang layak untuk disebar dalam penelitian skala Loyalitas Merek sebagai berikut :

Tabel 3.7

No Indikator Aitem jumlah

1 Kebiasaan Memilih Merek 37, 38, 175 3

2 Kepuasan Terhadap merek

15, 39, 111, 135, 159, 16, 40, 64, 88, 112, 136,

160 12

3 Kefanatikan Terhadap Merek 41, 42, 66, 177 4

d. Validitas Skala Niat Beli

Berdasarkan uji validitas yang dilakukan pada variabel Niat Beli, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.8

No Aitem Hasil Korelasi Nilai Koefisien Keterangan 1

Aitem 19

0,399 > 0.30 Valid 2

Aitem 20

0,317 > 0.30 Valid 3

Aitem 21

0,295 < 0.30 Tidak Valid 4

Aitem 22


(56)

5

Aitem 23

0,15 < 0.30 Tidak Valid 6

Aitem 24

0,232 < 0.30 Tidak Valid 7

Aitem 43

0,088 < 0.30 Tidak Valid 8

Aitem 44

0,571 > 0.30 Valid 9

Aitem 45

0,718 > 0.30 Valid 10

Aitem 46

0,404 > 0.30 Valid 11

Aitem 47

-0,058 < 0.30 Tidak Valid 12

Aitem 48

0,23 < 0.30 Tidak Valid 13

Aitem 67

0,47 < 0.30 Tidak Valid 14

Aitem 68

0,57 < 0.30 Tidak Valid 15

Aitem 69

-0,175 < 0.30 Tidak Valid 16

Aitem 70

0,449 > 0.30 Valid 17

Aitem 71

0,084 < 0.30 Tidak Valid 18

Aitem 72

0,498 > 0.30 Valid 19

Aitem 91

0,472 > 0.30 Valid 20

Aitem 92

0,604 > 0.30 Valid 21

Aitem 93

0,255 < 0.30 Tidak Valid 22

Aitem 94

0,338 > 0.30 Valid 23

Aitem 95

0,558 > 0.30 Valid 24

Aitem 96

0,728 > 0.30 Valid 25

Aitem 115

0,533 > 0.30 Valid 26

Aitem 116

0,653 > 0.30 Valid 27

Aitem 117

0,222 < 0.30 Tidak Valid 28

Aitem 118

0,35 < 0.30 Tidak Valid 29

Aitem 119


(57)

30

Aitem 120

0,352 > 0.30 Valid 31

Aitem 133

0,482 > 0.30 Valid 32

Aitem 134

0,546 > 0.30 Valid 33

Aitem 135

0,533 > 0.30 Valid 34

Aitem 136

0,435 > 0.30 Valid 35

Aitem 137

0,19 < 0.30 Tidak Valid 36

Aitem 138

0,416 > 0.30 Valid 37

Aitem 163

0,134 < 0.30 Tidak Valid 38

Aitem 164

0,012 < 0.30 Tidak Valid 39

Aitem 165

0,118 < 0.30 Tidak Valid 40

Aitem 166

-0,039 < 0.30 Tidak Valid 41

Aitem 167

0,16 < 0.30 Tidak Valid 42

Aitem 168

0,045 < 0.30 Tidak Valid 43

Aitem 178

0,462 > 0.30 Valid 44

Aitem 179

0,16 < 0.30 Tidak Valid 45

Aitem 180

0,021 < 0.30 Tidak Valid Sumber : data dari SPSS

Dari hasil uji validitas yang dilakukan, dari 45 item terdapat 22 aitem yang valid dan 23 aitem lainnya tidak valid. 22 aitem yang valid, yaitu item nomor19, 20 22, 44, 45, 46, 70, 72, 91, 92, 94, 95, 96, 115, 116, 120, 139, 140, 141, 142, 138, 178. Sedangkan 22 item yang tidak valid yaitu 21, 23, 24, 43, 47, 48, 67, 68, 69, 71, 93, 117, 118, 119, 137, 163, 164, 165, 166, 167, 168, 179, 180 .

Berdasarkan uji validitas maka diperoleh blueprint baru sesuai dengan aitem-aitem yang layak untuk disebar dalam penelitian skala Niat Beli sebagai berikut :


(58)

Tabel 3.9

No Indikator Aitem jumlah

1 Kesediaan Untuk Membeli merek

19, 91, 115, 139, 178, 20, 44, 92,

116, 140 10

2

Kesediaan Untuk menggunakan

Merek tersebut 45, 141, 22, 46, 70, 94, 142 7

3

Kesediaan Untuk Mempertimbangkan

Pembelian 95, 72, 96, 120, 144 5

e. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu. (Ghozali, 2012 : 47) Koefisien alfa (Cronbach Alpha) merupakan rata-rata seluruh koefisien paruh bagian (split-half) yang berasal dari cara pembagian item-skala yang berbeda.

Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu, maka hasil pengukuran dikatakan sebagai tidak reliabel (Azwar, 2010).

Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja dengan alat bantu SPSS uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60

.

Konsistensi jawaban ditunjukkan oleh tingginya koefisien alpha

(cronbach). Semakin mendekati 1 koefisien dari variabel semakin tinggi konsistensi jawaban butir-butir pertanyaan semakin dapat dipercaya. Reliabilitas kurang dari 0,6 dipertimbangkan (kurang baik), 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 dianggap baik (Sekaran,1992:72). Menurut Nunnally dalam (Ghozali ,2006:62) suatu variable dapat


(1)

perusahaan untuk menciptakan daya tarik dalam merek agar posisi mereka yang lebih baik lagi dari pesaing mereka. Ini jelas bahwa konsumen menyebarluaskan dan selalu bersedia untuk mendapatkan produk, jadi dipenelitian ini kesadaran merek merupakan faktor penting untuk memanipulasi keputusan membeli dan pembelian ulang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas berpengaruh signifikan terhadap niat beli.

Tujuan berikutnya dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek terhadap variabel Niat beli. Berdasarkan tabel 4.7 adapun hasil dan pembahasannya sebagai berikut :

1. Pengaruh kesadaran merek terhadap Niat Beli Smartphone

Pengaruh kesadaran merek terhadap Niat Beli memiliki nilai koefisien korelasi berbentuk positif sebesar 0,400 dan signifikan 0,000 yang artinya semakin paham dan mengerti konsumen atas perilaku kesadaran merek, maka semakin meningkat juga perilaku niat beli konsumen terhadap merek smartphone tersebut.

Dalam Penelitian ini konsumen akan meningkatkan rasa niat beli terhadap smartphone jika ada kemampuan mengingat karateristik, mengenali merek satu dengan merek lain dan kemampuan mengingat logo dalam memlilih smartphone.

2. Pengaruh Persepsi kualitas terhadap Niat Beli Smartphone

Pengaruh persepsi kualitas terhadap Niat Beli memiliki nilai koefisien korelasi berbentuk positif sebesar 0,495 dan signifikan 0,000 yang artinya semakin paham dan mengerti konsumen atas


(2)

Dalam Penelitian ini konsumen akan meningkatkan rasa niat beli terhadap smartphone jika ada kemampuan mengenal kualitas merek, mengenal kualitas merek lain, dan kenal integritas merek smartphone dalam memlilih smartphone.

3. Pengaruh loyalitas merek terhadap Niat Beli Smartphone

Pengaruh loyalitas merek terhadap Niat Beli memiliki nilai koefisien korelasi berbentuk positif sebesar 0,244 dan signifikan 0,001 yang artinya semakin paham dan mengerti konsumen atas loyalitas merek, maka semakin meningkat juga perilaku niat beli konsumen terhadap merek smartphone tersebut.

Dalam Penelitian ini konsumen akan meningkatkan rasa niat beli terhadap smartphone jika ada kemampuan kebiasaan memilih merek, kepuasan terhadap merek, dan kefanatikan terhadap merek smartphone dalam memlilih smartphone


(3)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan analisi pada bab 4, diperoleh kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bahwa terdapat pengaruh Kesadaran Merek, Persepsi Kualitas Dan Loyalitas Merek terhadap Niat Beli secara simultan.

2. Terdapat pengaruh antara Kesadaran Merek terhadap Niat beli Smartphone

3. Terdapat Pengaruh antara Persepsi kualitas terhadap niat beli smartphone

4. Terdapat pengaruh antara loyalitas merek terhadap niat beli smaprtphone

Kemuadian hasil Uji Regresi menyatakan bahwa variabel Persepsi Kualitas memberikan pengaruh terbesar dalam memengaruhi variabel Niat Beli dengan nilai sumbangan sebesar 33%, sedangkan variabel Loyalitas Merek yang paling kecil dalam memengaruhi Niat Beli yang memiliki sumbangan efektifitas sebesar 14%.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah disimpulkan, maka peneliti dapat memberikan saran-saran yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait :

1. Bagi peneliti selanjutnya :


(4)

segmen yang dipakai adalah Pengguna smartphone di Surabaya, melainkan lebih dispesifikkan.

b. Menambahkan atau memperbaiki instrumen penelitian, bisa dengan cara menambah jumlah indikator item pertanyaan dan menambah jumlah variabel.

c. Lebih memperhatikan faktor-faktor lain diluar model dalam penelitian ini, seperti faktor sosial, demografi, harga produk, nilai yang dirasa dan lain-lain yang memiliki dampak pada Niat Beli, sehingga penelitian akan lebih kongkrit terlihat hubungan kausal antara variabel dependen dan independen, menambah jumlah indikator dengan tujuan agar lebih mengeksplorasi hasil penelitian, serta mempelajari terlebih dahulu karakteristik subyek maupun obyek penelitian agar mendapatkan hasil yang lebih spesifik.

2. Bagi perusahaan

a. Dari hasil penelitian regresi, variabel loyalitas merek merupakan variabel sumbangan terkecil dalam menentukan niat beli konsumen, hal ini menunjukkan bahwa loyalitas konsumen sangat kecil terhadap perilaku niat beli konsumen, oleh karna itu perusahaan harus lebih detail lagi terhadap produk – produk nya agar bisa menjalin suatu hubungan dengan konsumen tentang loyalitas

Variabel persepsi kualitas merupakan variabel terbesar dalam efektifitas sumbangan dalam menentukan niat beli konsumen, hal ini menunjukkan bahwa persepsi kualitas sangat menentukan dalam perilaku niat beli konsumen, dalam hal ini perusahaan harus mampu menjaga atau bahkan meningkatkan kualitas dalam berbagai aspek dalam produknya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Chi, Hain Kuang Yen, Huery Ren dan Yang, Ting Ya. 2009. The Impact of Brand Awareness on Consumer Purchase Intention: The Mediating Effect of Perceived Quality and Brand Loyalty The Journal of International Management Studies. Vol 4 no 1 pp 135-144

Malik, Ehsan Muhammad Ghafoor, Mudasar Muhammad Iqbal, Hafiz Kashif, etal,. 2013. Importance of Brand Awareness and Brand Loyalty in assessing Purchase Intentions of Consumer International Journal of Business and Social Science. Vol 4 no 5 pp 167-177

Kotler, Philip dan Keller, Lane, 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi Inggris Pearson Education, Edisi Indonesia Jakarta : PT. Indeks

Imran Khan, Tauqir Ahmad Ghauri dan Salman Majid. 2012 Impact of Brand Related Attributes on Purchase Intention of Customer. A study about the customers of punjas, Pakistan. Journal of Contemporary Research in Business. Vol 4 No 3

Miftakh (2013). Pengaruh Kesadaran Merek, Persepsi Kualitas Dan Loyalitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Blackberry. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro Semarang

Yasen, Nazia, Tahira, Mariam, Gulzar, Amir, Anwar, Ayesya. 2011. Impact of Brand Awareness, Perceived Quality and Customer Loyalty on Brand

Profitability and Purchase Intention: A Resellers’ View. Journal of Contemporary Research in Business. Vol. 3 No. 8, pp 833-839.

Muhammad Yasin dan Amjad Shami. 2013. “Mediating Role in Purchase Intentions and Word-of-Mouth”. Journal of Business and Management. Vol.7 pp. 101-109

Boorzoei, Mahdi and Asgari, Maryam. 2013. The Halal Brand Personality And Its Effect On Purchase Intention. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business. Vol. 5 No.3

Fandy Tjiptono. 2011. Manajemen & Strategi Merek C.V ANDI AFFSET: Yogyakarta

Erna Ferrinadewi. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen: Implikasi pada Strategi


(6)

Durianto, Darmadi, 2001, “ Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan

Perilaku Merek”, Gramedia, jakarta

Mowen, Jhon C., Minor, Michael, 2002 “perilaku konsumen”, erlangga, jakarta. Durianto, dkk, 2001 “strategi menaklukkan pasar melalui riset ekuitas dan

perilaku merek” edisi ke2, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Aaker, David. A, 1997, Manajemen Ekuitas Merek, Penerbit Mitra Utama, Jakarta.

Azwar, Syaifudin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Imam Ghozali. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

ver 20.0 Semarang : BP : UNDIP_________.2013. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang

: badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hasibuan, S.C. 2012. ANALISIS PENGARUH KESADARAN MEREK, PERSEPSI KUALITAS, DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN SEPEDA MOTOR MEREK YAMAHA”. Universitas

Diponegoro, Semarang

Silaban, Bernard E., SE, MM & Gunawan, David, S.Kom, MM. 2005 “Analisis Persepsi kualitas merek mobil honda new city dan toyota vios”,ESENSI, Volume 8 No. 3

Muhid, Abdul. (2010). Analisis Statistik SPSS For Windows. Surabaya: Duta Aksara.


Dokumen yang terkait

Analisis perbandingan brand awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty produk kamera DSLR merek canon dan nikon: studi kasus pada unit kegiatan mahasiswa fotografi di Jakarta

7 16 174

Analisis Perbandingan Brand Equity Sistem Operasi Android dengan Sistem Operasi iOS pada Smartphone (Studi Kasus pada Anggota Forum Kaskus Bagian Handphone & Tablet Subforum Android dan iOS)

1 15 130

DAMPAK KESADARAN MEREK TERHADAP NIAT PEMBELIAN ULANG: EFEK MEDIASI PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK

0 2 15

PENGARUH KESADARAN MEREK PADA NIAT BELI ULANG KONSUMEN DENGAN PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI

1 5 130

PENGARUH KESADARAN MEREK, PERSEPSI KUALITAS, ASOSIASI MEREK, DAN LOYALITAS MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE SAMSUNG

6 49 93

ANALISIS PENGARUH KESADARAN MEREK, PERSEPSI KUALITAS, DAN LOYALITAS MEREK TERHADAP Analisis Pengaruh Kesadaran Merek, Persepsi Kualitas, Dan Loyalitas Merek Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Produk Private Label Indomaret.

0 3 11

PENGARUH KESADARAN MEREK, PERSEPSI KUALITAS, DAN LOYALITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI TELEPON SELULER MEREK IPHONE - Perbanas Institutional Repository

0 0 12

PENGARUH KESADARAN MEREK, ASOSIASI MEREK, LOYALITAS MEREK, CITRA MEREK DAN PERSEPSI KUALITAS TERHADAP EKUITAS MEREK SMARTPHONE DI SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 1 22

PENGARUH KESADARAN MEREK, ASOSIASI MEREK, LOYALITAS MEREK, CITRA MEREK DAN PERSEPSI KUALITAS TERHADAP EKUITAS MEREK SMARTPHONE DI SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

PENGARUH KESADARAN MEREK, ASOSIASI MEREK, LOYALITAS MEREK, CITRA MEREK DAN PERSEPSI KUALITAS TERHADAP EKUITAS MEREK SMARTPHONE DI SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 9