PERANAN AFRICAN UNION (AU) DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK DI SOMALIA

(1)

ROLEAFRICAN UNION(AU) IN RESOLVING THE CONFLICT IN SOMALIA

ABSTRACT By

Muhammad Ruchiyat

African Union (AU) is an organization of regional works to promote peace, security, and stability on the Africant continent. However, not only promote the AU has the expansion of coverage to work, is to do real protective of Human Rights. AU has legitimacy to do an intervention in certain conditions, like genosida, war crimes, and crimes of humanity in every nation-state members. Country Democratic Republic Somalia which is a member of the African Union (AU). Country Somalia is a country that experienced a prolonged conflict of the years 1991, civil war between Somalia’s government with some of the rebels

lasted to this day. The conflict in Somalia is complicated enough, because it causes to the international world security and Human Rights (HAM) enough massif and extends to the other sectors. Point problems are discussed in this thesis, the first is how the mechanism of the role of the organization in regional resolve conflict in member states-members. And second, what role African Union (AU) in resolving the conflict in the Country of Somalia.

This research is a normative law with data collection procedures is the main source or normative legal materials with data collection procedures is the main source of legal material that contains rules that are normative law. Data obtained and be treated in a normative legal research is secondary data derived from literature source. This study also uses qualitative analysis method to analyze the data obtained.

The results showed that the first role of any international organization is a regional resolve any issues, disputes or conflicts in each country members, namely with a container consultations, organizes and provides a negotiating forum for member countries both in situations of conflict and in condition of potential conflict. Besides regional organization can also play a role as mediator and devise a conflict resolution procedure to resolve disputes between member states. Regional organization can also conduct an investigation into conlicts between member states. Peacekeeping force is the development of the role of international organizations in resolving conflicts. Secondly, the role ofthe African Union (AU) had a significant impact in creating regional stability. By forming the African Union Mission in Somalia (AMISOM) is a step of intervetion by the AU in Somalia, as well as specified in Section 4 (h) of the Constitution which gives the interpretation that the AU, a must AU to intervene in the circumstances serious enough in its member states. In that mission, AU succceeded in seizing many regions of Somalia, Burshubo and Baidoa which is one of the largest rebel base in southern Somalia. The existence of the security forces in Baidoa also provide


(2)

significant security conditions, particularly in the main street, thus, Somali government forces with the support of the AU troops succesfully complete logistics supply route (both military logistics, as well as logistics for civil society in the supply of food and medicines) along and also give free access to movement of people and humanitarian aid were channeled to other areas.

Key Words: Conflict, Role, Organization International, Africa Union (AU), Human Rights, Intervention,African Union Mission in Somalia(AMISOM)


(3)

PERANANAFRICAN UNION(AU) DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK DI SOMALIA

ABSTRAK Oleh

Muhammad Ruchiyat

African Union (AU) merupakan organisasi regional yang berfungsi untuk mempromosikan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di benua Afrika. Namun, tidak hanya mempromosikan AU memiliki perluasan cakupan kerja, yaitu melakukan proteksi nyata terhadap Hak Asasi Manusia. AU memiliki legitimasi untuk melakukan intervensi dalam kondisi tertentu, seperti genosida, kejahatan perang, dan kejahatan kemanusiaan di setiap negara-negara anggotanya. Negara Republik Demokratik Somalia yang merupakan anggota dari AU. Negara Somalia merupakan negara yang mengalami konflik berkepanjangan dari tahun 1991, perang sipil antara pemerintahan Somalia dengan beberapa kaum pemberontak berlangsung hingga saat ini. Konflik di Somalia ini cukup rumit, karena berimbas kepada keamanan dunia internasional dan Hak Asasi Manusia (HAM) yang cukup massif dan meluas keberbagai sektor. Pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini, pertama adalah bagaimana mekanisme peranan organisasi regional dalam menyelesaikan konflik di negara anggota-anggotanya. Dan kedua, bagaimana peranan African Union (AU) dalam menyelesaikan konflik di Negara Somalia.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan prosedur pengumpulan data yang sumber utamanya adalah bahan hukum normatif dengan prosedur pengumpulan data yang sumber utamanya adalah bahan hukum yang berisi aturan-aturan yang bersifat hukum normatif. Data yang diperoleh dan diolah dalam penelitian hukum normatif adalah data sekunder yang berasal dari sumber kepustakaan. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis kualitatif dalam menganalisis data yang diperoleh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, peran dari setiap organisasi internasional regional adalah menyelesaikan setiap permasalahan, sengketa ataupun konflik di tiap-tiap negara anggotanya, yaitu dengan menjadi wadah konsultasi, menyelenggarakan dan menyediakan suatu forum negosiasi bagi negara-negara anggota baik dalam situasi konflik maupun dalam kondisi yang berpotensi menimbulkan konflik. Selain itu organisasi regional juga dapat berperan sebagai mediator dan merancang sebuah prosedur resolusi konflik untuk menyelesaikan perselisihan antara negara-negara anggota. Organisasi regional juga dapat melakukan penyelidikan terhadap konflik yang terjadi antara negara-negara anggotanya. Pengiriman pasukan penjaga perdamaian merupakan perkembangan peran organisasi internasional dalam menyelesaikan konflik. Kedua, peranan African Union (AU) memberikan dampak signifikan dalam menciptakan kestabilan kawasan. Dengan membentuk African Union Mission in


(4)

Somalia(AMISOM) adalah sebuah langkah intervensi yang dilakukan oleh AU di Somalia, sebagaimana juga yang tertulis dalam Pasal 4 (h) Konstitusi AU yang memberikan penafsiran bahwa, suatu keharusan AU untuk turut campur dalam keadaan-keadaan yang cukup serius di negara anggotanya. Dalam misi tersebut AU berhasil dalam perebutan banyak kawasan di Somalia, Burshubo dan Baidoa yang merupakan salah satu basis pemberontak terbesar di selatan Somalia. Keberadaan pasukan keamanan di Baidoa juga memberikan kondisi keamanan yang signifikan, terutama di jalan utama, dengan demikian, pasukan pemerintah Somalia dengan dukungan dari tentara AU berhasil menyelesaikan rute suplai logistik (bagik logstik militer, maupun logistik untuk masyarakat sipil dalam pasokan makanan dan obat-obatan) sepanjang dan juga memberikan akses bebas pada pergerakan masyarakat dan bantuan kemanusian yang disalurkan ke daerah-daerah lain.

Kata Kunci: Konflik, Peranan, Organisasi Internasional, Africa Union (AU), Hak Asasi Manusia, Intervensi, African Union Mission in Somalia (AMISOM)


(5)

PERANAN AFRICAN UNION (AU) DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK DI SOMALIA

Oleh

MUHAMMAD RUCHIYAT

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(6)

PERANAN AFRICAN UNION (AU) DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK DI SOMALIA

Oleh

MUHAMMAD RUCHIYAT

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(7)

DAFTAR ISI

halaman

Cover ... ii

Daftar Isi... iii

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Kegunaan Penelitian... 7

D. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 8

II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan, Konflik dan Sengketa ... 10

1. PengertianPeranan ... 10

2. PengertianKonflik ... 12

3. PengertianSengketa ... 13

B. Organisasi Internasional ... 13

C. African Union (AU) Sebagai OrganisasiInternasional ... 20

1. Sejarah African Union (AU) ... 20

2. Keanggotaan African Union (AU) ... 22

3. Anggaran Dasar Organisai African Union (AU) ... 25

4. Struktur Organisasi African Union (AU) ... 28

a. General Assembly (Majelis Umum) ... 28

b. The Executive Council (Dewan Eksekutif) ... 29

c. General Secretary (Sekertaris Umum)... 30

d. Judiciaary (Badan Penyelesaian Sengketa) ... 33

D. Gambaran Umum Wilayah Regional Benua Afrika ... 36

1. Sejarah Afrika ... 36

2. Letak dan Populsai ... 37

E. Kasus Posisi Konflik Somalia ... 39

III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42


(8)

B. Pendekatan Masalah ... 43

C. Sumber Data ... 44

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 46

E. Analisis Data ... 47

IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Peranan Organisasi Internasional Regional Dalam Menyelesaikan Konflik Negara-negara Anggotanya ... 48

B. Peranan African Union Dalam Menyelesaian Konflik di Somalia . 55 V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64


(9)

(10)

(11)

(12)

Fiat JusticiaRuat Caelum

“Hendaklah

keadilan ditegakkan, walaupun langit akan

runtuh”

Lucius CalpurniusPisoCaesoninus

Harapkan kematian selalu dan hidup sesuai dengannya

Abu Bakar ash-Shiddiq

Semua Ada Harganya


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Februari 1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, yang merupakan anak Laki-Laki satu-satunya dari pasangan Bapak Hanipuddin dan Ibu Marwila. Penulis beragama Islam dan berkebangsaan Indonesia.

Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu: Penulis menyelesaikan Studi di SD Al-Irsyad Al-Islamiyah pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan di Boarding School Daar El-Qolam kembali dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2009 lulus dari MAN 2 Bandar Lampung.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) padatahun 2009. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi internal kampus sebagai Anggota Muda MAHKAMAH FH, Bendahara Umum MAHKAMAH FH periode 2011-2012. Serta, penulis aktif pada Himpunan Mahasiswa Hukum Internasional (HIMA HI). Selain organisasi internal, penulis juga aktif di organisasi eksternal pada Himpunan Mahasiswa Islam (HmI).


(14)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Peranan the International Committee of The Red Cross

(ICRC) Dalam Memulihkan Hubungan Keluarga Yang Hilang (Missing Persons) di Timor-Leste” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Abdul Muthalib Tahar, S.H., M.Hum., selaku Ketua bagian Hukum Internasional sekaligus Pembimbing Utama atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. Ibu Widya Krulinasari, S.H., M.H, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Melly Aida, S.H., M.H., selaku Pembahas Utama atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(15)

5. Bapak Ahmad Syofyan, S.H., M.H., selaku Pembahas Kedua atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Ibu Siti Nurhasanah,S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik dan juga Ibu Rohaini, S.H., M.H. yang sedang melanjutkan kuliah S3 di Kanazawa Jepang, semoga cepat lulus dan kembali untuk memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada mahasiswa FH Unila;

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum, khususnya bagian Hukum Internasional (Bapak DR. Khaidir Anwar, S.H., M.H., Bapak Naek Siregar, S.H., M.H., Ibu Ria Wierma, S.H., M.H., Pak Bayu Sujadmiko, S.H., M.H. dan lain-lain), atas bimbingan dan masukannya dalam penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Marjiyono, Bapak Sujarwo dan Bapak Supendi selaku Staf Administrasi Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Lampung, atas bantuan, saran dan masukannya dalam menyelesaikan skripsi;

9. Squad of International Law 2010 (Insan, Jaya, Jefry, Ade A.Y Marbun, Adji,

Aryo, Ozi, Reza, Emi, Asha, Siska dan Mba Aldis) atas rasa kekeluargaan, kebersamaan, dan dukungan yang luar biasa yang kalian berikan. Akan selalu teringat hari dimana kita berjuang bersama;

10. Teman-teman Rumah Bagus Productions - RBP (Bagus, Insan, Jefrry, Jana, Jaya, Reza, Inggit) untuk cinta kasih, tawa, dukungan dan kebersamaannya serta Survival Training Courses selama berada disana yang sangat berpengaruh merubah kemandirian, pola fikir dan pola perlikau saya;


(16)

11. Buat kawan-kawan seperjuangan (Hardiansyah, Rindi Purnama, Dani Amran Hakim, Zulkipli Hakim, Haikal, Farid Anfasa, Taufik Ardiansyah), untuk kebersamaannya, suka duka yang telah dijalani bersama dari awal samapi dengan akhir pekuliahan ini;

12. Presidium HmI Komisariat Hukum Unila periode 2012-2013 (Suntan Satriareva, S.H., Galuh Kahfi Husein, S.H., Andriawan Kusuma, S.H., dan Azam Ahmad Aksya, S.H.), untuk kerjasama, bimbingan di organisasi dan pengalam yang berharga;

13. Keluarga besara HmI Komisariat Hukum Unila, untuk proses, pengalam dan pembelajaran yang telah diberikan sebagai bekal kedepan saya.;

14. Keluarga besar BEM-FH Unila untuk kerjasama dan dukungannya, dan kepada adik-adik penerus lakukan lah yang terbaik, jaga nama baik FH Unila dan Yakin Usaha Sampai!;

15. Teman-teman KKN Labuhan Ratu V (Mba Putri Yane Rizani, Cikal, Khusnul, Tifa, Mba Elsa, Rifki, Reski, dan Anung serta Bang Robert) yang telah memberikan banyak pelajaran kepada saya saat itu, dari hal yang terkecil sampai dengan hal besar seperti belajar bagaimana memimpin;

16. Kepada semua pihak yang terlibat namun tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(17)

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis


(18)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, begitu pula halnya dengan negara, negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga dibutuhkannya bantuan dari negara lain. Karena tidak semua negara memiliki sumber daya yang dibutuhkan agar negaranya dapat berjalan, hal tersebut yang memicu negara-negara membuat atau membentuk suatu kerja sama baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan lainnya.

Kerja sama tidak lagi melibatkan beberapa negara saja melainkan banyak negara yang biasanya memiliki tujuan yang sama. Agar dapat mencapai tujuan itu, dibuatlah sebuah wadah yang menjadi dasar dalam melakukan hubungan serta kerja sama internasional, yaitu organisasi internasioanl. Perkembangan organisasi internasional ini diwujudkan dalam berbagai konferensi internasional yang melahirkan sejumlah persetujuan melembaga dalam berbagai variasi, yaitu mulai dari Perserikatan (United), Persemakmuran (Commonwealth), Komisi (Commission), Komunitas (Community), Perusahaan (Cooperation), dan lainnya. Oleh karena itu, fenomena berkembangnya hubungan kerja sama antar-negara juga terkait dengan berkembangnya peran dan tujuan organisasi internasional.


(19)

2

Melalui organisasi internasional, negara-negara berusaha untuk mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama terkait dengan bidang-bidang maupun isu-isu tertentu.1

Peran dan tujuan utama organisasi internasional tentunya berbeda-beda dan memiliki karakter masing-masing sesuai dengan hakikat dibentuknya organisasi tersebut, namun intinya peran dan tujuan organisasi internasional itu harus dilaksanakan dalam situasi apapun dan bagaimanapun. Seperti halnya dalam menyelesaikan sengketa atau konflik, salah satu peran utama organisasi internasional adalah untuk menjadi wadah konsultasi, menyelenggarakan mediasi dan menyediakan suatu forum negosiasi bagi negara-negara anggota baik dalam situasi konflik maupun dalam kondisi yang berpotensi menimbulkan konflik.

Organisasi internasional juga dapat melakukan penyelidikan terhadap konflik yang terjadi antara negara-negara anggotanya. Nantinya, hasil penyelidikan ini akan digunakan untuk merumuskan resolusi konflik yang dianggap paling efektif untuk diterapkan. Dan jalan terakhir yaitu turut campur (melakukan intervensi) kedalam negara-negara anggotanya yang terlibat konflik dengan mengirimkan Pasukan Penjaga Perdamaian yang merupakan kontribusi terakhir yang dapat diberikan oleh Organisasi Internasional (Regional) kepada negara anggotanya.

1

M. Virally, ‘Definition and Classification of international Organization: A Legal Approach’,


(20)

3

African Union (AU) semula dikenal dengan nama Organization of African Unity

(OAU). OAU merupakan organisasi regional di wilayah benua Afrika yang dibentuk berdasarkan Piagam Addis Ababa2 pada tanggal 25 Mei 1963 di kota Addis Ababa–Ethiopia3, yang pada awalnya dukungan pembentukan OAU hanya beranggotakan 31 negara.

Tujuan utama pembentukan OAU adalah mengupayakan kerjasama internasional dalam konteks HAM atas dasar Piagam PBB dan Deklarasi Universal HAM, guna mempromosikan dan memberikan perlindungan hak-hak asasi manusia dan penduduk regional baik individu maupun kolektif. Penghormatan terhadap hak asasi manusia, menjadi salah satu prinsip dasar OAU karena saat itu permasalahan rasial di kawasan tersebut cukup memprihatinkan. Tujuan dan fungsi tersebut lah yang sampai dengan saat ini juga dilanjutkan oleh AU.4

Sebagai sebuah organisasi regional AU memiliki fungsi untuk mempromosikan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di benua Afrika. Namun, tidak hanya mempromosikan AU memiliki perluasan cakupan kerja, utamanya adalah melakukan proteksi nyata terhadap Hak Asasi Manusia. Tidak hanya HAM, perkembangan dalam konteks sosial, politik, budaya, dan tentunya ekonomi yang terus berkembang global saat ini, juga membuat AU memperluas kegiatannya demi mencapai cita-cita negara anggotanya agar masyarakat dapat hidup dalam damai.5 Selain itu, AU juga memiliki legitimasi untuk melakukan intervensi

2

Lihat AU doc.The Constitutive Act. Preamble: Art. 3(e) and (h)

3

African Unionbertransformasi pada tanggal 9 Juli 2002 4

Dalam perubahan OAU menjadi AU berdampak juga dalam pembentukan pengaturan (aturan dasar) organisasi yang baru, yaitu dariOAU Charter (Piagam OAU) menjadiConstitutive Act of the African Union(Konstitusi AU) yang lebih kompleks.

5


(21)

4

dalam kondisi tertentu, sebagaimana yang dikatakan didalam Konstitusinya, yakni

“AU sebagai organisasi regional dapat mengintervensi negara-negara anggotanya bilamana AU berpendapat bahwa telah terjadi genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan”.6

Negara Republik Demokratik Somalia adalah salah satu negara anggota AU. Negara yang terletak di sebelah timur Afrika, di Samudera Hindia dan Teluk Aden. Negara ini berbatasan dengan Djibouti, Ethiopia dan Kenya. Somalia merupakan kawasan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan transportasi dunia, karena berbatasan dengan Teluk Aden yang berhubungan dengan laut merah, salah satu jalur laut untuk perdagangan yang sangat sibuk. Namun demikian, kawasan ini terkenal dengan kekacauan dan konflik yang sepertinya tidak selesai-selesai. Ethiopia, Eritrea, Kenya, Somalia, dan Republik Djibouti adalah negara-negara yang paling tidak pernah terlibat konflik di daerah ini dalam artian walaupun ada konflik, namun intensitasnya tidak tinggi.7 Namun hingga kini, Somalia adalah negara dengan konflik yang paling parah.

Somalia merdeka pada tahun 1960, setelah itu mereka mengadakan pemilihan umum pertama pada tanggal 1 Juli 1960 dan terpilihlah Aden Abdulah Osman sebagai Presiden pertama Somalia. Pemilihan umum selajutnya dilakukkan pada Tahun 1967 yang diikuti oleh 60 partai (pada saat itu jumlah penduduk Somalia hanya 5.000.000)8, dan Abdirashid Ali Shermarke menjadi presiden terpilih,

6

The Constitutive Act. Preamble: Art. 4(h)

7

Yussuf Kalib, Horn of Africa: Conflict and Consequences, Diakses secara online dari: http:// www.shebacss.com/docs/poeyh005-09.pdf pada 22 Desember 2014 pukul 09.44 WIB

8

Profil Republik Demokratis Somalia, yang diakses secara online di: http://id.wikipedia.org /wiki/Somalia, pada tanggal 9 Juni 2015 pukul 21.08 WIB


(22)

5

namun hanya dalam 2 tahun kepemimpinan, digantikan oleh Sheikh Mukhtar Mohamed Hussein pada tahun 1969.

Terjadi pergantian rezim, mulai dari junta militer, berkuasanya Siad Barre selama 22 tahun (1969-1991) yang otoriter. Siad Barre kemudian memerintah secara otoriter, hingga akhirnya pada awal tahun 1991, Siad barre digulingkan lagi oleh satu gerakan bersama yang terbentuk dari banyak unsur golongan yang menginginkan agar pemerintahan Siad Barre ini berakhir.

Sejak ditumbangkannya pemerintahan Mohammed Siad Barre, Somalia terus dilanda konflik. Somalia tidak pernah memiliki pemerintahan yang fungsional. Somalia kerap diasosiasikan dengan kekerasan, konflik, kekacauan, dan kemiskinan. Beberapa kekuatan asing baik regional maupun internasional memberikan pengaruh secara politis di Somalia, namun tidak ada yang berhasil. Beberapa kali pemerintahan transisi telah dibentuk namun gagal semua, karena tidak didukung oleh penduduk Somalia sendiri walaupun telah didanai oleh lembaga internasional.

Somalia adalah tanah strategis, yang merupakan kunci regional. Disamping memiliki sumber daya alam, seperti minyak, gas dan uranium, pantai Somalia mencakup Laut Merah sebagai jalur transportasi maritim internasional yang penting.9Konflik yang terjadi di Somalia adalah konflik internal.

Konflik berlanjut pada tahun 1991 adalah perang sipil antara pemerintahan Somalia dengan beberapa kaum pemberontak, dan berlangsung hingga saat ini.

9

Marlina Gilang Herdhika, Jurnal: Peranan PBB Dalam Penyelesaian Permasalahan Krisis Kemanusiaan Di Somalia, Hubungan Internasional Universitas Paramadina, Jakarta, 2014, hlm. 2


(23)

6

Konflik di Somalia ini cukup rumit, karena rupanya, di Somalia ini tidak hanya terjadi konflik internal dalam bentuk perang saudara. Namun juga konflik internasional dengan adanya serangan yang dilancarkan oleh negara-negara tetangga (intervensi). Terjadinya persebaran masalah yang muncul, seperti maraknya pembajakan di perairan Somalia dan kasus terorisme Al-Qaeda yang bergabung dengan gerilyawan Al-Shabab, membuat konflik ini menjadi konflik yang rumit dan berimbas kepada keamanan dunia internasional.10

Pelanggaran HAM di Somali merupakan pelanggaran HAM yang cukup massif dan meluas ke berbagai sektor perlindungan HAM. AU sebagai organisasi regional yang memiliki tujuan memberikan perlindungan HAM di wilayah Afrika. Berdasarkan Latar Belakang ini penulis hendak menulis skripsi dengan

Judul “Peranan African Union (AU) Dalam Menyelesaikan Konflik di Somalia”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan organisasi internasional regional dalam menyelesaikan konflik di negara anggota-anggotanya ?

2. Bagaimanakan peranan African Union (AU) dalam meenyelesaikan konflik di Negara Somalia?

10

VOANews, Berita Online yang dapat diakses di: http://www.voanews.com/indonesian/ne ws/Menlu-Somalia-Aliansi-Al-Shabab-dan-al-Qaida-Bukan-Berita-Baru-139136629.html, pada 22 Desember 2014 pukul 10.35 WIB


(24)

7

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan utama penelitian ini adalah:

a. Untuk menjelaskan bagaimana mekanisme peranan organisasi internasional regional secara umum dalam menyelesaikan konflik di negara anggota-anggotanya.

b. Untuk menjelaskan dan menganalisis peranan African Union (AU) dalam meenyelesaikan konflik di negara-negara anggotanya, yang di khusus kan dalam peranan penyelesaian konflik di Negara Somalia.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum khususnya hukum humaniter dan organisasi internasional serta hukum internasional pada umumnya.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum untuk menambah pengetahuan mengenai peranan African Union (AU) dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di wilayah regional Afrika khususnya dalam menyelesaikan masalah Hak Asasi Manusia di Somalia.


(25)

8

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya membahas sebatas peranan African Union (AU) dalam menyelesaikan permasalahan pelanggaran HAM di Somalia.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan, dan pengembangan terhadap isi skripsi ini maka diperlukan kerangka penulisan yang sistematis. Sistematika skripsi ini terdiri dari 5 bab yang diorganisasikan ke dalam bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN: Bab ini menguraikan latar belakang yang diawalai dengan pemaparan tentang benua Afrika, sejarah organisasi regional Afrika dan menggambarkan konflik yang terjadi di wilayah benua Afrika yang berdampak pada terjadinya pelanggaran-pelanggaran Hak Asasi Manusia khusunya di Somalia. Dalam Bab ini juga diterangkan rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, dan sistematika penulisan guna mempermudah penulis menyelesaikan skripsi ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Bab ini menguraikan secara ringkas mengenai pengertian-pengertian, pengenalan terhadap organisasi internasional, klasifikasi secara umum, dan pengenalan African Union (AU) sebagai organisasi internasional regional, baik dari segi sejarah berdirinya dan African Union (AU) sebagai subjek hukum internasional, dan pemaparan teori-teori tentang peran

African Union (AU) dalam menangani masalah di regional Afrika yang


(26)

9

BAB III METODE PENELITIAN: Bab ini menguraikan metode yang digunakan pada penulisan skripsi, menggambarkan tentang pendekatan masalah dalam penulisan skripsi ini, pada bagian berikutnya diuraikan mengenai sumber data serta prosedur yang digunakan dalam proses pengumpulan data dan ditampilkan analisis data untuk mengetahui cara-cara yang digunakan dalam penelitian skripsi.

BAB IV HASIL PENELITIAN: Bab ini dimulai dengan pemaparan hasil penelitian dan uraian dari pembahasannya. Diawali dengan membahas bagaimana mekanisme peranan organisasi internasional regional secara umum dalam menyelesaikan konflik di negara anggota-anggotanya, dan menganalisis peranan African Union (AU) dalam meenyelesaikan konflik di negara-negara anggotanya, yang di khusus kan dalam peranan penyelesaian konflik di Negara Somalia.

BAB V PENUTUP: Bab ini menguraikan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Dalam bagian ini dijelaskan bahwa kesimpulan merupakan inti dari keseluruhan uraian yang dibuat setelah permasalahan selesai dibahas secara menyeluruh. Terakhir, berdasarkan kesimpulan tersebut kemudian diajukan saran-saran yang membangun.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peranan, Konflik dan Sengketa

1. Pengertia Peranan

Peranan berasal darikata dasar ‘peran’ dan akhiran-an. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia kata dasar ‘peran’ adalah pemain sandiwara, atau ‘aktor’.8

Kata dasar ditambah akhiran –an dapat diartikan menjadi hal atau cara, contoh: didik-an (cara mendidik), bisa juga diartikan menjadi akibat atau hasil perbuatan, contoh: hukum-an (akibat/dampak).9

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3, definisi peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok dalam suatu peristiwa tertentu.

MenurutOxford Dictionary fourth edition:

“Role is function or importance of somebody or something

Artinya: Peran adalah fungsi atau pentingnya seseorang atau sesuatu (pribadi/kelompok)

8

Surayin, Kamus Bahasa Indonesia, Yrama Widya, Bandung, 2001, hlm. 383 9


(28)

11

Soerjono Soekanto memandang peranan lebih kedalam perspektif hukum, menurutnya peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan prilaku pada kedudukan-kedudukan tertentu di dalam masyarakat, di mana dapat dipunyai oleh pribadi atau kelompok.10

Peranan dapat dijabarkan ke dalam empat macam, yaitu:11

a. Peranan yang ideal (ideal role);

b. Peranan yang seharusnya (expected role);

c. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role); d. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role).

Peranan yang sebenarnya dilakukan terkadang juga dinamakan role performance atau role playing.12 Dapat dikatakan, bahwa peranan adalah tindakan suatu subjek hukum (dengan caranya dan/atau strateginya sendiri) yang akan berdampak/ berakibat dari tindakannya tersebut untuk objek yang ditentukan.

Teori Peranan menegaskan bahwa “Peranan merupakan tugas atau kewajiban

suatu posisi sekaligus juga hak atas suatu posisi. Peranan memiliki sifat saling

tergantung”.13

10

Soerjono Soekanto,Penegakan Hukum,Bina Cipta, Bandung, 1980, hlm. 122 11

Soerjono Soekanto,Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta, 1983, hlm. 13

12

Ibid.

13

A. Perwita dan Y. M. Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm. 30


(29)

12

2. Pengertian Konflik

Secara etimologi, konflik (conflict) berasal dari bahasa latin configere yang berarti saling memukul. Menurut Antonius konflik adalah suatu tindakan salah satu pihak yang berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu pihak lain dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok masyarakat ataupun dalam hubungan antar pribadi. Hal ini sejalan dengan pendapat Morton Deutsch yang menyatakan bahwa dalam konflik, interaksi sosial antar individu atau kelompok lebih dipengaruhi oleh perbedaan daripada oleh persamaan. Sedangkan menurut Scannell konflik adalah suatu hal alami dan normal yang timbul karena perbedaan persepsi, tujuan atau nilai dalam sekelompok individu.14

Menurut Lewis A. Coser, konflik adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status, kuasa dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya terbatas. Dan menurut Duane Ruth-hefelbower, konflik adalah kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salah satu pihak menghalangi atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil.15

14

Tri Yogi Fitri,Skripsi “Upaya Peningkatan Kemampuan Resolusi Konflik Melalui Bimbingan

Kelompok Bagi Siswa kelas X-Logam SMK Negeri 1 Kalasan”, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, hlm. 13

15

Elli Malihah, Konflik Dan Integrasi SKL, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2007, hlm. 24


(30)

13

Berdasarkan pengertian-pengertian konflik diatas, dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu kondisi perselisihan atau perbedaan yang terjadi antara dua atau lebih individu atau kelompok yang memiliki tujuan untuk saling menjatuhkan satu sama lain.

3. Pengertian Sengketa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat atau perselisian. Menurut Mahkamah Internasional, sengketa internasional adalah suatu situasi ketika dua negara mempunyai pandangan yang bertentangan mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam perjanjian.16

Sengketa merupakan perselisihan yang dilakukan dua pihak yang memiliki perbedaan kepentingan satu sama lain. Sengketa bisa terjadi dimana saja, kapan saja serta oleh siapa saja. Sengketa yang melewati batas negara serta telah barakibat pada perdamaian dunia maupun keamanan internasional. Hal tersebut bisa disebut sebagai sengketa internasional.

B. Organisasi Internasional

Organisasi internasional merupakan subjek hukum internasional. Subjek hukum internasional diartikan sebagai pemangku hak dan kewajiban dalam hukum internasional. Subjek hukum internasional itu sendiri tentunya harus mempunyai kecakapan guna mewujudkan kerpibadiannya di ruang lingkup internasional,

16

Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Bandung, 2004, hlm. 2


(31)

14

artinya bahwa setiap pemegang segala hak dan kewajiban menurut hukum internasional itu mampu menuntut hak-haknya dari sebagaian atau keseluruhan dan harus menjalankan kewajiban yang dibebankan oleh hukum internasional kepadanya.17 Adapun hak dan kewajibannya tersebut berbeda-beda tentunya, karena subjek hukum internasional itu sendiri bukan hanya organisasi internasional saja. Namun, idealnya organisasi internasional, seperti hal nya Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Palang Merah Internasional (ICRC) dan lain sebagainya mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang berkaitan.

Ian Brownlie mendefinisikan subjek hukum internasional sebagai entitas yang menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban internasional, dan mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hak-haknya dengan mengajukan klaim-klaim internasional. Selanjutnya Brownlie menambahkan juga bahwa subjek hukum internasional juga mempunyai kemampuan untuk mengajukan klaim-kalim dalam hal terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum internasional, kemampuan untuk membuat perjanjian-perjanjian dan persetujuan-persetujuan yang sah dalam latar internasional, dan dapat menikmati hak-hak istimewa (privileges) dan kekebalan-kekebalan(immunities)dari yurisdiksi-yurisdiksi nasional.18

17

Sefriani,Hukum Internasional Suatu Pengantar, Raja Grafindo, Depok, 2012, hlm. 102 18

Ian Brownlie,Principles of Public International Law, The English Language Book Society and Oxford University Press, 1977, hlm. 60


(32)

15

Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadja pengertian subjek hukum internasional adalah :19

1. Pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut hukum internasional. Subjek hukum semacam ini disebut subjek hukum internasional penuh, misalnya negara.

2. Mencakup pula keadaan-keadaan dimana yang dimilikinya itu hanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban terbatas, misalnya kewenangan untuk mengadakan penuntutan hak yang diberikan oleh hukum internasional di muka pengadilan berdasarkan suatu konvensi, misalnya individu.

3. Subjek hukum internasional memperoleh kedudukan berdasarkan hukum kebiasaan internasional karena perkembangan sejarah.

Negara memang merupakan subjek hukum internasional penuh, namun organisasi internasional juga merupakan salah satu subjek hukum internasional yang memiliki kontribusi yang cukup aktif. Organisasi internasional yang dianggap sebagai subjek hukum internasional adalah organisasi internasional yang anggotanya terdiri dari negara-negara yang berdaulat, sehingga dapat memiliki kemampuan untuk mengadakan perjanjian (the treaty making power).

Organisasi internasional adalah sebuah organisasi yang terbentuk dari banyak negara-negara.20 Keanggotaan suatu organisasi untuk dapat disebut sebagai

19

Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Pusat Studi Wawasan Nusantara, 1997, hlm. 88

20


(33)

16

sebuah organisasi internasional adalah harus terdiri dari dua atau lebih negara yang berdaulat.

Struktur organisasi internasional harus memiliki struktur formal yang berkelanjutan yang dibuat dengan kesepakatan atau dokumen konstituen. Jadi, bila dirumuskan sebagai sebuah kalimat maka organisasi internasional dapat didefinisikan sebagai sebuah struktur formal yang berkelanjutan yang dibentuk dengan persetujuan antara anggota (pemerintah dan/atau bukan pemerintah) dari dua atau lebih negara merdeka dengan tujuan untuk mengejar kepentingan bersama dari anggota.21

Teuku May Rudy, ia mengemukakan bahwa suatu organisasi internasional dapat sekaligus menyandang lebih dari 1 macam penggolongan, bergantung kepada segi yang ditinjau dalam menggolongkannya. Dapat digolongkan secara terperinci dalam 8 hal, yaitu:22

1. Kegiatan Administrasi: intergovernmental organizations (IGO’s) (contoh:

PBB dan ASEAN) andnon governmental organizations (NGO’s) (contoh:

IBF, FIFA, ICC).

21

Buku Ajar Unikom,Klasifikasi Organisasi Internasional, Unikom, Jakarta, hlm. 6

Sumber: (1) Ademaman Suherman, SH, M.Sc, “Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi”, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2003. (2) Werner J. Feld, Robert S. Jordan, dan Leon Hurwitz, “International Organizations: A Comparative Approach”, New York: Preager publisher, 1983. (3) Drs. Teuku May Rudi, SH., MA., MIR., “Administrasi dan Organisasi Internasional”, Bandung: PT. Refika Aditama, 1998.

22

T. May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, Refika Aditama, Bandung, 1998, hlm. 5-10.


(34)

17

2. Ruang lingkup (wilayah) kegiatan dan keanggotaan: Organisasi Internasional - Global (contoh: PBB, OKI, dll) dan Organisasi Internasional - Regional (Contoh: ASEAN, AU, EU);

3. Bidang kegiatan (operasional) organisasi, seperti bidang ekonomi (contoh: IMF), lingkungan hidup (contoh: Green Peace, WWF, UNEP, dll), perdagangan internasional (contoh: WTO), dan lain-lain;

4. Tujuan dan luas bidang kegiatan organisasi: OI Umum (contoh: PBB) dan Khusus (contoh: OPEC, UNESCO, UNESCO, dll);

5. Ruang lingkup (wilayah) dan bidang kegiatan: global-umum (contoh: PBB), global-khusus (contoh: OPEC, ICRC, WHO, dll), regional-umum (contoh: ASEAN, AU, EU) dan regional-khusus (contoh: OAPEC);

6. Menurut taraf kewenangan (kekuasaan): organisasi supranasional (tidak ada contohnya karena belum pernah terbentuk) dan organisasi kerja sama (contoh: PBB, ASEAN, OKI, dll);

7. Bentuk dan pola kerjasama: kerjasama pertahanan-keamanan (collective

security/institutionalized alliance) (contoh: NATO) dan kerjasama

fungsional (functional co-operation) (contoh: PBB, ASEAN, OPEC, dll)

8. Fungsi organisasi: organisasi politik (menyangkut masalah-masalah politik) (contoh: PBB, ASEAN, dll), organisasi administratif (hanya melaksanakan kegiatan teknis secara administratif) (contoh: OPEC, ICAO,


(35)

18

dll) dan organisasi peradilan (menyangkut aspek penyelesaian sengketa) (contoh: ICJ dan ICC).

Penggolongan dari segi ruang lingkupnya wilayah dan keanggotaan, yaitu organisasi internasional global dan organisasi internasional regional. organisasi internasional global adalah organisasi yang keanggotaannya terbuka dalam ruang lingkup di berbagai penjuru dunia, misalnya PBB.23 Sedangkan organisasi internasional regional adalah organisasi yang cakupan wilayahnya atau keanggotaannya hanya meliputi beberapa negara-negara dikawasan tertentu saja, dan dalam kenyataannya organisasi regional tidak semata-mata didasarkan pada letak geografis (kawasan) dari anggotanya, tetapi regional disini lebih ditekankan kepada kepentingan politik daripada letak geografis.24

Pengertian organisasi internasional juga dikodifikasi dalam Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional dan Konvensi Wina 1986 tentang Hukum Perjanjian Antar Negara dan Organisasi Internasional. Dalam konvensi ini di definisikan bahwa organisasi internasional merupakan suatu organisasi antar pemerintah.25

Organisasi internasional dibuat oleh anggota masyarakat internasional secara sukarela dan atas dasar kesamaan cita-cita. Pada mulanya organisasi internasional dibentuk dengan tujuan utama yaitu menciptakan perdamaian dunia dalam tata

23

D.W.Bowett,The Law of International Institution, London, Steven & Son, 1982, hlm. 10 24

D. W.Bowett,Loc.cit.hlm. 11 25

Pasal 2 ayat 1(i) Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional dan 1986 tentang Hukum Perjanjian Antar Negara


(36)

19

hubungan internasional. Tujuan dari organisasi itu sendiri mengalami banyak perkembangan seiring dengan berkembangnya masyarakat internasional dalam segala aspek, salah satunya perkembangan tujuan yang dominan oleh organisasi internasional adalah bertujuan untuk mengejar pemenuhan kepentingan (aspek sosial, politik dan ekonomi) bersama anggota-anggota nya.

Seperti dijelaskan sebelumnya, dimana organisasi internasional juga memiliki kemampuan mengadakan perjanjian (the treaty making power). Saat ini organisasi internasional mendominasi lahirnya ketentuan-ketentuan hukum dalam bentuk peraturan-peraturan organisasi yang dapat disepakati oleh para anggotanya dan tentunya juga mengikat bagi para anggota.26 Organisasi internasional juga memiliki peranan istimewa, berupa peran yang ditugaskan secara khusus kepadanya oleh negara-negara melalui berbagai instrumen hukum internasional. Meskipun organisasi internasional menjalin hubungan yang erat dengan negara-negara anggotanya, organisasi ini tetap menekankan statusnya sebagai organisasi yang independent (mandiri) dan tidak memihak. Alasannya, agar organisasi internasional bebas bertindak terhadap pemerintah atau penguasa manapun.27

Organisasi internasional dapat digolongkan ke dalam beberapa klasifikasi, misalnya saja ditinjau dari segi ruang lingkup, fungsinya, kewenangannya dan lainnya. Dalam segi ruang lingkup kegiatan dan keanggotaan. Organisasi

26

T. May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, Edisi Revisi, Refika Aditama, Bandung, 2005, hlm. 26-27 dan Bahan Kulia Hukum Organisasi Internasional, Match Day 6: Kepribadian Hukum, Personalitas Yuridik, Tanggung Jawab dan Wewenang Organisasi Internasional, Unpad, 2010, hlm. 2-6

27


(37)

20

Internasional di klasifikasikan: Pertama, Organisasi internasional global, yaitu organisasi yang wilayah atau ruang lingkup kegiatannya adalah global dimana keanggotaannya terbuka dalam ruang lingkup di berbagai penjuru dunia, misalnya: PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations), OKI (Organisasi Konferensi Islam Dunia) dan sebagainya. Kedua, organisasi internasional regional, yaitu: organisasi yang wilayah atau ruang lingkup kegiatannya adalah regional dimana keanggotaannya hanya diberikan bagi negara-negara pada kawasan tertentu saja, misalnya: ASEAN (Association of South-East asina Nations), SAARC (South-Asia Association for Regional Cooperation) dan AU (African Union).

C. African Union(AU) Sebagai Organisasi Internasional Regional

1. SejarahAfrican Union(AU)

African Union (AU) bisa digolongkan

sebagai organisasi regional yang masih sangat muda, karena baru terbentuk pada 9 Juli 2002. Namun sesungguhnya AU

merupakan sebuah ‘wajah’ baru dari

sebuah barang lama.African Union adalah hasil dari pembaharuan OAU (Organization of African Unity) atau yang dalam bahasa Indonesianya yaitu Organisasi Persatuan Negara Afrika. Dan jika memandang jauh kebelakang, maka OAU sendiri pun muncul dari sebuah


(38)

21

organisasi pergerakan lama, yakni Pan-Afrika28 yang muncul sebagai sebuah aksi atas perbudakan yang dialami oleh orang-orang Afrika (kulit hitam).29

Dalam perjalannya, pada tahun 1963 Negara-negara Afrika terbagi ke dalam tiga kelompok (Casablanca, Monrovia dan Brazzaville) sehingga karenannya menutup jalan untuk pembentukan suatu organisasi politik yang menghimpun Negara-negara Afrika.30Namun, pada bulan Mei tahun 1963 terbukalah jalan untuk Negara-negara persatuan Afrika untuk melakukan gerakan pemersatuan (regionalisme Pan-Afrika) oleh sebagian Negara Afrika karena dilandasi oleh tekanan dan keluh kesal terhadap kolonialisme barat, mereka ingin memerdeka kan diri dari jajahan.

Meluasnya Pemerintahan Apartheid di Afrika yang memperjelas perdebatan atas perbedaan kulit hitam dan kulit putih di tanah orang-orang Afrika sendiri, untuk meminimalisir maka dibentuklah OAU. OAU kemudian dijadikan sebagai wadah untuk mengumpulkan dana dan kemampuan militer yang kemudian dibagikan ke wilayah-wilayah yang membutuhkan bantuan dalam upaya untuk melakukan pemberontakan kepada Pemerintahan Apartheid. Selain itu, OAU juga menjadi alat untuk menjalin kerjasama agar

Negara-28

Pan-Afrika adalah suatu gerakan yang bertujuan menyatukan Afrika. Selain merupakan suatu gerakan, Pan Afrikanisme juga merupakan suatu pandangan sosiopolitik dunia dan filosofi moral yang bertujuan untuk penduduk Afrika asli dan yang berasal dari diaspora Afrika untuk menjadi bagian dalam "Komunitas Afrika Global". (Sumber Wikipedia: Shadily, Hassan. Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier Publishing Projects. Jakarta, 1984. hlm. 2530) 29

Portal Hubungan Internasional, ‘Uni Afrika: Terbesar dan Terburuk’,yang diakses secara online di:http://www.portal-hi.net/uni-afrika-terbesar-dan-terburuk-bag-akhir/, pada tanggal 14 Mei 2015 pukul 15.18 WIB

30


(39)

22

negara di Afrika yang telah berhasil meraih kemerdekaannya bisa mempertahankan kedaulatan yang terlah berhasil mereka raih.31

2. KeanggotaanAfrican Union(AU)

Keanggotaan AU ini terbuka untuk setiap negara-negara Afrika yang menyatakan bahwa menerima perjanjian pendiriannya dan menyatakan keinginan untuk menjadi anggota. Negara-negara berikut adalah anggota Uni Afrika:

1. Afrika Selatan

2. Aljazair

3. Angola

4. Republik Demokratik Arab Sahrawi

5. Benin

6. Botswana

7. Burkina Faso

8. Burundi

9. Chad

26. Malwi

27. Mali

28. Mauritania

29. Mauritius

30. Mozambik

31. Namibia

32. Niger

33. Nigeria

34. Pantai Gading

35. Rwanda

31


(40)

23

10. Djibouti

11. Eritrea

12. Ethiopia

13. Gabon

14. Gambia

15. Ghana

16. Guinea

17. Guinea Khatulistiwa

18. Kamerun

19. Kenya

20. Komoro

21. Republik Demokratik Kongo

22. Republik Kongo

23. Lesotho

24. Liberia

25. Libya

36. Sao Tome dan Principe

37. Senegal

38. Seychelles

39. Sierra Leone

40. Somalia

41. Sudan

42. Sudan Selatan

43. Swaziland

44. Tanjung Verde

45. Tanzania

46. Togo

47. Tunisia

48. Uganda

49. Zambia


(41)

24

Dari keseluruhan Anggota AU32 diatas, terdapat beberapa negara anggota yang dibekukan dari keanggotaannya karena alasan tertentu seperti :

1. Guinea-Bissau

Dibekukan setelah Kudeta Guinea-Bissau pada tahun 2012.

3. Madagaskar

Dibekukan setelah krisis politik Madagaskar pada tahun 2009.

2. Mesir

Dibekukan setelah Kudeta Mesir pada pada tahun 2013.

4. Republik Afrika Tengah Dibekukan setelah Konflik Republik Afrika 2013

Pembekuan keanggotan merupakan prosedur yang biasa dilakukan setiap organisasi internasional, dan dilakukan juga oleh Uni Afrika terhadap beberapa negara anggotanya yang melakukan pelanggaran terhadap nilai-nilai fundamental organisasi AU. Prinsip pembekuan ini tertuang pada Pasal l Konstitusi AU untuk menghukum negara yang tidak demokratis dengan membekukan keanggotaannya dan akan berusaha menegakkan demokrasi di negara tersebut baik dengan mediasi ataupun intervensi.

32

Total keanggotaan AU adalah 54 Negara dengan 4 Negara sedang dalam keadaan dibekukan. Jadi tercatat bahwa terdapat 50 negara anggota AU yang aktif.


(42)

25

3. Anggaran Dasar OrganisasiAfrican Union(AU)

Anggaran dasar organisasi internasional adalah perjanjian internasional yang dibuat antara negara-negara untuk membuat suatu organisasi internasional. Uni Afrika misalnya menyebutnya dengan Constitutive Act Of The African Union. Tujuan dari anggaran dasar organisasi internasional adalah menentukan struktur dan aturan dari fungsi suatu organisasi internasional.33

Kontitusi AU terdiri dari 33 artikel yang isinya pendefinisian, tujuan, prinsip, dan organ-organ dalam AU. Organ utama dari AU adalah Majelis kepala negara dan pemerintahan; Dewan Menteri; Sekretariat Jenderal; dan Komisi Khusus, Komisi dari Konsiliasi, Mediasi dan Arbitrase, dan Pembebasan Komite. Ini didirikan oleh 31 negara pada tahun 1963, tetapi memiliki 53 anggota ketika dibubarkan pada tahun 2002.34

Tujuan organisasi yang dinyatakan dalam Pasal 3, mencerminkan dimensi statis aspirasi pan-Africanist untuk pembebasan dan integrasi. Ini termasuk promosi dan solidaritas dari negara-negara Afrika, pertahanan kedaulatan negara, integritas dan kemandirian, dan promosi kerjasama internasional dengan memperhatikan untuk Piagam PBB.35

33

Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2004, hlm. 183-184

34

Samuel M. Makinda and F. Wafula Okumu, The African Union: Challenges of Globalization, Security and Govermance, Global Instutions, New York, 2008, hlm.23

35


(43)

26

Tujuan umum AU didalam konstitusinya yaitu; (1) mencapai kesatuan dan solidaritas antara negara-negara Afrika; (2) mempertahankan kedaulatan integritas teritorial dan kemerdekaan tiap negara anggota; (3) upaya-upaya koordinasi dan kerja sama internasional dengan mempertimbangkan Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebagai acuannya; (4) mempromosikan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di wilayahnya; (4) melindungi setiap manusia dan HAM nya sesuai dengan Piagam Afrika dan Instrumen HAM lainnya yang relevan; (5) mempromosikan kerja sama di semua bidang kegiatan manusia untuk meningkatkan standar hidup masyarakat Afrika.36 Tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip ini dibuat dalam Preambule dan dalam Pasal III Constitutive Act of the African Union37. Dengan dilandasi“kesamaan kedaulatan dari semua Negara Anggota”.38

Pada Constitutive Act of African Union Article IV, AU memiliki fungsi yaitu:39(1) Persamaan kedaulatan dan saling ketergantungan di antara negara-negara anggota Uni; (2) Menghormati perbatasan yang ada pada pencapaian kemerdekaan; (3) Partisipasi masyarakat Afrika dalam kegiatan Uni; (4) Pembentukan kebijakan pertahanan umum untuk benua Afrika; (5) Resolusi damai dari konflik di antara negara-negara anggota Uni melalui cara-cara yang tepat seperti yang dapat diputuskan oleh Majelis; (6) Larangan penggunaan kekerasan atau ancaman untuk menggunakan kekuatan antara

36

Ibid. 37

Constitutive Act of the African Union, Chapter Principles, Article III (1) “The sovereign equality of all Member States”

38

B.W. Bowett,Op.cit., hlm. 304 39


(44)

27

negara anggota Uni; (7) Non-gangguan oleh negara anggota dalam urusan internal lain; (8) Hak Uni untuk campur tangan dalam suatu negara anggota sesuai dengan keputusan Majelis dalam hal keadaan serius, yaitu kejahatan perang, genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan; (9) Ko-eksistensi damai dari negara-negara anggota dan hak mereka untuk hidup dalam damai dan keamanan; (10) Hak negara anggota untuk meminta intervensi dari Uni untuk memulihkan perdamaian dan keamanan; (11) Promosi kemandirian dalam kerangka Uni; (12) Promosi kesetaraan gender; (13) Menghormati prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia, supremasi hukum dan pemerintahan yang baik; (14) Promosi keadilan sosial untuk menjamin pembangunan ekonomi yang seimbang; (15) Penghormatan terhadap kesucian hidup manusia, kecaman dan penolakan impunitas dan pembunuhan politik, aksi terorisme dan kegiatan subversif; (16) Kecaman dan penolakan dari perubahan konstitusional pemerintah.

Sudah lazim bila suatu organisasi internasional regional memiliki tujuan, fungsi, hak, kewajiban serta mempunyai berbagai perlengkapan organisasi sendiri dengan kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini disebabkan setiap Dewan/Badan dalam struktur organisasi internasional, memiliki wewenang untuk mengikat semua negara anggotanya untuk turut campur tangan bila dianggap perlu dan dalam kondisi tertentu guna menyelesaikan pertikaian yang timbul dalam wilayah regional organisasinya. Semua ketentuan ini tercantum secara umum dalam piagam PBB.


(45)

28

4. Struktur OrganisasiAfrican Union(AU)

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi. Struktur Organisasi juga menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi.

Struktur organisasi merupakan alat untuk membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Untuk mencapai tujuannya dengan banyak efisiensi, AU terdiri dari lembaga-lembaga berikut:

a. General Assembly(Majelis Umum)

Majelis Umum adalah unit operasi tertinggi di organ AU. Organ ini terdiri dari kepala Negara-negara Afrika dan pemerintah atau perwakilan mereka


(46)

29

yang bertemu bersama untuk membahas dan membuat resolusi. Sebagian besar dari resolusi ini berasal dari badan-badan dan komite lain dan datang ke majelis dari Dewan Eksekutif. Dewan lah yang menentukan kebijakan umum dari AU, memiliki sistem pemungutan suara demokratis, dengan satu suara yang diberikan kepada masing-masing negara anggota.40

b. The Executive Council(Dewan Eksekutif)

Dewan Eksekutif terdiri dari para menteri luar negeri dari negara-negara anggota. Menteri Luar Negeri, mirip dengan sekretaris negara di Amerika Serikat, adalah pejabat tinggi pemerintah yang bertanggung jawab untuk melakukan hubungan dengan negara-negara lain dan organisasi internasional.41

Dewan Eksekutif (Menteri-menteri) ditunjuk oleh negara mereka dan melaksanakan arahan dan pemerintah negaranya. Dewan Eksekutif bertemu setidaknya dua kali dalam setahun, kadang-kadang juga dapat lebih. Dewan Eksekutif melakukan pertemuan terutama pada hal-hal anggaran dan pada bulan Mei/Juni. Pertemuan Sektoral lainnya yang diselenggarakan setiap dua tahun haruslah dengan pembahasa yang

40

Diedre L. Badejo,Global Organization: The African Union, Chelsea House, New York, 2008, hlm. 41

41


(47)

30

berbeda-beda didalam setiap pertemuannya seperti Buruh, Informasi, Perdagangan, Kesehatan, Budaya, dan lain-lain.42

Para menteri harus bertindak atas apa yang diperintahkan oleh Majelis Umum mereka, dan bekerja untuk melaksanakan keputusan tersebut. Walaupun dalam konsensus atau kesepakatan dapat juga gagal, karena semua diputuskan berdasarkan suara mayoritas yang demokratis. Perlu di pahami bahwa keputusan dewan harus lah searah dengan keinginan Majelis Umum untuk diskusi dan pemungutan suara final, yang berarti resolusi dilalui dua kali, sekali oleh dewan dan sekali oleh majelis untuk penentuan akhir.43

c. General Secretary(Sekertaris Umum)

Sekretariat Umum Berbasis di Addis Ababa, Ethiopia. Dipimpin oleh Sekretaris Umum, yang dipilih oleh Majelis Kepala Negara dan Pemerintah untuk jangka waktu empat tahun. Dia memiliki lima Asisten Sekretaris Jenderal, masing-masing terpilih dari wilayah geografis oleh Majelis untuk masa jabatan empat tahun pula. Dan dapat dipilih kembali untuk dua kali masa jabatan. Sekretariat Umum didasari dari:44

42

The Actrac Turin (Labour Education Programme),Organization of African Unity, yang diakses dari:http://actrav.itcilo.org/actrav-english/telearn/global/ilo/law/oau.htm, pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 02.31 WIB

43

Diedre L. Badejo,Op.cit. hlm. 41 44


(48)

31

1) Kantor Sekretaris Umum yang beroperasi dibawah kabinetnya, Protokol, Informasi, Keamanan, Bidang Hukum, Inspektorat, Anggaran Pengendalian dan Afro-Arab Kerjasama

2) Politik Departemen

3) Kerjasama Ekonomi dan Pengembangan (EDECO)

4) Pendidikan, Sains, Kebudayaan dan Sosial Departemen Luar (ESCAS)

5) Departemen Keuangan

6) Administrasi dan Konferensi Departemen.

7) Kantor Wilayah dan sub-regional yang ada di New York, Jenewa, Kairo, Brussels, Lagos, Niamey. Dar es Salam (host kepada Komite pembebasan OAU).

Komisi Penasehat(Advisory Bodies) dibentuk adalah:45

1) Komisi Ekonomi dan Sosial

2) Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya Kesehatan Komisi

3) Komisi Fifteen tentang Pengungsi

4) Komisi Pertahanan

5) Mediasi, Konsiliasi dan Arbitrasi Komisi

45


(49)

32

Agen Khusus Otonombekerja di bawah naungan OAU adalah:46

1) Pan-African Telecommunication Union (PATU)

2) Pan-African Postal Union (PAPU)

3) Pan-African News Agency (Pana)

4) Uni Televisi dan Radio Organisasi Natioral Afrika (URTNA )

5) Uni Afrika Kereta Api (UAR)

6) Organisasi African Unity Serikat Pekerja (OATUU)

7) Dewan Tertinggi untuk Olahraga di Afrika Setelah pengenalan Traktat Pembentukan Komunitas Ekonomi Afrika, Sekretariat Jenderal adalah untuk melayani sebagai Sekretariat untuk Afrika Masyarakat Ekonomi (AEC). Lebih dari 600 anggota staf di antaranya 1 52 dari kategori profesional, direkrut dari lebih dari 40 negara anggota dalam pelayanan Organisasi di Kantor Pusat dan Daerah dan sub-Kantor Regional.

Sekretariat Jenderal merupakan organ permanen yang bertugas untuk melayani berbagai Rapat OAU, melaksanakan keputusan dan resolusi yang diadopsi oleh Summit dan Dewan. Ini membuat dokumen dan arsip dan umumnya melakukan pekerjaan sehari-hari koordinasi antara Negara Anggota di segala bidang dinyatakan dalam Piagam.

46


(50)

33

d. Judiciaary(Badan Penyelesaian Sengketa)47

The African Court on Human Rights merupakan pengadilan regional

Negara benua Afrika yang didirikan oleh AU untuk memastikan perlindungan hak asasi manusia di Afrika. Badan ini melengkapi dan memperkuat fungsi Komisi Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Rakyat.48

Pengadilan didirikan berdasarkan Pasal 1 dari Protokol Piagam Afrika tentang Hak tentang Pembentukan Pengadilan Afrika tentang HAM dan Rakyat Manusia dan Masyarakat Hak, (Protokol) yang diadopsi oleh negara-negara anggota dari Organisasi kemudian Persatuan Afrika (OAU) di Ouagadougou, Burkina Faso, pada bulan Juni 1998. Protokol ini mulai berlaku pada tanggal 25 Januari 2004, setelah itu telah diratifikasi oleh lebih dari 15 negara.49

Sampai saat ini, dua puluh enam (26) negara telah meratifikasi Protokol: Aljazair, Burkina Faso, Burundi, Pantai Gading, Komoro, Kongo, Gabon, Gambia, Ghana, Kenya, Libya, Lesotho, Mali, Malawi, Mozambik , Mauritania, Mauritius, Nigeria, Niger, Rwanda, Afrika Selatan, Senegal, Tanzania, Togo, Tunisia dan Uganda.

47

African Union,The African Court on Human and Peoples' Rights, yang diakses secara online dari situs resmi AU :http://www.au.int/en/organs/cj, pada tanggal 16 Desember 2014 pukul 19.45 WIB

48

Ibid., 49

African Union, Establishment, yang diakses secara online dari situs resmi AU: http://www. au.int/en/organs/cj, pada tanggal 19 Januari pukul 19.45 WIB


(51)

34

Pengadilan memiliki yurisdiksi atas semua kasus dan sengketa yang diserahkan kepadanya mengenai penafsiran dan penerapan Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Masyarakat, (Piagam), Protokol dan instrumen HAM terkait lainnya diratifikasi oleh negara yang bersangkutan.50

Menurut Protokol (Pasal 5) dan Peraturan (Peraturan 33), Pengadilan dapat menerima pengaduan dan/atau aplikasi yang diajukan kepadanya baik oleh Komisi Afrika Manusia dan Masyarakat Hak atau pihak Negara terhadap Protokol atau Organisasi Antar Pemerintah Afrika. Lembaga Swadaya Masyarakat dengan status pengamat sebelum Komisi Afrika tentang Hak dan individu Manusia dan Rakyat Negara-negara yang telah membuat Deklarasi menerima yurisdiksi Mahkamah juga dapat melembagakan kasus secara langsung sebelum Pengadilan. Pada Oktober 2012, hanya lima negara telah membuat Deklarasi semacam itu. Negara-negara yang Burkina Faso, Ghana, Malawi, Mali, dan Tanzania.51

Pengadilan ini terdiri dari sebelas Hakim, warga negara Anggota dari Uni Afrika. Majelis Hakim Pengadilan pertama terpilih pada bulan Januari 2006, di Khartoum, Sudan. Mereka dilantik di hadapan Majelis Kepala Negara dan Pemerintah Uni Afrika pada 2 Juli 2006, di Banjul, Gambia. Majelis Hakim Pengadilan terpilih, setelah nominasi oleh masing-masing

50

African Union, Jurisdiction, yang diakses secara online dari situs resmi AU: http://www. au.int/en/organs/cj, pada tanggal 19 Januari pukul 19.45 WIB

51

African Union, Access, yang diakses secara online dari situs resmi AU : http://www.au. int/en/organs/cj, pada tanggal 19 Januari pukul 19.45 WIB


(52)

35

Negara, dalam kapasitas masing-masing dari antara ahli hukum Afrika integritas terbukti dan diakui kemampuannya praktis, peradilan atau akademis dan pengalaman di bidang hak asasi manusia. Para hakim dipilih untuk satu tahun enam atau empat tahun terbarukan jangka sekali. Para hakim Pengadilan memilih Presiden dan Wakil Ketua Pengadilan di antara mereka sendiri yang melayani masa jabatan dua tahun. Mereka dapat dipilih kembali hanya sekali. Para Ketua Pengadilan tinggal dan bekerja secara penuh waktu di kursi pengadilan, sedangkan sepuluh lainnya (10) hakim bekerja secara paruh waktu. Dalam pemenuhan kewajibannya Presiden dibantu oleh Panitera yang melakukan registry, fungsi manajerial dan administrasi Pengadilan.52

Pengadilan secara resmi mulai beroperasi di Addis Ababa, Ethiopia pada bulan November 2006, namun pada bulan Agustus 2007 itu pindah ke kursi di Arusha, Republik Tanzania, di mana Pemerintah Republik telah disediakan dengan tempat sementara sambil menunggu pembangunan struktur permanen. Antara 2006 dan 2008, Pengadilan ditangani terutama dengan masalah operasional dan administrasi, termasuk pengembangan struktur Mahkamah Registry, penyusunan anggaran dan penyusunan Peraturan Interim Prosedur. Pada tahun 2008, selama Kesembilan Sesi Biasa Pengadilan, hakim Mahkamah sementara mengadopsi Peraturan Interim Pengadilan tertunda konsultasi dengan Komisi Afrika tentang

52

African Union, Composition, yang diakses secara online dari situs resmi AU :http://www.au. int/en/organs/cj, pada tanggal 19 Januari pukul 19.45 WIB


(53)

36

HAM dan Rakyat Hak, yang berbasis di Banjul, Gambia dalam rangka harmonisasi peraturan mereka untuk mencapai Tujuan dari ketentuan Protokol pembentukan Pengadilan, yang mengharuskan kedua lembaga harus selaras Aturan masing-masing sehingga mencapai komplementaritas dimaksud antara Mahkamah Afrika tentang HAM dan Rakyat Hak dan Komisi Afrika tentang HAM dan Rakyat Hak. Proses ini harmonisasi selesai pada April 2010 dan pada bulan Juni 2010, Pengadilan mengadopsi Peraturan akhir Pengadilan.53

D. Gambaran Umum Wilayah Regional Afrika

1. Sejarah Afrika

Kata Afrika berasal dari bahasa Latin,Africa terra"tanah Afri" (bentuk jamak dari "Afer") untuk menunjukkan bagian utara benua tersebut, saat ini merupakan bagian dari Tunisia, tempat kedudukan provinsi Romawi untuk Afrika. Asal kata Afer mungkin dari bahasa Fenisia, 'afar berarti debu; atau dari suku Afridi, yang mendiami bagian utara benua dekat Kartago; atau dari bahasa Yunani aphrike berarti tanpa dingin; atau dari bahasa Latin aprica berarti cerah.54

53

African Union, Operation, yang diakses secara online dari situs resmi AU : http://www.au. int/en/organs/cj, pada tanggal 19 Januari pukul 19.45 WIB

54

Indonesia National Defence Forces Peacekeeping Center, Konga Indonesia di Wilayah Afrika, yang di akses dari: http://www.pkc-indonesia.com/index.php/sejarah/kontingen-garuda-indonesia-di-wilayah-afrika, pada tanggal 18 Desember 2014 pukul 23.26 WIB


(54)

37

Sebagian besar negara di Afrika adalah bekas negara jajahan, kecuali Afrika Selatan, Ethiopia dan Liberia. Republik Demokrasi Kongo merupakan bekas jajahan Belgia. Mesir, Sudan, Uganda, Kenya, Djibouti, Sierra Leone, Ghana, Nigeria, Zambia, Zimbabwe dan Botswana bekas jajahan Britania Raya. Maroko, Aljazair, Mauritania, Mali, Senegal, Guinea, Pantai Gading, Burkina Faso, Benin, Niger, Chad, Republik Afrika Tengah, Gabon, Kongo dan Madagaskar bekas jajahan Perancis.

Togo, Kamerun, Burundi, Rwanda, Tanzania dan Namibia bekas jajahan Jerman. Libya, Eritrea, Somalia bekas jajahan Italia. Guinea Bissau, Angola, Malawi, dan Mozambik adalah bekas jajahan Portugal. Serta Sahara Barat yang merupakan bekas jajahan Spanyol. Sepertiganya yaitu 15 dari 47 negara terkurung oleh daratan.55

2. Letak dan Populasi

Afrika adalah benua terbesar kedua dunia dan kedua terbanyak penduduknya setelah Asia. Dengan luas wilayah 30.224.050 km² termasuk pulau-pulau yang berdekatan, Afrika meliputi 20,3% dari seluruh total daratan Bumi.56 Dengan 800 juta penduduk di 54 negara, benua ini merupakan tempat bagi sepertujuh populasi

55

Ibid., 56


(55)

38

dunia. Afrika adalah yang terbesar dari ketiga benua di belahan selatan Bumi dan yang terbesar kedua setelah Asia dari semua benua. Luasnya kurang lebih 30,244,050 km2 (11,677,240 mil2) termasuk kepulauan disekitarnya, meliputi 20.3% dari total daratan di bumi dan didiami lebih dari 800 juta manusia, atau sekitar sepertujuh populasi manusia di bumi.

Dipisahkan dari Eropa oleh Laut Tengah, Afrika menyatu dengan Asia di ujung timur lautnya melalui Terusan Suez yang memiliki lebar 130 km. Semenanjung Sinai yang dimiliki oleh Mesir sering dianggap secara geopolitis sebagai bagian dari Afrika. Dari ujung paling utara, Cape Spartel di Maroko, di 37°21′ lintang Utara, ke ujung paling selatan, Cape Agulhas di Afrika

Selatan, 34°51′15″ lintang Selatan, terbentang jarak sekitar 8000 km; dari

ujung paling barat, Cape Verde, 17°33′22″ bujur Barat, sampai ujung paling

timur, Ras Hafun di Somalia, 51°27′52″ bujur Timur, jaraknya sekitar 7.400

km. Panjang garis pantainya 26.000 km (sebagai perbandingan, Eropa, yang memiliki luas 9.700.000 km² memiliki garis pantai 32.000 km.57

Afrika adalah benua termiskin yang didiami penduduk menurut Human Development Report 2003 PBB (dengan 75 negara) mendaftarkan posisi 151 (Gambia) sampai 175 (Sierra Leone) dengan negara-negara Afrika.58

57

Ibid., 58


(56)

39

E. Kasus Posisi Konflik Somalia

Konflik Somalia adalah salah satu konflik yang rumit hingga sekarang. Dikatakan rumit karena banyak sekali karakter konflik yang ada di dalam konflik Somalia ini, dan konflik ini bersifat protracted59. Jika merunut hingga awal negara Somalia merdeka, konflik ini muncul dengan banyak sekali perubahan. Pada awalnya, pada masa Perang Dingin, muncul kudeta oleh Siad Barre. Siad Barre kemudian memerintah secara otoriter, hingga akhirnya pada awal tahun 90-an, Siad barre digulingkan lagi oleh satu gerakan bersama yang terbentuk dari banyak unsur golongan yang menginginkan agar pemerintahan Siad Barre ini berakhir.

Kelompok yang menggulingkan Siad Barre ini kebanyakan adalah dari unsur klan dan kelompok-kelompok kecil di Somalia. Namun, karena pada awalnya tujuan kelompok ini hanya untuk menjatuhkan Siad Barre, kelompok ini bubar dengan tujuannya masing-masing, dan meninggalkan Somalia tanpa kejelasan setelah Siad Barre jatuh. Setelah masa ini, muncul konflik internal dengan klan- klan yang berusaha untuk mengambil kontrol akan daerah yang diinginkan. Hal ini membuat muncul perang saudara yang terus berjalan hingga saat ini. Aktor- aktor yang terlibat pun akhirnya berubah-ubah seiring dengan perkembangan konflik. Bila pada awalnya banyak sekali klan, kemudian menyusut menjadi beberapa

59

Konflik yangprotractedadalah konflik yang rumit dan berlangsung berlarut-larut tanpa solusi yang kongkrit. Protracted Social Conflict (PSC)adalah istilah dalam sebuah teori yang dikembangkan oleh seorang yang berasal dari Lebanon, merupakan ahli dalam kajian ilmu resolusi konflik, yakni Edward E. Azar. Azar menggambarkan bahwa PSC adalah bentuk konflik yang terutama melibatkan negara berkembang tanpa adanya peluang dan keinginan yang serius untuk mencapai penyelesaian. Artinya sebuah konflik yang berkepanjangan atau berlarut-larut sangatlah jauh dari sebuah proses penyelesaian masalah. Dan ia pun menambahkan juga bahwa konflik ini menjadi ciri utama yang terjadi dikawasan-kawasan Timur Tengah.


(57)

40

aktor saja. Selain itu, konflik yang sebelumnya “hanya” konflik internal dengan

bentuk perang saudara, berkembang menjadi masalah lain, seperti masalah keamanan laut dengan maraknya pembajakan oleh bajak laut Somalia, ancaman terorisme dengan terhubungnya gerilyawan Shabaab dengan jaringan Al-Qaeda, munculnya banyak pengungsi yang dimungkinkan akan menghadirkan masalah sosial dan menjadiagen spill over conflict, dan lain-lain.

Untuk dapat menjawab pertanyaan permasalahan, sangat penting bagi kita untuk memahami karakteristik konflik yang berlangsung di Somalia.

Konflik yang terjadi adalah konflik yang asimetris. Konflik ini termasuk asimetris karena konflik yang ada selalu tidak seimbang. Konflik asimetris ini sendiri adalah sebuah konsep mengenai peperangan di mana antara pihak yang berperang terdapat perbedaan kekuatan yang signifikan. Sedangkan menurut Paul, konfilk asimetris adalah konflik yang melibatkan dua negara dengan sumber daya ekonomi dan militer keseluruhan yang tidak setara.60 Pengertian ini adalah pengertian lama dalam konteks perang antar negara. Namun, dalam perkembangannya, Kenneth McKenzie, Jr., memaparkan bahwa untuk merefleksikan zaman yang sudah semakin berubah, pengertian dari konflik

asimetris perlu diperbarui. Menurutnya, konflik asimetris adalah “mengangkat

taktik atau kekuatan operasional yang inferior melawan kelemahan lawan yang

60

T.V. Paul, Asymmetric Conflicts: War Initiation by Weaker Powers, Cambridge University Press, Cambridge, 1994, hlm. 20


(58)

41

lebih kuat untuk mencapai efek yang tidak proporsional dengan tujuan merusak

mental lawan untuk mencapai tujuan strategi asimetrikator”.61

Definisi secara umum perang asimetris adalah sebuah perang antara pihak yang berperang di mana kekuatan militernya relatif berbeda jauh, atau yang strategi atau taktiknya berbeda secara signifikan.

Konflik yang asimetris ini tentu mempengaruhi juga bagaimana keadaan di Somalia. Banyak hal yang terjadi berkaitan dengan konflik yang asimetris ini, seperti bajak laut yang muncul, kegiatan Al-Shabaab yang berhubungan dengan terorisme, dan banyak hal lain yang berhubungan dengan unsur keamanan kemanusiaan seperti pengungsi, situasi di mana banyak diskriminasi pelanggaran HAM, pembunuhan, orang hilang, dan sebagainya.62 Pengaturan tentang perlindungan setiap orang dari tindakan diskriminasi atas dasar apapun (Pasal 2 DUHAM) terlihat tidak memberikan kontribusi dalam konflik di Somalia.

61

Kenneth McKenzie, Jr., The Rise of Asymmetric Threats: Priorities for Defense Planning, Chapter 3rd, Quadrennial Defense Review 2001, hlm. 2, yang diakses secara onlie di:http://www. ndu.edu/inss/press/QDR_2001/sdcasch03.html dan http://www.semp.us/publications/biot_reader .php?BiotID=167pada 15 Januari 2015, jam 17.44 WIB

62

The Failed States Index 2011, diakses darihttp://www.foreignpolicy.com/failedstates, pada 15 Desember 2014 pukul 04.38 WIB


(59)

III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (normative legal research)63 yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum tertentu.64 Ilmu hukum normatif bersifat sui generis, maksudnya ia tidak dapat dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain.65 Fokus kajiannya adalah hukum positif, hukum positif yang dimaksud di sini adalah hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu, yaitu suatu aturan atau norma tertulis yang secara resmi dibentuk dan diundangkan oleh penguasa, di samping hukum yang tertulis tersebut terdapat norma di dalam masyarakat yang tidak tertulis yang secara efektif mengatur perilaku anggota masyarakat.66 Penelitian normatif seringkali disebut dengan penelitian doctrinal yaitu objek penelitiannya

63

Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai macam norma seperti; norma moral, norma susila, norma etika, norma agama, norma hukum, dan lain-lain. Di anatara norma-norma tersebut norma hukum merupakan norma yang paling kuat berlakunya, karena bagi pelanggarnya dapat diancam sanksi pidana atau sanksi pemaksa oleh kekuasaan negara, oleh karena itu norma hukum mempunyai sifat heteronom sedang norma-norma lain mempunyai sifat keberlakuan yang otonom. Norma hukum berisi kehendak yang dikategorikan dengan Das Sollen, yaitu suatu kategori yang bersifat imperative. Kehendak itu dapat berupa suruhan atau larangan, dan dapat juga berisi pembebasan dari suruhan atau pengecualian dari larangan.

64

Soejono dan H.Abdurrahman,Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 56 65

Bahder Johan Nasution,Metode Penelitian Hukum,Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 80 66


(60)

43

adalah dokumen perundang-undangan dan bahan pustaka.67 Hal yang paling mendasar dalam penelitian ilmu hukum normatif, adalah bagaimana seorang peneliti menyusun dan merumuskan masalah penelitiannya secara tepat dan tajam, serta bagaimana seorang peneliti memilih metode untuk menentukan langkah-langkahnya dan bagaimana penulis melakukan perumusan dalam membangun teorinya.68

Penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk memahami tentang bagaimana peranan organisasi internasional regional pada umumnya dalam menyelesaikan konflik di negara anggota-anggotanya dan mengkaji bagaimanakan peranan African Union (AU) dalam meenyelesaikan konflik di Negara Somalia.

B. Pendekatan Masalah

Pendekatan diperlukan dalam sebuah karya tulis ilmiah untuk lebih menjelaskan dan mencapai maksud serta tujuan penelitian tersebut. Pendekatan tersebut dimaksudkan agar pembahasan dapat terfokus pada permasalahan yang dituju, sesuai dengan ruang lingkup pembahasan dapat terfokus pada permasalahan yang dituju. Menurut the Liang Gie, pendekatan adalah “Keseluruhan unsur yang

dipahami untuk mendekati suatu bidang ilmu dan memahami pengetahuan yang teratur, bulat, mencari sasasran yang ditelaah oleh ilmu tersebut”.69

67

Abdurrahman,loc. cit.

68

Bahder,Op.Cit.,hlm. 88 69

The Liang Gie. Ilmu Politik: Suatu pembahasan tentang Pengertian, Kedudukan, Lingkup Metodelogi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1982, hlm. 47


(1)

V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang disusun sebelumnya, penulis menyimpulkan hal sebagai berikut:

1. Peran utama organisasi internasional regional adalah menyelesaikan setiap permasalahan, sengketa ataupun konflik di tiap-tiap negara anggotanya (internal kawasan), yaitu dengan menjadi wadah konsultasi, menyelenggarakan dan menyediakan suatu forum negosiasi bagi negara-negara anggota baik dalam situasi konflik maupun dalam kondisi yang berpotensi menimbulkan konflik.Selain itu organisasi regional juga dapat berperan sebagai mediator dan merancang sebuah prosedur resolusi konflik untuk menyelesaikan perselisihan antara negara-negara anggota. Organisasi regional juga dapat melakukan penyelidikan terhadap konflik yang terjadi antara negara-negara anggotanya. Pengiriman pasukan penjaga perdamaian merupakan perkembangan peran organisasi internasional dalam menyelesaikan konflik.


(2)

64

2. Peran AU dalam menyelesaikan setiap kekacauan di negara-negara anggotanya didasari oleh Pasal 4 (h) Konstitusi AU yang memberikan penafsiran bahwa keharusan AU untuk berperan dan turut campur (intervensi) dalam keadaan-keadaan yang cukup serius. Peranan African Union (AU) di Somalia memberikan dampak signifikan dalam menciptakan kestabilan kawasan. Sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 4 (h) Konstitusi AU yang menyatakan bahwa keharusan AU turut campur dalam keadaan-keadaan yang cukup serius di negara anggotanya, dilakukanlah pengiriman pasukan perdamaian yaitu African Union Mission in Somalia (AMISOM). Misi AMISOM yang bertujuan melakukan proteksi terhadap rakyat sipil telah berhasil dalam merebut banyak kawasan di Somalia, termasuk Burshubo dan Baidoa yang merupakan salah satu basis pemberontak terbesar di selatan Somalia. Keberadaan pasukan keamanan AMISOM di Baidoa juga memberikan kondisi keamanan yang signifikan, terutama di jalan utama, dengan demikian, pasukan pemerintah Somalia dengan dukungan dari tentara AMISOM berhasil menyelesaikan rute suplai logistik (baik logistik militer, maupun logistik untuk masyarakat sipil dalam suplai makanan dan obat-obatan) dan juga memberikan akses bebas pada pergerakan masyarakat dan bantuan kemanusian yang disalurkan ke daerah-daerah lain.


(3)

65

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dalam konteks penyelesaian konflik, negara-negara di Afrika adalah negara yang sering mengalami konflik atau perang sipil. Oleh karena itu, budaya masyarakat Afrika erat dengan konflik dan membutuhkan sistem dan strategi yang baik. Pemberian sanksi ekonomi maupun politik dari organisasi regional mungkin menjadi cara yang lebih ampuh dibanding penerjunan pasukan perdamaian yang masih terbatas.

2. Dalam konteks pemajuan perlindungan hak masyarakat sipil: Pertama, masyarakat internasional (civil society) hendaknya mengakui dan memajukan hak-hak kaum minoritas. Kedua, cara terbaik untuk melindungi hak-hak kelompok adalah dengan menggunakan lembaga-lembaga elit dalam pembagian kekuasaan. Ketiga, konflik dan perang yang menyangkut penentuan nasib sendiri harus diselesaikan di meja perundingan, dan keempat, aktor internasional harus berusaha dengan itikad baik, tanpa sejumlah kepentingan untuk melindungi hak-hak kaum minoritas, termasuk jika mereka tidak diperkenankan melakukan campur tangan, jika hal tersebut tidak dapat menyelesaikan konflik diplomacy coercive (dengan paksaan) dapat digunakan atas nama perdamaian.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

A.A, Perwita., dan Y. M., Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

A.K., Syahmin. 1995. Pokok-Pokok Hukum Organiasai Internasional. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Adolf, Huala. 2008. Hukum Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Arlina Permatasari, Fadilah Agus, et.al. 1999. Pengantar Hukum Humaniter, Jakarta: ICRC.

Bowett, D.W. 1992. Hukum Organiasi Internasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Bradbury, M., Ryle, J., Medley, M. & Sansculotte-Greenidge, K. 2006. Local Peace Processes in Somalia. London: Rift Valley Institute.

Greig, D.W. 1967.International Law. Edisi ke-2. London: Butterworths John Collier and Vaughan Lowe. 1999. The Settlement of Disputes in International Law,Oxford: Oxford. Univ. Press.

K.M, Smith, Rohana. 2008. Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia.

Mauna, Boer. 2011. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era Dinamika Golbal. Edisi ke-2. Bandung: PT. Alumni.

Nasution, Bahder Johan. 2008. Metode Penelitian Hukum, Bandung: Mandar Maju.

Rudy, T. May. 1998. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: Refika Aditama.

Scott Davidson, 2004. Hak Asasi Manusia: Sejarah, Teori, dan Praktek Dalam Pergaulan Internasional, Jakarta: Pusaka Utama Grafiti.

Soejono dan H.Abdurrahman. 2003. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.

Soekanto, Soekanto. 1983.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: CV.Rajawali.


(5)

United Nation (UN). 1997. A Compilation of International Instrument. Vol. I, Geneva: UN.

Virally, M. 1981. Definition and Classification of international

Organization: A Legal Approach. in G Abi-Saab (ed). The Concept of

International Organization, Paris: UNESCO.

Jurnal:

Diedre L. Badejo -The African Union

Jurnal Hukum Demokrasi Vol. IV No.1 Th. 2005 -Hak Sipil dan Politik Mr. Driscoll -South Africa History Apartheid(Global Studies)

Samuel Makinda - The African Union Challenges of Globalization, Security, and Governance.

UN Jurnal -Africa Human Development Report 2012

UN Jurnal -Programme of meetings and agenda African Union

Charter/ Convention:

OAU Chartertahun 1963

Constitutive Act of the African Uniontahun 2000

Perjanjian Pembentukan Masyarakat Ekonomi Afrika (Abuja Treaty) Diadopsi pada tanggal 3 Juni 1991, mulai berlaku pada 12 Mei 1994. Afrika Selatan menandatangani perjanjian pada tanggal 10 Oktober tahun 1997 dan Parlemen meratifikasinya pada tanggal 2 November 2000. Instrumen Ratifikasi ditandatangani pada tanggal 2 Februari 2001.

Undang konstitutif Uni Afrika Dibuka untuk penandatanganan pada tanggal 11 Juli 2000 di OAU / AEC Summit di Lome. Afrika Selatan menandatangani UU pada tanggal 8 September 2000 dan Parlemen meratifikasinya pada tanggal 27 Februari 2001. Instrumen Ratifikasi ditandatangani pada tanggal 3 Maret 2001.

Konvensi Umum tentang Keistimewaan dan Kekebalan Organisasi Persatuan Afrika Diadopsi pada 25 Oktober 1965, mulai berlaku pada tanggal 25 Oktober 1965.

Piagam Afrika tentang Hak dan Kesejahteraan Anak Diadopsi pada tanggal 11 Juli 1990, belum diberlakukan. Afrika Selatan menandatangani piagam tersebut pada tanggal 10 Oktober tahun 1997 dan disimpan Instrumen Aksesi nya pada tanggal 21 Januari 2001.

Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Rakyat Diadopsi pada tanggal 27 Juni tahun 1981, mulai berlaku pada tanggal 21 Oktober 1986. Afrika Selatan menandatangani dan meratifikasi piagam tersebut pada tanggal 9 Juli 1996.


(6)

Protokol Piagam Afrika tentang Hak tentang Pembentukan Pengadilan Afrika tentang HAM dan Rakyat Manusia dan Masyarakat Hak diadopsi pada tanggal 10 Juni 1998 belum diberlakukan. Ditandatangani oleh Afrika Selatan pada tanggal 9 Juni 1998.

Internet:

http://www.au.int/en/organs/cj

http://www.portal-hi.net/uni-afrika-terbesar-dan-terbentuk-bag-akhir/ http://www.shebacss.com/docs/poeyh005-09.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/somalia

http://www.voanews.com/indonesia/news/Menlu-Somalia-AL-Shabab-dan-al-Qaida-Bukan-Berita-Baru-139136629.html

http://actrav.itcilo.org/actrav-english/telearn/global/ilo/law/oau.htm

http://www.pkc-indonesia.com/index.php/sejarah/kontingen-garuda-indonesia-di-wilayah-afrika

http://www.ndu.edu/inss/press/QDR_2001/sdcasch03.html http://www.semp.us/publications/biot_reader.php?BiotID=167 http://www.fpreignpolicy.com/failedstates