1.4 Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini dapat bermanfaat: 1.4.1 Bagi investor dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
investasi pada perusahaan dalam rangka menghindari kebangkrutan 1.4.2 Bagi emiten hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada emiten sehingga mampu memprediksi financial distress sehingga perusahaan dapat menghindari kebangkrutan.
1.4.3 Bagi akademisi adalah memberi bukt i empiris tentang rasio keuangan apa saja yang berpengaruh terhadap kondisi financial
distress, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau bahan pembanding bagi penelitian lain yang
melakukan penelitian sejenis ataupun lebih luas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Financial Distress
Kesehatan suatu perusahaan bisa digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrem mampu untuk membiayai operasionalnya, dapat memenuhi kewajiban
kewajiban jangka pendek sampai jangka panjangnya tepat waktu, serta dengan tingkat likuiditas yang baik sampai ke titik tidak sehat yang paling ekstrem tidak
mampu membayar kewajiban-kewajibannya atau hutang lebih besar dibandingkanaset. Kesulitan keuangan jangka pendek bersifat sementara dan
belum begitu parah. Tetapi kesulitan semacam ini apabila tidak ditangani bisa berkembang menjadi kesulitan tidak solvabel. Kalau tidak solvabel, perusahaan
bisa dilikuidasi atau direorganisasi Hanafi dan Halim, 2005. Perusahaan dengan kondisi seperti itu, perusahaan perlu untuk mengantisipasi adanya financial
distress.
Platt dan Platt 2002 mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum terjadi
kebangkrutan ataupun likuidasi. Platt dan Platt 2002 juga menyoroti kurangnya definisi yang konsisten ketika perusahaan memasuki kesulitan keuangan dan
Universitas Sumatera Utara
mencoba untuk meringkas definisi operasional yang berbeda dari financial distress dalam satu mekanisme seleksi. Sebuah perusahaan dianggap mengalami
financial distress jika salah satu kejadian berikut ini terjadi: mengalami laba operasi bersih negatif selama beberapa tahun atau penghentian pembayaran
dividen, restrukturisasi keuangan atau PHK massal. Denis dan Denis 1990 mengidentifikasi kesulitan keuangan ketika perusahaan mengalami kerugian laba
operasi sebelum pajak atau laba bersih negatif setidaknya selama tiga tahun berturut-turut. Whitaker 1999 mengukur financial distress dengan adanya arus
kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini. Perusahaan yang mempunyai Earning Per Share EPS negatif Elloumi dan Gueyie, 2001.
Almilia 2004 menggunakan perusahaan yang delisted, dan Koes Pranowo, dkk 2010 yang menggunakan DSC Debt Service Coverage untuk perusahaan yang
mengalami financial distress. Almilia dan Kristijadi 2003 dengan indikasi beberapa tahun mengalami laba bersih operasi net operating income negatif dan
selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden. Kebangkrutan sendiri adalah kesulitan likuiditas yang sangat parah sehingga perusahaan tidak
mampu menjalankan operasi dengan baik Harianto, 2001. Platt dan Platt 2002 menyatakan bahwa informasi yang terkait dengan financial distress dapat
membuat manajemen mengambil tindakan merger atau takeover agar perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan lebih
baik serta dapat memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Foster 1986 terdapat beberapa indikator atau sumber informasi mengenai kemungkinan dari kesulitan keuangan:
a. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang. b. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial,
struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan
lain sebagainya.
c. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya dengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan
tunggal atau suatu kombinasi dari variable keuangan. d. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasi.
Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup
perusahaan. Prediksi akan kontinuitas perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya potensi
kebangkrutan, karena kebangkrutan berarti menyangkut terjadinya biaya-biaya, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Kebangkrutan biasanya
diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuiditas perusahaan
atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti Martin et.al, 1995 : 376 :
1. Kegagalan ekonomi economic failure Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan
perusahaan tidak menutup biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan
lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh di bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan
kegagalan dapat juga berarti bahwa pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.
2. Kegagalan keuangan financial failure Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar
saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk : a. Insolvensi teknis tecnical insolvency Perusahaan dapat dianggap
gagal jika perusahaan, tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat
Universitas Sumatera Utara
jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih
kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan
bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi
pembayaran bunga pembayaran kembali pokok pada tangga tertentu.
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih
negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. Likuidasi
merupakan suatu proses yang berakhir pada pembubaran perusahaan sebagai suatu perusahaan. Likuidasi lebih menekankan
pada aspek status yuridis perusahaan sebagai suatu badan hokum dengan segala hak-hak dan kewajiban. Likuidasi atau pembubaran
perusahaan senantiasa berakibat penutupan usaha akan tetapi likuidasi tidak selalu berarti perusahaan bangkrut.
2.1.1 Indikator Terjadinya Kebangkrutan
Sebelum pada akhirnya pada suatu perusahaan dinyatakan bangkrut, biasanya ditandai oleh berbagai situasi atau keadaan
khususnya yang berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi operasinya. Indikator yang harus diperhatikan para manajer, seperti
yang dikemukakan oleh Harnanto 1984 bahwa : 1. Penurunan volume penjualan karena adanya
perubahanselera atau permintaan konsumen. 2. Kenaikan biaya produksi.
3. Tingkat persaingan yang semakin ketat. 4. Kegagalan melakukan ekspansi.
5. Ketidakefektifan dalam melaksanakan fungsi
pengumpulan piutang. 6. Kurang adanya dukungan atau fasilitas perbankan
kredit. 7. Tingginya tingkat ketergantungan terhadap piutang.
Universitas Sumatera Utara
Suatu perusahaan yang mengandalkan hutang di dalam menghadapi kegiatan operasi dan kegiatan investasinya akan
berada dalam keadaan yang kritis karena apabila suatu saat perusahaan mengalami penurunan hasil operasi, maka perusahaan
tersebut akan mendapatkan kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Selain itu, indikator yang dapat diamati oleh pihak
ekstern antara lain : 1. Penurunan deviden yang dibagikan kepada para
pemegang saham. 2. Terjadinya penurunan laba yang terus-menerus, bahkan
sampai terjadinya kerugian. 3. Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha
4. Terjadinya pemecatan pegawai. 5. Pengunduran diri eksekutif puncak.
6. Harga saham yang terus menerus turun di pasar modal.
2.1.2. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan
Tidak mudah untuk menentukan secara pasti mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu kebangkrutan
pada suatu perusahaan. Sejauh ini terdapat konsesus bahwa sumber kegagalan disebabkan oleh ketidakmampuan manajemen
perusahaan. Ketidakmampuan manajemen dapat diartikan dalam berbagai pengertian. Secara garis besar factor faktor penyebab
Universitas Sumatera Utara
terjadinya kebangkrutan dibagi menjadi tiga Harnanto : 1984, yaitu :
1. Sistem Perekonomian Dalam sistem perekonomian dimana roda perekonomian lebih
banyak dikendalikan oleh persaingan bebas, maka dunia usaha akan terbagi menjadi dua golongan, yaitu perusahaan
tradisional dan perusahaan yang memanfaatkan teknologi. Kemampuan bersaing inilah yang merupakan factor penyebab
kebangkrutan, sehingga efisiensi manajemen sangat berperan dan merupakan alat penangkal yang tangguh terhadap setiap
perusahaan pesaing.
2. Faktor Eksternal Perusahaan Kesulitan dan kegagalan yang mungkin dapat menyebabkan
kebangkrutan suatu perusahaan kadangkadang berada di luar jangkauan manajemen perusahaan. Berbagai faktor tersebut
antara lain :
a. Persaingan bisnis yang ketat. b. Berkurangnya permintaan terhadap produk atau jasa
yang dihasilkan. c. Turunnya harga jual terus-menerus.
d. Kecelakaan atau bencana alam yang menimpa perusahaan.
3. Faktor Internal Perusahaan Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan
perusahaan dapat dicegah melalui berbagai tindakan dalam perusahaan itu sendiri. Faktor-faktor internal ini biasanya
merupakan hasil dari keputusan dan kebijaksanaan yang tidak tepat di masa lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat
sesuatu pada saat yang diperlukan. Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan secara intern adalah :
a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan.
b. Manajemen yang tidak efisien. c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangankecurangan.
Model Prediksi financial distress sangat penting bagi perusahaan, investor, kreditor maupun pemerintah. Pihak-pihak tersebut biasanya bereaksi
terhadapsinyal distress Subagyo, 2007. Foster 1986 menjelaskan ada beberapa pihak yang berkepentingan terhadap informasi tentang prediksi financial distress
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, yaitu: a. Pemberi pinjaman
Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress menpunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan
apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
b. Investor Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan
menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
c. Pembuat peraturan Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan
membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu. Hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui
kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.
d. Pemerintah Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam antitrust
regulation. e. Auditor
Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.
f. Manajemen Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan
menanggung biaya langsung fee akuntan dan pengacara dan biaya tidak langsung kerugian penjualan atau kerugian paksaan akibat ketetapan
pengadilan. Sehingga dengan adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga
dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan
2.2 Laporan keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan kemajuan
perusahaan dan disusun secara periodik. Periode yang biasa digunakan adalah tahun yan dimulai dari 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember. Periode
seperti ini disebut dengan periode tahun kalender. Selain tahun kalender, periode
Universitas Sumatera Utara
akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1 Januari. Istilah periode akuntansi yang seperti ini sering disebut dengan isilah periode tahun buku.
Periode tahun buku yang digunakan dapat secara tahunan, atau menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek misalnya bulanan, triwulan atau
kwartalan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap
perusahaan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan.
Ada beberapa pengertian laporan keuangan, yaitu : Pengertian laporan keuangan menurut IAI 2008:1 “merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi kas, catatan notes dan laporan pendukung lainnya”.
Menurut Munawir 2002:2, “laporan keuangan adalah hasil dari proses dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas
suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”.
Pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan keuangan antara lain : pemilik perusahaan, kreditor, investor, manajer atau pemimpin perusahaan, karyawan
perusahaan dan pemerintah. Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaannya untuk menilai keberhasilan manajemen dalam
menjalankan perusahaan. Hal ini dapat dilihat melalui laba yang dihasilkan perusahaan. Dengan kata lain, laporan keuangan diperlukan untuk menilai hasilhasil
Universitas Sumatera Utara
yang telah dicapai perusahaan serta memperkirakan hasil-hasil yang akan dicapai pada masa yang akan datang sehingga pemilik dapat menaksir keuntungan yang akan
diperoleh. Kreditor menggunakan laporan keuangan untuk mengambil keputusan dalam hal pemberian kredit suatu perusahaan. Disamping itu kreditor bisa mengukur
apakah perusahaan dapat mengembalikan pokok pinjaman kredit dan bunganya. Manajer atau pimpinan perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk menyusun
rencan dan strategi perusahaan, memperbaiki operasional perusahaan dan menentukan kebijaksanaan perusahaan. Investor berkepentingan dengan laporan
keuangan untuk mengetahui apakah modal yang telah diinvestasikan memberikan prospek keuntungan di masa yang akan datang. Pemerintah melihat laporan keuangan
untuk menentukan jumlah pajak yang akan dibebankan ke perusahaan dan digunakan sebagai dasar perencanaan pemerintah dalam hal ini adalah Biro Pusat Statistik, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan
dan Tenaga Kerja. Melalui laporan keuangan dapat dilihat kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek,
struktur permodalan, distribusi aktiva, efektifitas penggunaan aktiva dan hasil atau pendapatan yang telah dicapai serta nilai buku tiap lembar saham suatu
perusahaan. Karyawan perusahaan berkepentingan dengan laporan keuangan antara lain untuk kepentingan kompensasi. Dari laporan keuangan dapat terlihat
kemampuan perusahaan dalam memberikan kompensasi yang lebih baik, misal dengan memberikan tunjangan hari tua, Jamsostek Jaminan Sosial Tenaga Kerja
agar karyawan dapat bekerja dengan optimal sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik.
2.2.1 Tujuan Laporan Keuangan
Universitas Sumatera Utara
Tujuan laporan keuangan menurut APB Statement No.4 AICPA membaginya menjadi dua yaitu :
1. Tujuan umum
“menyajikan laporan parsial keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip yang
diterima”
2. Tujuan khusus
“memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban,
kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan.
2.2.2 Komponen Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2009:1.2 menyatakan bahwa laporan yang lengkap terdiri dari 5 komponen, yaitu :
1. Neraca Defenisi neraca menurut Reeve, Warren dan Fees 2002:24
adalah “laporan mengenai suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu biasanya pada akhir bulan
atau akhir tahun”. 2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Laporan keuangan
diharapkan bias memberikan informasi yang berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
tingkat keuntungan Return on Investment, risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan. Elemen
pokok dari Laporan Laba Rugi terdiri dari pendapatan operasional, beban operasional, dan untung atau rugi.
3. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas mengambarkan peningkatan atau
penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang
dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. 4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan
dalam aktiva bersih, struktur keuangan termasuk likuiditas dan solvabilitas dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah
serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
Menurut IAI 2002:2.1 “ informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan
setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari
arus kas masa depan future cash flow dari berbagai perusahaan”.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan Isi dari catatan atas laporan keuangan adalah penjelasan umum
tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Catatan atas
Universitas Sumatera Utara
laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan lapran arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.
2.3 Rasio Keuangan
2.3.1 . Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemapuan perusahaan untuk
membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya, likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar
yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas. Semakin besar nilai rasio likuiditas maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan
yang pada akhirnya akan memperkecil resiko suatu perusahaan mengalami financial distress.
2.3.2. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dalam penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin efisiens
perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan sehingga mengakibatkan naiknya kinerja perusahaan.
2.3.3. Rasio Leverage Rasio Leverage menunjukkan proporsi penggunaan hutang untuk
membiayai investasinya, semakin sedikit nilai rasio leverage berarti
Universitas Sumatera Utara
kinerja perusahaan semakin bagus yang berarti bahea perusahaan dapat trehindar dari risiko mengalami kondisi financial distress.
2.3.4. Rasio cash position Rasio cash position merupakan rasio yang mengukur seberapa besar
uang kas yang tersedia untuk membayar kewajiban lancar perusahaan.
2.2.5. Rasio Pertumbuhan Penjualan Rasio Pertumbuhan Penjualan merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan ekonomi dan industri.
2.2.6 Rasio Aktivitas Menurut Ang, 1997 rasio ini menunjukkan kemmapuan serta
efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran turnover dari aktiva-aktiva.
2.4 Penelitian Terdahulu