BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Kebijaksanaan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan strategi baru dalam pelaksanaan
pemerintahan di Indonesia yang menjadikan pemberdayaan sebagai misi utama pemerintahan dan mendudukkan tugas pemerintahan itu di atas landasan
pelayanan serta semakin mendekatkan pemerintah kepada masyarakat. Perubahan undang-undang tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah
tersebut tidak terlepas dari upaya rakyat untuk mengembalikan fungsi organisasi publik pemerintahan yang selama ini berdiri diposisikan untuk melayani
kekuasaan daripada costumernya yakni rakyat.
1
Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut merupakan titik awal berjalannya otonomi daerah, dalam hal ini merupakan salah satu bentuk
reformasi pemerintahan daerah dan reformasi pengelolaan keuangan daerah di Indonesia. Pemberlakuan undang-undang otonomi daerah itu berimplikasi pada
penyelenggaraan pemerintahan yang juga mendorong peningkatan partisipasi,
1
Riantnugroho Dwijowijoto, Reinventing Indonesia: Menata Ulang Manajemen Pemerintahan untuk Membangun Indonesia Baru dengan keunggulan Global
. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001, hlm.54
Universitas Sumatera Utara
prakarsa, dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan atau keadilan di seluruh daerah.
Mengamati perjalanan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan telah diubah dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan yang terakhir dirubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dalam
implementasi undang-undang tersebut ternyata masih diliputi berbagai masalah atau kendala-kendala dalam implementasinya yang secara umum berkaitan
dengan masalah manajemen, hukum, sosial maupun berbagai kendala lainnya, baik yang bersumber dari pengelola pemerintah maupun masyarakat.
Penerapan otonomi daerah di Indonesia sebagai salah satu wujud atau bentuk reformasi dalam bidang pemerintahan tidak terlepas dari desakan untuk
melakukan perubahan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan yang selama ini bersifat sentralistis. Keadaan pemerintahan yang sentralistis tersebut telah
berdampak negatif terhadap akselerasi pertumbuhan daerah-daerah khususnya pada daerah kabupaten dan kota.
Keberagaman kondisi daerah yang memiliki karakteristik ekonomi, sosial dan budaya yang berbeda-beda, maka hal itu juga yang menyebabkan perlunya
dilakukan perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Tuntutan pemberian otonomi yang luas kepada daerah
kabupaten dan kota adalah dianggap wajar paling tidak karena dua alasan yaitu:
2
2
Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta, 2002, hlm. 4
Universitas Sumatera Utara
1. Intervensi pemerintah pusat terlalu besar di masa lalu yang telah menimbulkan
masalah rendahnya kapabilitas dan efektivitas pemerintahan daerah dalam mendorong proses pembangunan dan kehidupan demokrasi di daerah.
Besarnya peranan pemerintah pusat pada masa itu menyebabkan inisiatif dan prakarsa daerah cenderung mati sehingga pemerintah daerah seringkali
menjadikan pemenuhan peraturan sebagai tujuan dan bukan sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2. Tuntutan pemberian otonomi daerah juga muncul sebagai jawaban untuk
memasuki era new game yang membawa new rules pada semua aspek kehidupan manusia dimasa yang akan datang. Pada era seperti itu dimana
globalisasi sudah semakin meluas, maka pemerintah akan semakin kehilangan kendali pada banyak persoalan.
Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip antara lain yaitu:
3
1. Memperhatikan aspek pendewasaan demokrasi, keadilan, pemerataan serta
potensi dan keanekaragaman daerah 2.
Didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota sedang provinsi sangat terbatas.
3. Harus sesuai dengan konstitusi negara, sehingga tetap terjamin hubungan yang
serasi antara pusat dengan daerah. 4.
Harus meningkatkan kemandirian daerah otonom.
3
Afan Gaffar Syaukani dan Ryaas Rasyid, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar dan PUSKAP, Yogyakarta, 2003, hlm.8
Universitas Sumatera Utara
Salah satu perangkat daerah yang ada pada setiap daerah kabupaten dan daerah kota adalah kecamatan. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai
perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. Institusi kecamatan dalam kedudukannya sebagai perangkat daerah merupakan ujung tombak pemerintah
daerah yang membawahi kelurahan dan desa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.
Sejak di keluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, maka penyelenggaraan otonomi daerah yang sesuai dengan undang-undang tersebut
dalam subtansinya juga mengalami perubahan, namun pada esensinya tetap menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah di berikan
kewenangan mengurus dan mengatur semua unsur pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah Pusat. Daerah memiliki kewenangan membuat
kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahtraan rakyat
sejalan dengan prinsip tersebut di laksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
Implementasi kebijakan otonomi daerah tersebut mendorong terjadinya perubahan secara struktural, fungsional dan kultural dalam keseluruhan tatanan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, salah satu perubahan yang sangat esensial adalah yang berkenan dengan kedudukan, kewenangan, tugas, dan fungsi Camat.
Perubahan paradigmatik penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut, mengakibatkan pola distribusi kewenangan Camat menjadi sangat tergantung
pada pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari BupatiWalikota
Universitas Sumatera Utara
untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan penyelenggaraan pemerintahan umum, yang mempunyai implikasi langsung terhadap optimalisasi
peran dan kinerja camat dalam upaya pemenuhan pelayanan kepada masyarakat. Kecamatan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, tidak lagi merupakan satuan wilayah kekuasaan pemerintahan, melainkan sebagai satuan wilayah kerja atau pelayanan, status
kecamatan kini merupakan perangkat daerah KabupatenWalikota yang setara dengan sekretariat daerah, sekretariat DPRD, inspektorat, dinas dan badan
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 209 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yakni, “Perangkat daerah KabupatenWalikota terdiri atas sekcretariat daerah,
sekertariat DPRD, Inspektorat, Dinas, Badan, dan Kecamatan. Camat tidak lagi berkedudukan sebagai kepala wilayah kecamatan dan
sebagai alat pemerintah pusat dalam menjalankan tugas-tugas dekonsentrasi, namun telah beralih menjadi perangkat daerah yang memiliki sebagian
kewenangan otonomi daerah dan penyelenggaraan pemerintahan diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Pada pasal 225 ayat 1 Undang-Undang
23 Tahun 2014 tertuang beberapa tugas pokok dan fungsi camat, Kemudian secara rinci di jelaskan dalam Pertauran Pemerintahan Nomor 19 Tahun 2008 Tugas
Camat dalam Penyelenggaraan pemerintahan. Kecamatan Medan Johor Kota Medan merupakan wilayah kerja Camat
sebagai perangkat daerah yang dipimpin oleh Camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Camat
mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan
Universitas Sumatera Utara
oleh Walikota Medan yang dituangkan dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 56 Tahun 2010 untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah
dan melaksanakan tugas pokok. Tugas Camat menyelenggarakan fungsinya yaitu mengkoordinasikan
kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti mendorong partisipasi masyarakat, pembinaan dan pengawasan, melakukan evaluasi, tugas-tugas lain di bidang
pemberdayaan, melaporkan pelaksanaan serta kewenangan atribut yang melekat pada jabatan Camat.
Kecamatan Medan Johor Kota Medan menjadi salah satu penyelenggara pemerintahan yang memberikan pelayanan langsung maupun tidak langsung
kepada masyarakat. Sebagai salah satu sub-sistem pemerintahan di Indonesia, Kecamatan Medan Johor Kota Medan yang memiliki visi “Terwujudnya Aparatur
Pemerintahan Yang Kredibilitas dan Profesional dalam Pelayanan Prima Bagi Masyarakat Kecamatan Medan Johor” mempunyai kedudukan cukup strategis dan
memainkan peran fungsional dalam pelayanan administrasi pemerintahan pembangunan serta kemasyarakatan.
Mengingat luasnya cakupan peran, tugas pokok dan fungsi camat dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka penulis melakukan penelitian tentang
Tugas Dan Fungsi Camat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Studi Kecamatan Medan Johor.
B. Perumusan Masalah