BAB II PENGATURAN KECAMATAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS
PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MEDAN JOHOR
D. Dasar Hukum Pembentuan Kecamatan
Pemerintahan daerah di Indonesia mengalami perubahan seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,
Indonesia menggunakan sistem sentralisasi, dimana seluruh keputusan berada di pemerintahan pusat. Sistem ini dianggap tidak berhasil karena selain terjadi
ketidakseimbangan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, juga secara umum daerah perkembangannya sangat lambat karena lebih banyak menunggu
kebijaksanaan dari pemerintah. Desentralisasi dianggap sebagai sistem yang tepat diberlakukan karena
Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar sehingga urusan pemerintahan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Desentralisasi merupakan penyerahan
wewenang pemerintahan oleh kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI.
13
Beberapa alasan yang mendasari perlunya desentralisasi adalah : Sistem ini lebih efektif
karena sistem ini lebih cepat dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di daerah tanpa menunggu putusan dari pemerintah pusat.
14
1. Mendorong terjadinya partisipasi dari bawah secara lebih luas.
2. Mengakomodasi terwujudnya prinsip demokrasi.
13
RA. Kinseng, Op.Cit, hlm.7
14
Ibid, hlm.8
Universitas Sumatera Utara
3. Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang sehingga dapat
meningkatkan efisiensi. 4.
Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi daerah secara optimal. 5.
Mengakomodasi kepentingan politik. 6.
Mendorong peningkatan kualitas produk yang lebih kompetitif. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah
dilaksanakan dengan asas otonomi daerah yang artinya ialah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat, sesuai peraturan perundang- undangan. Hal ini mengandung makna bahwa urusan pemerintahan pusat menjadi
kewenangan pusat tidak mungkin dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah pusat guna kepentingan pelayanan umum pemerintahan dan
kesejahteraan rakyat di semua daerah. Apalagi kondisi geografis, sistem politik, hukum, sosial, dan budaya sangat beraneka ragam dan bercorak, di sisi lain NKRI
yang meliputi daerah-daerah kepulauan dan wilayah negara yang sangat luas. Oleh sebab itu, hal-hal mengenai urusan pemerintahan yang dapat dilaksanakan
oleh daerah itu sendiri, sangat tepat diberikan kebijakan otonomi sehingga setiap daerah akan lebih mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan dan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.
15
Pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia melalui otonomi daerah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada pemerintah daerah untuk
menjalankan pemerintahan daerah berdasarkan wewenangnya masing-masing
15
Ibid, hlm.9
Universitas Sumatera Utara
yang mana telah diatur dengan jelas dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas beberapa kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
kabupaten atau kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan. Kecamatan dibentuk di wilayah kabupatenkota dengan peraturan daerah
berpedoman pada peraturan pemerintah, pembentukan kecamatan dapat berupa pemekaran dengan menyatukan beberapa wilayah desa danatau kelurahan dari
beberapa kecamatan lain. Kecamatan sebagaimana dimaksud mempunyai kedudukan, tugas pokok dan fungsi organisasinya.
Pembentukan kecamatan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 3 Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan dinyatakan bahwa pembentukan kecamatan harus memenuhi syarat administratif, teknis,dan fisik kewilayahan.
Kedudukan Kecamatan dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagai berikut :
16
1. Daerah kabupatenkota membentuk Kecamatan dalam rangka meningkatkan
koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Desakelurahan.
16
Pasal 221 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Universitas Sumatera Utara
2. Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibentuk dengan Perda
KabupatenKota berpedoman pada peraturan pemerintah. 3.
Rancangan Perda KabupatenKota tentang pembentukan Kecamatan yang telah mendapatkan persetujuan bersama bupatiwali kota dan DPRD
kabupatenkota, sebelum ditetapkan oleh bupati wali kota disampaikan kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk
mendapat persetujuan. Kecamatan dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi
penyelenggaraan pemerintahan artinya dengan adanya Kecamatan, Camat sebagai pimpinan tertinggi di Kecamatan harus dapat mengkoordinasikan semua urusan
pemerintahan di Kecamatan, kemudian juga Camat harus memberikan pelayanan publik di Kecamatan dan juga pemberdayaan masyarakat DesaKelurahan.
Kecamatan dibentuk cukup dengan Peraturan Daerah, dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Namun Rancangan Perda tentang pembentukan
Kecamatan tersebut sebelumnya harus mendapat persetujuan bersama antara BupatiWalikota disampaikan kepada Menteri melalui Gubernur untuk mendapat
persetujuan. Pembentukan Kecamatan diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah:
17
1. Pembentukan Kecamatan sebagaimana dimaksud Pasal 221 ayat 1 harus
memenuhi persyaratan dasar, persyaratan teknis, dan persyaratan administratif.
17
Pasal 222 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Universitas Sumatera Utara
2. Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:
a. Jumlah penduduk minimal
b. Luas wilayah minimal
c. Jumlah minimal Desakelurahan yang menjadi cakupan.
d. Usia minimal Kecamatan.
3. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:
a. Kemampuan keuangan Daerah
b. Sarana dan prasarana pemerintahan.
3. Persyaratan teknis lainnya yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundangundangan. 4.
Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a.
Kesepakatan musyawarah Desa danatau keputusan forum komunikasi kelurahan atau nama lain di Kecamatan induk.
b. Kesepakatan musyawarah Desa danatau keputusan forum komunikasi
kelurahan atau nama lain di wilayah Kecamatan yang akan dibentuk. Syarat administratif pembentukan kecamatan diatur dalam PP No. 19
Tahun 2008 tentang Kecamatan sebagai berikut:
18
1. Syarat administratif pembentukan kecamatan meliputi:
a. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 lima tahun
b. Batas usia pemerintahan desa danatau kelurahan yang akan dibentuk
menjadi kecamatan minimal 5 lima tahun. c.
Keputusan badan permusyawaratan BPD atau nama lain untuk desa dan forum komunikasi kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di seluruh
wilayah kecamatan baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan
18
Pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pem\bentukan kecamatan.
d. Keputusan kepala desa atau nama lain untuk desa dan keputusan lurah atau
nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan menjadi cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk
tentang persetujuan pembentukan kecamatan. e.
Rekomendasi dengan gubernur. 2.
Syarat fisik kewilayahan diatur dalam PP No. 19 Tahun 2008 sebagai berikut:
19
a. Cakupan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 untuk daerah
kabupaten paling sedikit terdiriatas 10 desakelurahan dan untuk daerah kota paling sedikit terdiri atas 5 desakelurahan.
b. Lokasi calon ibukota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
memperhatikan aspek tata ruang,ketersediaan fasilitas, aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, kependudukan, sosial ekonomi, sosialpolitik,
dan sosial budaya. c.
Sarana dan prasarana pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi bangunan dan lahanuntuk kantor camat yang dapat digunakan
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain syarat administratif, terdapat pula syarat teknis yang diatur dalam P
No. 19 Tahun 2008 sebagai berikut:
20
1. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi:
19
Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
20
Pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
a. Jumlah penduduk
b. Luas wilayah
c. Rentang kendali penyelenggaraan pelayanan pemerintahan
d. Aktivitas perekonomian
e. Ketersediaan sarana dan prasarana.
2. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dinilai berdasarkan
hasil kajian yang dilakukanpemerintah kabupatenkota sesuai indikator sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakanbagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. Klasifikasi Kecamatan diatur pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagai berikut :
21
1. Kecamatan diklasifikasikan atas:
a. Kecamatan tipe A yang dibentuk untuk Kecamatan dengan beban kerja
yang besar. b.
Kecamatan tipe B yang dibentuk untuk Kecamatan dengan beban kerja yang kecil.
c. Penentuan beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didasarkan
pada jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah Desakelurahan. Perbedaan klasifikasi kecamatan kalau menurut Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daera yang kemudian diatur di dalam PP No 19 Tahun 2008 Struktur Organisasi Kecamatan bisa berpola Maksimal dengan
5 Kepala Seksi dan bisa berpola Minimal dengan 3 Kepala Seksi. Untuk sekarang
21
Pasal 223 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Universitas Sumatera Utara
ini Kecamatan diatur dengan klasifikasi Tipe A Kecamatan yang beban kerjanya besar dan klasifikasi Tipe B Kecamatan dengan beban kerja yang kecil.
Kecamatan Medan Johor Kota Medan termasuk Kecamatan Tipe A karena memiliki beban kerja besar.
E. Susunan dan Bagan Organisasi Kecamatan