Tabel 2.13 Rangkuman nilai statistik kuat tekan mortar
Mortar 1:3 Mortar 1:5
Mortar 1:7 Nilai maksimum kgcm
2
176,82 97,47
74,80 Batas atas kgcm
2
165,04 88,19
65,64 Rata-rata kgcm
2
145,40 78,82
53,39 Batas bawah kgcm
2
125,76 69,45
41,15 Nilai minimum kgcm
2
109,75 66,30
41,74 Jumlah data
15 12
12
Sumber : Wisnumurti, 2013
Rahayu dkk 2016 melakukan penelitian uji kuat tekan mortar dengan perbandingan 1:4, 1:5, 1:6, 1:7, dan 1:8 dengan konsistensi air
yang sesuai dan umur rata-rata kuat tekan mortar adalah 28 hari. Benda uji dibuat kubus dengan ukuran 5cm x 5cm x 5cm. Hasil pengujian
menunjukkan jumlah semen yang banyak akan menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi, dapat dilihat pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14 Rangkuman nilai statistik kuat tekan mortar Mortar 1:4 Mortar 1:5 Mortar 1:6 Mortar 1:7 Mortar 1:8
Nilai kuat tekan Nmm
2
11,13 9,17
4,73 4,8
3,33
Sumber : Rahayu dkk, 2016 Tabel 2.15 Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan
dilakukan
.
No Peneliti Tahun
Jenis penelitian
Substansi materi penelitian Terdahulu
Sekarang 1
Nur 2008
Penelitian labora-
torium Menguji sifat
fisik dan mekanis batu
bata di daerah Sumatra Barat
dengan menggunakan
peraturan ASTM C 67-03.
Menguji sifat fisik dan
mekanik batu bata di daerah
Yogyakarta dengan mengacu
SNI 15-2094- 2000.
No Peneliti
Tahun Jenis
penelitian Substansi materi penelitian
Terdahulu Sekarang
2 Indra
2012 Penelitian
labora- torium
Melakukan pengujian kuat
tekan batu bata di daerah
Payakumbu- Sumatra Barat,
mengacu pada peraturan SII-
0021-1978. Melakukan
pengujian kuat tekan batu bata
di daerah Yogyakarta,
mengacu pada peraturan SNI
15-2094-2000.
3 Elianora
dkk 2010
Penelitian labora-
torium Melakukan
pengujian karakteristik
dengan komposisi tanah
lempung : tanah lanau : Pasir.
Melakukan pengujian sifat
fisik dan mekanik dengan
dengan mengambil batu
bata secara acak di setiap penjual.
4 Huda dkk
2012 Penelitian
labora- torium
Menguji batu bata dengan
penambahan abu dengan variasi
1:0, 1:0,5, 1:1, 1,3 pengujian
kuat tekan tanpa menggunakan
pasangan mortar. Menguji batu
bata dengan mengambil batu
bata dari penjual secara acak,
dengan uji kuat tekan
menggunakan mortar.
5 Rahayu
dkk 2016
Penelitian labora-
torium Melakukan
pengujain karakteristik batu
bata dari Bali. Dengan variasi
mortar 1:4, 1:5, 1:6, 1:7, dan 1:8.
Melakukan pengujian sifat
fisik dan mekanik di
Yogyakarta dengan pasangan
mortar 1:3. Tabel 2.16 Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan
dilakukan. lanjutan 2
No Peneliti
Tahun Jenis
penelitian Substansi materi penelitian
Terdahulu Sekarang
6 Wisnumurti 2013
Penelitian labora-
torium Menguji sifat
fisik dan mekanik batu
bata di daerah Malang-Jawa
Timur dengan mengacu SNI
15-2094-1991 dan ASTM C67-
07. Menguji sifat
fisik dan mekanik batu
bata di daerah Yogyakarta
dengan mengacu SNI 15-2094-
2000. Tabel 2.17 Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan
dilakukan. lanjutan 3
20
BAB III LANDASAN TEORI
A. Batu Bata
Batu bata merupakan salah satu bahan untuk pembuatan dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah-
merahan. Definisi batu bata menurut SNI-2094-1991 merupakan unsur bahan bangunan yang digunakan untuk pembuatan konstruksi bangunan,
dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam
dalam air. Proses pembuatan batu bata dilakukan melalui beberapa tahap. 1. Cara pembuatan batu bata.
Cara pembuatan batu bata melalui beberapa tahapan, meliputi penggalian bahan mentah, pengolahan bahan, pembentukan,
pengeringan, pembakaran, pendinginan, dan pemilihan seleksi, adapun tahapan-tahapan pembuatan batu bata, yaitu sebagai berikut.
Suwardono, 2002. a. Penggalian bahan mentah.
Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya dicarikan tanah yang tidak terlalu plastis, melainkan tanah yang
mengandung sedikit pasir untuk menghindari penyusutan. Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira-kira
setebal 40-50 cm, sebelumnya tanah dibersihkan dari akar pohon, plastik, daun, dan sebagainya agar tidak ikut terbawa.
Kemudian menggali sampai ke bawah sedalam 1,5-2,5 meter atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang sudah digali
dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi. Semakin lama tanah liat disimpan, maka akan semakin baik
karena menjadi lapuk. Tahap tersebut dimaksudkan untuk membusukkan organisme yang ada dalam tanah liat.
b. Pengolahan bahan mentah. Tanah liat sebelum dibuat batu bata merah harus dicampur
secara merata yang disebut dengan pekerjaan pelumatan dengan menambahkan sedikit air. Air yang digunakan dalam proses
pembuatan batu bata harus air bersih, air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di dalam air, seperti garam dapur, air
yang digunakan kira-kira 20 dari bahan-bahan yang lainnya, pelumatan bisa dilakukan dengan kaki atau diaduk dengan
tangan. Bahan campuran yang ditambahkan pada saat pengolahan harus benar-benar menyatu dengan tanah liat secara
merata. Bahan mentah yang sudah jadi ini sebelum di bentuk dengan cetakan, terlebih dahulu dibiarkan selama 2 sampai 3
hari dengan tujuan memberi kesempatan partikel-partikel tanah liat untuk menyerap air agar menjadi lebih stabil, sehingga
apabila dibentuk akan terjadi penyusutan yang merata. c. Pembentukan batu bata.
Bahan mentah yang telah dibiarkan 2-3 hari dan sudah mempunyai sifat plastisitas sesuai rencana, kemudian dibentuk dengan alat
cetak yang terbuat dari kayu atau kaca sesuai ukuran standar SNI S-04-1989-F atau SII-0021-78. Agar tanah liat tidak
menempel pada cetakan, maka cetakan kayu atau kaca tersebut dibasahi air terlebih dahulu. Lantai dasar pencetakan batu bata
merah permukaannya harus rata dan ditaburi abu. Langkah awal pencetakan batu bata yaitu letakkan cetakan pada lantai dasar
pencetakan, kemudian tanah liat yang telah siap ditaruh pada bingkai cetakan dengan tangan sambil ditekan-tekan sampai
tanah liat memenuhi segala sudut ruangan pada bingkai cetakan, selanjutnya cetakan diangkat dan batu bata mentah
hasil dari cetakan dibiarkan begitu saja agar terkena sinar matahari. Batu bata mentah tersebut kemudian dikumpulkan
pada tempat yang terlindung untuk diangin-anginkan.