PENDAHULUAN PERBEDAAN PERILAKU BULLYING DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN Perbedaan Perilaku Bullying Di Tinjau Dari Jenis Kelamin.

2

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah Yusuf Fahrudin, 2012. Perilaku remaja sangat di pengaruhi oleh lingkungan sekitar, terutama ketika di sekolah remaja yang minim pengawasan berperilaku tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku. Murid-murid sekolah berani melanggar peraturan sekolah yang berkaitan dengan disiplin seperti; merokok, minum alkohol, merusak fasilitas sekolah, mencuri, berkelahi, bolos sekolah, menganggu pelajaran di kelas, tidak mematuhi arahan guru bahkan membullying kawan sekelas atau adik kelas Yusuf Fahrudin, 2012. Levianti 2008 salah satu perilaku negatif yang potensial untuk ditiru siswa adalah bullying. Bullying merupakan tindakan menyakiti orang lain yang lebih lemah, baik menyakiti secara fisik, kata-kata, ataupun perasaannya. Bullying berpeluang besar untuk ditiru karena perilaku negatif ini banyak dilakukan oleh siswa. Siswa cenderung melakukan bullying setelah mereka sendiri pernah disakiti oleh orang yang lebih kuat, misalnya oleh orang tua, kakak kandung, kakak kelas, ataupun teman sebaya yang lebih dominan. Jika jumlah siswa yang melakukan bullying banyak, atau bullying dilakukan oleh siswa yang berpengaruh di kelas, maka siswa lain kemungkinan besar akan ikut melakukan bullying juga, atau setidaknya menganggap bullying sebagai hal wajar. Fenomena bullying telah menjadi bagian dari dinamika sekolah. Umumnya orang lebih mengenalnya dengan istilah- istilah seperti “penggencetan”, “pemalakan”, “dikucilkan”, intimidasi dan lain-lain. Istilah bullying sendiri memiliki makna lebih luas, mencakup berbagai bentuk penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti orang lain, sehingga korban merasa tertekan trauma dan tidak berdaya dalam Damantari, 2011. Kasus bullying juga terjadi pada siswi SD. Nurul Fatimah, seorang siswi Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Negeri MIN setingkat SD Keunaloi, Kecamatan 3 Seulimum, Kabupaten Aceh Besar meninggal setelah dirawat di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin Banda Aceh. Dia meninggal setelah diduga dianiaya teman temannya di dalam ruang kelas MIN Keunaloi pada Rabu 16 September 2015. Nurul baru menceritakan penyiksaan saat dirawat di Puskesmas atas desakan tetangga yang membesuknya. Tangannya dipelintir dan dicekik dengan jilbab, ujar Dian Sikha, kakak kandung Nurul Fatimah di rumah duka, Selasa 2992015. Nurul Fatimah menghembuskan napas terakhir pada Sabtu 26 September 2015 malam dalam perawatan intensif Phagta, 2015. Sekolah memiliki pengaruh yang besar bagi anak-anak dan remaja. Pengaruh sekolah sekarang ini lebih kuat di bandingkan pada generasi-generasi sebelumnya karena lebih banyak individu yang lebih lama menghabiskan waktunya di sekolah. Peran lingkungan sosial di harapkan mampu menanamkan nilai-nilai positif dan memberikan pembekalan religius kepada anak-anak dan remaja. Peneliti telah melakukan wawancara pada guru BK Bimbingan Konseling di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta pada hari Kamis, 28 April 2016. Berdasarkan hasil wawancara pada guru BK menyebutkan bahwa : Ada beberapa siswa yang melakukan tindakan bullying dan biasanya siswa kelas VIII yang melakukan tindakan tersebut. Siswa kelas VIII lebih sering melakukan perilaku bullying seperti mendorong, melabrak adik tingkat, memaki, mengejek, bahkan menendang, di karenakan sudah lebih akrab dengan teman- temannya dan sudah mengenal lingkungan sekolah, sehingga menjadikan siswa mudah berlaku semena-mena terhadap teman sebayanya yang di anggapnya lebih lemah maupun adik tingkatnya, karena mereka menganggap dirinya lebih senior. Awal tahun 2016, siswa kelas VIII berinisial B berjenis kelamin laki-laki telah melakukan tindak bullying secara fisik terhadap teman sebayanya berinisial A berjenis kelamin laki-laki pada waktu istirahat sekolah. Kejadian ini bermula ketika siswa B memanggil teman sekelasnya dengan nama ejekan, awalnya hanya bercanda namun ejekan tersebut berujung pada perilaku saling mendorong dan berujung pada perkelahian yang mengakibatkan siswa A mengalami luka memar di bagian tangan akibat benturan meja. Menurut data yang ada, siswa kelas VII 4 belum di temukan yang melakukan perilaku bullying terhadap teman sebaya karena mayoritas siswa kelas VII mesih mentaati peraturan yang berlaku di sekolah dan masih takut berurusan dengan guru BK, selain itu siswa kelas VII masih menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Kemudian hasil wawancara yang di lakukan oleh peneliti di dapatkan data bahwa di kelas IX setidaknya ada tiga siswa berjenis kelamin perempuan yang sering menjadi pelaku bullying., karena memiliki huruf depan yang sama pada masing-masing namanya, maka ketiga siswi ini menyebut dirinya dengan sebutan 3N. Pada awal tahun 2016 ketiga siswi ini terlibat pertengkaran dengan siswi kelas lain yang berisial B. Awalnya mereka hanya adu mulut, saling mengejek satu sama lain, tetapi karena tidak terima akhirnya siswi B membalas ejekan tersebut dan terjadi pertengkaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi seorang anak menjadi pelaku bullying. Faktor-faktor tersebut termasuk faktor biologi dan temperamen, pengaruh keluarga, teman, dan lingkungan. Penelitian membuktikan bahwa gabungan faktor individu, sosial, resiko lingkungan, dan perlindungan berinteraksi dalam menentukan etiologi perilaku bullying Verlinden, dalam Levianti 2008. Perilaku ini selain di dasari oleh faktor lingkungan juga di pengaruhi oleh faktor lain seperti jenis kelamin. Menurut Hayniedkk Egan 2010 dalam Damantari,2011 bullying dan victimization lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Hal yang sama juga di sebutkan bahwa perilaku bullying lebih menonjol terjadi pada kalangan laki-laki daripada perempuan. Salmivalli dalam Hoisko dkk, 2010 mengatakan bullying merupakan sub tipe perilaku agresif, dimana seorang individu atau kelompok individu secara berulang-ulang menyerang, menghina, danatau mengesampingkan seseorang yang relatif tak berdaya. Kriteria pengulangan, niat, dan ketidakseimbangan kekuatan sistematik menjadikan bullying bentuk agresi yang sangat tidak di harapkan. Bullying memiliki banyak bentuk, mulai dari gangguan fisik langsung bullying fisik; hingga ejekan verballisan dan ancaman verbal bullying verballisan; belum lagi penghinaan, dan penyebaran rumor bullying relasional atau sosial; hingga gangguan elektronik menggunakan pesan teks, e-mail, atau 5 media online cyberbullying. Meskipun bullying fisik dan cyberbullying sering mendapat perhatian besar, bullying sosial dan verbal merupakan bentuk yang lebih umum yang dialami siswa Hymel Swearer, 2015. Bullying bisa di dasarkan pada ras, agama, atau budaya, jenis kelamin, seksualitas, atau disabilitas remaja Geldard, 2012. Komponen-komponen yang mempengaruhi perilaku bullying di antaranya pelaku bullying, Korban atau Victim dan Partisipan atau Bystander Stephenson dan Smith dalam Trevi, 2010. Verlinden dalam Levianti, 2008 menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku bullying terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal yang meliputi individu pembully, korban bullying dan faktor ekstenal keluarga, teman sebaya.

2. METODE PENELITIAN