Perbedaan Depresi Ditinjau Dari Kategori Bullying Dan Jenis Kelamin Pada Remaja Awal

(1)

PERBEDAAN DEPRESI DITINJAU DARI KATEGORI BULLYING

DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

VERA SONIA

051301131

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2008/2009


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Perbedaan Depresi Ditinjau dari Kategori Bullying dan Jenis Kelamin pada Remaja Awal

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2009

VERA SONIA NIM 051301131


(3)

Perbedaan Depresi Ditinjau dari Kategori Bullying dan Jenis Kelamin pada Remaja Awal

Vera Sonia dan Lili Garliah

ABSTRAK

Fenomena depresi akibat perilaku bullying dan korban bullying sering dialami oleh remaja. Depresi adalah gangguan emosi yang ditandai dengan perasaan sedih dan muram yang terkait dengan gejala-gejala kognitif, fisik, dan interpersonal. Saat ini, perilaku bullying sering terjadi di sekolah. Bullying merupakan salah satu kejadian hidup yang buruk yang berhubungan dengan peningkatan simptom-simptom depresi (Craig dkk, dalam Hjemdal, 2007). Oleh karena itu, peneliti bermaksud melihat depresi yang dialami remaja putra dan remaja putri yang terlibat dalam perilaku bullying : baik sebagai pelaku, korban ataupun pelaku yang pernah menjadi korban perilaku bullying. Desain penelitian ini adalah factorial design yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan depresi ditinjau dari kategori bullying dan jenis kelamin pada remaja awal.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 90 murid perempuan dan 124 murid laki-laki yang bersekolah di SMP pada Kecamatan Medan Petisah. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cluster sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua buah skala yaitu skala perilaku bullying yang diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti dari The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire dan skala depresi yang diadaptasi dan dimodifikasi pada penelitian sebelumnya (Zahra, 2003) dari Center for Epidemiological Studies-Depression Scale. Skala perilaku bullying memiliki nilai reliabilitas (rxx)=0.610, 0.686, 0.576, 0.536 dan nilai reliabilitas

skala depresi α =0.851.

Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan teknik ANOVA dua arah menunjukkan variabel kategori bullying (bullies, victim, dan bully victim) dan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) menunjukkan efek interaksi yang signifikan terhadap depresi dengan nilai F (2,214) = 6.089, p = 0.003. Variabel kategori bullying juga menunjukkan efek yang signifikan terhadap depresi dengan nilai F (2,214) = 4.250, p = 0.016, dengan perbedaan depresi yang signifikan pada subjek yang tergolong bullies dan bully victim, tetapi tidak ditemukan efek yang signifikan dari variabel jenis kelamin terhadap depresi dengan nilai F (1,214) = 0.868, p = 0.353.


(4)

Perbedaan Depresi Ditinjau dari Kategori Bullying dan Jenis Kelamin pada Remaja Awal

Vera Sonia dan Lili Garliah

ABSTRACT

Depression phenomenon caused by bullying and victimization often happened in adolescents phase. Depression is emotional disorder marked by sad and gloomy feelings that related to cognitive, physic and interpersonal symptoms.Nowadays, bullying among students at school is a ever-growing problem. Bullying is negative live events that related to the development of depressive symptoms. Therefore, researcher intend to investigate depressive symptoms in boy and girl adolescents who involve in bullying behavior either as bullies, victim, or bully victim. This research use factorial design which aimed to find the depression difference based on bullying categorization and sex in early adolescents.

Aproximately equal numbers of males and female students (N= 90 and 124 respectively) were clustered selected among students in Medan Petisah District. Bullying involvement assessed through bullying behavior scale which was adapt and modify by researcher from The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire and depression assessed through depression scale which has been adapted and modified by current researcher (Zahra, 2003) from Center for Epidemiological Studies-Depression Scale. The reliability value of bullying behavior scale are (rxx)=0.610, 0.686, 0.576,

0.536 while the reliability value of depression scale is α =0.851.

This result yielded two-way ANOVA which indicated there was significant interaction effect F (2,214) = 6.089, p = 0.003 between bullying categorization (bullies, victim, and bully victim) and sex (male and female) toward depression and significant main effect F (2,214) = 4.250, p = 0.016 between bullying categorization (bullies, victim, and bully victim) toward depression with significant difference among bullies and bully victim. There was, however no significant main effect F (1,214) = 0.868, p = 0.353 between sex (male and female) toward depression.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Depresi Ditinjau dari Kategori Bullying dan Jenis Kelamin pada Remaja Awal” ini. Skripsi ini diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Pembuatan skripsi ini merupakan pengalaman pertama penulis, sehingga penulis mohon maaf jika sekiranya dalam skripsi ini terdapat kejanggalan-kejanggalan, baik isi maupun cara penulisannya, yang masih banyak terdapat kesalahan.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak. Bantuan yang diberikan sangat penulis hargai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Kedua orang tua penulis yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih atas segala kasih sayang, cinta dan dukungan yang telah diberikan. Semua ini penulis lakukan hanya untuk membahagiakan keduanya dan keluarga. Buat Kent, satu-satunya adik penulis yang cuek tapi diam-diam memberikan dukungan. Terima kasih banyak atas doanya.

3. Ibu Lili Garliah, M.Si selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih banyak atas arahan dan bimbingan yang Ibu berikan.. Terima kasih kepada Ibu yang


(6)

telah banyak bersabar dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ibu juga selalu menenangkan dan mendukung penulis ketika penulis menemui kesulitan.

4. Ibu Desvi Yanti Mukhtar, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik penulis. Terima kasih atas arahan dan masukan serta perhatiannya. Kepada Ibu Etty... yang telah memberikan arahan kepada penulis dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada seluruh dosen pengajar di Fakultas Psikologi, terima kasih atas ilmu yang telah kalian berikan kepada penulis.Tanpa kalian semua penulis bukanlah apa-apa. Terima kasih kepada kak Ade, kak Ari, kak Devi, Pak Aswan, Pak Iskandar yang telah membantu penulis.

6. Kepada sahabat-sahabatku Beibeh, yang selalu mendukungku, bercanda dan bersemangat membuat rencana untuk wisuda bersama. Hui Ing, Panda, Cia2 yang selalu menambah pengetahuanku dengan berbagi informasi dan pertanyaan-pertanyaan yang aneh-aneh. Mother Ju yang telah mendengar keluh kesah dan membantu menyebarkan skala. Dan Mayang pastinya yang telah menemaniku berkeliling dari satu sekolah ke sekolah yang lain untuk mendapat izin penelitian dan melakukan penelitian. Terima kasih banyak sahabat-sahabatku, tanpa dukungan, semangat dan celaan positif kalian skripsi ini tidak akan selesai pada waktunya. Buat teman-teman seperjuangan Ezra yang banyak bertukar pikiran dengan penulis, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.


(7)

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara semua. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi rekan-rekan semua.

Medan , Juni 2009


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR DIAGRAM ...xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI...13

A. Remaja...13

1. Defenisi Remaja ...13

2. Ciri-ciri Remaja...14


(9)

1. Definisi Bullying...17

2. Kategori Bullying...18

3. Pengukuran Perilaku Bullying...21

C. Depresi... 21

1. Pengukuran Depresi ... 23

D. Jenis Kelamin, Bullying dan Depresi ...24

E. Hipotesa Penelitian ...27

BAB III. METODE PENELITIAN...28

A. Rancangan Penelitian ...28

B. Identifikasi Variabel ... 28

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 29

1. Depresi... 29

2. Bullying... 30

3. Jenis Kelamin ... 30

D. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel...30

1. Karakteristik Subjek Penelitian...31

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 31

3. Jumlah Sampel Penelitian ...32

E. Instrumen/Alat Ukur yang Digunakan ... 32

1. Skala Perilaku Bullying...33


(10)

3. Validitas dan Reliabilitas... 38

4. Hasil Uji Coba Alat ukur ... 39

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 40

1. Tahap Persiapan Penelitian... 40

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 42

3. Tahap Pengolahan Data ... 42

H. Metode Analisa Data ... 43

1. Uji Normalitas ... 43

2. Uji Homogenitas... 43

3. Uji ANOVA dua arah ... 43

4. Uji Chi-Square... 44

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 45

B. Hasil Penelitian ... 46

1. Hasil Uji Asumsi ... 47

2. Hasil Uji Analisa Data... 47

3. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Mean Empirik dan Mean Hipotetik ... 52

4. Kategorisasi Skor Depresi ... 52

5. Hasil Tambahan... 53


(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 65

1. Saran Metodologis... 65

2. Saran Praktis ... 66

DAFTAR PUSTAKA ...67 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR DIAGRAM


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : 3 x 2 factorial design...47

Tabel 2 : Distribusi aitem-aitem skala depresi sebelum diadaptasi...50

Tabel 3 : Distribusi aitem-aitem skala depresi setelah penambahan aitem...53

Tabel 4 : Distribusi aitem-aitem skala depresi setelah uji coba pada penelitian sebelumnya ...54

Tabel 5 : Distribusi aitem-aitem skala depresi yang digunakan saat penelitian...55

Tabel 6 : Gambaran hasil utama penelitian...56

Tabel 7 : Gambaran mean depresi berdasarkan kategori bullying...59

Tabel 8 : Gambaran mean depresi berdasarkan jenis kelamin...60

Tabel 9 : Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik...61

Tabel 10 : Kategorisasi Skor Depresi...62

Tabel 11 : Gambaran signifikansi aspek-aspek Depresi berdasarkan Kategori Bullying dan Jenis Kelamin...63


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Gambaran Subjek Penelitian Lampiran B : Reliabilitas

Lampiran C : Skala Penelitian Lampiran D : Data Hasil Penelitian


(15)

Perbedaan Depresi Ditinjau dari Kategori Bullying dan Jenis Kelamin pada Remaja Awal

Vera Sonia dan Lili Garliah

ABSTRAK

Fenomena depresi akibat perilaku bullying dan korban bullying sering dialami oleh remaja. Depresi adalah gangguan emosi yang ditandai dengan perasaan sedih dan muram yang terkait dengan gejala-gejala kognitif, fisik, dan interpersonal. Saat ini, perilaku bullying sering terjadi di sekolah. Bullying merupakan salah satu kejadian hidup yang buruk yang berhubungan dengan peningkatan simptom-simptom depresi (Craig dkk, dalam Hjemdal, 2007). Oleh karena itu, peneliti bermaksud melihat depresi yang dialami remaja putra dan remaja putri yang terlibat dalam perilaku bullying : baik sebagai pelaku, korban ataupun pelaku yang pernah menjadi korban perilaku bullying. Desain penelitian ini adalah factorial design yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan depresi ditinjau dari kategori bullying dan jenis kelamin pada remaja awal.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 90 murid perempuan dan 124 murid laki-laki yang bersekolah di SMP pada Kecamatan Medan Petisah. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cluster sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua buah skala yaitu skala perilaku bullying yang diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti dari The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire dan skala depresi yang diadaptasi dan dimodifikasi pada penelitian sebelumnya (Zahra, 2003) dari Center for Epidemiological Studies-Depression Scale. Skala perilaku bullying memiliki nilai reliabilitas (rxx)=0.610, 0.686, 0.576, 0.536 dan nilai reliabilitas

skala depresi α =0.851.

Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan teknik ANOVA dua arah menunjukkan variabel kategori bullying (bullies, victim, dan bully victim) dan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) menunjukkan efek interaksi yang signifikan terhadap depresi dengan nilai F (2,214) = 6.089, p = 0.003. Variabel kategori bullying juga menunjukkan efek yang signifikan terhadap depresi dengan nilai F (2,214) = 4.250, p = 0.016, dengan perbedaan depresi yang signifikan pada subjek yang tergolong bullies dan bully victim, tetapi tidak ditemukan efek yang signifikan dari variabel jenis kelamin terhadap depresi dengan nilai F (1,214) = 0.868, p = 0.353.


(16)

Perbedaan Depresi Ditinjau dari Kategori Bullying dan Jenis Kelamin pada Remaja Awal

Vera Sonia dan Lili Garliah

ABSTRACT

Depression phenomenon caused by bullying and victimization often happened in adolescents phase. Depression is emotional disorder marked by sad and gloomy feelings that related to cognitive, physic and interpersonal symptoms.Nowadays, bullying among students at school is a ever-growing problem. Bullying is negative live events that related to the development of depressive symptoms. Therefore, researcher intend to investigate depressive symptoms in boy and girl adolescents who involve in bullying behavior either as bullies, victim, or bully victim. This research use factorial design which aimed to find the depression difference based on bullying categorization and sex in early adolescents.

Aproximately equal numbers of males and female students (N= 90 and 124 respectively) were clustered selected among students in Medan Petisah District. Bullying involvement assessed through bullying behavior scale which was adapt and modify by researcher from The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire and depression assessed through depression scale which has been adapted and modified by current researcher (Zahra, 2003) from Center for Epidemiological Studies-Depression Scale. The reliability value of bullying behavior scale are (rxx)=0.610, 0.686, 0.576,

0.536 while the reliability value of depression scale is α =0.851.

This result yielded two-way ANOVA which indicated there was significant interaction effect F (2,214) = 6.089, p = 0.003 between bullying categorization (bullies, victim, and bully victim) and sex (male and female) toward depression and significant main effect F (2,214) = 4.250, p = 0.016 between bullying categorization (bullies, victim, and bully victim) toward depression with significant difference among bullies and bully victim. There was, however no significant main effect F (1,214) = 0.868, p = 0.353 between sex (male and female) toward depression.


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada diri baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Pada masa transisi tersebut, remaja cenderung melepaskan ikatan dari orang tua dan beralih pada teman sebaya untuk bersosialisasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Chang dkk (dalam Sun & Hui, 2006) yang mengemukakan bahwa persahabatan pada remaja sangat penting bagi kehidupan sosial mereka dan dukungan teman sebaya merupakan faktor penting yang berkontribusi pada kepuasan dalam hidup mereka, dan kegagalan dalam memperoleh dukungan teman sebaya dan juga dukungan keluarga merupakan faktor utama yang menyebabkan perasaan tidak berharga, perasaan tidak berdaya, simptom depresi dan pada akhirnya ide untuk bunuh diri pada remaja (Harter dkk, dalam Sun & Hui, 2006). Remaja-remaja tersebut dituntut untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya yang memiliki karakter yang berbeda sehingga ada kemungkinan remaja terpengaruh dengan teman sebayanya yang agresif dan terlibat dalam perilaku agresif sebagai cara untuk memperoleh pengakuan dari teman sebayanya. atau malah menjadi korban perilaku agresif teman sebayanya karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam kelompoknya yang akhirnya berdampak


(18)

Depresi adalah perasaan sedih, frustrasi, dan keputusasaan dalam hidup yang disertai hilangnya kesenangan dalam aktivitas dan gangguan tidur, selera makan, konsentrasi dan energi yang juga merupakan masalah psikologis yang paling umum terjadi pada remaja (dalam Berk, 2000). Sebenarnya, depresi merupakan gejala yang wajar sebagai respon normal terhadap pengalaman hidup negatif, seperti kehilangan anggota keluarga, benda berharga atau status sosial, pelecehan atau kekerasan yang dialami seseorang. Dengan demikian, depresi dapat dipandang sebagai suatu kontinum yang bergerak dari depresi normal sampai depresi klinis (Caron & Butcher, dalam Aditomo & Retnowati, 2004).

Menurut perspektif perkembangan, depresi mulai banyak muncul pada masa remaja. Studi-studi epidemologis menunjukkan bahwa angka prevalensi depresi untuk anak-anak adalah 2,5 persen dan meningkat menjadi 8,3 persen untuk remaja (Carr, dalam Aditomo & Retnowati, 2004). Bila depresi ringan juga diperhitungkan, angka prevalensi ini meningkat sampai 25 persen (Steinberg, dalam Aditomo & Retnowati, 2004). Pada penelitian lain disebutkan sekitar 15 sampai 20 persen remaja mengalami satu atau lebih episode major depressive, diantaranya 2 sampai 8 persen mengalami depresi kronis seperti murung dan kritik diri untuk beberapa bulan sampai beberapa tahun (Birmaher & Kessler dkk, dalam Berk, 2000). Simptom-simptom depresi tersebut dapat mengganggu kemampuan remaja untuk beraktivitas secara efektif yang kemudian berdampak negatif pada kesehatan fisik, psikologis dan kesejahteraannya.

Perubahan-perubahan biologis dan kognitif pada remaja seperti pubertas, persepsi terhadap gambaran tubuh dan proses pendewasaan, terutama pada remaja putri


(19)

yang lebih cepat memiliki konsekuensi depresi yang lebih tinggi daripada remaja putra. Menurut Kessler dkk (dalam Galambos, Leadbeater, & Barker, 2004) terdapat perbedaan simptom depresi dan major depressive episode selama perkembangan hidup laki-laki dan perempuan, dengan perempuan menunjukkan depresi yang lebih tinggi daripada laki-laki ketika dimulainya masa remaja. Remaja putri, terutama yang lebih cepat mengalami proses kedewasaan menjadi subjek pengalaman depresi (Birmaher dkk, dalam Papalia, 2004). Perbedaan depresi berdasarkan jenis kelamin ini berhubungan dengan perubahan biologis yang dikaitkan dengan pubertas dan cara remaja putri tersebut bersosialisasi (Birmaher dkk, dalam Papalia, 2004) dan tingkat kerentanan yang lebih besar terhadap stres dalam hubungan sosial (Ge dkk, dalam Papalia, 2004).

Angka prevalensi depresi remaja di Indonesia belum teridentifikasi secara teliti. Meski demikian, depresi terlihat manifestasinya dalam bentuk penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, alkohol (substance abuse), perilaku merusak atau agresif (seperti tawuran pelajar dan kekerasan di sekolah), penurunan prestasi belajar, dan lain-lain. Di Indonesia, narkoba dan tawuran pelajar sudah menjadi persoalan yang serius. Berbagai kasus narkoba dan tawuran pelajar yang terjadi hingga saat ini kebanyakan pun melibatkan remaja sebagai pelaku dan korban. Oleh karena itu, maraknya kasus narkoba dan kenakalan remaja di Indonesia dapat menjadi indikasi tingginya tingkat depresi terselubung pada remaja. Jadi, dapat disimpulkan bahwa depresi pada remaja adalah persoalan yang serius, dengan dampak kesehatan dan ekonomi publik yang luas. Sayangnya, remaja yang depresi seringkali tidak mendapat pertolongan yang memadai


(20)

atau bahkan tidak terdeteksi oleh keluarga dan lingkungan. Tanda-tanda gangguan depresi pada anak muda sering dipandang sebagai gejolak emosional yang wajar pada tahap perkembangan tersebut. Padahal, diagnosis dan perawatan sejak awal terhadap depresi amatlah penting untuk perkembangan emosi, sosial, dan perilaku penderitanya.

Terkait dengan identifikasi depresi pada remaja, diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan atau merupakan predisposisi gangguan depresi. Para peneliti mempercayai bahwa depresi disebabkan oleh berbagai kombinasi faktor biologis dan lingkungan. Faktor biologis seperti gen dapat meningkatkan depresi dengan pengaruhnya pada keseimbangan neurotransmitter pada otak, perkembangan pada bagian otak yang meliputi pencegahan emosi negatif atau respon hormonal tubuh terhadap stress (Cicchetti & Toth, dalam Berk, 2000). Sementara itu, faktor psikososial yaitu keluarga, teman sebaya, sekolah, pengalaman hidup yang negatif dan faktor psikologis lainnya juga berpengaruh pada depresi.

Perilaku bullying merupakan kejadian yang menimbulkan tekanan dan salah satu pengalaman hidup negatif yang diakibatkan oleh hubungan sosial yang timpang adalah motif seorang remaja rentan terhadap gejala depresi. Hal ini sejalan dengan pendapat Davis (2005) yang menyebutkan bahwa perilaku bullying disebutkan sebagai faktor resiko berkembangnya depresi pada korban dan pelaku perilaku bullying. Perilaku bullying dapat didefinisikan sebagai bentuk perilaku agresi yang dilakukan dengan sengaja, terus-menerus dan melibatkan target khusus yaitu anak lain yang lebih lemah dan mudah diserang (Papalia, 2004). Sebenarnya setiap orang kemungkinan pernah melakukan perilaku bullying terhadap orang lain, tetapi dalam frekuensi yang


(21)

berbeda-beda. Oleh karena itu, perilaku bullying juga merupakan perilaku yang berada dalam suatu kontinum yang dimulai dari tingkatan ringan sampai tingkatan berat (Espelage, dalam Pelligrini & Bartini, 1999). Artinya, ada anak yang melakukan perilaku bullying dalam tingkat yang rendah dan ada pula yang melakukannya pada tingkat yang tinggi yang dapat mengganggu korban dan meresahkan berbagai pihak yang terkait.

Menurut konteksnya, perilaku bullying dapat terjadi pada berbagai tempat, mulai dari lingkungan pendidikan atau sekolah, tempat kerja, rumah, lingkungan tetangga, tempat bermain, dan lain-lain. Pendidikan merupakan salah satu metode formal yang ditempuh oleh anak guna memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan moral. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan seharusnya merupakan tempat yang sehat, kondusif dan aman dimana anak-anak dapat bereksplorasi dan mengembangkan diri. Namun pada saat ini lingkungan pendidikan telah banyak terjadi berbagai perilaku dan aksi kekerasan yang mengkhawatirkan. Salah satu aksi kekerasan yang paling sering terjadi adalah perilaku bullying. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Negara lainnya mengungkapkan saat ini bullying merupakan bentuk kekerasan yang umum dan potensial diantara anak-anak sekolah. Hal ini diperjelas dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa 1 dari 10 anak sekolah melaporkan telah menjadi korban perilaku bullying untuk setiap minggunya (dalam Kaltiala-Heino dkk, 1999). Perilaku kekerasan ini tidak hanya merugikan korban dan pelaku, tetapi juga mempengaruhi iklim di sekolah yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai kemampuannya.


(22)

Prevalensi perilaku bullying yang meningkat dari tahun ke tahun telah menimbulkan kerusakan atau kerugian yang besar. Hal ini dapat terjadi karena perilaku bullying sering diremehkan oleh anak-anak dan orang dewasa. Selain itu juga dibebani dengan perilaku bullying yang tidak dapat diberikan intervensi seperti mediasi yang dapat secara efektif mengurangi konflik diantara anak-anak dikarenakan pelecehan yang dilakukan oleh anak yang lebih kuat terhadap anak yang lebih lemah (Limber, dalam Crawford, 2002). Di samping itu, juga terdapat pemahaman oleh sebagian orang bahwa perilaku bullying merupakan suatu usaha dalam memberi pelajaran (Oliver, Hoover, and Hazler, dalam Milsom & Gallo, 2006). Oleh karena itu, perilaku bullying perlu diteliti guna mengenali gejala dan dampaknya serta memahami tindakan pencegahan ataupun strategi dalam mengurangi perilaku bullying, khususnya di sekolah.

Aksi kekerasan bullying ini biasanya berawal dari kanak-kanak, yang mana pada masa ini anak-anak dituntut untuk menyesuaikan diri dengan teman sebayanya. Berdasarkan penelitian sebelumnya, dikemukakan prevalensi perilaku bullying menurun terus ketika seorang anak menapaki masa sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas (Steinman & Carlyle, 2007) tetapi pada penelitian lain disebutkan bahwa perilaku bullying paling sering muncul pada kelas 6 hingga kelas 8 (yang termasuk dalam sekolah menengah pertama). Menurut Cairns & Cairns (1986) masa remaja awal merupakan masa yang penting dalam membahas perilaku bullying karena masa remaja merupakan masa dimana agresivitas fisik meningkat secara frekuensi dan intensitas yang kemudian sering disebut masa “brutal”. Sementara itu, penelitian (dalam Unnever & Cornell, 2004) juga menyebutkan bahwa pelaporan perilaku bullying lebih banyak


(23)

dilakukan oleh perempuan dan anak-anak dengan tingkat kelas yang lebih rendah daripada laki-laki dan anak dari tingkat kelas yang tinggi. Hal ini ditambah dengan hasil penelitian lain yang juga mengemukakan anak-anak pada tingkat kelas yang lebih rendah lebih banyak mencari bantuan daripada anak-anak pada tingkat kelas yang lebih tinggi (dalam Williams & Cornell, 2006). Hasil penemuan sebelumnya konsisten dengan perkembangan remaja yang berorientasi pada kemandirian dan fungsi otonomi (Newman dkk, dalam Williams & Cornell, 2006). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa anak yang lebih kecil memiliki kemungkinan mendapat intervensi perilaku bullying yang dialaminya sehingga pada remaja awal memiliki kemungkinan lebih sering menjadi subjek yang terlibat dalam perilaku bullying yang akhirnya menjadi perhatian pada penelitian ini.

Perilaku merusak atau aksi kekerasan di sekolah sudah menjadi persoalan yang serius. Penindasan yang dilakukan oleh murid ke murid, atau guru ke murid umum terjadi di Indonesia. Kejadian anak mogok sekolah, perploncoan siswa baru, sampai pada kenakalan remaja seperti maraknya geng motor erat hubungannya dengan aksi bullying. Di Indonesia kejadian bullying akhirnya mencuat setelah terdapat korban-korban yang meninggal. Sayangnya data survei secara nasional mengenai prevalensi bullying di Indonesia tidak dapat ditemukan. Beberapa hasil penelitian, misalnya yang dilakukan unit PKPM (Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat) Universitas Atma Jaya didanai UNICEF (United Nations Children’s Fund) melakukan survei intensif terhadap ratusan anak SD dan SLTP di Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara dari Desember 2005 hingga Maret 2006. Sebagian responden mengaku pernah mengalami


(24)

penindasan dalam berbagai variasi di sekolah. Banyak anak tercatat mengalami gangguan psikologis, bahkan mengarah pada gangguan patologis. Anak-anak ini, sering merasa cemas. Mereka juga kerap dilanda ketakutan memperoleh hukuman, merasa teraniaya, atau depresi. Sebagian mengalami perasaan rendah diri dan tidak berarti dalam lingkungannya. Sebagian menjadi sosok pencuriga. Perilaku yang cukup parah yang dialami salah satu korban bullying adalah gejala-gejala schizophrenia alias gangguan jiwa akut. Selain itu, ia mulai kehilangan kontak dengan realitas. Karena perilaku bullying merupakan suatu perilaku yang berada dalam suatu kontinum, sehingga perilaku yang masih berada dalam frekuensi rendah mungkin tidak akan menimbulkan kekhawatirkan dan dampak yang serius karena kemungkinan hanya gurauan saja yang tidak menyakitkan korban. Namun, jika perilaku bullying telah dilakukan dalam frekuensi yang tinggi sudah pasti mengakibatkan keresahan dan diperlukan berbagai tindakan preventif ataupun intervensi dari berbagai pihak yang terkait. Dampak yang diakibatkan perilaku bullying tidak hanya berlaku untuk korbannya, tetapi juga pelakunya. Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh perilaku bullying yaitu berbagai masalah psikososial, perilaku, psikologis dan simptom psikosomatis serta kesehatan yang akan berdampak dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Houbre dkk (dalam Houbre dkk, 2006) secara natural, perilaku bullying berdampak pada pihak-pihak yang terlibat. Berbagai dampak psikologis yang ditimbulkannya seperti perubahan konsep diri, masalah kesehatan (simptom psikosomatik dan ketergantungan), ataupun trauma.


(25)

Pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat dibagi menjadi 4 kategori yaitu bullies--only, victim-only, bully-victim dan neutral (Hayniedkk., dalam Stein dkk, 2006). Bully dan victim sering melaporkan simptom fisik dan psikologis (Delfabbro dkk, dalam Jankauskiene dkk, 2008), prestasi akademik yang rendah, meninggalkan kelas, perilaku destruktif seperti merokok dan penggunaan obat-obatan (Dake dkk, dalam Jankauskiene dkk, 2008), meningkatnya resiko psikopatologis dan depresi yang dapat mengarah pada tindakan bunuh diri, terutama pada perempuan (Klomek dkk, dalam Jankauskiene dkk, 2008). Pada bully-victim juga terjadi masalah penyesuaian yang buruk di sekolah (Nansel dkk., dalam Stein dkk, 2006), gangguan psikologis (Kumpulainen dkk, dalam Stein dkk, 2006), isolasi sosial (Juvonen, dkk, dalam Stein dkk, 2006), penggunaan alkohol (Nansel dkk, dalam Stein dkk, 2006), depresi (Juvonendkk, dalam Stein dkk, 2006), kecemasan (Kaltiala-heino dkk, dalam Stein dkk, 2006) dan masalah kesehatan (Nansel dkk, dalam Stein dkk, 2006).

Contoh kasus bullying yang cukup menggemparkan di Indonesia adalah kasus siswa kelas II SMP yang bernama Fifi Kusrini yang mengakhiri nyawanya dengan menggantung diri di dalam kamar mandi. Kejadian ini dimulai ketika Fifi yang merasa malu karena menunggak sisa uang gedung, buku rapor, dan BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan) yang jumlahnya hampir Rp300.000. Namun, yang membuat gadis berusia 14 tahun itu memilih jalan kematian, karena ejekan kawannya. Fifi tidak lagi punya kekuatan mental dan merasa depresi ketika kawan-kawannya mengejeknya sebagai anak tukang bubur. Kejadian yang dialami oleh Fifi


(26)

merupakan salah satu contoh dampak perilaku bullying yang terjadi pada remaja putri yang mungkin juga terjadi pada remaja lainnya di Medan.

Berdasarkan fenomena dan teori yang dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa setiap kategori bullying memiliki kemungkinan mengalami depresi. Namun karena kategori yang berbeda menyebabkan pengalaman yang dialami juga berbeda, akibatnya simptom depresi yang dialami oleh setiap kategori bullying dan jenis kelamin juga berbeda. Oleh karena itu, dapat dipertanyakan apakah terdapat perbedaan pengalaman depresi pada remaja awal yang sering terlibat dalam perilaku bullying?

B. RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah pada studi ini adalah apakah terdapat pebedaan depresi ditinjau dari kategori bullying dan jenis kelamin pada remaja awal

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan depresiditinjau dari kategori bullying dan jenis kelamin pada remaja awal

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan mengenai


(27)

proses perkembangan remaja yang berhubungan dengan perilaku bullying dan depresi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini hendaknya dapat menambah pengetahuan orang tua, pendidik dan remaja mengenai symptom-simptom depresi pada remaja awal yang terlibat dalam perilaku bullying sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan yang efektif guna mengurangi simptom-simptom depresi.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan Disini digambarkan tentang berbagai tinjauan literatur, fenomena dan hasil penelitian sebelumnya mengenai depresi dan perilaku bullying.

Bab II Landasan teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori tentang definisi dan pengukuran depresi, definisi, kategori, karakteristik perilaku bullying, dan peran jenis kelamin dan tingkat kelas terhadap perilaku bullying. Bab ini juga mengemukakan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap masalah


(28)

penelitian yang menjelaskan perbedaan depresi ditinjau dari kategori bullying dan jenis kelamin pada remaja awal.

Bab III Metodologi penelitian

Bab ini menguraikan desain penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur penelitian dan metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

Bab IV Analisa data dan pembahasan

Bab ini berisi uraian singkat hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI A. REMAJA

Masa remaja diidentifikasi sebagai tahap transisi yang mengalami perubahan yang signifikan seperti pubertas, perubahan kognitif dalam mengenali emosi, dan gambaran diri (Petersen & Ebata, dalam Heath & Camarena, 2002). Perubahan-perubahan tersebut cukup menantang dan sering kali menyebabkan stres, yang mungkin dapat menjadi penjelasan mengapa masa remaja awal sering diidentifikasi sebagai masa yang beresiko dalam perkembangan depresi (Clarizio, dalam Heath & Camarena, 2002). Perkembangan psikososial remaja merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Hal ini didasari oleh masalah yang banyak dialami remaja yang disebabkan oleh hubungan sosialnya di sekolah. Salah satunya adalah perilaku bullying yang pada penelitian sebelumnya telah ditemukan berdampak depresi yang cukup serius. Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti bermaksud untuk melihat dampak depresi pada remaja putra dan remaja putri yang terlibat dalam perilaku bullying.

1. Definisi Remaja

WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.


(30)

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Monks (1999) memberikan batasan usia masa remaja adalah masa diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir.

Peneliti menetapkan dalam penelitian ini subjek yang dipakai adalah remaja awal yang masih berusia 12 sampai 15 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Monks (1999).

2. Ciri-ciri Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode perkembangan yang lain. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial. Hurlock (1999) pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai- nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Berikut ini dijelaskan satu persatu dari ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja.


(31)

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis, di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormone, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormone kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, oestrogen, dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan (Monks dkk, 1999). Dampak dari produksi hormone tersebut Atwater, (1992) adalah: (1) ukuran otot bertambah dan semakin kuat. (2) testosteron menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai tanda kemasakan. (3) Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar kemaluan, ketiak dan muka.

b. Perubahan Emosional.

Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanakkanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yang ekstrem dan selalu merasa mendapatkan tekanan (Hurlock, 1999). Bila pada akhir masa remaja mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi


(32)

lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil (Hurlock, 1999). Nuryoto (1992) menyebutkan ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut: (1) tidak bersikap kekanak-kanakan. (2) bersikap rasional. (3) bersikap objektif (4) dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak lebih lanjut. (5) bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. (6) mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.

c. Perubahaan sosial

Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan perubahan dan perkembangan remaja. Monks, dkk (1999) menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku. Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya


(33)

B. BULLYING

Bullying merupakan masalah seperti virus yang menyebar dengan cepat yang hingga kini diperkirakan telah mencapai 5 sampai 15 persen di dunia. Pada saat ini, frekuensi bullying lebih melesat dibandingkan pada tahun 1970an atau 1980an dan prevalensi perilaku bullying diteliti meningkat pada masa sekolah menengah. Menurut Greenbaum, Turner & Stephens (dalam Bosworth dkk, 1999), alasan mengapa seorang murid tidak kembali ke sekolahnya, kira-kira 10 % anak sekolah menengah atas berhenti dari sekolah karena takut akan ancaman serangan atau pelecehan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Batsche & Knoff dkk (dalam Bosworth dkk, 1999) bahwa sepertiga anak sekolah menengah pertama merasa tidak aman ketika berada di sekolah karena perilaku bullying dan enggan melaporkan perilaku tersebut karena merasa takut, kurang kemampuan untuk melaporkan kejadian, dan merasa guru atau pengurus tidak melakukan apapun untuk menghentikan perilaku bullying. Karena perilaku bullying menyebabkan rasa takut dan mengganggu proses belajar di sekolah sehingga peneliti, sekolah, orang tua, psikolog, terutama pendidik didorong untuk memperhatikan secara aktif dampak perilaku bullying pada keadaan psikologis, budaya sekolah dan kesuksesan murid dalam bidang akademik.

1. Definisi Bullying

Olweus (1994) menjelaskan bullying yaitu tindakan negatif yang dilakukan seseorang atau lebih, yang dilakukan berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu.


(34)

Menurut American Psychiatric Association (APA) dalam Stein dkk 2006, bullying adalah perilaku agresif yang dikarakteristikkan dengan 3 kondisi yaitu (a) perilaku negatif atau jahat yang dimaksud untuk merusak atau membahayakan (b) perilaku yang diulang selama jangka waktu tertentu (c) hubungan yang melibatkan ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan dari pihak-pihak yang terlibat.

Bullying juga didefinisikan sebagai bentuk perilaku agresi yang dilakukan dengan sengaja, terus-menerus dan melibatkan target khusus yaitu anak lain yang lebih lemah dan mudah diserang (Papalia, 2002).

Menurut Espelage (dalam Pelligrini & Bartini, 1999) bullying merupakan perilaku yang berada dalam suatu kontinum, mulai dari tingkatan yang ringan sampai pada tingkatan yang berat. Artinya, ada anak yang melakukan perilaku bullying dalam level yang rendah dan ada pula yang melakukannya pada level tinggi yang dapat mengganggu korban dan pihak yang terkait.

2. Kategori Bullying

Menurut Hayniedkk (dalam Stein dkk, 2006) pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang secara fisik dan/atau emosional melukai murid lain secara berulang-ulang (Olweus, dalam Moutappa dkk, 2004). Remaja yang diidentifikasi sebagai pelaku bullying sering memperlihatkan fungsi psikososial yang lebih buruk daripada korban bullying dan murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying (Haynie dkk,


(35)

dalam Totura, 2003). Pelaku bullying juga cenderung memperlihatkan simptom depresi yang lebih tinggi daripada murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying dan simptom depresi yang lebih rendah daripada victim (Haynie dkk, dalam Totura, 2003). Byrne, Craig, Olweus (dalam Haynie dkk, 2001) menjelaskan pelaku bullying cenderung agresif, bermusuhan, mendominasi teman sebaya, dan menunjukkan kecemasan dan kegelisahan yang sedikit. Olweus (dalam Moutappa, 2004) juga mengemukakan hal yang sama bahwa pelaku bullying cenderung mendominasi orang lain dan memiliki kemampuan sosial dan pemahaman akan emosi orang lain yang sama (Sutton, Smith, & Sweetenham, dalam Moutappa, 2004).

b. Victim (korban bullying) yaitu murid yang sering menjadi target dari perilaku agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit pertahanan melawan penyerangnya (Olweus, dalam Moutappa dkk, 2004). Korban bullying menunjukkan fungsi sosial yang buruk. Menurut Craig, Olweus, Rigby & Slee, dalam Haynie dkk, 2001) korban bullying cenderung lebih menunjukkan depresi, cemas dan merasa tidak aman dibandingkan dengan murid lainnya, memperlihatkan harga diri yang rendah, dan biasanya bersikap hati-hati, sensitif, dan pendiam. Jika dibandingkan dengan teman sebayanya yang tidak menjadi korban, korban bullying cenderung menarik diri, depresi, cemas dan takut akan situasi baru (Byrne, dalam Haynie dkk, 2001) dan memperoleh skor yang tinggi untuk perilaku internal dan simptom psikosomatik (Kumpulainen dkk., dalam Haynie dkk, 2001) dan faktor


(36)

introvert Eysenck (Slee & Rigby, dalam Haynie dkk, 2001). Murid yang menjadi korban bullying dilaporkan lebih menyendiri dan kurang bahagia di sekolah serta teman baik yang lebih sedikit daripada murid lain (Boulton & Underwood dkk, dalam Haynie dkk, 2001). Korban bullying juga dikarakteristikkan dengan perilaku hati-hati, sensitif, dan pendiam (Olweus, dalam Moutappa, 2004) dan harga diri yang rendah (Collins & Bell, dalam Moutappa, 2004).

c. Bully-victim yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif, tetapi juga menjadi korban perilaku agresif (Andreou, dalam Moutappa dkk, 2004). Craig (dalam Haynie dkk, 2001) mengemukakan bully-victim menunjukkan level agresivitas verbal dan fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak lain. Bully victim juga dilaporkan mengalami peningkatan simptom depresi, merasa sepi, dan cenderung merasa sedih dan moody daripada murid lain (Austin & Joseph, Nansel dkk, dalam Totura, 2003). Schwartz (dalam Moutappa, 2004) menjelaskan bully victim juga dikarakteristikkan dengan reaktivitas, regulasi emosi yang buruk, kesulitan dalam akademis dan penolakan dari teman sebaya serta kesulitan belajar (Kaukiainen dkk, dalam Moutappa, 2004).


(37)

3. Pengukuran Perilaku Bullying

Pada beberapa penelitian mengenai perilaku bullying (Totura, 2003) dan (Kaltiala-Heino dkk, 1999) digunakan aitem-aitem The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire yang dikembangkan oleh Olweus untuk menggali perilaku bullying seseorang. Kuesioner ini terdiri dari 39 aitem yang mengukur keterlibatan seseorang dalam berbagai macam perilaku bullying (langsung dan tidak langsung), lokasi perilaku bullying, sikap seseorang terhadap perilaku bullying, reaksi dari teman sekelas dan pengawas sekolah terhadap perilaku bullying dan victimization. Aitem pada kuesioner ini meliputi pertanyaan mengenai indikasi keterlibatan dan pengalaman dari berbagai macam perilaku bullying (diantaranya mengejek, agresi fisik, menyebarkan isu, dikucilkan secara sosial, mencuri dan mengancam). Aitem pada kuesioner ini dinilai berdasarkan 5 pilihan jawaban yaitu: 1) tidak pernah menjadi korban perilaku bullying (untuk korban) atau tidak pernah melakukan perilaku bullying terhadap murid lain (untuk pelaku), 2) hanya terjadi satu sampai dua kali dalam beberapa bulan terakhir, 3) dua sampai tiga kali dalam sebulan, 4) kira-kira sekali seminggu dan 5) beberapa kali dalam seminggu. Penilaian untuk respon yang diberikan subjek untuk setiap pernyataan berturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5.

C. DEPRESI

Gejala depresi dapat terlihat pada anak di rentang usia manapun, mulai dari bayi hingga dewasa. Menurut Culbertson (dalam Santrock, 2004), depresi kebanyakan terjadi pada remaja daripada anak-anak dan lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki.


(38)

Hal ini sesuai dengan penelitian epidemologis (dalam Kerig & Wenar, 2006) yang menemukan bahwa prevalensi depresi meningkat seiring dengan perkembangan pubertas yang terjadi pada masa remaja. Oleh sebab itu, untuk lebih jelasnya berikut terdapat beberapa definisi depresi yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli. Secara umum, depresi adalah gangguan psikologis yang paling umum ditemui (Rosenhan & Seligman, dalam Aditomo & Retnowati, 2004). Depresi merupakan gangguan yang terutama ditandai oleh kondisi emosi sedih dan muram serta terkait dengan gejala-gejala kognitif, fisik, dan interpersonal (APA, dalam Aditomo & Retnowati, 2004). Pengertian lainnya mengenai depresi dikemukakan oleh Rubenstein, Shaver, dan Peplau (Brehm, 2002) yang mengatakan bahwa depresi merupakan perasaan emosional yang tertekan secara terus-menerus yang ditandai dengan perasaan bersalah, menarik diri dari orang lain. Chaplin (2002) mendefinisikan depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak puas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme dalam menghadapi masa yang akan datang. Pada kasus patologis, depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk bereaksi terhadap perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpastian, tidak mampu dan putus asa. Dalam DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder fourth edition Text Revision), dinyatakan bahwa depresi bersifat klinis merupakan depresi mayor ditetapkan apabila paling tidak satu gejalanya ialah salah satu dari mood tertekan atau hilangnya minat atau kesenangan (tidak termasuk gejala-gejala yang jelas yang disebabkan kondisi medis umum, atau mood delusi atau halusinasi yang tidak


(39)

kongruen) yang diikuti oleh paling tidak 4 gejala lainnya yang telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan emosional yang ditandai dengan perasaan tertekan, perasaan bersalah, kesedihan, kehilangan minat, dan menarik diri dari orang lain yang dapat berpengaruh pada hubungan interpersonal. Depresi pada penelitian ini adalah depresi yang terjadi dalam populasi umum dengan gejala yang dilihat dalam rentang waktu satu minggu.

1. Pengukuran Depresi

Pada beberapa penelitian yang berkaitan dengan masalah depresi digunakan alat ukur The Center for Epidemiiological Studies-Depression Scale (CES-D) yang dikembangkan oleh Radloff (1977) melalui National Institute of Mental Health. Skala ini terdiri dari 20 aitem yang disusun berdasarkan 4 faktor yaitu:

a. Depressed affect / negative affect merupakan perasaan-perasaan, emosi, atau suasana hati yang dirasakan negatif seperti perasaan sedih (blues), tertekan (depressed), kesepian (lonely), dan menangis (cry sad)

b. Somatic symptoms merupakan gejala-gejala atau keluhan-keluhan psikologis yang dirasakan berkaitan dengan keadaan tubuh seperti merasa terganggu, berkurang atau bertambahnya nafsu makan, membutuhkan usaha dalam melakukan sesuatu, kesulitan tidur, dan sulit memulai sesuatu


(40)

c. Positive affect merupakan perasaan-perasaan, emosi atau suasana hati yang dirasakan positif dan memiliki harapan yang merupakan kebalikan dari perasaan negatif

d. Interpersonal relations merupakan perasaan-perasaan negatif yang dirasakan berkaitan dengan perilaku orang lain seperti tidak bersahabat dan merasa tidak disukai

Faktor-faktor diatas diperoleh melalui analisa faktor (Radloff, 1977). Aitem-aitem CES-D dipilih dari sekelompok Aitem-aitem dari skala depresi sebelumnya. Komponen utama gejala depresi ditemukan dari literatur klinis dan penelitian analisa faktor. Komponen-komponen ini termasuk depressed mood, perasaan bersalah dan tidak berharga (feelings of guilt and worthlessness), perasaan tidak tertolong dan tidak memiliki harapan (feelings of helplessness and hopelessness), retardasi psikomotor (psychomotor retardation), kehilangan nafsu makan (loss of appetite) dan gangguan tidur (sleep disturbance).

D. JENIS KELAMIN, BULLYING DAN DEPRESI

Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi, faktor-faktor tersebut antara lain genetik, struktur dan fungsi otak, kelekatan (attachment), persepsi kognitif, perkembangan emosional, keluarga yang mengalami depresi, kehilangan orang tua, konteks sosial, kemiskinan, stres hidup, etnis, jenis kelamin, faktor stres hidup (seperti bullying) dan jenis kelamin semua faktor tersebut memiliki kontribusi terhadap depresi. Compas dkk (dalam


(41)

Hjemdal, 2007) mengemukakan kejadian hidup yang buruk merupakan faktor resiko yang penting dalam meningkatnya resiko depresi mayor pada masa dewasa dan memainkan peran yang penting dalam episode depresi selanjutnya (Fergusson & Woodward dkk, dalam Hjemdal, 2007). Bullying merupakan salah satu kejadian hidup yang buruk yang berhubungan dengan peningkatan simptom-simptom depresi (Craig dkk, dalam Hjemdal, 2007). Dalam jurnal Davis (2005) juga disebutkan bahwa perilaku bullying merupakan faktor resiko dalam berkembangnya depresi pada pelaku dan korban bullying. Hal serupa juga dikemukakan oleh Boulton & Underwood dkk (dalam Horowitz dkk, 2004) ejekan dan perilaku bullying memberikan efek psikologis yang buruk seperti kecemasan, harga diri yang rendah, penarikan diri secara sosial, pembalasan dendam, depresi hingga bunuh diri.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa kelompok subjek laki-laki yang tergolong bullies memiliki tingkat depresi yang paling rendah dibandingkan dengan kelompok subjek laki-laki yang tergolong victim, bully victim dan kelompok subjek perempuan yang tergolong bullies,victim, dan bully victim (dalam Totura, 2003).

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, juga ditemukan simptom-simptom depresi yang dialami ketiga kategori bullying yaitu bullies, victim dan bully-victim dan pada penelitian yang dilakukan oleh Swearer (dalam Crawford, 2002) kelompok bully-victim mengalami tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi daripada kelompok bullies ataupun victim .

Penelitian depresi berdasarkan jenis kelamin telah banyak dilakukan di berbagai negara. Salah satunya adalah Amerika Utara yang kemudian diketahui bahwa wanita


(42)

lebih rentan 3 sampai 4 kali mengalami depresi daripada pria selama hidup mereka (American Psychiatric Association; Nolen-Hoeksema, dalam Matlin, 2004). Tetapi tidak ada hasil penelitian yang konsisten tentang perbedaan depresi berdasarkan jenis kelamin pada anak yang lebih muda. Namun, selama masa pubertas, perempuan mulai melaporkan simptom depresi yang lebih banyak daripada laki-laki. Perbedaan jenis kelamin ini berlanjut sepanjang rentang hidup (Lapointe & Marcotte dkk, dalam Matlin, 2004)

Menurut Kessler dkk (dalam Galambos dkk, 2004) terdapat perbedaan level simptom depresi dan major depressive episodes pada masing-masing jenis kelamin dan perempuan cenderung menunjukkan depresi yang lebih besar daripada laki-laki pada masa dimulainya remaja. Pada masa kanak-kanak, anak laki-laki lebih banyak mengalami depresi daripada anak perempuan. Tetapi, perempuan lebih banyak mengalami depresi pada masa remaja dan dewasa.

Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti ingin melihat faktor keterlibatan perilaku bullying dan jenis kelamin yang memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kecenderungan depresi pada remaja awal.

Diagram. 1 Jenis Kelamin, Bullying, dan Depresi

Bullying

(bullies, victim, bully-victim)

Jenis Kelamin (laki-laki, perempuan)


(43)

Perilaku bullying sangat rentan terjadi pada remaja putra dan remaja putri. Menurut Haynie dkk (dalam Totura, 2003) bullying dan victimization lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Hal yang sama juga disebutkan bahwa perilaku bullying lebih menonjol terjadi pada kalangan laki-laki daripada perempuan (dalam Krahe, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Kaltiala-Heino dkk (1999) menunjukkan bahwa anak laki-laki cenderung terlibat dalam perilaku bullying sebagai bullies dan victim dibandingkan dengan anak perempuan. Hal senada juga diutarakan oleh Kumpulainen dkk (dalam Stein dkk, 2006) bahwa anak laki-laki memiliki kemungkinan 4 sampai 5 kali lebih besar menjadi bully atau bully victim dibandingkan dengan anak perempuan. Selain itu, penelitian sebelumnya mengungkapkan prevalensi perilaku bullying cukup tinggi pada masa remaja awal yang merupakan masa-masa tingkat sekolah menengah pertama yaitu kelas 7, 8 dan 9. Menurut Nansel dkk (dalam Crawford, 2002) perilaku bullying paling sering terjadi pada murid kelas 6 hingga kelas 8. Namun, pada penelitian lain dikemukakan perilaku bullying cenderung berkurang untuk murid sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas (Steinman & Carlyle, 2007).

G. HIPOTESA PENELITIAN

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah penulis paparkan di atas maka penulis menjadikan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan depresi ditinjau dari kategori bullying dan jenis kelamin 2. Terdapat perbedaan depresi ditinjau dari kategori bullying


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian pada studi ini adalah factorial design. Menurut Myers & Hansen (2006) factorial design adalah desain yang meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas pada saat yang sama. Desain penelitian ini juga disebut 3 x 2 factorial design yang menjelaskan adanya 2 variabel bebas yang akan mempengaruhi variabel tergantung dengan masing-masing variabel bebas memiliki 3 dan 2 tingkatan.

Tabel. 1 3 x 2 factorial design

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

Pada penelitian ini digunakan 2 variabel bebas dan 1 variabel tergantung yaitu: 1. Variable bebas terdiri dari 2 yaitu::

a. kategori bullying yang terdiri dari bully, victim, dan bully-victim b. jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan

2. Variabel tergantung: depresi

Kategori Bullying Jenis Kelamin

Bullies Victim Bully-Victim Laki-laki


(45)

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN 1. Depresi

Depresi adalah gangguan emosional yang ditandai dengan perasaan tertekan, perasaan bersalah, kesedihan, kehilangan minat, dan menarik diri dari orang lain yang dapat berpengaruh pada hubungan interpersonal. Individu yang depresi mengalami gejala-gejala seperti afek negatif dan kurangnya afek yang positif, gejala somatis, dan kesulitan dalam hubungan interpersonal. Depresi dalam penelitian ini adalah depresi yang terjadi dalam populasi umum dengan gejala yang dilihat dalam rentang waktu 1 minggu.

Dalam penelitian ini, depresi diukur dengan menggunakan alat ukur depresi yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya (Zahra, 2003) yang berasal dari aitem-aitem pada skala CES-D (The Center for Epidemiological Studies–Depression Scale) yang dikembangkan oleh Radloff (1977) melalui National Institute of Mental Health dan terdiri dari komponen Depressed Affect/Negative Affect, Somatic Symptoms, Positive Affect dan Interpersonal Relations.

Skala CES-D ini terdiri dari 20 aitem simptom depresi dengan 4 pilihan jawaban yang diskor dari 0 sampai 3 yang kemudian diadaptasi dan dimodifikasi pada penelitian sebelumnya (Zahra, 2003). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek penelitian, maka semakin tinggi depresinya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek penelitian maka semakin rendah pula depresi yang dialaminya.


(46)

2. Bullying

Bullying adalah perilaku agresi berupa memukul, menendang, mengancam, menghina, mencemooh, mencemarkan nama baik dan perilaku merusak lainnya terhadap orang lain yang lemah secara terus-menerus selama jangka waktu tertentu.

Pada penelitian ini, pengelompokan dalam perilaku bullying digali dari 4 aitem skala perilaku bullying, dua diantaranya berasal dari The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire. Sedangkan dua aitem lainnya adalah pertanyaan dikotomus mengenai keterlibatan seseorang dalam perilaku bullying. Pengelompokan seseorang dalam kategori bullying dapat dilihat melalui frekuensi perilaku bullying yang dilakukannya atau diterimanya, yaitu dua sampai tiga kali dalam sebulan atau lebih.

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah identitas gender yang membedakan laki-laki dan perempuan berdasarkan karakteristik biologis seseorang. Dalam penelitian ini, penentuan jenis kelamin seorang remaja didasarkan pada jawaban atau pilihan yang ditentukan oleh subjek yaitu jenis kelamin pada skala perilaku bullying.

D. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Populasi merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Populasi adalah universum, dimana universum dapat berupa orang, benda atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti (Danim, 2007). Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah remaja awal di kota Medan.


(47)

Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian, maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan sampel. Sampel adalah sub dari seperangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari (Sarwono, 2006). Peneliti memilih sebagian siswa dan siswi yang bersekolah di Kecamatan Medan Petisah sebagai subjek penelitian.

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. remaja awal yang berusia 12 sampai 15 tahun

b. remaja awal yang melakukan atau mengalami perilaku bullying dua sampai tiga kali dalam sebulan atau lebih

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel (Hadi, 2000). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel acak klaster (cluster random sampling). Metode pengambilan sampel bloking (cluster sampling) adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel yang berupa kelompok dari beberapa kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas beberapa unit yang lebih kecil (Sugiarto dkk, 2001).


(48)

Prosedur random pertama dilakukan terhadap 13 buah sekolah yang ada di Kecamatan Medan Petisah dengan mengambil 4 sekolah. Selanjutnya dilakukan prosedur random terhadap kelas-kelas yang ada pada sekolah-sekolah yang terpilih.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Mengenai jumlah sampel tidak ada batasan berapa jumlah ideal sampel penelitian. Menurut Aron & Aron (2005) untuk memperoleh 80 % kekuatan penelitian (dengan tingkat signifikansi 0,05), diperlukan setidaknya 27 subjek penelitian pada masing-masing sel dari 3 x 2 factorial design. Kekuatan tes akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel. Berdasarkan hal tersebut maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 214 orang.

E. INSTRUMEN/ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

Proses penyusunan instrumen disebut instrumentasi atau instrumentation. Menurut Issac dan Micheal (dalam Danim, 2007) instrumentation is the process of selecting or developing measuring devices and method appropriate to give evaluation problem. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 1999). Dalam penelitian ini digunakan dua skala yaitu skala perilaku bullying yang dikembangkan dari The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire dan


(49)

skala depresi yang dikembangkan dari CES-D (TheCenter for Epidemiological Studies-Depression Scale).

1. Skala Perilaku Bullying

Skala perilaku bullying disusun dengan mengadaptasi dan memodifikasi The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire yang dikembangkan oleh Olweus sendiri. Kuesioner ini terdiri dari 39 aitem yang mengukur aspek-aspek masalah bully/victim. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya (Totura, 2003) dan (Kaltiala-Heino, 1999), hanya 2 aitem dari kuesioner ini yang digunakan untuk menentukan pengelompokan seseorang dalam perilaku bullying, sehingga pada penelitian ini peneliti juga mengambil 2 aitem dari total 39 aitem The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire dengan menambahkan 2 aitem awal (dikotomus) yang mempertanyakan keterlibatan seseorang dalam perilaku bullying.

Menurut Hayniedkk (dalam Stein, Dukes, & Warren, 2006) pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Bullies (pelaku bullying) adalah individu yang melukai orang lain dengan kekuatan fisiknya atau emosional secara terus-menerus

b. Victim (korban bullying) adalah individu yang menjadi target atau korban perilaku kekerasan secara fisik maupun emosional secara terus-menerus

c. Bully-victim adalah individu yang terlibat dalam perilaku kekerasan dan juga menjadi target atau korban kekerasan yang dilakukan berulang-ulang


(50)

Skala perilaku bullying menggunakan skala model Likert. Skala ini terdiri dari pertanyaan dengan menggunakan 5 pilihan jawaban yaitu: 1) tidak pernah menjadi korban perilaku bullying (untuk korban) atau tidak pernah melakukan perilaku bullying terhadap murid lain (untuk pelaku), 2) hanya terjadi satu sampai dua kali dalam beberapa bulan terakhir, 3) dua sampai tiga kali dalam sebulan, 4) kira-kira sekali seminggu dan 5) beberapa kali dalam seminggu. Penilaian untuk respon yang diberikan subjek untuk setiap pernyataan berturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5.

Penentuan seseorang termasuk dalam kategori bullying tertentu didasarkan pada frekuensi prilaku bullying yang dilakukannya atau dialaminya yaitu jika subjek menjawab dua sampai tiga kali dalam sebulan atau lebih melakukan perilaku bullying, maka ia termasuk dalam kategori bullies. Kategori victim diindikasikan dengan jawaban dua sampai tiga kali dalam sebulan atau lebih telah menjadi korban perilaku bullying. Kategori bully victim diindikasikan dengan menjawab dua sampai tiga kali dalam sebulan atau lebih melakukan perilaku bullying dan dua sampai tiga kali dalam sebulan atau lebih telah menjadi korban perilaku bullying. Sedangkan untuk subjek yang menjawab telah melakukan perilaku bullying atau menjadi korban bullying hanya satu sampai dua kali dalam beberapa bulan terakhir atau kurang tergolong neutral.

2. Skala Depresi

Skala depresi disusun dengan mengadaptasi dan memodifikasi CES-D (Center for Epidemiological Studies-Depression Scale) yang dikembangkan oleh Radloff (1977)


(51)

melalui National Institute of Mental Health. Skala ini terdiri dari 20 aitem dan setelah diadaptasi oleh peneliti sebelumnya (Zahra, 2003) menjadi 24 aitem yang terdiri dari 4 faktor yaitu Depressed Affect, Somatic Symptoms, Positive Affect, dan Interpersonal Relations.

a. Depressed affect/ negative affect merupakan perasaan-perasaan, emosi, atau suasana hati yang dirasakan negatif seperti perasaan sedih (blues), tertekan (depressed), kesepian (lonely), menangis (cry sad)

b. Somatic symptoms merupakan gejala-gejala atau keluhan-keluhan psikologis yang dirasakan berkaitan dengan keadaan tubuh seperti merasa terganggu, berkurang atau bertambahnya nafsu makan (appetite), membutuhkan usaha dalam melakukan sesuatu, kesulitan tidur, sulit memulai sesuatu.

c. Positive affect merupakan perasaan-perasaan, emosi atau suasana hati yang dirasakan positif dan memiliki harapan yang merupakan kebalikan dari perasaan-perasaan negatif.

d. Interpersonal relationship merupakan perasaan-perasaan negatif yang dirasakan berkaitan dengan perilaku orang lain seperti tidak bersahabat dan merasa tidak disukai.

Skala depresi menggunakan skala model Likert yang menggunakan pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yaitu TP (tidak pernah), KK (kadang-kadang), AS (agak sering), dan S (sering). Skala disajikan dalam bentuk favorable (pernyataan yang mendukung faktor yang ingin diukur). Respon subjek untuk setiap pernyataan yaitu: TP


(52)

= 0, KK = 1, AS = 2, dan S = 3. Khusus untuk aitem-aitem faktor Positive Affect cara penilaiannya adalah TP = 3, KK = 2, AS = 1, dan S = 0.

Tabel. 2 Distribusi aitem-aitem skala depresi sebelum diadaptasi No. Faktor depresi No. aitem Jumlah Persentase 1. Depressed affect 3, 6, 9, 10, 14, 17, 18 7 35 2. Somatic symptoms 1, 2, 5, 7, 11, 13, 20 7 35 3. Positive affect 4, 8, 12, 16 4 20 4. Interpersonal relations 15, 19 2 10

Total 20 100

Selanjutnya terdapat penambahan aitem yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Zahra, 2003) terhadap skala depresi. Untuk lebih jelasnya, distribusi aitem-aitem skala depresi CES-D (Center for Epidemiological Studies-Depression Scale) dapat dilihat pada tabel. 3

Tabel. 3 Distribusi aitem-aitem skala depresi setelah penambahan aitem

No. Faktor depresi No. aitem lama (No. aitem baru) Jumlah Persentase 1. Depressed affect 3 (3), 6 (8), 9 (11), 10 (13), 14

(18), 17 (21), 18 (22)

7 29 2. Somatic symptoms 1 (1), 2 (2), 5 (7), 7 (9), 11 (14),

13 (17), 20 (24)

7 29 3. Positive affect 4 (6), 8 (10), 12 (15), 16 (20), 4* 5 21

4. Interpersonal relations 15 (19), 19, (23), 5*, 12*, 16* 5 21

Total 24 100

Keterangan: Tanda * menunjukkan aitem tambahan oleh peneliti sebelumnya

Uji coba skala depresi pada penelitian sebelumnya (Zahra, 2003) dilakukan terhadap 118 orang subjek remaja awal yang bersekolah yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Hasil uji coba skala depresi menghasilkan 15 aitem yang lolos dan


(53)

Tabel. 4 Distribusi aitem-aitem skala depresi setelah uji coba pada penelitian sebelumnya

No. Faktor Depresi No. aitem Jumlah

1. Depressed affect 3, 8, 11, 13, 18, 21, 22 7

2. Somatic symptoms 17 1

3. Positive affect 15, 4* 2 4. Interpersonal relations 19, 23, 5*, 12*, 16* 5

Jumlah 15 Keterangan: Tanda * menunjukkan aitem tambahan oleh peneliti sebelumnya

Pada skala ini dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur tidak diikut sertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem yang akan digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada table. 6

Tabel. 5 Distribusi aitem-aitem skala depresi yang digunakan saat penelitian No. Faktor Depresi No. aitem lama (No. aitem baru) Jumlah 1. Depressed affect 3 (1), 8 (4), 11 (5), 13 (7), 18 (11),

21 (13), 22 (14)

7 2. Somatic symptoms 17 (10) 1 3. Positive affect 15 (8), 4* (2) 2 4. Interpersonal relations 19 (12), 23 (15), 5* (3), 12* (6),

16*(9)

5

Jumlah 15 Keterangan: Tanda * menunjukkan aitem tambahan oleh peneliti sebelumnya


(54)

3. Validitas dan Reliabilitas

Azwar (2000) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content validity).

Suryabrata (2008) menyatakan bahwa validitas isi ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir pertanyaan/pernyataan, berdasarkan pendapat profesional (professional judgement).

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 1999). Pada penelitian ini, hanya skala perilaku bullying yang akan diuji reliabilitasnya karena skala depresi yang digunakan dalam penelitian ini telah diujicobakan dan digunakan dalam penelitian sebelumnya (Zahra, 2003). Uji reliabilitas skala perilaku bullying menggunakan test-retest reliability, yaitu pengukuran reliabilitas dengan menggunakan aitem yang sama dan dikenakan pada subjek yang sama dalam dua waktu yang berbeda. Pendekatan ini dilakukan karena dirasa paling tepat. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan nilai korelasi Pearson Product Moment yang diperoleh melalui program SPSS version 15.0 for Windows. Uji reliabilitas skala depresi pada penelitian sebelumnya (Zahra, 2003) diperoleh lewat penyajian skala yang dikenakan atau diberikan hanya sekali saja pada


(55)

sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dilakukan karena dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2000). Pengujian reliabilitas dengan metode konsistensi internal dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh melalui program SPSS version 13.0 for Windows.

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala perilaku bullying dilakukan pada 137 orang subjek remaja awal yang bersekolah yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dan uji coba skala depresi dilakukan pada penelitian sebelumnya terhadap 118 orang subjek remaja awal yang bersekolah yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

a. Skala Perilaku Bullying

Hasil uji coba skala perilaku bullying dengan menggunakan test-retest reliability menghasilkan 4 aitem yang cukup representatif untuk mengukur pengelompokan seseorang dalam kategori bullying dengan nilai r untuk masing-masing aitem secara berurutan adalah 0.610**, 0.686**, 0.579**, dan 0.536**. Hal ini berarti konsistensi tergolong moderate sehingga dapat disimpulkan keempat aitem reliabel untuk digunakan pada penelitian.

b. Skala Depresi

Uji coba terhadap skala depresi yang dilakukan pada penelitian sebelumnya (Zahra, 2003) diperoleh 15 aitem yang memiliki koefiseien korelasi yang memenuhi


(56)

(α) sebesar 0,851. Koefisien korelasi aitem-aitem yang reliable berkisar antara 0,296 hingga 0,707.

F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Persiapan alat ukur

Sebelum melakukan uji coba alat ukur, peneliti terlebih dahulu menyiapkan alat ukur yang akan digunakan. Alat ukur yang digunakan terdiri dari 2 buah yaitu skala perilaku bullying dan skala depresi. Penyusunan skala ini didahului dengan membuat blue print dengan jumlah aitem masing-masing adalah 4 buah aitem dan 24 buah aitem.

Aitem skala perilaku bullying yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sebagian dari aitem The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire yang kemudian diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti. Sedangkan skala depresi yang merupakan skala CES-D yang dikembangkan oleh Radloff (1977) telah dimodifikasi dan diadaptasi oleh peneliti sebelumnya (Zahra, 2003).

Sebelum skala perilaku bullying dijadikan alat ukur yang sebenarnya dalam penelitian, Jumlah skala perilaku bullying yang dipersiapkan untuk disebarkan adalah sebanyak 145 skala dan dilaksanakan pada tanggal 9 dan 10 Maret 2009 pada siswa dan siswi SMP Dharma Pancasila dan SMP Panca Budi dan hanya 137 skala yang kembali. b. Perizinan

Untuk melakukan penelitian ini, maka terlebih dahulu yang dilakukan adalah proses persiapan dalam hal perizinan untuk melakukan penelitian. Proses perizinan


(57)

dimulai dari Fakulatas Psikologi USU, dalam hal ini pihak Fakultas Psikologi atas nama koordinator pendidikan Fakultas Psikologi, mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada pihak kecamatan Medan Petisah kota Medan. Surat permohonan ini diberikan langsung oleh peneliti kepada pihak kecamatan Medan Petisah.

Setelah diperoleh data mengenai sekolah-sekolah yang terdapat di kecamatan Medan Petisah, maka dipilihlah secara random beberapa sekolah yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Pihak Fakultas Psikologi atas nama koordinator pendidiakan Fakultas Psikologi, mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada pihak Dinas Pendidikan agar dapat mengambil data atau melakukan penelitian di beberapa sekolah.

c. Proses adaptasi skala

1) Tahap pertama penerjemahan

Aitem-aitem The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire yang berbahasa Inggris diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh 2 orang penerjemah dari Indonesia antara lain seorang guru bahasa Inggris dan seorang yang ahli dalam bidang psikologi dan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik.

2) Tahap kedua penerjemahan

Pada tahap ini terdapat seorang peninjau yang berlatar belakang pendidikan psikologi dan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik yaitu dosen eksperimen di Fakultas Psikologi USU dan peneliti juga ikut serta dalam tahap ini. Peninjau tersebut tidak terlibat dalam tahap I.


(58)

Peninjau dan peneliti berdiskusi membandingkan antara The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire dalam bahasa Inggris dengan ketiga The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire dalam bahasa Indonesia. Tujuannya adalah memilih hasil terjemahan terbaik di dalam bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan budaya Indonesia.

3) Tahap modifikasi skala

Pada tahap ini, peneliti menambahkan 2 aitem pada skala perilaku bullying. Tujuannya adalah untuk menggali lebih jelas keterlibatan seseorang dalam perilaku bullying.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian diadakan dengan menyebarkan skala perilaku bullying pada remaja awal yang telah memenuhi kriteria populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Para remaja awal diberikan skala perilaku bullying dan skala depresi. Skala disebarkan kepada siswa dan siswi SMP Kalam Kudus pada tanggal 16 Maret 2009, SMP Negeri 19 pada tanggal 17 Maret 2009, SMP Amir Hamzah pada tanggal 18 dan 19 Maret 2009 dan SMP Raksana pada tanggal 25 Maret 2009.

3. Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini seluruhnya menggunakan bantuan program SPSS version 15.0 for Windows.


(59)

G. METODE ANALISA DATA

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode statistik. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1.Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variable terdistribusi secara normal. Hal ini berarti bahwa uji normalitas diperlukan untuk menjawab pertanyaan apakah syarat sampel yang representatif terpenuhi atau tidak, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi (Hadi, 2000). Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS for Windows versi 15.0. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai  > 0.05.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dan sampel penelitian adalah homogen. Pengukuran homogenitas dilakukan Anova melalui Levene’s Test dengan bantuan SPSS for Windows 15.0. Data dikatakan homogen jika nilai  > 0.05

3. Uji ANOVA dua arah

Uji ANOVA dua arah dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan variabel tergantung berdasarkan dua variabel bebas. Pengukuran ini dilakukan dengan bantuan SPSS for Windows 15.0. Data bermakna terdapat perbedaan yang signifikan jika nilai  < 0.05


(60)

4. Uji Chi-Square

Uji Chi-Square dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya (jenis kelamin-kategori bullying, tingkat kelas-kategori bullying). Pengukuran ini dilakukan dengan bantuan SPSS for Windows 15.0. Data dikatakan berkaitan jika nilai  < 0.05


(61)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan analisa data dan interpretasi hasil sesuai dengan data yang diperoleh pembahasan yang diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian.

A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah remaja putra dan remaja putri yang bersekolah di kecamatan Medan Petisah. Subjek penelitian adalah siswa dan siswi SMP Negeri 19, SMP Kalam Kudus, SMP Amir Hamzah dan SMP Raksana yang berjumlah 214 orang yang memenuhi karakteristik populasi penelitian.

Dari 214 orang yang terpilih, diperoleh gambaran subjek berdasarkan kategori bullying, jenis kelamin, usia dan kelas. Penelitian ini menggolongkan kategori bullying menjadi 4 yaitu bullies, victim, bully victim dan neutral. Penggolongan subjek ke dalam masing-masing kategori dibuat berdasarkan frekuensi prilaku bullying yang dilakukan subjek. Seorang subjek penelitian tergolong menjadi bullies apabila ia melakukan perilaku bullying dua sampai tiga kali dalam sebulan atau lebih, tergolong victim apabila ia menjadi korban perilaku bullying dua sampai tiga kali dalam sebulan atau lebih dan tergolong sebagai bully victim apabila ia melakukan perilaku bullying dan menjadi korban perilaku bullying dua sampai tiga kali dalam sebulan atau lebih. Bagi subjek yang menjawab telah melakukan atau mengalami perilaku bullying satu sampai dua kali dalam beberapa bulan terakhir atau kurang tergolong dalam kelompok neutral.


(1)

118

Dependent Variable: somatic_symptoms

1.03 .981 29

.75 .622 32

1.00 .707 29

.92 .782 90

1.02 .961 54

1.42 .992 31

1.21 .951 39

1.18 .972 124

1.02 .962 83

1.08 .885 63

1.12 .856 68

1.07 .904 214

kategori_bullying bully

victim bully victim Total bully victim bully victim Total bully victim bully victim Total jenis_kelamin

perempuan

laki-laki

Total

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: somatic_symptoms

8.094a 5 1.619 2.030 .076 233.889 1 233.889 293.323 .000

4.173 1 4.173 5.233 .023

.227 2 .113 .142 .868

4.123 2 2.062 2.586 .078

165.854 208 .797 419.000 214

173.949 213 Source

Corrected Model Intercept jenis_kelamin kategori_bullying jenis_kelamin * kategori_bullying Error

Total

Corrected Total

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .047 (Adjusted R Squared = .024) a.

Post Hoc Tests

kategori_bullying


(2)

119

Dependent Variable: somatic_symptoms Bonferroni

-.06 .149 1.000 -.42 .30

-.09 .146 1.000 -.45 .26

.06 .149 1.000 -.30 .42

-.04 .156 1.000 -.42 .34

.09 .146 1.000 -.26 .45

.04 .156 1.000 -.34 .42

(J) kategori_bullying victim

bully victim bully bully victim bully victim (I) kategori_bullying

bully

victim

bully victim

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

Based on observed means.

Univariate Analysis of Variance

Warnings

Post hoc tests are not performed for jenis_kelamin because there are fewer than three groups.

Between-Subjects Factors

perempuan 90 laki-laki 124

bully 83

victim 63

bully victim 68 0

1 jenis_kelamin

1 2 3 kategori_bullying

Value Label N


(3)

120

Dependent Variable: positive_affect

1.59 1.476 29

1.50 1.481 32

2.52 1.430 29

1.86 1.518 90

1.46 1.370 54

2.06 1.315 31

1.62 1.532 39

1.66 1.419 124

1.51 1.400 83

1.78 1.419 63

2.00 1.545 68

1.74 1.461 214 kategori_bullying

bully victim bully victim Total bully victim bully victim Total bully victim bully victim Total jenis_kelamin

perempuan

laki-laki

Total

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: positive_affect

28.061a 5 5.612 2.735 .020 653.803 1 653.803 318.627 .000

1.201 1 1.201 .585 .445

10.377 2 5.189 2.529 .082

17.443 2 8.722 4.250 .016

426.804 208 2.052 1105.000 214

454.864 213 Source

Corrected Model Intercept jenis_kelamin kategori_bullying jenis_kelamin * kategori_bullying Error

Total

Corrected Total

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .062 (Adjusted R Squared = .039) a.

Post Hoc Tests

kategori_bullying


(4)

121

Dependent Variable: positive_affect Bonferroni

-.27 .239 .773 -.85 .31

-.49 .234 .109 -1.06 .07

.27 .239 .773 -.31 .85

-.22 .250 1.000 -.83 .38

.49 .234 .109 -.07 1.06

.22 .250 1.000 -.38 .83

(J) kategori_bullying victim

bully victim bully bully victim bully victim (I) kategori_bullying

bully

victim

bully victim

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

Based on observed means.

Univariate Analysis of Variance

Warnings

Post hoc tests are not performed for jenis_kelamin because there are fewer than three groups.

Between-Subjects Factors

perempuan 90 laki-laki 124

bully 83

victim 63

bully victim 68 0

1 jenis_kelamin

1 2 3 kategori_bullying

Value Label N


(5)

122

Dependent Variable: interpersonal_relations

2.10 2.366 29

3.09 2.248 32

4.86 2.628 29

3.34 2.640 90

3.09 2.505 54

4.19 2.971 31

3.18 2.316 39

3.40 2.594 124

2.75 2.488 83

3.63 2.666 63

3.90 2.575 68

3.37 2.607 214 kategori_bullying

bully victim bully victim Total bully victim bully victim Total bully victim bully victim Total jenis_kelamin

perempuan

laki-laki

Total

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: interpersonal_relations

140.117a 5 28.023 4.456 .001 2385.008 1 2385.008 379.274 .000

.935 1 .935 .149 .700

77.844 2 38.922 6.190 .002

83.346 2 41.673 6.627 .002

1307.976 208 6.288 3884.000 214

1448.093 213 Source

Corrected Model Intercept jenis_kelamin kategori_bullying jenis_kelamin * kategori_bullying Error

Total

Corrected Total

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .097 (Adjusted R Squared = .075) a.

Post Hoc Tests

kategori_bullying


(6)

123

Dependent Variable: interpersonal_relations Bonferroni

-.89 .419 .106 -1.90 .12

-1.15* .410 .017 -2.14 -.16

.89 .419 .106 -.12 1.90

-.26 .439 1.000 -1.32 .80

1.15* .410 .017 .16 2.14

.26 .439 1.000 -.80 1.32

(J) kategori_bullying victim

bully victim bully bully victim bully victim (I) kategori_bullying

bully

victim

bully victim

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

Based on observed means.

The mean difference is significant at the .05 level. *.