Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Sains/IPA Siswa Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah YAPIA Parung-Bogor

HUB UN GAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DEN GAN
PRESTASI BELAJAR SAINS/IPA SISWA KELAS VI
MADRASAH IBTIDAIYAH YAPIA PARUNG-BOGOR

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan.

1111

11111111 - -

11 I

SARMAN

" .'>-"I-:'!

13

Hasil pengukuran akan diberikan oleh guru dalam bentuk nilai.

Nilai tersebut merupakan perolehan dari apa yang telah diusahakan oleh
siswa, yakni belajar selama periode tertentu. Perolehan inilah yang
kemudian dikenal dengan nama prestasi belajar.
Prestasi belajar yang ditunjukan dalam nilai merupakan gambaran
dari penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan pada mata
pelajaran. Dalam mempelajari Sains/IPA diperlukan penguasaan suatu
konsep IPA. Apabila yang dipelajari itu sesuai dengan yang sudah
dipelajarinya, siswa akan menerapkan pengetahuan itu pada situasi yang
baru, apabila pengetahuan baru itu sama sekali berbeda dengan yang telah
dimilikinya, dia harus mengubahnya. Sehingga siswa dalam mempelajari
Sains/IPA

tidak

hanya

bersifat

hapalan


saja tetapi juga

dapat

mengembangkan proses berfikir.
Guru yang senantiasa memotivasi siswa untuk berbuat dan berfikir
cennat, menghargai proses belajar sebagai mana menghargai hasil belajar,
akan tampil sebagai guru yang menjadikan pelajaran Sains/IPA menantang
dan bermakna bagi siswa. Siswa akan merasakan manfaat belajar
Sains/IPA dan menjadikannya lebih siap menghadapi kehidupan didalam
masyarakat.
Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari oleh motivasi belajar
yang memadai maka seorang siswa akan dapat mencapai prestasi yang
baik. lntensitas motivasi belajar seseorang akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.
Jadi pengertian prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah: suatu kecendrungan untuk berprestasi pada seorang siswa dengan
melakukan berbagai kegiatan secara aktif dalam belajar sehingga
memperoleh prestasi yang baik sebagaimana yang diharapkan.


14

I. Bentuk dan Tipe Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat
merancang/mendisain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap
proses belajar mengajar keberhasilannya dapat diukur dari seberapa jauh
hasil belajar yang telah dicapai siswa tersebut, disamping diukur dari segi
prosesnya. Artinya, seberapa jauh tipe hasil belajar harus nampak dalam
ttijuan pengajaran, sebab ttijuan itulah yang akan dicapai dalam proses
belajar mengajar.
Proses belajar mengajar adalah alat untuk mencapai tujuan
pengajaran. Ada beberapa pendapat yang melihat proses belajar mengajar,
dan dari semua pendapat tersebut dapat di kelompokkan menjadi tiga sudut
pandang, yakni : (a) memandang belajar sebagai proses, (b) memandang
belajar sebagai hasil, (c) memandang belajar sebagai fungsi. Ketiga cara
memandang tentang belajar itu perlu bagi seorang guru, karena tugas guru
adalah membina I membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa,
agar memperoleh hasil yang telah dirancang sebelumnya. Dalam uraian ini
peristiwa belajar akan dipandang sebagai hasil.

Gagne, seperti dikutip oleh Sudjana mengemukakan bahwa ada
lima kategori tipe hasil belajar, yakni (a) verbal iriformation (b) intelektual

skill, (c) cognitife strategy, (d) Attitude, dan (e) motoric skill. Sementara
itu Benyamin Bloom berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang hendak
kita capai digolongkan atau dibedakan menjadi tiga bidang yakni : (a)
bidang kognitif, (b) bidang Afektif, (c) bidang psikomotorik 1•
Sekalipun dalam sistem pendidikan di Indonesia menganut teori
yang

dikemukakan

oleh

Benyamin

Bloom,

namun


ada

baiknya

dikemukakan pendapat Gagne sebagai bahan perbandingan, sekaligus
dapat memperkaya pengetahuan pembaca, sebab pendapat keduanya
mempunyai banyak persamaan.
1

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Be/ajar Alenganjar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2004) h. 45

15

l.

Bentuk Perbuatan Belajar
Gagne berpendapat, bahwa belajar dapat dilihat dari segi proses dan
dapat pula dilihat dari segi hasil. Ada delapan tipe perbuatan belajar,
yakni2


:

a) Belajar signal, belajar ini paling sederhana yaitu memberikan
reaksi terhadap perangsang.
b) Belajar mereaksi

perangsang melalui

penguatan,

yaitu

memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi

reiriforcement atau penguatan.
c) Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubunghubungkan gejala I faktor yang satu dengan yang lainnya,
sehingga menjadi satu kesatuan (rangkaian) yang berarti.
d) Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk
kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterima.

e) Belajar membedakan ha! yang majemuk, yaitu memberikan
reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang hampir sama
sifatnya.
f)

Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu
klasifikasi tertentu.

g) Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubunghubungkan beberapa konsep.
Kedelapan tipe belajar tersebut disusun dari yang paling
sederhana sampai kepada yang paling kompleks. Dengan kata lain
mempunyai hubungan hirarki. Belajar ditinjau dari proses, seperti
dikemukakan

diatas

memberi

petunjuk


bagaimana

belajar

dilakukan, atau bagaimana terjadinya perbuatan belajar, bukan
pada petunjuk mengenai basil belajar yang harus dicapai siswa.

2

Nana Suqjana, Dasar-Dasar Proses Be/ajar lV!enganjar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2004) h. 46-47

16

Sedangkan belajar yang berkenaan dengan hasil, (dalam pengertian
banyak hubungannya dengan tujuan pengajaran), Gagne mengemukakan
ada lima jenis atau lima tipe, yakni 3 :
a. Belajar kemahiran intelektual (kognitif)
Dalam tipe belajar ini mencakup diskriminasi bclajar konsep
dan belajar kaidah. Belajar kaidah yakni belajar kesanggupan

membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Untuk itu diperlukan pengamatan yang cermat dari ciri-ciri
objek tersebut, seperti bentuknya, ukurannya, warnanya, dan
sebagainya. Kemampuan membedakan objek dipengaruhi oleh
kematangan, pertumbuhan, dan pendidikannya.
b. Belajar infarmasi verbal
Pada umumnya, belajar berlangsung melalui informasi verbal,
apalagi belajar disekolah, seperti membaca, mengarang,
becerita, mendengarkan uraian guru, kesanggupan menyatakan
pendapat dalam bahasa lisan maupun tulisan, berkomunikasi,
kesanggupan memberi arti dari setiap kalimat dan lain-lain.
c. Belajar mengatur kegiatan intelektual
Tipe

belajar

ini

menekankan


aplikasi

kognitif dalam

memecahkan persoalan. Ada dua aspek penting dalam tipe
belajar ini, yaitu prinsip pemecahan masalah dan langkah
berfikir dalam memecahkan masalah (problem solving).
Prinsip pemecahan masalah memerlukan kemahiran intelektual
sepe1ii belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah.
Kemahiran

intelektual

tersebut,

pada

waktunya

akan


membentuk satu kemampuan intelektual yang lebih tinggi,
yakni langkah-langkah berpikir dalam pemecahan masalah.
Dengan

kata

lain,

kemampuan

memcahkan

masalah

merupakan aspek kognitiftingkat tinggi.
3

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Be/ajar Menganjar, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 2004) h. 47-49

17

d. Belajar sikap
Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk
menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian
terhadap objek itu apakah berarti ataukah tidak bagi dirinya.
ltulah sebabnya sikap berhubungan dengan perasaan seseorang
terhadap objek. Sikap juga dipandang sebagai kecendrungan
seseorang untuk berprilaku (predisposisi). Hasil belajar sikap
nampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan
perasaan, dan lain-lain. Sikap dapat dipelajari dan dapat diubah
melalui proses belajar.
e. Belajar keterampilan motorik
Belajar keterampilan motorik banyak berhubungan dengan
kesanggupan menggunakan gerakan badan, sehingga memiliki
rangkaian gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar.
Misalnya belajar melakukan eksperimen dalam pembelajaran
Sains/IPA. Belajar motorik memerlukan kemahiran intelektual
dan sikap, sebab dalam belajar motorik bukan semata-mata
hanya gerakan anggota badan, tetapi juga memerlukan
pemahaman dan penguasaan akan prosedur yang harus
dilakukan.
Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga
aspek belajar tersebut :
1. Tipe hasil belajar kognitif
Adapun tipe belajar kognitif meliputi :
a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge).
Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari
kata /01ow/edge. Cakupan dalam pengeetahuan hafalan
termasuk pula pengetalrnan dan sifat faktual, disamping
pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat
kembali sepe1ti bahasan, peristilahan, pasal, hukum, bab,
ayat, rumus dan lain-lain.

18

b. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehension).
Tipe hasil belajar ini setingkat lebih tinggi dari tipe hasil
belajar pengetahuan, hafalan, dan pemahaman memerlukan
kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep.
Untuk itu diperiukan hubungan atau pe1tautan antara konsep
denagn makna yang ada dalam konsep tersebut,
c. Tipe hasil belajar penerapan (application).
Aplikasi

adalah

kesanggupan

menerapkan

dan

mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam
situasi

yamg

persoalan

baru.

dengan

Misalnya

memecahkan

menggunakan

rumus

masalah/
tertentu,

menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan.
Dengan perkataan lain, aplikasi bukan keterampilan motorik
tapi lebih banyak keterampilan mental.
d. Tipe hasil belajar analisis
Anal is is adalah kesanggupan memecah. mengurai, suatu
integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau
bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan I
hirarki.

Analisis merupakan

tipe

hasil

kompleks, yang memanfaatkan unsur

belajar yang

tipe hasil belajar

sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
e. Tipe hasil belajar sintesis
B ial pada anal is is tekanan pada kesanggupan menguraikan
suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada
sislntesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau
bagian menjadi suatu integritas.
f. Tipe hasil belajar evaluasi

Evaluasi

adalah

kesanggupan

memberikan

keputusan

tentang nilai berdasarkan judgment yamg dimilikinya, dan
criteria yang dipakainya.

20

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.
Prestasi belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Slameto faktor-faktor tersebut secara global dapat diuraikan
dalam dua bagian yaitu faktor internal dan eksternal.

9

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang
termasuk kedalam faktor ini adalah:
1) Faktor jasmani, yaitu meliputi kesehatan dan cacat tubuh
2) Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
3) Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahanjasmani, dan kelelahan
rohani.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang
termasuk kedalam faktor ekternal ini adalah:
I) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian
orang tua dan latar belakang kebudayaan.
2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru
denagan siswa, relasi siswa dengan siswa, dan kedaan sarana dan
prasarana sekolah.
3) Faktor masyarakat, meliputi keadaan siswa dalam masyarakat,
mass media, dan temannya dalam bergaul.
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, dirumuskan kedalam tiga kelompok, yaitu: 10
a. Faktor internal siswa yang terdiri atas:
I) Aspek fisiologis
2) Aspek psikologis, yang meliputi: intelegensi siswa, sikap
siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa

9

Slameto, BelqjardanFaktor-faktor YangAfen1}Jengaruhinya(Jakarta: Rinekn rintf'I _mセ|@

h

21

b. Faktor ekstemal siswa yang meliputi:
1) Lingkungan sosial
2) Lingkuugan non-sosial
c. Faktor pendekatan belajar

4. Hakikat Motivasi Belajar.
a. Teori-Teori Motivasi
Penulis akan mengutip beberapa teori tentang motivasi, salah
satunya adalah:
1) Teori Motivasi-Higeina
Studi yang dipmpin oleh Frederick Herzberg dipublikasikan
tahun 1966, yaitu sebuah teori motivator dan faktor kesehatan.
Motivator pada umumnya mempertinggi motivasi dan perbaikan
sikap terhadap tugas. Dengan kata lain, motivator dapat
membangkitkan rasa puas, dan menaikan prestasi sehingga
melebihi prestasi normal. Sedangkan faktor kesehatan pada tingkat
rendah, akan membuat orang merasa tidak bahagia, prestasi dan
sikapnya terhadap tu gas buruk. J adi motivator dan kesehatan
sangat penting untuk mempengaruhi tingkah laku. 11
2) Teori Naluri
Pada dasamya manusia mempunyai tiga dorongan naluri,
yaitu naluri mempertahankan diri, naluri mengembangkan diri,
dan naluri mempertahankan jenis. Maka kebiasaan-kebiasaan atau

tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuat sehari-hari
mendapat dorongan atau digerakan oleh ketiga naluri tersebut.
Oleh karena itu, menurut teori ini untu1< memotivasi seseorang
hams berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu
dikembangkan. 12

11
ヲャMセQ@

'-

Ivor k. Davies,(Penerjemah, SudarSono Sudirjo, Lily Rompas, Koyo Kartasurya)

22

3) Teori Kebutuhan
Teori kebutuhan ini beranggapan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan fisik atau kebutuhan psikis. Teori
ini dipelopori oleh Abraham Maslow. Maslow mengemukakan
adanya lima tingkatan kebutuhan manusia, yaitu: kebutuhan

fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan
sosial, kebetuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan
aktualisasi diri. 13
b. Pengertian Motivasi
Motiavasi berasal dari bahasa inggris yaitu Motivation yang
ber