19
Untuk mencapai tujuan tata kelola perusahaan yang baik dan sesuai dengan prinsip syariah, maka dibutuhkan suatu mekanisme pengawasan
yang baik pula terhadap pelaksanaan kepatuhan perusahaan akan hukum dan prinsip syariah. Implementasi mekanisme CG secara nyata di dalam
perusahaan dapat ditunjukkan dengan beberapa komponen yang mewakili perusahaan, antara lain:
a. Dewan Komisaris Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum danatau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Sedangkan komisaris independen merupakan
komisaris yang berasal dari pihak yang terafiliasi atau berasal dari luar perusahaan yang dipilih secara transparan dan independen, memiliki
integritas dan kompetensi yang memadai, bebas dari pengaruh yang berhubungan dengan kepentingan pribadi atau pihak lain, serta dapat
bertindak secara objektif. Dewan komisaris merupakan suatu elemen yang penting di dalam
mekanisme CG, karena dengan adanya dewan komisaris di dalam perusahaan akan mampu mendorong terciptanya sistem pengendalian
yang baik bagi manajemen perusahaan. Dengan wewenang yang dimiliki, maka dewan komisaris dapat menekan manajemen untuk
mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan Khoirudin, 2013.
20
b. Komite Audit Dalam menjalankan tugas-tugasnya dewan komisaris dibantu oleh
beberapa pihak, salah satu pihak yang membantu dewan komisaris adalah komite audit. Komite audit adalah badan yang kedudukannya
berada dibawah dewan komisaris dan bertanggung jawab secara langsung terhadap dewan komisaris. Terkait dengan tugas-tugas komite
audit, secara umum komite audit memiliki tanggung jawab dalam tiga bidang, yaitu:
1 Laporan Keuangan Tanggung jawab komite audit dalam bidang laporan keuangan
adalah memastikan bahwa manajemen telah memberikan laporan atas gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan
perusahaan. 2 Tata Kelola Perusahaan Corporate Governance
Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah memastikan bahwa perusahaan telah melaksanakan kegiatan
usahanya sesuai dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang berlaku, serta tidak melanggar kode etik.
3 Pengawasan Perusahaan Tanggung jawab komite audit dalam bidang pegawasan perusahaan
yaitu berkaitan dengan proses pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem
21
pengendalian intern serta melakukan kontrol terhadap proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.
Berdasarkan fungsi dan tugas dari komite audit maka komite audit haruslah dari pihak-pihak yang independen dan tidak terikat dengan
tugas manajemen perusahaan. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga integritas dan pandangan yang objektif dalam melakukan penyusunan
laporan dan penyusunan rekomendasi yang akan disampaikan oleh komite audit. Pihak yang independen ini diharapkan mampu mendorong
manajemen dalam melakukan pengungkapan yang lebih luas.
4. Financial Performance Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan serta kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu
yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan menggendalikan sumber daya yang dimilikinya. Kinerja keuangan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang dapat dilihat dari tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas merupakan suatu
ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah tingkat pengembalian atas aset atau Return on Assets
ROA. ROA merupakan rasio antara saldo laba bersih setelah pajak dengan jumlah aset perusahaan secara keseluruhan, dimana rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari asset yang dipergunakan.
22
Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan
Ningrum dkk., 2013. Semakin besar angka ROA menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian yang
diperoleh perusahaan semakin besar. Profitabilitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dan
merupakan salah satu faktor yang membuat manajemen menjadi fleksibel dan bebas untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada para
pemegang kepentingan Maulida dkk., 2014. Hal tersebut berarti semakin tinggi
profitabilitas perusahaan
diharapkan akan
semakin luas
pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan.
5. Environmental Performance Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan menurut Ali dalam Maulida dkk. 2014 adalah mekanisme perusahaan secara sukarela mengintegrasikan perhatiannya
terhadap lingkungan ke dalam operasi dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi. Menurut Suratno
dkk. 2006 kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik green. Dari kedua definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa kinerja lingkungan merupakan kinerja perusahaan yang menunjukkan kepedulian lingkungan dalam menciptakan lingkungan yang
baik. Kinerja lingkungan perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
23
Lingkungan Hidup PROPER. PROPER merupakan salah satu sarana kebijakan yang dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup KLH
dalam rangka mendorong penataan tanggung jawab usaha danatau kegiatan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan
hidup, melalui instrumen informasi dengan melibatkan masyarakat secara aktif.
Penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan mulai dikembangkan Kementrian Lingkungan Hidup sejak 1995. Program
ini pada awalnya dikenal dengan sebutan PROPER PROKASIH. Program ini diharapkan dapat mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan lingkungannya. Dengan demikian dampak lingkungan dari kegiatan perusahaan dapat diminimalisasi.
PROPER dikembangkan dengan beberapa prinsip dasar, yaitu peserta PROPER bersifat selektif, yaitu untuk industri yang menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan dan peduli dengan citra atau reputasi. PROPER memanfaatkan masyarakat dan pasar untuk memberikan tekanan
kepada industri agar meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat dan pasar dilakukan dengan penyebaran
informasi yang kredibel, sehingga dapat menciptakan pencitraan dan reputasi. Informasi mengenai kinerja perusahaan dikomunikasikan dengan
menggunakan warna untuk memudahkan penyerapan informasi oleh masyarakat.
24
Sistem peringkat kinerja PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima warna yaitu emas, hijau, biru, merah dan hitam,
seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 2.1. Kriteria Peringkat PROPER
Peringkat Keterangan
Emas Diberikan kepada penanggung jawab usaha danatau
kegiatan yang telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan environmental excellency dalam
proses produksi danatau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat.
Hijau Diberikan kepada penanggung jawab usaha danatau
kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan beyond
compliance melalui pelaksaan sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumber daya secara efisien
melalui upaya 4R Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery, dan
melakukan upaya
tanggung jawab
sosial CSRComdev dengan baik.
Biru Diberikan kepada penanggung jawab usaha danatau
kegiatan yang telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
danatau peraturan perundang-undangan.
Merah Diberikan kepada penanggung jawab usaha danatau
kegiatan yang upaya pengelolaan lingkungan hidup dilakukannya tidak sesuai dengan persyaratan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang- undangan.
Hitam Diberikan kepada penanggung jawab usaha danatau
kegiatan yang sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran
danatau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan atau tidak melaksanakan
sanksi administrasi.
Sumber: Laporan Hasil Penilaian PROPER