Kewajiban Moral Kepatuhan Wajib Pajak

31 undangan perpajakan yang berlaku. Kepatuhan Wajib Pajak didasarkan pada kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan SPT, kepatuhan dalam menghitung, memperhitungkan dan membayar pajak terutang, serta kepatuhan dalam pelaporan dan pembayaran tunggakan Rahayu, 2010. Kepatuhan perpajakan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, pengamatan, peringatan, ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi Gunadi, 2005. Kepatuhan perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak perpajakannya Nurmantu, 2009. Kepatuhan perpajakan merupakan permasalahan utama bagi Direktorat Jenderal Pajak, sehingga diperlukan upaya mengatasi permasalahan kepatuhan perpajakan bagi Wajib Pajak Andreas dan Savitri, 2015. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan tingkat Wajib Pajak mengikuti undang-undang dan peraturan yang berlaku dalam melaporkan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak juga dapat diartikan tingkat Wajib Pajak mencatat semua penghasilan Sandy dan Tahar, 2012 berdasarkan undang-undang yang berlaku. Kepatuhan Wajib Pajak dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah seperti fasilitas, penyuluhan dan motivasi yang terdapat pada sistem perpajakan berupa fasilitas, sosialisasi berupa 32 penyuluhan pajak dan kewajiban moral bentuk motivasi Tahar dan Rachman, 2014. Menurut Rahayu 2010 jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak, yaitu: a. Kepatuhan formal Suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Perpajakan. b. Kepatuhan material Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa Undang-undang pajak kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal. Wajib Pajak yang telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahunan sesuai dengan ketentuan perpajakan maka Wajib Pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal. Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan benar Surat Pemberitahuan Tahunan SPT sesuai ketentuan. Kepatuhan Wajib Pajak juga meliputi ketidakpatuhan yaitu ketidakpatuhan yang disengaja dan ketidakpatuhan yang tidak disengaja. Ketidakpatuhan yang disengaja merupakan pelanggaran terhadap peraturan perpajakan. Hal ini disebabkan karena Wajib Pajak berusaha menghindari kewajiban 33 pajaknya. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja terjadi karena wajib pajak tidak mengetahui atau memahami aturan pajak Simanjuntak, 2008. Kepatuhan juga dapat diartikan sebagai intensitas Wajib Pajak untuk mengisi dan melaporkan SPT serta menyetorkan pajak yang terutang berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku Utami dkk, 2012. Beban pajak berupa pajak penghasilan dihitung berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan Mispiyanti, 2015. Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi penerapan self assessment system. Pemerintah fiskus bertugas melaksanakan pelayanan, administrasi dan pengawasan perpajakan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak Budileksmana, 2001. Pemerintah fiskus melakukan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi seperti sosialisasi sistem dan perundang-undangan yang baru, penyuluhan kepada Wajib Pajak dan memberikan fasilitas modernisasi pelayanan perpajakan untuk meningkatkan pemahaman Wajib Pajak tentang pentingnya pemenuhan kewajiban perpajakan Murtin dan Amaliyah, 2010. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192 PMK. 032007 Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak Patuh yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila memenuhi semua syarat berikut: a. Surat Pemberitahuan disampaikan secara tepat waktu. 34 b. Semua jenis pajak tidak mempunyai tunggakan pajak untuk, kecuali tunggakan pajak yang mendapatkan izin mengangsur atau menunda membayar pajak. c. Laporan Keuangan mendapatkan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian WTP selama 3 tiga tahun secara berurutan dan diaudit Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah. d. Selama jangka waktu 5 lima tahun terakhir tidak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Hubungan antara Sistem Administrasi Perpajakan Modern

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Sistem administrasi perpajakan modern merupakan perubahan yang dilakukan pada sistem administrasi perpajakan bertujuan mengubah cara berfikir dan perilaku para pegawai pajak serta nilai organisasi, sehingga Direktorat Jenderal Pajak DJP mendapat tanggapan yang baik dari masyarakat dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Fasmi dan Misra, 2012. DJP melakukan perubahan dan perbaikan sistem administrasi perpajakan di bidang informasi teknologi, business redesign process serta Sumber Daya Manusia SDM Setiana dkk., 2010. Modernisasi di bidang teknologi informasi memberikan kemudahan dalam proses pelaporan pembayaran pajak. Wajib Pajak juga bisa mengakses kapanpun 35 dan dimanapun sehingga, meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Modernisasi sistem administrasi perpajakan didukung dengan produk e- System seperti e-Registration, e-Billing, dan e-Filling. Penelitian yang dilakukan oleh Fasmi dan Misra 2012 menyatakan bahwa sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiana dkk 2010 yang menyatakan bahwa sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan penelitian yang dilakukan oleh Imam 2015 sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Fasmi dan Misra 2012 tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Lingga 2011 yang menyatakan bahwa sistem administrasi perpajakan modern tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan penelitian yang dilakukan oleh Lestari 2015 yang menyatakan bahwa sistem administrasi perpajakan modern tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Dari uraian diatas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: H1: Sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

2. Hubungan antara Sosialisasi Perpajakan terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak 36 Sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya Direktorat Jenderal Pajak DJP terutama Kantor Pelayanan Pajak KPP untuk memberikan pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan perundang- undangan perpajakan. Sosialisasi perpajakan dilakukan secara langsung dan tidak langsung sesuai dengan kebutuhan bagi Wajib Pajak. Wajib Pajak memahami hak dan kewajiban perpajakannya merupakan tujuan utama dilaksanakan kegiatan sosialisasi perpajakan. Menurut Rohmawati dkk 2013 adanya sosialisasi perpajakan diharapkan akan meningkatkan peran masyarakat untuk patuh memenuhi hak dan kewajiban sebagai Wajib Pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati dkk 2013 menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyoningrum dkk 2015 yang menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat dan Ompusunggu 2015 yang menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati dkk 2013 tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winerungan 2013 dan Majid 2015 yang menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Bandung Karees)

6 52 48

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Soreang)

0 14 36

PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN PADA KPP PRATAMA YOGYAKARTA.

0 4 14

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PRIBADI DI Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pribadi di Kantor Pel

0 2 18

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PRIBADI DI Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pribadi di Kan

0 3 15

PENDAHULUAN Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta.

0 2 9

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus KPP Pratama di Cirebon).

6 18 19

Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Karawang Utara).

0 0 17

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus Pada Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Purwokerto)

0 3 17

PENGARUH MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN, SOSIALISASI PERPAJAKAN, KESADARAN PERPAJAKAN, SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Memiliki Usaha Yang Terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pu

1 18 15