namun hanya sedikit kehilangan zat-zat volatil karena penguapan. Teori difusi selektif dari Rulsken dan Thijssen 1972 dan Reineccius dkk. 1982 menerangkan,
ada mengenai retensi zat pada pengeringan droplet, pertama, terbentuknya lapisan film yang mengelilingi droplet yang bersifat permeable terhadap air, tetapi
imipermeabel terhadap komponen volatil. Kedua, air diuapkan dari droplet, difusif dari komponen zat dalam sistem droplet menurun drastis dibandingkan dengan air,
oleh karena itu faktor pengontrol terhadap kehilangan adalah lebih pada ukuran molekul dari pada titik didih. Jadi walaupun beberapa komponen zat relatip lebih
volatil dan mempunyai titik didih lebih rendah daripada air, namun akan tetap bertahan selama proses pengeringan.
Keuntungan utama dari mikroenkapsulasi dengan semprot kering adalah kemampuannya untuk mengeringkan banyak senyawa yang labil terhadap panas.
Keuntungan lain yang didapat pada penggunaan metode semprot kering adalah produk akhir akan menjadi kering tanpa menyentuh permukaan logam yang panas,
temperatur produk akhir rendah, walaupun udara pengering yang digunakan relatif bersuhu tinggi, penguapan terjadi pada permukaan yang luas, sehingga waktu
pengeringan yang dibutuhkan relatip singkat, produk akhir dapat berupa bubuk yang stabil sehingga memudahkan dalam penanganan. Dalam enkapsulasi zat, semprot
kering merupakan teknik yang banyak digunakan karena ekonomis, simpel dan fleksibel .
2.7 Evaluasi Mikroenkapsulasi
Pembuatan suatu produk mikroenkapsulasi tidak lepas dari berbagai evaluasi untuk mengontrol kualitas produk dan mengetahui layak atau tidaknya
mikroenkapsulasi yang digunakan untuk dipasarkan. Evaluasi yang dilakukan meliputi pemeriksaan morfologi mikrokapsul, pengukuran partikel, berat
mikroenkapsulasi, pengukuran kadar air, penentuan kandungan zat inti, penentuan persentase zat inti yang tersalut, dan uji pelepasan in vitro.
a. Pemeriksaan morfologi mikrokapsul Pemeriksaan morfologi mikroenkapsulasi dengan menggunakan scanning
electron microscopy untuk mengetahui sifat pelepasan pestisida, karakteristik permukaan dan adanya pori-pori pada ermukaan mikrokapsul.
b. Pengukuran Partikel Pengukuran partikel di evaluasi dengan menggunakan particle size analyzer.
c. Penentuan kandungan zat inti Penentuan kandungan mikroenkapsulasi dilakukan untuk mengetahui banyaknya
zat yang terkapsulasi dan efisiensi metode yang digunakan. Jika bahan inti dan
bahan penyalut larut dalam pelarut bukan air, maka penentuan kandungan mikroenkapsul dilakukan dengan melarutkan mikroenkapsul dalam pelarut
organik yang sesuai. Jika hanya bahan inti saja yang larut dalam air, sedangkan bahan penyalutnya tidak larut maka dapat dilakukan pelarutan mikrokapsu dalam
air dengan pengandukan kecepatan tinggi, hingga bahan inti akan terlarut.
d. Penentuan persentase zat inti yang tersalut. Dari penentuan kandungan obat dalam mikrokapsul yang diperoleh dapat
dihitung persentase zat aktif yang tersalut dengan menggunakan rumus :
Dimana : FP = Persentase Zat Tersalut Fm= Fraksi zat aktif dlam mikrokapsul
Ft= Fraksi teoritis zat aktif dalam mikrokapsul e. Uji Pelepasan In-Vitro
Laju pelepasan invitro adalah jumlah bahan padat yang terlarut pada setiap waktu tertentu. Uji ini dilakukan untuk mengukur laju dan jumlah pelarut obat dalam
suatu medium dengan adanya satu atau lebih bahan yang terkandung dalam zat aktif. Adapun persamaan yang menggambarkan persamaan disolusi adalah :
dCdt = KCs-C dimana dC=Perubahan konsentrasi
k= konstanta kecepatan disolusi Cs= Konstanta jenuh larutan
C= konstanta larutan pada waktu tertantu.
2.6 FTIR Fourier Transform Infrared Spectroscopy