Kebijakan Umum Peradilan MENU UTAMA LAPORAN TAHUNAN - Pengadilan Negeri Banda Aceh

peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetapi harus ditempuh melalui kebijakan peradilan dapat menyangkut administrasi peradilan dan kebijakan mengadili oleh Hakim. Kebijakan Peradilan demikian berlandaskan kepada hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mewujudkan suatu putusan yang memenuhi rasa keadilan, kebenaran dan bermanfaat adakalanya harus diterapkan suatu prinsip bahwa hakim bukanlah sekedar mulut atau corong undang-undang; 2. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman di dalam Pasal 10 ayat 1 dinyatakan bahwa “Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutuskan suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”; 3. Berdasarkan Penjelasan Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 yang telah diubah menjadi Undang-undang No.3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung yang pada intinya menyatakan hakim berkewajiban menggali, mengikuti dan memahami rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat; Realisasi dari ketentuan pada angka 2 dua dan 3 tiga hakim dalam memeriksa dan memutus perkara dalam kondisi tertentu harus menemukan sendiri hukum rechtsvinding atau menciptakan hukum rechtsschepping; Dalam sambutan Ketua Mahkamah Agung pada Rapat Kerja Nasional Mahkamah Agung RI dengan Pengadilan Tingkat Banding dan Pengadilan Tingkat Pertama Ibukota Provinsi di Makasar tanggal 2-6 September 2007, ada beberapa prinsip kebijakan peradilan yang harus dipegang teguh setiap hakim, yaitu: 1. Kebijakan mengadili harus mengandung tujuan yang tidak bertentangan dengan asas hukum umum terutama asas keadilan; 2. Kebijakan mengadili harus dapat menunjukkan penerapan hukum yang ada tanpa suatu diskresi, akan menimbulkan pertentangan secara nyata dengan rasa keadilan, terutama rasa keadilan pencari keadilan; 3. Kebijakan mengadili tidak boleh mencederai asas dan norma konstitusi. Asas dan norma konstitusi adalah batas yang tidak dapat dilampaui; 4. Kebijakan mengadili tidak boleh mencederai hak-hak asasi pencari keadilan; 5. Kebijakan mengadili dimaksudkan menemukan keseimbangan antara kepentingan pencari keadilan dan kepentingan masyarakat; Beberapa pandangan Mahkamah Agung mengenai kebijakan mengadili pada pokoknya menyangkut, yaitu: 1. Penerapan Pasal 45A Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 yang telah diubah menjadi Undang-undang No.3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung. Pertama : Tentang perbedaan pendapat perhitungan jumlah hari antara Pengadilan dengan pemohon kasasi. Kedua : Permohonan kasasi atas putusan praperadilan wajib diteruskan ke Mahkamah Agung. 2. Peninjauan Kembali PK putusan pidana oleh Penuntut Umum; 3. Pidana uang pengganti dalam perkara Korupsi; 4. Perkara illegal logging; 5. Perkara PHI; 6. Mediasi dan Arbitrase; 7. Bantuan Hukum oleh LBH atau Biro Hukum Pemerintah; 8. Tentang Sita Jaminan; 9. Tentang bantuan melaksanakan putusan atau bantuan lain. Terdapat kebijakan peradilan lainnya, seperti : a. Terhadap putusan pelanggaran perkara Pilkada yang menurut ketentuan Pengadilan Negeri merupakan peradilan tingkat pertama dan terakhir, namun Jaksa Penuntut Umum mengajukan Kasasi. Mengingat situasi dan kondisi keamanan di daerah, berkas perkara dikirim ke Mahkamah Agung; b. Penasehat Hukum terdakwa mengajukan kasasi terhadap putusan sela Pengadilan Tinggi Banda Aceh yang menolak Eksepsi tentang kompetensi absolut. KUHAP tidak mengatur upaya hukum kasasi demikian dan perkara tetap dilanjutkan pemeriksaan, akan tetapi melihat situasi tertentu berkas perkara seadanya dikirim ke Mahkamah Agung. Terhadap kebijakan peradilan tersebut, termasuk hasil rumusan Rakernas dan Rakerda, Pengadilan Negeri Banda Aceh secara terus menerus mensosialisasikan kepada para Hakim, PaniteraSekretaris, dan para Panmud, agar dijadikan pedoman dan dilaksanakan dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Apabila menghadapi persoalan kebijakan peradilan yang lain akan diberdayakan kegiatan konsultasi dan diskusi, baik dikalangan intern aparat Pengadilan Negeri Banda Aceh maupun ekstern secara vertikal dengan lembaga pengadilan lain.

B. Visi dan Misi

Visi dan misi merupakan arah kebijakan, sasaran dan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu organisasi atau lembaga baik dalam jangka pendek maupun rentang waktu ke depan dalam jangka panjang. Pengadilan Negeri Banda Aceh sebagai pengadilan tingkat pertama Judex Factie tidak terlepas dari lembaga peradilan tertinggi yaitu Mahkamah Agung dalam melaksanakan fungsi dan kewenangannya sesuai dengan visi dan misi yang telah digariskan. Sesuai Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI 2005:4 Visi Mahkamah Agung adalah mewujudkan supremasi hukum melalui kekuasaan kehakiman yang mandiri, efektif, efisien, serta mendapatkan kepercayaan publik, profesional dan memberikan pelayanan hukum yang berkualitas, etis, terjangkau dan biaya rendah bagi masyarakat serta mampu menjawab panggilan pelayanan publik. Untuk mencapai Visi tersebut ditetapkan Misi-misi Mahkamah Agung sebagai berikut: 1. Mewujudkan rasa keadilan sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan, serta memenuhi rasa keadilan masyarakat; 2. Mewujudkan peradilan yang mandiri dan independen, bebas dari campur tangan pihak lain; 3. Memperbaiki akses pelayanan di bidang peradilan pada masyarakat; 4. Memperbaiki kualitas input internal pada proses peradilan; 5. Mewujudkan institusi peradilan yang efektif, efisien, dan bermartabat serta dihormati ; 6. Melaksanakan kekuasaan kehakiman yang mandiri, tidak memihak dan transparan. Namun demikian dengan tidak mengurangi makna dan penghargaan terhadap visi dan misi Mahkamah Agung, maka Pengadilan Negeri Banda Aceh mencoba menyusun dan mengetengahkan visi dan misi sebagai pedoman pelaksaan tugas dan wewenang.

1. Visi Pengadilan Negeri Banda Aceh

Meningkatkan kredibilitas, citra, wibawa dan martabat peradilan sebagai pelaksana supremasi kekuasaan kehakiman yang bebas, netral, dan terpercaya berlandaskan asas dan nilai-nilai hukum dengan menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, kepastian hukum dan hak asasi manusia sebagai pelayan hukum dan pengayom yang baik bagi pencari keadilan dan segenap masyarakat secara sederhana, cepat dan biaya ringan dengan memperhatikan prinsip transparansi dan akuntabilitas.

2. Misi Pengadilan Negeri Banda Aceh

1. Menerima dan memeriksa setiap perkara yang diajukan dengan menjatuhkan putusan berlandaskan hukum sehingga tercipta rasa keadilan, kebenaran dan kepastian hukum dalam masyarakat ; 2. Menciptakan peradilan sebagai pemegang kekuasan yudikatif yang tangguh, dihormati dan dipercaya sehingga menjadi tumpuan pencari keadilan ;