PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.)
ABSTRACT
FOUR TYPES OF COMPOST EFFECT ON SOYBEAN PRODUCTION OF THREE VARIETIES (Glicyne max [L.] Merr.)
By Andi Triyanto
Soybean (Glycine max [L.] Merr.) Is a food crop and source of vegetable protein that is needed by the people. Soybean demand every year increase with population growth and development of agro-industries in need of raw materials soybean. Beginning in July 2010, BPS estimate of soybean production in 2010 based on the Forecast Figures II reached 927,38 thousand-ton. The amount is equivalent with 40% of national demand (2,2 million tons). This means that 60% of the total national demand is still dependent from import. Various efforts were made to increase the production of soybean by way of the use of improved varieties, fertilization is an effective and efficient.
This study aims to (1) compare the production between the three types of soybean varieties, (2) compare soybean production is given a compost without bioaktivator with soybean production is given by bioaktivator compost, and (3) determine whether soybean production depends on the type of compost with the bioaktivator different.
This research has been done in the garden experiment at Polytechnic Lampung (Polinela) from June to September 2011. Arranged in a factorial treatment (4 x 3) with three replications in a complete randomized group design (RKTS). The first factor is the type of compost used is k0 (natural + compost), k1 (compost + EM4), k2 (compost + Golden Harvest), and k3 (compost + M-Dec). The second factor are soybean varieties v1 (Tanggamus), v2 (Argomulyo), and v3 (Grobogan). Data were analyzed for homogeneity range of the Bartlett test and the additivity of model with Tukey test. If the assumptions are complete, data were analyzed and followed by a range of Class Comparison test at the level of 5% and 1%.
The results showed that (1) there is no difference between the three varieties of soybean production is used, (2) application of compost with different types biaktivator have not been able to increase the production of three soybean varieties when compared with natural compost, and (3) the production of three
(2)
soybean varieties do not depend on giving the type of compost with different bioaktivator.
(3)
ABSTRAK
PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.)
Oleh Andi Triyanto
Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Permintaan kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat dengan pertambahan penduduk dan berkembangnya usaha agroindustri yang membutuhkan bahan baku kedelai. Awal Juli 2010, BPS memperkirakan produksi kedelai tahun 2010 berdasarkan Angka Ramalan II mencapai 927,38 ribu-ton. Jumlah tersebut setara dengan 40% dari kebutuhan nasional (2,2 juta ton). Hal ini berarti 60% dari total kebutuhan nasional masih tergantung impor. Berbagai upaya yang dilakukan guna meningkatkan produksi kedelai antara lain dengan cara penggunaan varietas unggul, pemupukan yang efektif dan efisien.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) membandingkan produksi antara ketiga jenis varietas kedelai, (2) membandingkan produksi kedelai yang diberi kompos tanpa bioaktivator dengan produksi kedelai yang diberi kompos dengan bioaktivator, dan (3) mengetahui apakah produksi kedelai bergantung pada jenis kompos dengan bioaktivator yang berbeda.
Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan di Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dari bulan Juni sampai dengan September 2011. Perlakuan disusun secara faktorial (4 x 3) dengan 3 ulangan dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah empat jenis kompos meliputi k0 (kompos + alami), k1 (kompos + EM4), k2 (kompos + Golden Harvest), dan k3 (kompos + M-Dec). Faktor kedua adalah varietas kedelai meliputi
v1(Tanggamus), v2 (Argomulyo), dan v3(Grobogan). Data yang diperoleh
dianalisis homogenitas ragam dengan uji Bartlett dan sifat kemenambahan dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Perbandingan Kelas pada taraf 5% dan 1 %.
(4)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan produksi antara ketiga varietas kedelai yang digunakan, (2) aplikasi kompos dengan jenis
biaktivator yang berbeda belum mampu meningkatkan produksi tiga varietas kedelai jika dibandingkan dengan kompos alami, dan (3) produksi tiga varietas kedelai tidak bergantung pada pemberian jenis kompos dengan bioaktivator yang berbeda.
(5)
PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)
(Skripsi)
Oleh Andi Triyanto
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(6)
PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)
Oleh Andi Triyanto
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(7)
(8)
PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)
(Skripsi)
Oleh Andi Triyanto
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(9)
ABSTRACT
FOUR TYPES OF COMPOST EFFECT ON SOYBEAN PRODUCTION OF THREE VARIETIES (Glicyne max [L.] Merr.)
By Andi Triyanto
Soybean (Glycine max [L.] Merr.) Is a food crop and source of vegetable protein that is needed by the people. Soybean demand every year increase with population growth and development of agro-industries in need of raw materials soybean. Beginning in July 2010, BPS estimate of soybean production in 2010 based on the Forecast Figures II reached 927,38 thousand-ton. The amount is equivalent with 40% of national demand (2,2 million tons). This means that 60% of the total national demand is still dependent from import. Various efforts were made to increase the production of soybean by way of the use of improved varieties, fertilization is an effective and efficient.
This study aims to (1) compare the production between the three types of soybean varieties, (2) compare soybean production is given a compost without bioaktivator with soybean production is given by bioaktivator compost, and (3) determine whether soybean production depends on the type of compost with the bioaktivator different. This research has been done in the garden experiment at Polytechnic Lampung (Polinela) from June to September 2011. Arranged in a factorial treatment (4 x 3) with three replications in a complete randomized group design (RKTS). The first factor is the type of compost used is k0 (natural + compost), k1 (compost + EM4), k2 (compost + Golden Harvest), and k3 (compost + M-Dec). The second factor are soybean varieties v1 (Tanggamus), v2 (Argomulyo), and v3 (Grobogan). Data were analyzed for homogeneity range of the Bartlett test and the additivity of model with Tukey test. If the assumptions are complete, data were analyzed and followed by a range of Class Comparison test at the level of 5% and 1%.
(10)
The results showed that (1) there is no difference between the three varieties of soybean production is used, (2) application of compost with different types
biaktivator have not been able to increase the production of three soybean varieties when compared with natural compost, and (3) the production of three soybean varieties do not depend on giving the type of compost with different bioaktivator.
(11)
ABSTRAK
PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.)
Oleh Andi Triyanto
Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Permintaan kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat dengan pertambahan penduduk dan berkembangnya usaha agroindustri yang membutuhkan bahan baku kedelai. Awal Juli 2010, BPS memperkirakan produksi kedelai tahun 2010 berdasarkan Angka Ramalan II mencapai 927,38 ribu-ton. Jumlah tersebut setara dengan 40% dari kebutuhan nasional (2,2 juta ton). Hal ini berarti 60% dari total kebutuhan nasional masih tergantung impor. Berbagai upaya yang dilakukan guna meningkatkan produksi kedelai antara lain dengan cara penggunaan varietas unggul, pemupukan yang efektif dan efisien.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) membandingkan produksi antara ketiga jenis varietas kedelai, (2) membandingkan produksi kedelai yang diberi kompos tanpa bioaktivator dengan produksi kedelai yang diberi kompos dengan bioaktivator, dan (3) mengetahui apakah produksi kedelai bergantung pada jenis kompos dengan bioaktivator yang berbeda.
Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan di Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dari bulan Juni sampai dengan September 2011. Perlakuan disusun secara faktorial (4 x 3) dengan 3 ulangan dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah empat jenis kompos meliputi k0 (kompos + alami), k1 (kompos + EM4), k2 (kompos + Golden Harvest), dan k3 (kompos + M-Dec). Faktor kedua adalah varietas kedelai meliputi v1(Tanggamus), v2 (Argomulyo), dan v3(Grobogan). Data yang diperoleh dianalisis homogenitas ragam dengan uji Bartlett
(12)
dan sifat kemenambahan dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Perbandingan Kelas pada taraf 5% dan 1 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan produksi antara ketiga varietas kedelai yang digunakan, (2) aplikasi kompos dengan jenis biaktivator yang berbeda belum mampu meningkatkan produksi tiga varietas kedelai jika
dibandingkan dengan kompos alami, dan (3) produksi tiga varietas kedelai tidak bergantung pada pemberian jenis kompos dengan bioaktivator yang berbeda.
(13)
PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr)
Oleh Andi Triyanto
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(14)
Judul Skripsi : PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA
PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L] Merr).
Nama Mahasiswa : Andi Triyanto
NPM : 0714011004
Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian
Menyetujui 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Yafizham, M.S. Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S.
NIP 196001011987031006 NIP 196209281987031001
2. Ketua Program Studi Agroteknologi
Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP 19641118198902 1 002
(15)
MENSAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Yafizham, M.S. _______________
Sekretaris : Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M. S. _______________
Penguji : Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si. ________________
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. NIP 196108261987021001
(16)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonosari pada tanggal 28 Agustus 1989, sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Rugito dan Ibu Turiyem (Alm).
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Wonodadi pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SLTPN 1 Gadingrejo Tanggamus. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Gadingrejo Tanggamus pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) dan pada tahun 2008 diintegrasikan pada program studi Agroteknologi.
Selama dibangku kuliah, penulis pernah mengikuti kegiatan Pesantren Cendekiawan Muslim dan TOP BDP (Training Organisasi Profesi) Budidaya Pertanian pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai anggota FOSI (Forum Studi Islam) Fakultas Pertanian. Pada tahun 2010 penulis pernah mengikuti Praktik Umum di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bunga Mayang, Kota Bumi Lampung Utara. Pada tahun 2011 penulis melakukan kegiatan kuliah lapang di Malang-Joga-Jakarta.
(17)
Dengan Mengucap rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya ini untuk Bapak dan Ibu tercinta sebagai wujud pengabdian dan rasa sayang atas pengorbanan, doa, kesabaran, motivasi dan kasih sayang yang
tiada ternilai dan tak pernah henti tercurahkan selama ini
Kakak dan adikku tercinta beserta keluarga besarku yang selalu mendukung dan memberikan doa atas semua yang telah kucapai selama ini
(18)
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS.Al-Baqarah:29).
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat
mereka menyerah” (Thomas Alva Edison).
“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau
(19)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya kecil ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
1. Bapak Dr. Ir. Yafizham, M.S., selaku Pembimbing pertama atas ide, motivasi, bimbingan, kesabaran, perhatian serta pengertiannya yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai;
2. Bapak Dr.Ir. Paul B. Timotiwu, M.S., selaku Pembimbing Kedua atas saran, motivasi, bimbingan dan kesabaran yang diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai;
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Dosen Penguji atas saran, kritik, pengarahan, dan motivasi kepada penulis;
4. Bapak Ir. Ardian, M.Agr., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas semua nasehat, perhatian dan motivasi kepada penulis;
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi;
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
(20)
7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian atas segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.
8. Bapak Rugito dan Ibu Turiyem (Alm.), serta Ibu Daliana tersayang yang selalu menyayangi dan mendoakan penulis, saudara tersayang Mba Eka, Mba Eli, dan Adek Fari yang selalu memberikan dukungan, dan menyangi penulis;
9. Fitri Mayasari S.P, atas segala bantuan, kesabaran, motivasi, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
10.Lukas Hadinata S.P., Anajani Pratiwi S.P., sebagai sahabat seperjuangan atas segala hal yang sudah kita jalani dan lewati bersama;
11.I Ketut, S.P., Widia Wirawan, S.P., Heru Septiadi, S.P., I Made Ratna, S.P., Juhanda, S.P., Fajar H. Nugroho, Dolly, S.P., Linggar, S.P., Eko Abadi, S.P., Hidayat, S.P., Yunita, S.P. dan teman-teman Agronomi 2007 atas cerita indah, persahabatan, dan kebersamaan yang berkesan selama perkuliahan;
12.Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca dan penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bandar Lampung, Mei 2012
(21)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI. ... iii
DAFTAR TABEL. ... v
DAFTAR GAMBAR. ... viii
I. PENDAHULUAN. ... 1
A. Latar Belakang dan Masalah. ... 1
B. Tujuan Penelitian. ... 3
C. Landasan Teori. ... 4
D. Kerangka Pemikiran. ... 6
E. Hipotesis. ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 9
A. Informasi Umum Mengenai Tanaman Kedelai. ... 9
B. Kompos. ... 15
C. Bioaktivator. ... 21
III. BAHAN DAN METODE. ... 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 27
B. Alat dan Bahan. ... 27
C. Metode Penelitian. ... 27
D. Pelaksanaan Penelitian. ... 29
(22)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 35 A. Hasil Penelitian. ... 35 1. Rekapitulasi Hasil Pengamatan. ... 35 2. Hasil Analisis Kompos Pupuk Kandang Sapi. ... 36 3. Tinggi Tanaman. ... 37 4. Jumlah Daun. ... 39 5. Bobot Berangkasan Tanaman. ... 42 6. Jumlah Bintil Akar Efektif. ... 43 7. Bobot 50 Butir. ……… 45 8. Jumlah Polong Isi per Tanaman. ... 46 9. Bobot Biji per Tanaman (Produksi). ……… 48 B. Pembahasan. ... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 53 A. Kesimpulan. ... 53 B. Saran. ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
LAMPIRAN ... 57
Tabel 15—39 ………... 58—73
(23)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004). ... 21 2. Koefisien pembanding untuk perbandingan kelas. ... 28 3. Perbedaan kandungan mikroorganisme di dalam masing-masing
bioaktivator. ... 29 4. Perbedaan varietas kedelai. . ... 29 5. Rekapitulasi pengaruh empat jenis kompos pada produksi tiga varietas
kedelai. . ... 35 6. Rekapitulasi hasil perbandingan kelas pengaruh empat jenis kompos
pada produksi tiga varietas kedelai. ... 36 7. Hasil analisis kompos pupuk kandang sapi. ... 37 8. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada tinggi tanaman tiga
varietas kedelai. ... 37 9. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada jumlah daun tiga
varietas kedelai ... 40 10. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada bobot berangkasan
tanaman tiga varietas kedelai ... 42 11. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada jumlah bintil akar
efektif tiga varietas kedelai ... 44 12. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada bobot 50 butir tiga
(24)
13. Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada jumlah polong isi tiga
varietas kedelai. ... 47 13.Pengaruh pemberian empat jenis kompos pada bobot biji per tanaman
tiga varietas kedelai. …. ... 48 14.Uji Bartlett (homogenitas ragam) variabel pertumbuhan dan produksi
pada pertanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.). ... …. 58 .
16. Uji Tukey (kemenambahan) variabel pertumbuhan dan produksi pada
pertanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.). ... .... 58 17. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada tinggi tanaman (cm) tiga varietas kedelai. ... ... 59 18. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada tinggi tanaman (cm) tiga varietas kedelai Minggu ke 5. ... .... 59 19. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada tinggi
tanaman (cm) tiga varietas kedelai minggu 5. ...…. 60 20. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada jumlah daun tiga
varietas kedelai. ... ... 60 21. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada jumlah daun tiga
varietas kedelai minggu ke 5. ... ... 61 22. Hasil pengamatan (transformasi ) pengaruh empat jenis kompos pada
jumlah daun tiga varietas kedelai minggu ke 5. . ... .. 62 23. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada jumlah
daun tiga varietas kedelai minggu ke 5. ... .. 62 24. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada bobot berangkasan
kering (g) tiga varietas kedelai. ... .. 63 25. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada bobot
berangkasan kering (g) tiga varietas kedelai.. ... .. 64 26. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada jumlah bintil akar
(25)
27. Hasil pengamatan (transformasi ) pengaruh empat jenis kompos pada
jumlah bintil akar efektif tiga varietas kedelai. ... 65 28. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada jumlah bintil akar efektif tiga varietas kedelai. ... 65 29. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada bobot 50 butir (g)
tiga varietas kedelai. ... 66 30. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada bobot 50
butir (g) tiga varietas kedelai. ... 66 .
31. Hasil analisis perbandingan kelas pengaruh empat jenis kompos pada
bobot 50 butir (g) tiga varietas kedelai. ... 67 32. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada jumlah polong isi
pertanaman tiga varietas kedelai. . ... 68 33. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada jumlah
polong isi pertanaman tiga varietas kedelai. ... 68 34. Hasil análisis perbandingan kelas pengaruh empat jenis kompos pada
jumlah polong isi pertanaman tiga varietas kedelai... 69 35. Hasil pengamatan pengaruh empat jenis kompos pada bobot biji per
tanaman (g) tiga varietas kedelai... 70 36. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada bobot biji
pertanaman (g) tiga varietas kedelai... 70 37. Deskripsi kedelai Varietas Tanggamus ... 71 38. Deskripi kedelai Varietas Argomulyo ... 72 39. Deskripi kedelai Varietas Grobogan ... 73
(26)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Tanggamus terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 38 2. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Argomulyo
terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 38 3. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Grobogan
terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 39 4. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Tanggamus
terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 40 5. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Argomulyo
terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 41 6. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Grobogan
terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 41 7. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai
( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot
berangkasan kering tanaman kedelai. ... 43 8. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai
( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap jumlah
bintil akar efektif tanaman kedelai. ... 44 9. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai
( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot
(27)
10.Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai ( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap jumlah
polong isi per tanaman kedelai. ... 47 11.Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai
( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot biji
per tanaman kedelai. ... 49 12.Tata letak percobaan. ... 74
(28)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Tanggamus terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 38 2. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Argomulyo
terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 38 3. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Grobogan
terhadap tinggi tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 39 4. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Tanggamus
terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 40 5. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Argomulyo
terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 41 6. Hubungan antara empat jenis kompos dan varietas Grobogan
terhadap jumlah daun tanaman kedelai dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5). ... 41 7. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai
( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot
berangkasan kering tanaman kedelai. ... 43 8. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai
( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap jumlah
bintil akar efektif tanaman kedelai. ... 44 9. Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai
( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot
(29)
10.Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai ( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap jumlah
polong isi per tanaman kedelai. ... 47 11.Hubungan antara empat jenis kompos dan tiga varietas kedelai
( : Tangaamus, : Argomulyo, : Grobogan) terhadap bobot biji
per tanaman kedelai. ... 49 12.Tata letak percobaan. ... 74
(30)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI. ... iii
DAFTAR TABEL. ... v
DAFTAR GAMBAR. ... viii
I. PENDAHULUAN. ... 1 A. Latar Belakang dan Masalah. ... 1 B. Tujuan Penelitian. ... 3 C. Landasan Teori. ... 4 D. Kerangka Pemikiran. ... 6 E. Hipotesis. ... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 9 A. Informasi Umum Mengenai Tanaman Kedelai. ... 9 B. Kompos. ... 15 C. Bioaktivator. ... 21 III. BAHAN DAN METODE. ... 27 A. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 27 B. Alat dan Bahan. ... 27 C. Metode Penelitian. ... 27 D. Pelaksanaan Penelitian. ... 29 E. Variabel Pengamatan. ... 32
(31)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 35 A. Hasil Penelitian. ... 35 1. Rekapitulasi Hasil Pengamatan. ... 35 2. Hasil Analisis Kompos Pupuk Kandang Sapi. ... 36 3. Tinggi Tanaman. ... 37 4. Jumlah Daun. ... 39 5. Bobot Berangkasan Tanaman. ... 42 6. Jumlah Bintil Akar Efektif. ... 43 7. Bobot 50 Butir. ……… 45 8. Jumlah Polong Isi per Tanaman. ... 46 9. Bobot Biji per Tanaman (Produksi). ……… 48 B. Pembahasan. ... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 53 A. Kesimpulan. ... 53 B. Saran. ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
LAMPIRAN ... 57
Tabel 15—39 ………... 58—73
(32)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurohim, O. 2008.Pengaruh kompos terhadap ketersediaan hara dan produksi tanaman caisin. Sebuah Skripsi. Dalam IPB Repository.
Atman, R. 2009a.Pengembangan kedelai di lahan masam. Harian Singgalang. Kamis, 27 Juli 2006.
Atman.R. 2009.Strategi Peningkatan Produksi Kedelai di Indonesia. Jurnal Ilmiah Tambuhan, Vol. VIII, No.1, Januari-April 2009: 39-45 hlm. BPTP Banten. 2010. Pembuatan Pupuk Kompos. Banten.
Darmanti, S., A.Marvelia , Sarjana Parman, 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kompos Kascing dengan Dosis yang Berbeda.Buletin Anatomi dan
Fisiologi.Vol.XIV, No. 2, Oktober 2006.
Djuarnani, N., et al. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Efri, et al. Pengantar Bakteri Patogen Tumbuhan. 2003. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Frazier, W.B., and D. C. Westhoff. 1998. Food Microbiology. Third edition.McGraw-Hill, Inc. New York. 539 hlm.
Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai.Universitas Padjajaran. Bandung. Isroi. 2008. KOMPOS. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia,
Bogor.
Hamdi, Y.A. 1982. Application Of Nitrogen-Fixing Systems In Soil Improvement And Management. Rome. Food And Agriculture Organization Of The United Nation.
Hartatik, W., L.R. Widowati.2005.Pengaruh Kompos Pupuk Organik yang Diperkaya dengan Bahan Mineral dan Pupuk Hayati terhadap Sifat-sifat Tanah, Serapan Hara, dan Produksi Sayuran Organik.Laporan Proyek Program Pengembangan Agribisnis.Balai Penelitian Tanah, TA 2005.
(33)
Hasbih, H. 2009. Pusat Penelitian Azolla Fp
UMJ.dalamhttp://udaypusatpenelitianazollajember.blogspot.com/2009 12_01 archive.html.(28 Maret 2011).
http://bataviase.co.id/node/317955. (14 Mei 2011).
http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-tanaman-kedelai-html.
http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/1933972-pengertian-bioaktivator/. (28 Maret 2011).
http://manglayang.blogsome.com/dardjat-kardin-teknologi-kompos/10-aktivator-kompos/. (3 Desember 2011).
http://.puslittan.bogor.net @ 2007. (3 Mei 2011).
Indriani, Y. H.1999. Membuat Kompos Secara kilat. P T P e n e b a r S w a d a y a , Jakarta.
Kardin, D. 2011. Teknologi Kompos. http://manglayang.blogsome.com/dardjat-kardin-teknologi-kompos/10-aktivator-kompos/. (3 Desember 2011). Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Murbandono, L. 1995. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta. Musnamar, E.I.2008. Pupuk Organik: Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi.
Penebar Swadaya. Jakarta. 70 hlm. Nasih.2009. Pembuatan Kompos.dalam
http://nasih.staff.ugm.ac.id/p/009%20p%20k. htm. (28 Maret 2011). Noor, A. 2005. Peran Fosfat Alam dan Kombinasi Bakteri Pelarut Fosfat dengan Pupuk Kandang dalam Meningkatkan Serapan Hara dan Hasil Kedelai. Jurnal Tanah dan Lingkungan, VII(2):41 – 47.
Novizan.2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif.AgroMedia Pustaka. Jakarta. Paustian, T. 2008. Microbiology and bacteriology: The world of microbes.
http://wikipedia.com/streptomyces. (6 Januari 2012)
Prasastyawati, D. dan F. Rumawas. 1980. Perkembangan bintil akar Rhizobium javonicum pada kedelai. Bul. Agron. 21(1): 4.
Rahmawati, N. 2005.Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik.USU Repository.
(34)
Rukmana, R. 1994. Bertanam Kangkung. Kanisius. Yogyakarta
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simplex.Jakarta.122 hlm. Setyorini, et al. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Dalam
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk2.pdf Sukamto, S., Qithfirul, A. dan supandi.1994.Teknik Perbanyakan dan Aplikasi
Jamur Trichoderma spp. Pusat Penelitian Kopi dan kakau Indonesia. Jember Press.
Suryani, Ani. 2011. Kompos.
http://www.damandiri.or.id/file/anisuryaniipbbab2.pdf. (6 januari 2012) Suskandini, 2012.Diskusi.Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan.UNILA. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius.Yogyakarta. 219. Tiens Golden Harvest. 2009. Katalog Produk. http://indonetwork.co.id/PANGAN
PAPAN/1714012/golden-harvest.htm golden harvest 2. ( 28 Maret 2011). TiSDale, S.L. dan W.L. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizer. Fourth ed. Mc.
Millan Pulb.Co. New York.
Wuryaningsih, S.1994. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Mawar Kultivar Cherry Brandy. J. Hort Vol 4(2) :41 – 47.
Yuwono, Nasih. W. 2006.Pembuatan
(35)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Informasi Umum Mengenai Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa,
kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max [L.] Merr. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledoneae Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae Genus : Glycine
(36)
Morfologi Tanaman Kedelai
Menurut Hidayat (1985) dalam Somaatmadja et al. (1985), tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
a. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar mesofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil.
Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi. Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di dalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m atau lebih pada kondisi yang optimal. Namun, umumnya akar tunggang hanya tumbuh pada kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30--50 cm. Sementara akar serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20--30 cm. Akar serabut ini mula-mula tumbuh di dekat ujung akar tunggang, sekitar 3--4 hari setelah berkecambah dan akan semakin bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda yang lain.
(37)
b. Batang dan cabang
Hipokotil merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hipokotil dan dua keeping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil.
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai
berbunga.
Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate. Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah. Jumlah batang tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah biji yang diproduksi. Artinya, walaupun jumlah cabang banyak,
belumtentu produksi kedelai juga banyak.
c. Daun
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia
kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas
(38)
masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2.
Umumnya, daun mempunyai rambut dengan warna cerah dan jumlahnya
bervariasi. Panjang rambut bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan rambut bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3-- 20 buah/mm2. Contoh varietas yang berambut lebat yaitu IAC 100, sedangkan varietas yang berambut jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru. Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai berkait dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong ternyata sangat jarang menyerang varietas kedelai yang berambut lebat. Oleh karena itu, para peneliti pemulia tanaman kedelai cenderung menekankan pada pembentukan varietas yang tahan hama harus mempunyai rambut di daun, polong, maupun batang tanaman kedelai.
d. Bunga
Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tanaman kedelai di Indonesia yang mempunyai panjang hari rata-rata sekitar 12 jam dan suhu udara yang tinggi
(39)
(>30° C), sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5--7 minggu.
Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu.
Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2--25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi. Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup bunga dan dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Tidak setiap kuncup bunga dapat tumbuh menjadi polong, hanya berkisar 20-80%.Jumlah bunga yang rontok tidak dapat membentuk polong yang cukup besar. Rontoknya bunga ini dapat terjadi pada setiap posisi buku pada 1--10 hari setelah mulai terbentuk bunga. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3--5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga pada tipe batang determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang tipe indeterminate.Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu.
e. Polong dan biji
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7--10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada
(40)
setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1--10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak.
Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7--9 g/100 biji), sedang (10--13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun
demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur. Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut. Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13%.
f. Bintil Akar dan Fiksasi Nitrogen
Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di
(41)
dalam akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah memang sudah ada karena tanah tersebut ditanami kedelai atau memang sengaja ditambahkan ke dalam tanah. Nodul tanaman kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah tanam (HST), tergantung kondisi lingkungan tanah dan
suhu.Kelembaban tanah yang cukup dan suhu tanah sekitar 25°C sangat
mendukung pertumbuhan bintil akar tersebut. Perbedaan warna hijau daun pada awal pertumbuhan (10 – 15 HST) merupakan indikasi efektivitas Rhizobium japonicum.
Namun demikian, proses pembentukan bintil akar sebenarnya sudah terjadi mulai umur 4 – 5 HST, yaitu sejak terbentuknya akar tanaman. Pada saat itu, terjadi infeksi pada akar rambut yang merupakan titik awal dari proses pembentukan bintil akar. Oleh karena itu, semakin banyak volume akar yang terbentuk, semakin besar pula kemungkinan jumlah bintil akar atau nodul yang terjadi (Prasastyawati dan Rumawas,1980).
B. Kompos
Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses perombakan berlangsung. Kompos yang dihasilkan dengan
(42)
fermentasi menggunakan teknologi mikrobia efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional.
1. Sifat dan karakteristik kompos
Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan menambah kesuburan tanah pertanian. Karakteristik umum dimiliki kompos antara lain: (1) mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi
tergantung bahan asal; (2) menyediakan unsure hara secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas; dan (3) mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah. Berikut ini diuraikan fungsi kompos dalam memperbaiki kualitas kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah.
Sifat fisika tanah
Kompos memperbaiki struktur tanah yang semula padat menjadi gembur, sehingga mempermudah pengolahan tanah. Tanah berpasir menjadi lebih kompak dan tanah lempung menjadi lebih gembur. Penyebab kompak dan gemburnya tanah ini adalah senyawa-senyawa polisakarida yang dihasilkan oleh mikroorganisme pengurai serta miselium atau hifa yang berfungsi sebagai perekat partikel tanah. Dengan struktur tanah yang baik ini berarti difusi O2 atau aerasi akan lebih banyak sehingga proses fisiologis diakarakan lancar. Perbaikan agregat tanah menjadi lebih remah akan mempermudah penyerapan air ke dalam tanah sehingga proseserosi dapat dicegah. Kadar bahan organik yang tinggi di dalam tanah memberikan warnatanah yang lebih gelap (warna humus coklat
(43)
kehitaman), sehingga penyerapan energy sinar matahari lebih banyak dan fluktuasi suhu di dalam tanah dapat dihindarkan. Institut Pertanian Bogor (IPB) melaporkan bahwa takaran kompos sebanyak 5 ton/ha meningkatkan kandungan air tanah pada tanah-tanah yang subur (CPIS, 1991 dalam Setyorini et al., 2006).
Sifat kimia tanah
Kompos merupakan sumber hara makro dan mikro mineral secara lengkap meskipun dalam jumlah yang relatif kecil (N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Zn, Mo,dan Si). Dalam jangka panjang, pemberian kompos dapat memperbaiki pH dan meningkatkan hasil tanaman pertanian pada tanah- tanah masam. Pada tanah-tanah yang kandungan P-tersedia rendah, bentuk fosfat organic mempunyai peranan penting dalam penyediaan hara tanaman karena hamper sebagian besar P yang diperlukan tanaman terdapat pada senyawa P-organik. Sebagian besar P-organik dalam organ tanaman terdapat sebagai fitin, fosfolipid, dan asam nukleat. Kedua yang terakhir hanya terdapat sedikit dalam bahan organic tanah karena senyawa tersebut mudah digunakan oleh jasad renik tanah. Turunan senyawa- senyawa tersebut sangat penting dalam tanah (karena
kemampuannya membentuk senyawa dengan kation polivalen), terdapat dalam jumlah relatif tinggi, tetapi yang dekomposisinya lambat ialah inositol. Pada tanah alkalin, terbentuk inositol fosfat dengan Ca atau Mg, sedangkan pada tanah masam dengan Al atau Fe. P-anorganik dalam bentuk Al-Fe;Ca-P yang tidak tersedia bagi tanaman, akan dirombak oleh organisme pelarut P menjadi P- anorganik yang larut atau tersedia bagi tanaman.
(44)
Selain itu, kompos juga mengandung humus yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan hara makro dan mikro dan sangat dibutuhkan tanaman. Misel humus mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) yang lebih besar daripada misel
lempung (3--10 kali) sehingga penyediaan hara makro dan mikro mineral lebih lama. KTK asam-asam organik dari kompos lebih tinggi dibandingkan mineral liat, namun lebih peka terhadap perubahan pH karena mempunyai sumber muatan ya n g tergantung pH (pH dependent charge). Pada nilai pH3,5, KTK liat dan C-organik sebesar 45,5 dan 199,5 me 100g-1 sedangkan pada pH 6,5 meningkat menjadi 63 dan 325,5 me100g-1. Nilai KTK mineral liat kaolinit (3—5 me100 g1), illit (30—40 me 100 g-1), montmorilonit (80—150 me100g-1), sedangkan pada asam humat (485—870 me100g-1) dan asam fulfat (1.400 me100g-1). Oleh karena itu, penambahan kompos kedalam tanah dapat meningkatkan nilai KTK tanah (Tan, 1991 dalam Setyorini et al., 2006).
Peranan bahan organic yang juga penting pada tanah ialah kemampuannya bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks. Dengan demikian,ion logam yang bersifat meracuni tanaman serta merugikan
penyediaan hara pada tanah seperti Al, Fe,dan Mn dapat diperkecil dengan adanya khelat dengan bahan organik.
Sifat biologi tanah
Kompos banyak mengandung mikroorganisme (fungi, Aaktinomisetes, bakteri,dan alga). Dengan ditambahkannya kompos ke dalam tanah tidak hanya jutaan
mikroorganisme yang ditambahkan, akan tetapi mikroorganisme yang ada dalam tanah juga terpacu untuk berkembang. Proses dekomposisi lanjut oleh
(45)
mikroorganisme akan tetap terus berlangsung tetapi tidak mengganggu tanaman. Gas CO2 yang dihasilkan mikroorganisme tanah akan dipergunakan untuk fotosintesis tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Amonifiksi, nitrifikasi, dan fiksasi nitrogen juga meningkat karena pemberian bahan organik sebagai sumber karbon yang terkandung di dalam kompos. Aktivitas berbagai mikroorganisme di dalam kompos menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan,misalnya auksin, giberelin,dan sitokinin yang memacu pertumbuhan dan perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah pencarian makanan lebih luas (Setyorini et al., 2006).
2. Manfaat Kompos
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat bobotnya, lebih segar, dan lebih enak.
(46)
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah. 2. Mengurangi volum/ukuran limbah.
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah.
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah.
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah. 3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah. 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen). 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman.
(47)
3. Standar Kualitas Kompos
Berikut ini merupakan Tabel standar kualitas kompos dalam Isroi (2008): Tabel 1. Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004)
No Parameter Satuan Minimum Maksimum
1 Kadar Air % - 50
2 Temperatur oC suhu air tanah
3 Warna kehitaman
4 Bau berbau tanah
5 Ukuran partikel mm 0,55 25
6 Kemampuanikat air % 58 -
7 pH 6,80 7,49
8 Bahan asing % * 1,5
Unsur makro
9 Bahan organik % 27 58
10 Nitrogen % 0,40 -
11 Karbon % 9,80 32
12 Phosfor (P2O5) % 0.1 -
13 C/N-rasio 10 20
14 Kalium (K2O) % 0,20 *
Unsur mikro
15 Arsen mg/kg * 13
16 Kadmium (Cd) mg/kg * 3
17 Kobal (Co ) mg/kg * 34
18 Kromium (Cr) mg/kg * 210
19 Tembaga (Cu) mg/kg * 100
20 Merkuri(Hg) mg/kg * 0,8
21 Nikel (Ni) mg/kg * 62
22 Timbal (Pb) mg/kg * 150
23 Selenium (Se) mg/kg * 2
24 Seng (Zn) mg/kg * 500
Unsur lain
25 Kalsium % * 25.5
26 Magnesium (Mg) % * 0.6
27 Besi (Fe ) % * 2
28 Aluminium (Al) % * 2.2
29 Mangan (Mn) % * 0.1
Bakteri
30 FecalColi MPN/gr 1000
31 Salmonellasp. MPN/4 gr 3
(48)
C. Bioaktivator
Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai kegiatan bagi kehidupan mahkluk hidup lainnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan makhluk –makhluk alami. Populasi mikrobiologi yang mendiami tanah, bersama dengan berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat lebih tinggi membentuk suatu sistem kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral dan sisa –sisa bahan organik yang ada dalam tanah.
Bioaktivator adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut. Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu
menghancurkan bahan organik yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah, bahan pakan ternak, bahan baku obat, bahan baku kosmetik, dan bahan baku makanan untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia (http://id.shvoong.com).
a. Alami
Pengomposan terjadi secara alami tanpa adanya bioaktivator. Organisme yang membantu proses pengomposan ini adalah cacing tanah. Perombakan bahan organik secara alami memerlukan waktu yang cukup lama yaitu antara 3-4 bulan.
(49)
b. EM4
Proses pembuatan kompos yang dilakukan mempergunakan larutan effective microorganisme 4 yang disingkat EM-4. EM-4 pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus Jepang. Dalam EM 4 ini terdapat sekitar 80 genus mikroorganisme fermentor. Mikroorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu: Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast), dan Actinomycetes.
1. Bakteri fotosintetik merupakan bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa nitrogen, gula, dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolir yang diproduksi dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang
menguntungkan.
2. Lactobacillus sp. Merupakan bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguaraian gula dan karbohidrat lain yang bekerjasama dengan bakteri fotosintesis dan ragi. Asam laktat ini merupakan bahan sterilisasi yang kuat yang dapat menekan mikroorganisme berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik dengan cepat.
3. Streptomycetes sp. mengeluarkan enzim streptomisin yang bersifat racun terhadap hama dan penyakit yang merugikan.
4. Ragi (yeast) memproduksi substansi yang berguna bagi tanaman dengan cara fermentasi. Substansi bioaktif yang dihasilkan oleh ragi berguna untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan
(50)
dalam perkembangan atau pembelahan mikroorganisme menguntungkan lain seperti Actinomycetes dan bacteri asam laktat.
5. Actinomycetesmerupakan organisme peralihan antara bakteri dan jamur yang mengambil asam amino dan zat serupa yang diproduksi bakteri fotosintesis dan merubahnya menjadi antibiotik untuk mengendalikan patogen, menekan jamur dan bakteri berbahaya dengan cara
menghancurkan khitin yaitu zat esential untuk pertumbuhannya. Actinomycetes juga dapat menciptakan kondisi yang baik bagi perkembangan mikroorganisme lain.
c. M-Dec
M-Dec merupakan salah satu pupuk hayati yang dapat membantu mempercepat proses pengomposan bahan organik menjadi pupuk organik yang siap diberikan untuk tanaman yang diproduksi oleh Balai Penelitian Tanah Departemen
Pertanian Bogor. Manfaat dari M-Dec yaitu dapat mempercepat proses pengomposan sisa-sisa tanaman pertanian (jerami, seresah jagung), perkebunan (tandan kosong kelapa sawit), dan hortikultura (sampah sayuran), sampah
perkotaan (kertas, daun sisa tanaman, potongan rumput), kotoran hewan, sehingga dapat segera menjadikannya bahan organik tanah yang berfungsi menyimpan dan melepaskan hara di sekitar tanaman. Keunggulan M-Dec antara lain adalah lama pengomposan dengan M-Dec 2 (dua) minggu untuk menghasilkan bokashi yang sudah matang, mengurangi imobilisasi hara, penyakit tular tanah, larva insek, biji gulma, volume bahan buangan, dan masalah lingkungan (Ginting, 2010).
(51)
1. Trichoderma sp.merupakan sejenis cendawan / fungi yang termasuk kelas ascomycetes. Trichoderma merupakan salah satu jamur yang dapat menjadi agen biokontrol karena bersifat antagonis bagi jamur lainnya, terutama yang bersifat patogen.
2. Aspergillus sp. merupakan fungi yang mampu merombak selulosa menjadi bahan-bahan monosakarida, alkohol, CO2, dan asam-asam organik lainnya dengan menggunakan enzim selulase (Rao, 1994).
3. Trametes sp. Berperan dalam mempercepat proses fermentasi bahan organik.
d. Golden Harvest
Pupuk hayati Golden harvest adalah pupuk dengan bahan aktif mikroba asli Indonesia (mikroorganisme indegenous) yang ramah lingkungan. Pupuk ini bisa menyuburkan tanah secara biologi serta dilengkapi dengan hormon tumbuh biologi memacu tumbuhnya akar serabut sehingga kapasitas penyerapan hara oleh tanaman menjadi lebih optimal. Karena daya serap optimal dan hara tanah
ditingkatkan oleh mikroba yang terkandung dalam Tiens Golden Harvest, maka penggunaan pupuk ini bisa menghemat pemakaian pupuk kimia hingga 50% .
Di bawah ini adalah kandungan yang terdapat dalam Golden Harvest:
1. Hormon tumbuh biologi IAA (Indole acetic acid) yang bermanfaat untuk tumbuhnya akar serabut sehingga kapasitas penyerapan hara oleh tanaman menjadi lebih optimal.
(52)
2. Azotobacter sp. yang berfungsi untuk melindungi dan menyelimuti hormon tumbuh yang terdapat dalam Tiens Golden Harvest dan juga berfungsi sebagai mikroba penambat N (nitrogen) dari udara bebas.
3. Azospirillum sp. yang berfungsi sebagai penambat N ( nitrogen ) dari udara bebas untuk diserap oleh tanaman.
4. Mikroba Selulolitik yang menghasilkan enzim selulase yang berguna dalam proses pembusukan bahan organik.
5. Mikroba Pelarut Fosfat yang berfungsi untuk melarutkan fosfat yang terikat dalam mineral liat tanah menjadi senyawa yang mudah diserap oleh tanaman, selain itu dapat membantu proses dekomposisi.
6. Lactobacillius sp. yang berfungsi untuk membantu proses fermentasi bahan organik menjadi senyawa – senyawa asam laktat yang dapat diserap tanaman. 7. Pseudomonas flourecent (Pengurai Pestisida) yang dapat menghasilkan enzim
pengurai yang disebut lignin dan berfungsi juga untuk memecah mata rantai dari zat – zat kimia yang tidak dapat terurai oleh mikroba lainnya (Tiens Golden Harvest, 2009).
(53)
III. BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan di Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dari bulan Juni sampai dengan September 2011.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor, cangkul, ayakan tanah, timbangan, oven, meteran, polybag, gembor, alat tulis.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Tanggamus, varietas Argomulyo,dan varietas Grobogan, pukan sapi yang dikomposkan dengan berbagai macam bioaktivator (alami, EM4, Golden Harvest, dan M-Dec), pupuk NPK 15:15:15, tanah top soil, Furadan 3G, dan pestisida.
C. Metode Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis, rancangan perlakuan disusun secara faktorial (4x3) dan perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dan diulang 3 kali serta diduplo. Faktor pertama kompos pukan sapi dengan :
(54)
1. Tanpa bioaktivator/alami (k0)
2. BioaktivatorEM4 ½ dosis anjuran (k1)
3. Bioaktivator Golden Harvest ½ dosis anjuran (k2) 4. Bioaktivator M-dec ½ dosis anjuran (k3).
Faktor kedua yaitu varietas kedelai : 1. Tanggamus (v1)
2. Argomulyo (v2) 3. Grobogan (v3)
Kesamaan ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlet. Untuk menguji kemenambahan model diuji dengan uji Tukey, apabila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam. Pengujian hipotesis diuji dengan uji perbandingan kelas.
Peluang untuk melakukan kesalahan jenis pertama ditentukan sebesar 1% dan 5%. Daftar perbandingan dan koefisien yang disusun dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Koefisien pembanding dari pertanyaan yang disusun.
Pembanding Tanggamus Argomulyo Grobogan
Alm Em4 GH Mdec Alm Em4 GH Mdec Alm Em4 GH Mdec
P1 : Tgm Vs Sisa 1 2 2 2 2 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1
P2: Agm Vs Gbg 0 0 0 0 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1
P3: Alm Vs Bioak 3 -1 -1 -1 3 -1 -1 -1 3 -1 -1 -1
P4: Em4 Vs Sisa 2 0 2 -1 -1 0 2 -1 -1 0 2 -1 -1
P5: GH Vs MDec 0 0 1 -1 0 0 1 -1 0 0 1 -1
P6: P1 x P3 6 -2 -2 -2 -3 1 1 1 -3 1 1 1
P7: P1 x P4 0 4 -2 -2 0 -2 1 1 0 -2 1 1
P8: P1 x P5 0 0 2 -2 0 0 -1 1 0 0 -1 1
P9: P2 x P3 0 0 0 0 3 -1 -1 -1 -3 1 1 1
P10: P2 x P4 0 0 0 0 0 2 -1 -1 0 -2 1 1
P11: P2 x P5 0 0 0 0 0 0 1 -1 0 0 -1 1
Keterangan :
Tgm : Tanggamus Alm : Alami
Sisa 1 : Argomulyo dan Grobogan Bioak : Bioaktivator
Agm : Argomulyo Sisa 2 : Golden Harvest dan Mdec
(55)
Penyusunan pertanyaan dalam uji perbandingan kelas didasarkan pada perbedaan bioaktivator kompos yang digunakan (Tabel 3) dan perbedaan varietas kedelai yang digunakan (Tabel 4), serta interkasi antara jenis kompos dengan varietas.
Tabel 3. Perbedaan kandungan mikroorganisme di dalam masing-masing bioaktivator.
Jenis bioaktivator Jenis mikroorganisme Em4
Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast), dan Actinomycetes
Golden Harvest
Azospirillium sp.; Azotobacter sp.; Mikroba pelarut P; Lactobaccillus sp.; dan Mikroba Pendegradasi Selulosa M-Dec
Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii, Aspergillus sp. dan Trametes
Tabel 4. Perbedaan karakteristik varietas kedelai Varietas Karakteristik
Tanggamus Varietas unggul nasional Potensi hasil 1,22 ton/ha Moderat terhadap karat daun Argomulyo Varietas introduksi dari Thailand
Potensi hasil 1,5--2 ton/ha Toleran terhadap karat daun
Grobogan varietas pemurnian lokal darai Malabar Potensi hasil 3,44 ton/ha
Beradaptasi baik pada berbagai lingkungan
D. Pelaksanaan Penelitian
Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 1. Persiapan media tanam
Tanah untuk media tanam diambil bagian top soil sebelumnya diayak terlebih dahulu agar diperoleh media tanam yang remah. Kemudian dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 10 kg berat kering oven (BKO), dan setiap pelakuan diduplo. Sehingga jumlahnya ada 72 buah polybag.
(56)
2. Pencampuran dengan kompos dan pupuk dasar (NPK)
Tanah yang telah diayak dan dimasukkan ke dalam polybag seberat 10 kg BKO dicampur dengan kompos. Pengaplikasian kompos hanya ditaburkan di permukaannya saja. Dosis kompos yang digunakan adalah 5ton/ha, dengan jarak tanam kedelai 50 cm x 30 cm. sehingga populasi tanaman per hektarnya ada 66667 tanaman dan diperoleh untuk masing-masing tanaman 75 gram kompos. Dosis rekomendasi untuk tanaman kedelai pada lahan kering dan kondisi kurang subur adalah 2-5 ton/ha pupuk kandang, 50-100 kg/ha urea, 65-95 kg/ha SP-36, dan 50-75 kg/ha KCl (cerianet-crew, 2008). Pada penelitian ini yang digunakan adalah pupuk majemuk (NPK 15:15:15) dengan dosis 100 kg/ha.Sehingga setiap tanaman mendapatkan 1,50 gram pupuk NPK.
Berikut ini merupakan perhitungan penggunaan kompos pukan sapi Diketahui: Luas lahan = 1ha = 10000 m2
Jarak tanam = 50x30 cm = 0,15 m2 Dosis kompos = 5 ton/ha = 5000 kg Ditanya : Kebutuhan pupuk pertanaman?
Jawab : Jumlah tanaman kedelai/ha = luas lahan/ jarak tanam
= 10000 m2 / 0,15 m2
= 66667 tanaman
Kebutuhan pupuk pertanaman = dosis kompos / jumlah tanaman
= 5000 kg / 66667
(57)
= 75 g.
Berikut ini merupakan perhitungan penggunaan pupuk dasar (NPK 15:15:15) Diketahui: Luas lahan = 1ha = 10000 m2
Jarak tanam = 50 x 30 cm = 0,15 m2 Dosis pupuk dasar = 100kg/ha = 100000g Ditanya : Kebutuhan pupuk pertanaman?
Jawab : Jumlah tanaman kedelai/ha = luas lahan/ jarak tanam
= 10000 m2 / 0,15 m2
= 66667 tanaman
Kebutuhan pupuk pertanaman= dosis pupuk dasar / jumlah tanaman
= 100000 g / 66667
= 1,5 g.
3. Penanaman benih
Sebelum ditanam, benih diseleksi, dipilih benih yang besarnya seragam dan baik secara fisik. Kemudian dicampur dengan Furadan 3G untuk
menghindari semut. Penanaman benih dilakukan pada pagi hari, dan setiap polybag ditanam dua benih. Benih ditanam ± 3cm dan ditutup dengan tanah. Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah penanaman apabila benih tidak tumbuh.
4. Pemeliharaan
Kegiatan dalam pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan,
(58)
rutin dilakukan setiap harinya. Pemupukan hanya dilakukan pada saat tanam. Pengendalian gulma hanya yang berada di sekitar tanaman, dilakukan dengan manual. Pengendalian hama dilakukan bila sudah timbul gejala akibat
aktivitas hama. Penyulaman hanya dilakukan pada tanaman yang mati, dimulai dari 1 minggu setelah tanam (MST) sampai maksimal 3 MST.
5. Pengamatan
Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun diamti setiap minggu dimulai dari 1 MSTsampai masa vegetatif maksimum (mulai muncul bunga). Pengamatan bobot berangkasan kering dan jumlah bintil akar efektif dilakukan pada saat tanaman memasuki masa vegetatif maksimal. Pengamatan jumlah polong isi per tanaman dilakukan pada saat tanaman kedelai panen. Polong yang dihitung hanya yang berisi saja. Pengamatan bobot 50 butir dan bobot biji per tanaman dilakukan pada saat kadar air biji antara 10--14 %.
E. Variabel Pengamatan
Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan
pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan. Variabel yang akan diamati yaitu:
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh dan
(59)
Pengukuran dilakukan dalam satuan centimeter (cm) dengan menggunakan alat pengukur panjang seperti penggaris atau meteran.
2. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung dari daun yang membuka sempurna yang dilakukan dari 1 MST dan diulang tiap minggu sekali sampai keluar bunga, daun yang
membuka belum sempurna tidak dihitung.
3. Bobot berangkasan tanaman
Saat setelah pemanenan, tanaman kedelai dicabut dan diambil (dari ujung daun sampai akarnya) kemudian dimasukan kedalam kertas untuk ditimbang bobot basahnya yang kemudian akan dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 800 C sampai bobotnya konstan. Setelah kering, berangkasan ditimbang dengan timbangan ohaus sensitivitas 0,1 gram.
Pengukuran dilakukan dalam satuan gram. 4. Jumlah bintil akar efektif
Jumlah bintil dihitung pada saat masa vegetatif maksimal, dengan cara tanaman dicabut kemudian dihitung jumlah bintil yang menempel di akar. Bintil akar yang dihitung hanya yang menempel pada akar tunggang dan berwarna merah muda saat dibelah.
5. Bobot 50 butir
Pengamatan dilakukan dengan menghitung benih hingga 50 butir pada kadar air simpan (10-14%). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat pembagi tepat benih (seed devider) yang kemudian diukur bobotnya
(60)
dengan timbangan Ohaus sensitivitas 0,1 gram. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.
6. Jumlah polong isi pertanaman
Penghitungan jumlah polong dihitung dari seluruh jumlah polong isi yang dihasilkan kemudian ditimbang dengan timbanagn Ohaus sensitivitas 0,1 gram. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.
7. Bobot biji pertanaman
Bobot biji pertanaman diperoleh dari penimbangan semua biji dalam satu tanaman setelah panen. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram. Bobot biji pertanaman merupakan variabel produksi.
(61)
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS.Al-Baqarah:29).
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat
mereka menyerah” (Thomas Alva Edison).
“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik “(Evelyn Underhill).
(62)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Permintaan kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya usaha agro industri yang berbahan baku kedelai. Pada awal Juli 2010, Badan Pusat Statistik memperkirakan produksi kedelai tahun 2010 berdasarkan angka ramalan II mencapai 927,38 ribu-ton. Jumlah ini setara dengan 40% dari kebutuhan nasional (2,2 juta ton). Hal ini berarti 60% dari total kebutuhan nasional harus diimpor dari negara lain (Bataviase, 2010).
Rendahnya produksi kedelai di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain masih banyaknya petani yang belum menggunakan benih varietas unggul, kesuburan tanah yang rendah, cekaman kekeringan, adanya serangan hama dan penyakit, dan masih rendahnya pengetahuan petani mengenai teknik budidaya kedelai. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kedelai adalah dengan pemupukan. Pemupukan memegang peranan penting untuk menyediakan dan menggantikan unsur hara yang habis terpakai dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan produksi suatu tanaman (Setyamidjaja, 1986).
(63)
Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil produksi tanaman kedelai adalah dengan penggunaan pupuk kompos. Pemberian pupuk hijau dan pupuk kandang seringkali sulit terlaksana, karena untuk menyediakan mereka dalam jumlah besar. Untuk mengatasi masalah itu, kompos dapat membantu pemecahannya. kompos adalah hasil proses dekomposisi materi organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga, dan sebagainya) oleh mikroorganisme baik secara aerob maupun anaerob (Indriani,1999). Kompos memiliki muatan negatif dan dapat dikoagulasikan oleh kation-kation dan partikel tanah untuk membentuk agregat tanah. Dengan demikian, penambahan kompos dapat memperbaiki struktur tanah sehingga akan memperbaiki pula aerasi, drainase, kemampuan daya serap tanah terhadap air,serta berguna untuk mengendalikan erosi tanah (Gaur, 1981 dalam Suryani, 2011).
Penggunaan kompos dalam usaha budidaya tanaman sangat baik, karena dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi tanahmaupun tanaman. Fungsi kompos bagi tanah yaitu menggemburkan tanah,memperbaiki struktur dan porositas tanah, meningkatkan komposisi mikroorganisme tanah, serta meningkatkan daya ikat tanahterhadapair. Sedangkan bagi tanaman, kompos berfungsi menyediakan unsur hara makro dan mikro, memudahkan pertumbuhan akar tanaman karena tanah menjadi gembur, mencegah beberapa penyakit akar, dan dapat menghemat pemakaian pupuk anorganik,sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk anorganik. Karena keunggulan yang dimiliki tersebut, kompos menjadi salah satu alternatif pengganti pupuk anorganik, karena harganya murah, berkualitas, dan ramah lingkungan.
(64)
Penggunaan varietas unggul sangat dianjurkan dalam usaha pengingkatan
produksitivitas kedelai. Ada berbagai macam varietas kedelai unggul di Indonesia, yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Tanggamus, Argomulyo, dan Grobogan. Ketiga varietas tersebut memiliki deskripsi yang berbeda-beda. Varietas Tanggamus merupakan varietas unggul nasional yang dibuat pada tahun 2001, potensi hasilnya mencapai 1,22 ton/ha. Varietas Argomulyo merupakan varietas unggul yang diintroduksi dari Thailand. Rataan hasilnya mencapai 1,5--2 ton/ha. Varietas Grobogan merupakan varietas unggul baru yang dilepas tahun 2008. Varietas ini merupakan varietas pemurnian lokal dari Malabar dengan rataan hasil mencapai 2,70 ton/ha. Penggunaan varietas yang dipadukan dengan pemberian kompos diharapkan mampu menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan produksi antara ketiga jenis varietas kedelai? 2. Apakah pemberian kompos tanpa bioaktivator menghasilkan produksi kedelai
yang berbeda dibandingkan dengan pemberian kompos dengan bioaktivator? 3. Apakah produksi kedelai bergantung pada jenis kompos dengan bioaktivator
yang berbeda?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
(65)
1. Membandingkan produksi antara ketiga jenis varietas kedelai yang digunakan.
2. Membandingkan produksi kedelai yang diberi kompos tanpa bioaktivator dengan produksi kedelai yang diberi kompos dengan bioaktivator.
3. Mengetahui apakah produksi kedelai bergantung pada jenis kompos dengan bioaktivator yang berbeda.
C. Landasan Teori
Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, maka landasan teori adalah sebagai berikut:
Salah satu upaya dalam peningkatan produktivitas tanaman adalah dengan penggunaan varietas unggul. Setiap varietas memiliki potensi hasil yang berbeda-beda. Dari ketiga varietas yang digunakan varietas Grobogan memiliki potensi hasil tertinggi yaitu 2,77 ton/ ha,varietas Argomulyo 1,5--2,0 ton/ha, dan varietas Tanggamus 1,22 ton/ha (Puslittan, 2007). Menururt Irwan (2006), varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman kedelai, karena untuk mencapai produktivitas yan gtinggi sangat ditentukan oleh potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam. Potensi hasil biji di lapangan masih dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan. Apabila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi daya hasil biji yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai. Pemberian bahan organik dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh yang baik. Sehingga diharapkan dengan pemberian bahan organik dapat memunculkan potensi produktivitas dari varietas kedelai yang ditanam.
(66)
Menurut Djuarnani et al., (2005), peranan bahan organik bagi tanah adalah sebagai bahan pembenah tanah, yaitu membenahi sifat fisik, biologi, dan sifat kimia tanah. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan dan mempunyai porositas yang baik. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi bagi mikroba tanah. Sehingga dengan pemberian bahan organik akan mampu meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroba tanah.
Pukan sapi merupakan salah satu sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan. Namun, penggunaan pukan sapi sebagai bahan organik perlu diperhatikan.
Karena pukan sapi memiliki kandungan selulosa yang tinggi sehingga bahan tersebut sulit terurai. Untuk dapat diberikan ke tanaman, pukan sapi harus
dikomposkan terlebih dahulu. Pengomposan merupakan proses penguraian bahan organik yang terjadi secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi (Isroi, 2008).
Menurut Isroi (2008), dalam rangka mempercepat proses pengomposan perlu diterapakan strategi yang tepat. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan. Organisme yang sudah banyak dimanfaatkan misalnya cacing tanah. Organisme lain yang banyak dipergunakan adalah mikroba, baik bakeri, Aktinomicetes, maupun
kapang/cendawan. Saat ini dipasaran banyak sekali beredar bioaktivator
pengomposan dan di dalam bioaktivator tersebut terdapat mikroba-mikroba yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi bahan organik dan merupakan ciri dari bioaktivator tersebut.
(67)
Bioaktivator yang digunakan dalam penelitian ini adalah efektive
mikroorganisme-4(EM4), M-dec, dan Golden Harvest. Mikroba yang terkandung dalam EM4 adalah Lactobacillus (bakteri asam laktat) serta sedikit bakteri
fotosintetik, Actinomycetes, Streptomyces sp. (jamur fermentasi), dan ragi. M-dec mengandung mikroba Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii, Aspergillus sp. dan Trametes (Musanmar, 2008). Sedangkan Golden harvest mengandung Azospirillium sp., Azotobacter sp., mikroba pelarut P; Lactobaccillus sp., dan mikroba pendegradasi selulosa. Semua mikroba yang terkandung di dalamnya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mempercepat dekomposisi bahan organik. Apabila pengomposan dilakukan secara alami (tanpa bioaktivator tambahan) maka akan memerlukan waktu berbulan-bulan dan hasilnya tidak seperti kompos yang diberi bioaktivator tambahan.
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah. Peningkatan produktivitas kedelai dapat ditingkatkan dengan penggunaan varietas unggul. Tetapi, keunggulan dari suatau varietas akan muncul apabila diimbangi dengan kondisi lingkungan yang ideal. Salah satu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kondisi lingkungan adalah penggunaan pupuk organik dalam hal ini adalah kompos. Peran kompos adalah memperbaiki sifat fisik tanah seperti menggemburkan tanah, meningkatkan aerasi tanah, memperbaiki strutur tanah, dan lain sebagainya. Kompos juga dapat memperbaiki sifat biologi dan kimia tanah. Sifat biologi tanah seperti menyediakan tempat tumbuh yang ideal untuk
(68)
perkembangan organisme tanah. Sifat kimia, seperti meningkatkan KTK tanah, meningkatkan kandungan humus tanah, dan meningkatkan suplai unsur hara makro maupun mikro.
Tanah yang diberi kompos lebih banyak menyimpan air dan tidak mudah kering.Jika diamati lebih jauh, aktivitas mikroba di dalam tanah yang diberi kompos akan lebih tinggi daripada tanah yang tidak diberi kompos. Untuk mendapatkan kualitas kompos yang baik perlu ditambahkan bioaktivator buatan. Bioaktivator ini mengandung berbagai mikroba yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman. Setiap bioaktivator memiliki kandungan mikroba yang berbeda,
sehingga kualitas kompos akan berbeda pada setip penggunaan jenis bioaktivator yang berbeda. Pada umumnya mikroba-mikroba ini memiliki peranan yang sama yaitumenguraikan bahan organik dan meningkatkan penyerapan unsur hara oleh tanaman serta sebagai penyuplai unsur hara. Sehingga terjadi optimalisasi dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman.
Penyerapan unsur hara yang optimal akan mempengaruhi fisiologi tanaman, dengan meningkatnya kandungan unsur hara di dalam tanaman, senyawa organik yang disintesis oleh tanaman meningkat juga. Hasil sintesis ini antara lain dalam bentuk pati, protein, dan lipid. Produk asimilat ini dimanfaatkan oleh tanamaan untuk proses pembelahan sel di seluruh jaringan tanaman, penambahan ukuran sel, meningkatnya pasokan bahan organik pada sel tersebut, dan penggantian sel-sel yang rusak.
Tinggi tanaman semakin meningkat dengan seiiringnya penambahan ukuran sel dan jumlah sel, serta penggantian sel-sel yang telah rusak. Bobot berangkasan
(69)
kering meningkat sebagai akibat dari akumulasi bahan organik pada jaringan tanaman tersebut. Meningkatnya tinggi tanaman menghasilkan jumlah cabang yang lebih banyak dan jumlah daun yang lebih banyak, sehingga fotosintesis dan proses metabolisme lainya juga meningkat yang menghasilkan semakin
banyaknya jumlah bunga. Kemudian, meningkatnya asimilat pada bunga akan mengurangi terjadinya kerontokan dan proses pembelahan sel berlangsung aktif. Dengan meningkatnya jumlah bunga dan pasokan asimilat, maka jumlah polong yang dihasilkan semakin banyak.
Pertambahan pasokan asimilat juga akan meningkatkan ukuran-ukuran biji. Semakin tinggi asimilat yang ditranslokasikan ke biji maka akan lebih banyak kandungan unsur hara dan jumlah polong isi yang dihasilkan. Dengan
bertambahnya ukuran biji dan jumlah polong yang dihasilkan, maka akan semakin tinggi produksinya.
E. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
1. Kedelai varietas Grobogan menghasilkan produksi tertinggi dibandingkan varietas Argomulyo dan Tanggamus.
2. Kedelai yang diberi kompos dengan bioaktivator menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan kedelai yang diberi kompos alami.
3. Terdapat perbedaan tanggapan untuk produksi terhadap varietas yang bergantung dari masing-masing jenis kompos.
(70)
Judul Skripsi : PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA
PRODUKSI TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L] Merr).
Nama Mahasiswa : Andi Triyanto
NPM : 0714011004
Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian
Menyetujui 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Yafizham, M.S. Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S.
NIP 196001011987031006 NIP 196209281987031001
2. Ketua Program Studi Agroteknologi
Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP 19641118198902 1 002
(71)
MENSAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Yafizham, M.S. _______________
Sekretaris : Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M. S. _______________
Penguji : Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si. ________________
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. NIP 196108261987021001
(72)
(73)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonosari pada tanggal 28 Agustus 1989, sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Rugito dan Ibu Turiyem (Alm).
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Wonodadi pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SLTPN 1 Gadingrejo Tanggamus. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Gadingrejo Tanggamus pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) dan pada tahun 2008 diintegrasikan pada program studi Agroteknologi. Selama dibangku kuliah, penulis pernah mengikuti kegiatan Pesantren
Cendekiawan Muslim dan TOP BDP (Training Organisasi Profesi) Budidaya Pertanian pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai anggota FOSI (Forum Studi Islam) Fakultas Pertanian. Pada tahun 2010 penulis pernah mengikuti Praktik Umum di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bunga Mayang, Kota Bumi Lampung Utara. Pada tahun 2011 penulis melakukan kegiatan kuliah lapang di Malang-Joga-Jakarta.
(74)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya kecil ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
1. Bapak Dr. Ir. Yafizham, M.S., selaku Pembimbing pertama atas ide, motivasi, bimbingan, kesabaran, perhatian serta pengertiannya yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai; 2. Bapak Dr.Ir. Paul B. Timotiwu, M.S., selaku Pembimbing Kedua atas saran,
motivasi, bimbingan dan kesabaran yang diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai;
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Dosen Penguji atas saran, kritik, pengarahan, dan motivasi kepada penulis;
4. Bapak Ir. Ardian, M.Agr., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas semua nasehat, perhatian dan motivasi kepada penulis;
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi;
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
(1)
MENSAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Yafizham, M.S. _______________
Sekretaris : Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M. S. _______________
Penguji : Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si. ________________
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. NIP 196108261987021001
(2)
(3)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonosari pada tanggal 28 Agustus 1989, sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Rugito dan Ibu Turiyem (Alm).
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Wonodadi pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SLTPN 1 Gadingrejo Tanggamus. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Gadingrejo Tanggamus pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) dan pada tahun 2008 diintegrasikan pada program studi Agroteknologi.
Selama dibangku kuliah, penulis pernah mengikuti kegiatan Pesantren
Cendekiawan Muslim dan TOP BDP (Training Organisasi Profesi) Budidaya Pertanian pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai anggota FOSI (Forum Studi Islam) Fakultas Pertanian. Pada tahun 2010 penulis pernah mengikuti Praktik Umum di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bunga Mayang, Kota Bumi Lampung Utara. Pada tahun 2011 penulis melakukan kegiatan kuliah lapang di Malang-Joga-Jakarta.
(4)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya kecil ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
1. Bapak Dr. Ir. Yafizham, M.S., selaku Pembimbing pertama atas ide, motivasi, bimbingan, kesabaran, perhatian serta pengertiannya yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai; 2. Bapak Dr.Ir. Paul B. Timotiwu, M.S., selaku Pembimbing Kedua atas saran,
motivasi, bimbingan dan kesabaran yang diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai;
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Dosen Penguji atas saran, kritik, pengarahan, dan motivasi kepada penulis;
4. Bapak Ir. Ardian, M.Agr., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas semua nasehat, perhatian dan motivasi kepada penulis;
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi;
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
(5)
7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian atas segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.
8. Bapak Rugito dan Ibu Turiyem (Alm.), serta Ibu Daliana tersayang yang selalu menyayangi dan mendoakan penulis, saudara tersayang Mba Eka, Mba Eli, dan Adek Fari yang selalu memberikan dukungan, dan menyangi penulis; 9. Fitri Mayasari S.P, atas segala bantuan, kesabaran, motivasi, dan kasih sayang
yang diberikan kepada penulis.
10.Lukas Hadinata S.P., Anajani Pratiwi S.P., sebagai sahabat seperjuangan atas segala hal yang sudah kita jalani dan lewati bersama;
11.I Ketut, S.P., Widia Wirawan, S.P., Heru Septiadi, S.P., I Made Ratna, S.P., Juhanda, S.P., Fajar H. Nugroho, Dolly, S.P., Linggar, S.P., Eko Abadi, S.P., Hidayat, S.P., Yunita, S.P. dan teman-teman Agronomi 2007 atas cerita indah, persahabatan, dan kebersamaan yang berkesan selama perkuliahan; 12.Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca dan penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bandar Lampung, Mei 2012
(6)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat perbedaan produksi antara ketiga varietas kedelai yang
digunakan.
2. Aplikasi kompos dengan jenis bioaktivator yang berbeda belum mampu meningkatkan produksi tiga varietas kedelai jika dibandingkan dengan kompos alami.
3. Produksi tiga varietas kedelai tidak bergantung pada pemberian jenis kompos dengan bioaktivator yang berbeda.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyarankan agar lebih memperhatikan proses pembuatan kompos dengan benar agar kompos yang dihasilkan memiliki mutu yang baik.