PENGARUH HIDRASI PADA BENIH YANG TELAH MENGALAMI PERIODE SIMPAN DAN PUPUK NPK SUSULAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.)

(1)

(Glycine max[L.]Merr.)

Oleh

Habib Juni Rahmanto

Hidrasi merupakan suatu metode perbaikan fisiologis dan biokimia dalam benih oleh media imbibisi berupa bahan pelarut organik dan anorganik. Metode ini bertujuan untuk menyerempakkan perkecambahan serta meningkatkan persentase perkecambahan pada benih berdaya kecambah telah menurun. Pemupukan susulan saat tanaman telah muncul bunga sangat efektif dilakukan berkaitan dengan

keadaan tanaman yang akan memasuki periode pengisian biji sehingga menjamin ketersediaan asimilat.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tanggapan benih kedelai varietas Anjasmoro yang telah mengalami penyimpanan selama 9 bulan terhadap perlakuan hidrasi dalam pertumbuhan dan hasil tanaman, (2) mengetahui dosis pupuk NPK susulan saat pembungaan yang dapat menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai varietas Anjasmoro yang lebih tinggi, dan (3) mengetahui tanggapan benih kedelai terhadap hidrasi yang akan menentukan dosis pupuk NPK susulan yang


(2)

Habib Juni Rahmanto tepat dalam menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang paling tinggi.

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Politeknik Negeri Bandar Lampung (Polinela) dan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Februari sampai Juni tahun 2009. Perlakuan disusun secara faktorial 3 x 3 menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna dengan 3 ulangan, faktor pertama adalah 3 cara perlakuan hidrasi terdiri dari perendaman (H2), pelembaban (H1) dan tanpa perlakuan hidrasi (H0). Faktor kedua adalah dosis pupuk NPK tambahan saat berbungan yaitu 0 kg/ha (P0), 75 kg/ha (P1), dan 100 kg/ha (P2). Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan Uji Bartlett dan kemenambahan model diuji dengan Uji Tukey. Data diolah dengan analisis ragam dilanjutkan dengan analisis koefisien ortogonal pada taraf 0,05%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan hidrasi pada benih kedelai yang telah mengalami penyimpanan 9 bulan menghasilkan tanggapan pada umur pembungaan dan jumlah polong total. Perlakuan hidrasi dengan cara direndam lebih baik daripada cara dilembabkan terlihat pada variabel pengamatan hasil bobot 100 biji pada tanaman kedelai varietas Anjasmoro. Pemberian berbagai dosis pupuk NPK susulan tidak berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Perlakuan invigorasi hidrasi benih kedelai (pelembaban dan perendaman) dapat meningkatkan produksi lebih tinggi daripada tanpa hidrasi pada tanaman yang tidak diberi pupuk NPK susulan. Benih yang tidak diperlakukan hidrasi pupuk NPK susulan 75 dan100 kg/ha dapat meningkatkan produksi daripada tidak diberi pupuk NPK susulan.


(3)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF HYDRATION ON PRE-STORED SEEDS AND SUPLEMENTAL NPK TO INCREASE SOYBEAN

(Glycine max [L.] Merr.) PRODUCTION

Oleh

Habib Juni Rahmanto

biochemical properties by means of imbibition media that utilizes organic and inorganic solvents. This method is intended to synchronize sprouting or seedling formation and to improve its rate (in percent). Application of supplemental

fertilizer after buds are observed is potentially effective as the plants are undergoing a period in which fruits start to take shape. It is the most critical period in the development stage of soybean plants because food is being translocated into the fruits in the pod, and thus supplemental fertilization with NPK is expected to increase production.

This study would investigate (1) the response of soybean seeds of Anjasmoro variety-which have been in 9-month storage-to hydration process, as regards both their growth and the yield, (2) the dosage of supplemental NPK during budding that could result in higher rates of growth and production in soybean plants of


(4)

Habib Juni Rahmanto will determine the exact dosage of supplemental NPK for achieving the highest possible rates of growth and production.

The research has been carried out on the experimental plot of Bandar Lampung State Polytechnic (Polinela) and that of the Laboratory for Seeding Technology and Horticulture, Faculty of Agriculture, University of Lampung, from February to June 2009. The treatment is arranged 3x3 factorial, using random group arrangement with 3 replays. The first factor is hydration treatment ways, they are soaking (H2), moisturizing (H1) and non hydration treatment (H0). The second factor is the dose of addition NPK when the connection between 0 kg/ha (P0), 75 kg/ha (P1), and 100 kg/ha (P2). Type of homogeneity between the treatment is tested by bartlett test, addition model tested by turkey test. The data is cultivated by analysis type and followed by orthogonal coefficient analysis in error standard 0, 05 %.

The results point out that hydration on soybean has brought about responses in terms of budding age and the number of total pods. Hydration by saturation also demonstrates better result than that by moisturizing, as observed in the yield weight of 100 seeds of Anjasmoro soybean. However, application of varying supplemental NPK dosages brought no effect on growth rate and production. Hydration treatmen (moisturizing and saturation) on soybean plants that received no supplemental NPK could lead to higher production compared to treatment without both hydration and supplemental NPK. Seeds that received no hydration treatment but were given supplemental NPK (about 75 and 100 kg/ha) also demonstrate increased production than those without both hydration and supplemental NPK.


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan hidrasi pada benih kedelai yang telah disimpan 9 bulan menghasilkan tanggapan pada umur pembungaan dan jumlah polong total. Perlakuan hidrasi dengan cara direndam lebih baik daripada dilembabkan terlihat pada variabel pengamatan hasil bobot 100 biji pada tanaman kedelai varietas Anjasmoro.

2. Pemberian berbagai dosis pupuk NPK susulan saat berbunga penuh tidak berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.

3. Terdapat tanggapan perlakuan hidrasi (pelembaban dan perendaman) yang berbeda pada berbagai taraf dosis pupuk NPK susulan saat berbunga. Perlakuan hidrasi benih kedelai (pelembaban dan perendaman) dapat meningkatkan

produksi lebih tinggi daripada tanpa hidrasi pada tanaman yang tidak diberi pupuk NPK susulan. Benih yang tidak diperlakuan hidrasi dengan pemberian pupukNPK susulan 75 dan100 kg/ha dapat meningkatkan produksi daripada tidak diberi pupuk NPK susulan.


(6)

42

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,sekiranya dilakukan pengukuran kadar air awal benih sebelum dan setelah diberi perlakuan hidrasi.


(7)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi, selain itu kedelai juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia, penggunaan kedelai juga untuk pembuatan minuman dan makanan olahan seperti susu kedelai, tempe, tahu, kecap, dan tauco. Kebutuhan kedelai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku kedelai.

Berdasarkan data Departemen Pertanian, kebutuhan kedelai meningkat setiap tahunnya, impor kedelai meningkat tajam pada tahun 2000 mencapai 1,3 juta ton dengan nilai US$ 300 juta. Sebelum tahun 1990, impor kedelai hanya di bawah 500.000 ton dengan nilai rata-rata per tahun sebesar US$ 128 juta.

Di tahun 2000 2005, rata-rata impor kedelai Indonesia sebanyak 1,1 juta ton/tahun dengan nilai US$ 358 juta atau setara Rp. 3,58 triliun (1 US$ = Rp. 10.000,-). Produksi kedelai hingga saat ini masih rendah, di tahun 2003 produksi kedelai 671.600 ton dan tahun 2004 - 2006 produksi mulai meningkat namun sangat lambat yaitu sebesar 723.483 ton (2004), 808.353 ton (2005), dan 746.611 ton (2006), tahun 2007 turun kembali 20 % dari 2006 menjadi 608.000 ton (Deptan, 2009).


(8)

2

Produktivitas kedelai Indonesia yang rendah antara lain disebabkan oleh luas areal pertanian yang cenderung menurun, petani kurang bergairah menanam kedelai karena keuntungan relatif kecil, penanaman kedelai beresiko tinggi, dan

kebanyakan penanaman kedelai oleh petani hanya sebagai usaha tani sampingan (Adisarwanto dan Wudianto, 1999). Selain itu penggunaan benih yang tidak bermutu karena kurang tersedia dan susahnya mendapatkan benih baru ditingkat pedagang benih, dan banyak didapati petani yang menggunakan benih dengan mutu rendah.

Benih bermutu merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam budidaya tanaman. Suplai benih untuk musim tanam berikutnya, mengharuskan terjadinya proses penyimpanan. Benih disimpan dalam jangka waktu yang lama khususnya benih kedelai memiliki daya berkecambah yang rendah dibandingkan dengan benih yang baru dipanen. Benih yang digunakan petani biasanya berasal dari benih yang telah mengalami penyimpanan di gudang penyimpanan, maupun di pedagang benih. Apabila penyimpanan berlangsung lama dapat mengakibatkan kemunduran pada benih sehingga mutunya menjadi rendah, di samping itu menyebabkan perkecambahan kedelai lambat dan tidak seragam.

Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Faktor yang mempengaruhi kemunduran benih pada saat penyimpanan yaitu genetik, struktur benih, komposisi kimia, fisiologis awal benih, dormansi, kelembaban, dan suhu. Kondisi biokimia pada benih yang mengalami kemunduran dapat ditunjukkan melalui penurunan


(9)

Penurunan aktivitas enzim merupakan indikasi biokimia yang penting karena akan mengakibatkan benih memiliki viabilitas yang rendah (Copeland dan McDonald, 2001).

Jika viabilitas benih yang akan ditanam sudah menurun, maka persentase kecambah benih dan keserempakan kecambah akan menurun pula. Menurut Copeland dan Mc Donald (2001), komposisi kimia benih mempengaruhi

perkecambahan, daya tumbuh, dan produksi tanaman, sehingga pertumbuhan bibit yang kurang baik tersebut akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang selanjutnya pada produksi.

Salah satu cara untuk mengatasi daya berkecambah benih yang rendah yaitu dengan memberikan perlakuan hidrasi pada benih. Perlakuan ini dapat dilakukan dengan cara perendaman, pembasahan. Hidrasi merupakan suatu metode

perbaikan fisiologis dan biokemis dalam benih oleh media imbibisi berupa bahan pelarut organik dan anorganik. Keberhasilan perlakuan hidrasi ini tergantung dari status viabilitas benih, metode hidrasi, suhu, waktu yang dibutuhkan untuk

hidrasi.

Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai yang telah disimpan selama 9 bulan, benih tersebut berasal dari produksi benih yang diberi pemupukan NPK susulan pada saat awal pembungaan dan diperkirakan telah mengalami penurunan dari viabilitas tinggi menjadi viabilitas sedang atau rendah. Hasil penelitian Putri (2010), pengujian di laboratorium dengan menggunakan


(10)

4 benih yang sama menunjukkan bahwa benih tersebut setelah diberi perlakuan hidrasi-dehidrasi memiliki vigor benih sedang yaitu 60-65%.

Pemupukan susulan saat tanaman telah muncul bunga sangat efektif dilakukan, berkaitan dengan keadaan tanaman yang akan memasuki periode pengisian biji yang merupakan periode paling kritis pada masa pertumbuhan kedelai. Pada periode ini binti akar sudah terdegradasi dan daya serap akar sudah menurun sehingga perlu dilakukan penambahan pupuk NPK yang cukup.

Percobaan ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

(1) Bagaimana tanggapan benih kedelai varietas Anjasmoro yang telah

mengalami penyimpanan selama 9 bulan terhadap perlakuan hidrasi dalam pertumbuhan dan produksi kedelai?

(2) Bagaimana tanggapan tanaman kedelai varietas Anjasmoro terhadap penambahan dosis pupuk NPK susulan saat berbunga dalam pertumbuhan dan produksi?

(3) Apakah terdapat perbedaan perubahan produksi antara benih yang dihidrasi dan tidak dihidrasi pada berbagai dosis pupuk NPK susulan saat berbunga dalam pertumbuhan dan produksi.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

(1) Mengetahui tanggapan benih kedelai varietas Anjasmoro yang telah mengalami penyimpanan selama 9 bulan terhadap perlakuan hidrasi dalam pertumbuhan dan produksi tanaman.


(11)

(3) Mengetahui tanggapan benih kedelai terhadap perlakuan hidrasi yang akan menentukan dosis pupuk NPK susulan yang tepat dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang paling tinggi.

1.3 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoretis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut:

Sadjad (1994) menyatakan bahwa selama periode simpan tiga bulan pada suhu kamar 30oC dan kadar air benih 14%, benih kacang-kacangan tidak dapat mempertahankan viabilitasnya. Selama di penyimpanan, benih pasti mengalami deteriorasi yang tidak dapat balik (Copeland dan McDonald, 2001).

Deteriorasi benih adalah turunnya kualitas, sifat atau viabilitas benih yang

mengakibatkan rendahnya vigor atau jeleknya pertanaman dan produksi; kejadian ini merupakan proses degenerasi yang tidak dapat balik dari kualitas suatu benih setelah mencapai kualitas yang maksimum (Suseno, 1975).

Proses deteriorasi menyebabkan terjadinya degradasi enzim yaitu perubahan komposisi enzim. Umumnya penurunan aktivitas enzim menyebabkan berkurangnya ATP dan suplai makanan di dalam benih sehingga daya

berkecambah benih menurun. Penurunan aktivitas enzim disebabkan oleh kadar air dalam benih yang rendah. Kadar air dapat diberikan melalui perlakuan hidrasi-dehidrasi (Salisbury dan Ross,1995).


(12)

6

Perlakuan hidrasi dapat menambahkan kadar air yang tersedia di dalam benih. Pengambilan air oleh benih yang bertujuan untuk meningkatkan kadar air benih disebut imbibisi. Faktor yang mempengaruhi imbibisi adalah (1) komposisi benih, (2) permeabilitas kulit benih, dan (3) ketersediaan air (Copeland dan McDonald, 2001).

Menurut Khanet al.(1992 yang dikutip oleh Sutariati, 2002), imbibisi pada benih yang dilakukan secara tiba-tiba apalagi terhadap benih dengan kadar air sangat rendah dan benih yang mengalami penyimpanan yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada struktur membran sehingga perlu diupayakan kondisi imbibisi yang dilaksanakan secara terkontrol. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan invigorasi benih yaitu dengan cara mengkondisikan benih sedemikian rupa sehingga karakter fisiologis dan biokimiawi yang terdapat di dalam benih dapat dimanfaatkan secara optimal.

Perlakuan benih secara fisiologis dan biokimia selama proses imbibisi benih bertujuan untuk memperbaiki perkecambahan benih melalui imbibisi air secara terkontrol yang merupakan suatu teknik dasar dalam invigorasi benih.

Perlakuan invigorasi merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi mutu benih yang rendah, yang dilakukan sebelum tanam. Cara tersebut bertujuan untuk mengaktifkan atau memobilisasi sumber daya internal yang dimiliki benih dengan bantuan sumberdaya dari luar sehingga

memaksimalkan aktivitas kegiatan fisiologis dan biokimia benih sampai siap memasuki fase perkecambahan. Selama invigorasi, terjadi peningkatan aktivitas metabolisme di dalam benih sehingga benih cepat menyerempakan


(13)

keseimbangan air antara kadar air benih dan lingkungan tercapai selanjutnya kandungan air dalam benih dipertahankan

Invigorasi dapat mempercepat perkecambahan dan keserempakan tumbuh benih cabai dan meningkatkan vigor benih yang bermutu rendah (Ilyas, 1995; Ilyaset al.,2002, yang dikutip oleh Sutariati, 2002). Invigorasi didefinisikan sebagai salah satu perlakuan fisik, fisiologis dan biokomia untuk mengoptimalkan viabilitas benih sehingga benih dapat tumbuh cepat dan serempak pada kondisi yang beragam. Perlakuan invigorasi dapat dilakukan dengan cara hidrasi-dehidrasi, osmoconditioning,danmatriconditioning. Hidrasi-dehidrasi

merupakan suatu perlakuan pelembaban benih dalam suatu periode tertentu yang diikuti dengan pengeringan benih sampai kembali pada bobot semula (Basu dan Rudrapal,1982 yang dikutip oleh Rusmin, 2003).

Menurut Copeland dan McDonald (2001), benih bervigor rendah yang telah mengalami perlakuan invigorasi meningkat viabilitas dan vigornya. Benih yang berviabilitas tinggi memiliki kemampuan untuk mensintesis material baru secara efisien dan dengan cepat mentransfer material baru tersebut untuk pertumbuhan kecambah sehingga menyebabkan peningkatan akumulasi bobot kering kecambah.

Untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya, kedelai memerlukan nutrisi dalam jumlah yang relatif besar sebagai zat makanan, terutama unsur hara N, P,


(14)

8 dan K. Di samping jumlah yang cukup, N, P, dan K yang berimbang untuk

mendapatkan produksi benih yang tinggi (Pasaribu dan Suprapto, 1985).

Pemberian pupuk NPK susulan saat berbunga pada tanaman kedelai sangat penting selain pupuk dasar. Pemupukan NPK susulan pada produksi kedelai bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara selama masa pembungaan dalam menjamin ketersediaan asimilat pada saat pengisian polong. Selain itu pada saat fase generatif, akar tanaman akan tumbuh secara cepat dan mencapai

pertumbuhan maksimal untuk mendapatkan unsur hara di tanah sehingga diperlukan unsur hara yang lebih banyak, penambatan N oleh bintil akar juga menurun pada saat tanaman leguminosae mulai memasuki periode pembungaan bersamaan semakin meningkatnya bintil akar yang tua dan mati (Kaspar, 1987).

Pemupukan nitrogen susulan pada akhir fase perkembangan tanaman kacang-kacangan dapat meningkatkan produksi benih melalui peningkatan jumlah polong per cabang (Mugnisjah dan Setiawan, 2004).

Unsur hara nitrogen di dalam jaringan tanaman merupakan komponen penyusun berbagai senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asam amino. Dalam tubuh tanaman, nitrogen berperan sebagai bagian dari asam amino, protein, asam nukleat, koenzim, dan sebagainya. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion NO3-, dan NH4+di dalam sitosol, ion NO3-dikonversi ke dalam bentuk NH4+yang selanjutnya digunakan dalam sistem asam amino (Lakitan, 2004).

Menurut Hakimet al. (1986), fungsi fosfor (P) bagi tanaman demikian

kompleksnya, sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sangat nyata. Pada tanaman, P dapat menstimulir pertumbuhan dan


(15)

masa pematangan. Pengaruh P terhadap resistesi penyakit, dapat dikataka bahwa P mempertinggi daya resistensi terhadap serangan penyakit terutama oleh

cendawan (Hakim,et al., 1986).

Fungsi unsur fosfat antara lain merangsang perkembangan akar, sehingga tanaman lebih tahan kekeringan, mempercepat masa panen, dan menambah nilai gizi dari biji (Suprapto, 2001). Unsur P penting dalam pemindahan energi sebagai bagian adenosin trifosfat, unsur pokok dalam banyak protein, koenzime, asam-asam nukleat, dan substrat metabolisme (Karyantoet al., 2009).

Kalium (K) digunakan sebagai suatu aktivator dalam beberapa reaksi enzimatik dalam tanaman. Kalium dalam jumlah besar membantu dalam proses penyerapan aktif. Begitu di dalam tanaman, K sangat mobil dan ditranslokasikan secara cepat ke jaringan muda. Peran lain K dalam tanaman terjadi pada sel-sel khusus

tanaman yang disebut sel penjaga yang berada di sekitar stomata. Peran K membantu dalam proses membuka dan menutupnya stomata; keluar dan masuknya usur K pada sel penjaga menyebabkan terjadi perbedaan turgor sehingga stomata membuka (Karyantoet al., 2009). Menurut Sadjad (1993) dan Hakimet al. (1986), manfaat kalium bagi pertumbuhan dan produksi tanaman antara lain memperkuat tanaman sehingga tanaman tidak mudah rebah, membuat perakaran yang lebih baik, meningkatkan serta memperbaiki kualitas hasil. Adapun gejala yang ditimbulkan bila kekurangan kalium, tanaman cenderung menghasilkan biji yang keriput dan pemasakan yang lambat.


(16)

10

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.

Benih yang telah lama disimpan akan menyebabkan terjadinya deteriorasi. Deteriorasi benih merupakan proses penurunan mutu yang secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam benih. Kemunduran viabilitas benih, diawali dengan kerusakan pada membran sel berlanjut ke organel-organel sel serta kerusakan pada bentuk-bentuk protein, misal enzim-enzim menjadi rusak.

Kerusakan pada membran sel menimbulkan kebocoran yang tidak normal pada saat benih berimbibisi sehingga benih kehilangan banyak bahan-bahan yang tersedia untuk awal perkecambahan. Asam-asam ribonukleat dan berbagai hormon yang tersedia dalam persiapan perkecambahan juga terdegradasi.

Kerusakan ini mengakibatkan penurunan kemampuan benih untuk berkecambah secara normal, upaya meningkatkan viabilitas benih yang telah menurun dapat dilakukan dengan perlakuan invigorasi.

Hidrasi pada benih adalah salah satu upaya peningkatan vigor benih yaitu dengan memberikan perendaman atau pelembaban pada benih terutama benih yang telah mengalami deteriorasi. Perlakuan hidrasi membantu memobilisasi sumber-sumber energi yang ada dalam benih untuk bekerja sama dengan sumber-sumber-sumber-sumber energi yang ada di luar atau di lingkungan tumbuh benih dalam mengoptimalkan viabilitas benih sehingga benih dapat tumbuh cepat dan serempak.


(17)

air. Hidrasi memungkinkan benih berimbibisi dan mengakibatkan peningkatan kadar air di dalam benih yang dapat memicu pengaktifan dan pembentukan enzim-enzim hidrolisis. Enzim tersebut akan mengkatalisis cadangan makanan kemudian diubah menjadi energi untuk perkembangan selama perkecambahan. Metode pelembaban lebih baik daripada perendaman karena benih tidak stres akibat kontak langsung antara benih dan air secara berlebihan. Pemberian air secara tidak terkontrol yang merupakan aplikasi metode perendaman

mengakibatkan turgiditas dan volume benih bertambah sehingga menyebabkan dinding sel pecah. Diharapkan metode pelembaban lebih baik dalam

memperbaiki viabilitas benih yang mengalami deteriorasi terutama pada benih yang mempunyai status viabilitas sedang.

Untuk mendukung pertumbuhan yang optimal dari benih yang telah dihidrasi, selain diberikan pupuk dasar dosis anjuran juga diberikan pupuk susulan.

Pemberian pupuk susulan pada tanaman legum diberikan pada saat pembungaan. Pada pembungaan atau fase generatif, penyerapan hara melalui akar sudah mulai menurun. Hal ini terjadi karena bintil akar sudah terdegradasi dan daya serap akar sudah menurun sedangkan kebutuhan hara untuk pengisian polong dan biji

semakin meningkat.

Pemberian pupuk NPK susulan pada fase generatif dapat menyediakan kebutuhan hara yang diperlukan tanaman kedelai dalam pembentukan polong dan pengisian biji. Pada tanaman legume seperti kedelai, pada saat memasuki fase


(18)

12 generatif/pengisian polong, hanya sedikit asimilat yang ditransfer ke akar dan bagian vegetatif lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan akar tertekan sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah menjadi terhambat. Hal ini dapat menyebabkan kegiatan pada bintil akar terganggu. Untuk pembentukan dan pengisian biji unsur nitrogen, fosfor, dan kalium dibutuhkan oleh tanaman kedelai dalam jumlah yang berimbang dan cukup agar produksinya meningkat dan mutu yang dihasilkan tinggi.

Dosis pupuk NPK susulan yang optimum akan menghasilkan produksi yang maksimal. Unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk NPK susulan yang diserap akar masuk ke jaringan tanaman pada daun untuk diproses melalui fotosintesis dan menghasilkan asimilat. Hasil asimilat yang cukup banyak disimpan oleh tanaman kedelai dalam bentuk cadangan makanan di dalam biji. Penambahan pasokan asimilat juga akan meningkatkan ukuran biji. Semakin tinggi asimilat yang ditranslokasikan ke biji, maka akan makin banyak kandungan asimilat dan jumlah polong isi yang dihasilkan. Dengan bertambahnya ukuran biji, maka bobot 100 atau 1000 butir akan semakin besar. Semakin banyak polong isi dan bobot kering yang dihasilkan, akan semakin tinggi produksi per hektarnya.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

1. Pemberian perlakuan hidrasi yang berbeda akan menghasilkan tanggapan yang berbeda dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai varietas Anjasmoro.


(19)

dari perlakuan hidrasi (pelembaban dan perendaman) yang berbeda pada berbagai taraf dosis pupuk NPK susulan saat berbunga.


(1)

dan K. Di samping jumlah yang cukup, N, P, dan K yang berimbang untuk mendapatkan produksi benih yang tinggi (Pasaribu dan Suprapto, 1985).

Pemberian pupuk NPK susulan saat berbunga pada tanaman kedelai sangat penting selain pupuk dasar. Pemupukan NPK susulan pada produksi kedelai bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara selama masa pembungaan dalam menjamin ketersediaan asimilat pada saat pengisian polong. Selain itu pada saat fase generatif, akar tanaman akan tumbuh secara cepat dan mencapai

pertumbuhan maksimal untuk mendapatkan unsur hara di tanah sehingga diperlukan unsur hara yang lebih banyak, penambatan N oleh bintil akar juga menurun pada saat tanaman leguminosae mulai memasuki periode pembungaan bersamaan semakin meningkatnya bintil akar yang tua dan mati (Kaspar, 1987).

Pemupukan nitrogen susulan pada akhir fase perkembangan tanaman kacang-kacangan dapat meningkatkan produksi benih melalui peningkatan jumlah polong per cabang (Mugnisjah dan Setiawan, 2004).

Unsur hara nitrogen di dalam jaringan tanaman merupakan komponen penyusun berbagai senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asam amino. Dalam tubuh tanaman, nitrogen berperan sebagai bagian dari asam amino, protein, asam nukleat, koenzim, dan sebagainya. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion NO3-, dan NH4+di dalam sitosol, ion NO3-dikonversi ke dalam bentuk NH4+yang selanjutnya digunakan dalam sistem asam amino (Lakitan, 2004).

Menurut Hakimet al. (1986), fungsi fosfor (P) bagi tanaman demikian

kompleksnya, sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sangat nyata. Pada tanaman, P dapat menstimulir pertumbuhan dan


(2)

perkembangan perakaran, hal ini berhubugan dengan fungsi P di dalam metabolisme sel. Pengaruh P pada produksi, P dapat mempertinggi hasil serta bobot bahan kering, bobot biji, memperbaiki kualitas hasil serta mempercepat masa pematangan. Pengaruh P terhadap resistesi penyakit, dapat dikataka bahwa P mempertinggi daya resistensi terhadap serangan penyakit terutama oleh

cendawan (Hakim,et al., 1986).

Fungsi unsur fosfat antara lain merangsang perkembangan akar, sehingga tanaman lebih tahan kekeringan, mempercepat masa panen, dan menambah nilai gizi dari biji (Suprapto, 2001). Unsur P penting dalam pemindahan energi sebagai bagian adenosin trifosfat, unsur pokok dalam banyak protein, koenzime, asam-asam nukleat, dan substrat metabolisme (Karyantoet al., 2009).

Kalium (K) digunakan sebagai suatu aktivator dalam beberapa reaksi enzimatik dalam tanaman. Kalium dalam jumlah besar membantu dalam proses penyerapan aktif. Begitu di dalam tanaman, K sangat mobil dan ditranslokasikan secara cepat ke jaringan muda. Peran lain K dalam tanaman terjadi pada sel-sel khusus

tanaman yang disebut sel penjaga yang berada di sekitar stomata. Peran K membantu dalam proses membuka dan menutupnya stomata; keluar dan masuknya usur K pada sel penjaga menyebabkan terjadi perbedaan turgor sehingga stomata membuka (Karyantoet al., 2009). Menurut Sadjad (1993) dan Hakimet al. (1986), manfaat kalium bagi pertumbuhan dan produksi tanaman antara lain memperkuat tanaman sehingga tanaman tidak mudah rebah, membuat perakaran yang lebih baik, meningkatkan serta memperbaiki kualitas hasil. Adapun gejala yang ditimbulkan bila kekurangan kalium, tanaman cenderung menghasilkan biji yang keriput dan pemasakan yang lambat.


(3)

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.

Benih yang telah lama disimpan akan menyebabkan terjadinya deteriorasi. Deteriorasi benih merupakan proses penurunan mutu yang secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam benih. Kemunduran viabilitas benih, diawali dengan kerusakan pada membran sel berlanjut ke organel-organel sel serta kerusakan pada bentuk-bentuk protein, misal enzim-enzim menjadi rusak.

Kerusakan pada membran sel menimbulkan kebocoran yang tidak normal pada saat benih berimbibisi sehingga benih kehilangan banyak bahan-bahan yang tersedia untuk awal perkecambahan. Asam-asam ribonukleat dan berbagai hormon yang tersedia dalam persiapan perkecambahan juga terdegradasi.

Kerusakan ini mengakibatkan penurunan kemampuan benih untuk berkecambah secara normal, upaya meningkatkan viabilitas benih yang telah menurun dapat dilakukan dengan perlakuan invigorasi.

Hidrasi pada benih adalah salah satu upaya peningkatan vigor benih yaitu dengan memberikan perendaman atau pelembaban pada benih terutama benih yang telah mengalami deteriorasi. Perlakuan hidrasi membantu memobilisasi sumber-sumber energi yang ada dalam benih untuk bekerja sama dengan sumber-sumber-sumber-sumber energi yang ada di luar atau di lingkungan tumbuh benih dalam mengoptimalkan viabilitas benih sehingga benih dapat tumbuh cepat dan serempak.


(4)

Hidrasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara perendaman, pelembaban dengan media yang basah, meskipun ada cara lain hidrasi yaitu dengan cara penyemprotan benih atau meletakkan benih pada tempat yang jenuh dengan uap air. Hidrasi memungkinkan benih berimbibisi dan mengakibatkan peningkatan kadar air di dalam benih yang dapat memicu pengaktifan dan pembentukan enzim-enzim hidrolisis. Enzim tersebut akan mengkatalisis cadangan makanan kemudian diubah menjadi energi untuk perkembangan selama perkecambahan. Metode pelembaban lebih baik daripada perendaman karena benih tidak stres akibat kontak langsung antara benih dan air secara berlebihan. Pemberian air secara tidak terkontrol yang merupakan aplikasi metode perendaman

mengakibatkan turgiditas dan volume benih bertambah sehingga menyebabkan dinding sel pecah. Diharapkan metode pelembaban lebih baik dalam

memperbaiki viabilitas benih yang mengalami deteriorasi terutama pada benih yang mempunyai status viabilitas sedang.

Untuk mendukung pertumbuhan yang optimal dari benih yang telah dihidrasi, selain diberikan pupuk dasar dosis anjuran juga diberikan pupuk susulan.

Pemberian pupuk susulan pada tanaman legum diberikan pada saat pembungaan. Pada pembungaan atau fase generatif, penyerapan hara melalui akar sudah mulai menurun. Hal ini terjadi karena bintil akar sudah terdegradasi dan daya serap akar sudah menurun sedangkan kebutuhan hara untuk pengisian polong dan biji

semakin meningkat.

Pemberian pupuk NPK susulan pada fase generatif dapat menyediakan kebutuhan hara yang diperlukan tanaman kedelai dalam pembentukan polong dan pengisian biji. Pada tanaman legume seperti kedelai, pada saat memasuki fase


(5)

generatif/pengisian polong, hanya sedikit asimilat yang ditransfer ke akar dan bagian vegetatif lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan akar tertekan sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah menjadi terhambat. Hal ini dapat menyebabkan kegiatan pada bintil akar terganggu. Untuk pembentukan dan pengisian biji unsur nitrogen, fosfor, dan kalium dibutuhkan oleh tanaman kedelai dalam jumlah yang berimbang dan cukup agar produksinya meningkat dan mutu yang dihasilkan tinggi.

Dosis pupuk NPK susulan yang optimum akan menghasilkan produksi yang maksimal. Unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk NPK susulan yang diserap akar masuk ke jaringan tanaman pada daun untuk diproses melalui fotosintesis dan menghasilkan asimilat. Hasil asimilat yang cukup banyak disimpan oleh tanaman kedelai dalam bentuk cadangan makanan di dalam biji. Penambahan pasokan asimilat juga akan meningkatkan ukuran biji. Semakin tinggi asimilat yang ditranslokasikan ke biji, maka akan makin banyak kandungan asimilat dan jumlah polong isi yang dihasilkan. Dengan bertambahnya ukuran biji, maka bobot 100 atau 1000 butir akan semakin besar. Semakin banyak polong isi dan bobot kering yang dihasilkan, akan semakin tinggi produksi per hektarnya.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

1. Pemberian perlakuan hidrasi yang berbeda akan menghasilkan tanggapan yang berbeda dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai varietas Anjasmoro.


(6)

2. Pemberian pupuk NPK susulan saat berbunga pada dosis tertentu diduga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.

3. Terdapat tanggapan yang berbeda dalam pertumbuhan dan produksi kedelai dari perlakuan hidrasi (pelembaban dan perendaman) yang berbeda pada berbagai taraf dosis pupuk NPK susulan saat berbunga.