Pengujian asumsi klasik model awal pada proses pembentukan niat

Analisis jenjang 2 seperti dimodelkan pada persamaan 4.6 digunakan untuk pemecahan permasalahan ke enam 6, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena efek interaksi dua variabel proses pembentukan niat beralih ke produk pangan organik.

a. Pengujian asumsi klasik model awal pada proses pembentukan niat

beralih Agar ke dua jenjang model regresi yang diuji memenuhi sebagai premekira yang tidak bias dan konsisten Blue = the best linier unbiased estimated maka juga dilakukan 3 pengujian asumsi klasik yaitu tidak terjadi multikolinieritas, otokorelasi maupun heteroskedastisitas. Berikut dijelaskan masing-masing hasil pengujian terhadap asumsi klasik dari kedua model regresi pembentuk niat beralih. Pertama, pengujian terhadap pemenuhan asumsi tidak terdapat permasalahan multikolinieritas. Hasil pengujian multikolinieritas ini menunjukkan bahwa masing-masing nilai koefisien korelasi antar variabel adalah 0,8 lihat lampiran 4.. Hal ini mengindikasikan bahwa ke dua jenjang regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas yang sempurna, sehingga model tersebut dapat digunakan sebagai prediksi yang baik. Kedua, pengujian terhadap pemenuhan asumsi tidak terdapat permasalahan otokorelasi. Hasil pengujian terhadap model regresi perpustakaan.uns.ac.id commit to user jenjang 1 yang diselesaikan dengan metode kuadrat terkecil yang biasa ordinary least square = OLS mengindikasikan terjadi permasalahan otokorelasi dengan Durbin-Watson test Dw test = 0,9419, dengan nilai cutt off d 1,748 lihat lampiran 17 dan 18. Demikian juga dengan pengujian regresi jenjang 2 yang diselesaikan dengan metode kuadrat terkecil yang biasa ordinary least square = OLS mengindikasikan terjadi permasalahan otokorelasi dengan Durbin- Watson test Dw test = 1,7210, dengan nilai cutt off d 1,738 lihat lampiran 23 dan 24. Dengan terindikasinya ke dua jenjang model regresi terjadi permasalahan otokorelasi positif maka dapat disimpulkan bahwa ke dua modelnya mengindikasi ketidakefisienannya jika digunakan sebagai alat prediksi niat beralih ke pangan organik. Kondisi ini menuntut untuk dilakukan perbaikan model yang dapat menghilangkan permasalahan otokorelasi yang terjadi, sehingga model alternatif remidiasi dapt digunakan sebagai alat prediksi yang efisien. Ketiga, pengujian terhadap pemenuhan asumsi tidak terdapat permasalahan heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedatisitas White White Heteroskedaticity test pada jenjang 1 mengindikasi tidak terjadi permasalahan heteroskedastistas dengan nilai uji F dan uji chi- kuadrat yang tidak signfikan uji F = 0,6302, p 0,05; atau uji chi- kuadrat = 3,1964, p 0,05 lihat lampiran 19. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi problem heteroskedastisitas pada model regresi commit to user jenjang 1. Sedang pengujian heteroskedatisitas White White Heteroskedaticity test pada jenjang 2 mengindikasi terjadi permasalahan heteroskedastistas dengan nilai uji F dan uji chi-kuadrat yang signfikan uji F = 6,1485, p 0,05; atau uji chi-kuadrat = 40,9581, p 0,05 lihat lampiran 25. Hasil pengujian heteroskedatisitas tersebut dengan demikian menjelaskan bahwa untuk jenjang 1 model regresi yang dikontruksi mengindikasi telah efisien, namun jenjang 2 mengindikasi ketidakefisienan jika digunakan sebagai alat prediksi niat beralih ke pangan organik.

b. Pengujian asumsi klasik dan goodness-of-fit model remedial pada