Resiko Transaksi Ekspor Impor

commit to user 33 c. Kuota sistem yang ditetapkan untuk impor hasil pertanian dan industri seperti kuota untuk kopi dan kuota untuk produk tekstil, yang merupakan pembatasan untuk perkembangan ekspor kita. d. Keharusan sertifikasi dan prosedur impor yang berlebihan untuk mempersulit impor yang diberlakukan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dengan FDA Federal Drug Administration dan aneka sertifikasi yang diminta oleh bea cukai Jepang.

J. Resiko Transaksi Ekspor Impor

Manajemen resiko yang baik merupakan jantung dari perdagangan internasional. Resiko merupakan unsur yang selalu ada dalam semua usaha bisnis. Dalam perdagangan internasional, resiko itu berlipat ganda dibandingkan dengan perdagangan domestik Amir MS, 2002:3. 1. Resiko Transportasi Transportasi internasional mempunyai kecenderungan menempuk jarak yang semakin jauh dengan muatan yang sering berpindah tangan. Akibatnya, meningkatnya resiko kehilangan, kerusakan, dan pencurian oleh karena itu sebagai konsekuensinya para importir harus memahami hak-haknya dalam urusan pengangkutan. Jika terjadi kerusakan karena kesalahan pengangkut maka tanggung jawab pengangkut tergantung pada syarat-syarat yang tercantum pada kontrak pengangkutan dan informasi yang terdapat dalam konosemen dokumen yang menyatakan syarat pengangkutan. Oleh karena itu, importir harus memahami pula ssyarat- syarat pertanggungan yang disebutkan dalam polis asuransi yang commit to user 34 memungkinkan importir bersangkutan mengajukan ganti rugi apabila terjadi kerusakan selama dalam perjalanan. 2. Resiko Non Payment Kredit Karena eksportir sulit menelusuri bonafiditas dan reputasi calon pembeli luar negeri maka resiko untuk tidak dibayar, terlambat pembayaran, bahkan resiko ditipu bertambah tinggi maka konsekuensinya eksportir sering menuntut syarat pembayaran dengan cara pembukaan Irrevocable Documentary Letter of Credit. 3. Resiko Mutu Barang Bagi importir akan sulit memeriksa fisik mutu barang sebelum dikapalkan. 4. Resiko Nilai Tukar Jika harga telah ditetapka dalam suatu mata uang tertentu dalam kontrak internasional, maka fluktuasi nilai tukar yang terjadi setelah itu tak dapat dihindari dan akan menguntungkan salah satu pihak atas beban kerugian pihak lain. Maka solusi untuk menghindari ketidakpastian adalah dengan cara menetapkan harga kontrak dalam mata uang sendiri. Tetapi cara ini sebenarnya tidak menghilangkan resiko nilai tukar karena pengusaha masih mungkin menghadapi resiko melemahnya mata uang sendiri yang bisa terjadi dalam tenggang waktu antara tanggal kontrak dengan tanggal saat pembayaran. 5. Resiko Peristiwa Tak Terduga Pemogokan, bencana alam, ataupun peperangan mengakibatkan kegagalan pengiriman barang. Peristiwa tak terduga dapat juga mengubah biaya transportasi karena kenaikan harga bahan bakar kapal atau tertutupnya commit to user 35 jalur pelayaran yang ekonomis. Ketentuan tentang terjadinya “bencana” diatur dalam setiap kontrak yang dapat melindungi kedua pihak yang bersangkutan. 6. Resiko Hukum Peraturan dan hukum negara asing bisa saja berubah atau berbeda penerapan dari transaksi-transaksi sebelumnya dan akan berdampak buruk terhadap transaksi yang akan dilakukan. Seperti, izin pabean yang tidak diperoleh dan apabila penyelesaian sengketa tunduk kepada pengadilan negara asing maka penyelesaiannya tidak bisa cepat dilakukan. Oleh karena itu, eksportir dan importir menunjuk International Commercial Arbitration untuk menyelesaikan sengketa. commit to user 36

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Sejarah Perusahaan

PT Iskandar Indah Printing Textile adalah perusahaan perseorangan yang berdiri sejak tahun 1975 yang terletak di Jalan Pakel No.11 Kerten, Laweyan, Surakarta. Perusahaan yang didirikan oleh Bapak Wahyu Iskandar, bergerak di bidang textile yang mengolah bahan baku menjadi kain mentah grey dan kain bercorak kain printing untuk menambah jenis produksinya. Pada awal berdirinya, perusahan ini masih termasuk dalam usaha mikro yang berskala kecil. Namun, karena usaha yang terus berkembang akhirnya Keluarga Wahyu Iskandar mendirikan sebuah badan usaha berbentuk badan hukum CV Comanditer Vennonschap dengan nama CV Iskandartex. Sejak berdiri pada tanggal 23 Mei 1975 ini, perusahaan ini baru memulai produksinya satu tahun kemudian dan berbadan hukum pada tahun 1983 berdasarkan akte perusahaan No. 98 pada tanggal 23 Mei 1983. Awalnya perusahaan hanya mempunyai 25 mesin tenun dan kurang lebih 200 karyawan yang dibagi menjadi 2 shift yaitu 16 jam kerja. Seiring bertambahnya produksi perusahaan, pada tahun 1977 mesin tenun ditambah menjadi 77 unit dan pada tahun 1980 perusahaan mendatangkan mesin kanji yang berasal dari Taiwan yang berguna untuk mengeringkan