Pra Penyuntingan Naskah TINJAUAN PUSTAKA

13 akan mengingat kembali peristiwa dilapangan sebgai bekal untuk menulis. 2. Menyusun naskah berita 3. Take Voice. Pembacaan naskah berita yang telah siap, bisa dilakukan dengan 2 versi yakni secara live pada saat on air berita atau pada saat proses editing. Pembacaan naskah voice over di rekam di editing, kemudian editor menyelaraskan antara suara narasi dengan gambar yang diperoleh dilapangan. Tentu saja faktor durasi menjadi petimbangan pada tahap ini. Berita televisi yang idela tidaklebih dari 3 menit dalam penyampaiannya. Disinilah peran editor untuk mengedit berita, agar tak berkesan bertele- tele, ringkas tetapi tidak menguangi isi berita. 4. Redered. proses menyatukan gambar , narasi dan sound effect bila diperlukan kedalam suatu file mpeg2, lalu dikirim ke master control. Sementara di Studio blue screen telah siap news reader yang akan membaca lead melalui sebuah telepromter, sebagai pengantar berita yang akan disajikan. 9

H. Pra Penyuntingan Naskah

1. Pendahuluan Sebelum mulai menyunting naskah, tentu ada hal- hal yang perlu diperhatikan seorang penyunting naskah, demikian pula ketika menyunting naskah. 9 Ibid. Hal : 88 commit to user 14 Ada hal- hal yang harus diperhatikan penyunting naskah. Sesudah naskah disunting, ada lagi hal- hal yang perlu diperhatikan seorang penyunting naskah, sebelum naskah itu diserahkan ke bagian produksi untuk di- ma rking. Ketika tahapan ini kita sebut tahap pra- penyuntingan naskah, tahap penyuntingan naskah, dan tahap pasca penyuntingan bab ini, sedangkan tahap penyuntingan naskah dan tahap pasca- penyuntingan naskah yang akan dibacakan. 10 Sebelum mulai menyunting naskah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang penynting naskah, di antaranya ialah kelengkapan naskah, daftar isi, informasi mengenai penulis, ragam naskah, catatan kaki, subbab dan sub- subbab, ilustrasi tabel gambar, dan pembacaan sepintas. 2. Kelengkapan naskah. Sebelum mulai menyunting naskah, seharusnyalah seorang penyunting naskah memeriksa terlebih dahulu kelengkapan naskah. Hal ini perlu dilakukan mengetahui apakah semua unsure naskah sudah lengkap atau belum. 11 3. Daftar isi Setelah memeriksa kelengkapan naskah dari depan hingga ke belakang dan dari belakang ke depan kalau yang terakhir ini di anggap perlu, barulah penyunting naskah memeriksa daftar isi naskah. 10 Eneste Pamusuk. Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta : Obor, 1995 . Hal : 10 11 Ibid. Hal : 12 commit to user 15 4. Ragam naskah Sebelum menyunting naskah, penyunting naskah harus memastikan ragam naskah yang dihadapinya itu. Dalam kenyataan, ada beberapa ragam naskah. a. Fiksi nonfiksi Cara menyunting naskah fiksi tentu berbeda dengan cara menyunting naskah nonfiksi. b. Populer Ilmiah Naskah populer dibaca oleh kalangan luas atau umum, sedangkan naskah ilmiah dibaca oleh kalangan tertentu atau kalangan khusus. Pada naskah populer tentu banyak dipakai kata- kata dan istilah- istilah yang umum. Sebaliknya, pada naskah ilmiah banyak digunakan kata- kata yang khusus dan spesifik, yang hanya dimengerti kalangan terbatas. Oleh karena itu, cara penyuntingan kedua ragam naskah itu pun berbeda. c. Anak- anak Dewasa Naskah untuk anak- anka dan naskah untuk orang dewasa tentulah tidak sama, bahasa yang dipakai untuk naskah anak- anak tentu lain dengan bahasa yang dipakai dalam naskah untuk orang dewasa. Oleh karena itu, cara penyuntingan kedua ragam naskah ini pun tidak sama. 12 d. Sekolah Non sekolah umum 12 Ibid. Hal : 22 - 23 commit to user 16 Naskah untuk buku tentu berbeda dengan naskah untuk umum. Naskah untuk siswa biasanya mempertimbangakan unsure- unsure pedagogis edukatif. Oleh karena itu, cara penyuntingan pun berbeda dengan cara penyuntingan pun berbeda dengan cara penyuntingan naskah untuk umum. 5. Subbab dan Sub- subbab Seorang penyunting naskah perlu memeriksa apakah dalam bab- bab naskah digunakan subbab dan sub- subbab. Penyunting naskah pun harus memeriksa apakah subbab dan sub- subbab dari bab yang satu sama dengan yang ada pada bab- bab yang lain. Setelah itu, penyunting naskah perlu memeriksa apakah penomoran subbab dan sub- subbab sudah seragam atau belum. 6. Ilustrasi Tabel Gambar Seorang penyunting naskah perlu memeriksa apakah naskah yang akan ditangani memuat tabel, ilustrasi, atau gambar. Sekiranya ada, pada naskah tentu perlu tanda atau ruangan untuk itu. Sekiranya sudah tersedia tabel ilustrasi gambar, perlu pula diperiksa apakah sudah ada teks-nya ca ption . seandainya belum ada teksnya, hal ini perlu dicatat untuk dimintakan ke penulis nanti. Adakalanya, tabel ilustrasi gambar naskah akan disusulkan kemudian. Artinya, ketika menawarkan atau memasukkan naskah ke penerbit, penulis belum menyertakan. Hal ini perlu dicatat penyunting commit to user 17 naskah dan nanti tentu perlu diberikan batas waktu dea dline kapan tabel ilustrasi gambar itu harus diserahkan ke penerbit. 13 7. Catatan kaki Tidak setiap naskah memiliki catatan kaki. Naskah buku sekolah TK sampai SMTA biasanya tidak mempunyai catatan kaki. Bahan acuan biasanya ditempatkan pada daftar pustaka biografi. Buku- buku refrensi dan buku untuk perguruan tinggi biasnaya memiliki catatan kaki. Jika catatan kaki ini ada pada naskah, penyunting naskah perlu memperhatikan cara penempatannya. Bagaimanapun penempatan catatan kaki itu dilakukan, penyunting harus tahu cara penulisannya. Dalam hal ini, penyunting naskah pun berkonsultasi pada penulis naskah tentang penyeragaman penempatan catatan kaki itu. 8. Membaca secara Keseluruhan Sebelum mulai mencorat - coret naskah di sana-sini dan sebelum membetulkan ata mengoreksi kalimat -kalimat dalam naskah, sebaiknya seorang penyunting naskah membaca naskah secara keseluruhan. Pembacaan ini perlu agar penyunting naskah memperoleh gambaran tentang apa dan bagaimana kira-kira kira naskah yang akan disunting itu. Dari pembacaan demikian juga akan kelihatan apakah bisa yang dipakai penulis cukup baik, kurang, atau malah jelek. 13 Ibid. Hal : 47 commit to user 18 Sewaktu membaca naskah, sebaiknya penyunting naskah menyiapkan pensil. Jika menemukan hal-hal yang janggal entah kata, entah istilah, entah kalimat, penyunting naskah bisa melingkarinya. 14 Dengan demikian, pada saat menyunting naskah kelak penyunting naskah tinggal memperbaiki atau menanyakan kataistilah itu pada penulis. Secara umum, manfaat pembacaan naskah secara keseluruhan adalah sebagai berikut a. Untuk mengetahui apakah naskah sudah sistematis atau belum. Jika ternyata belum sistematis, tugas penyunting naskahlah nanti yang ensistematis kannya. b. Untuk mengetahui sistematika naskah, apakah penulis menggunakan angka Romawi, angka Arab, atau huruf Latin. c. Untuk mengetahui apakah ada kata-kata atau istilah-istilah yang asing bagi penyunting naskah. Jika ada, tentu tugas penyunting naskahlah mancari dalam kamus. Jika tidak ada kamus, tugas penyunting naskah pula menayklana pada penulis naskah. d. Untuk mengetahui apakah istilah- istilah yang digunakan penulis dalam naskah konsisten atau tidak. Jika belum konsisten, tugas penulis nmaskahlagh membuatkany menjadi konsisten. Tentu setelah berkonsultasi terlebih dahulu pada penulis. 14 Ibid. Hal : 59 - 60 commit to user 19 e. Untuk mengetahui apakah dalam naskah ada hal- hal yang berbau SARA dan berbau pornografi. Jika ada, tugas penyunting naskahlah yang mengkonsultasikan pada penulis naskah. 15 9. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan: Penyuntingan Isi content editing yang sering disebut dengan developmental, substantive, or structural editing; revising; rewriting a. Merevisi atau memindahkan seluruh paragraf atau kalimat b. Menambahkan material terbaru untuk mengurangi perbedaan dan menghapus material asli yang tidak dianggap tidak bermanfaat. c. Mengorganisir dan merestrukturisasi isi untuk meningkatkan aliran dan kejelasan bahasa Penataan Salinan copy editing yang sering disebut dengan line, mecha nica l , or stylistics editing a. Memeriksa ejaan, tata bahasa, tanda baca, dan mekanisme b. Memeriksa apakah isi sudah mengikuti ketepatan gaya bahasa atau bagian gaya internal c. Membuktikan fakta dan menjamin ketepatankonsistensi bentuk d. Mengklarifikasi makna dan meningkatkan keterbacaan dengan mengubah pilihan kata dan struktur kalimat. 16 15 Ibid. Hal : 73 16 Ibid. Hal : 74 commit to user 20

BAB III DISKRIPSI UMUM PERUSAHAAN