Dasar Dasar Aqidah Islam
(2)
(3)
(4)
Adapun secara syara’ yaitu iman kepada Allah,para
malaikatnya, kitab-kitabnya,para rasulnya dan kepada hari
akhir/kiamat serta kepada qodo’ dan qadar. Aqidah secara
syara’ini tebagi menjadi 2:
1. I’tiqadiyah
adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara
amal, seperti I’tikad(kepercayaaan) robubiyah allah dan
kewajiban beribadah kepadaNya, juga bri’tikad terhadap
rukun iman.
2. Amalia
adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara
amal seperti ; shalat, zakat, puasa,haji dan segala hukum
amalia.
Maka Aqidahyang benar adalah fondamen bagi bangunan
agama serta merupakan syarat yahnya amal .
(5)
Ada istilah lain yang semakna atau hampir semakna
dengan istilah
aqidah
, yaitu iman dan tauhid.
a)
Iman
Ada yang menyamakan istilah iman
dengan
aqidah
dan ada yang membedakannya. Bagi
yang membedakannya beralasan
bahwa
aqidah
hanyalah bagian dalam (aspek hati) dari
iman, sebab iman menyangkut aspek dalam dan aspek
luat. Aspek dalamnya berupa keyakinan dan aspek
luarnya berupa pengakuan lisan dan pembuktian
dengan amal. Permasalahannya tergantung dari
definisi iman. Kalau kita mengikuti definisi iman
menurut Asy’ ariah yang mengatakan iman hanyalah
“membenarkan dalam hati”, maka iman dan aqidah
ada dua istilah yang sama. Sebaliknya jika kita
mengikuti definisi iman menurut ulama salaf (seperti
Imam Ahmad, Malik, Syafi’i) yang mengatakan bahwa
iman adalah sesuatu yang diyakini didalam hati,
diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan
perbuatan, maka iman dan aqidah tidak persis sama
maknanya.
(6)
b) Tauhid
Tauhid
artinya mengesakan Allah. Ajarantauhid
adalah tema sentral dalamaqidah Islam.
Oleh karena itu,
aqidah
daniman
diidentikkan juga dengan istilahtauhid.
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan
kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada
para malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang
menjadi ijma' (konsensus) dari salafush shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' salaf as-shalih.
Maka aqidah yang benar adalah fondamen bagi bangunan agama serta syaratnya amal
(7)
(8)
2.2 Sumber Aqidah Islam
Sumber aqidah islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah artinya informasi apa saja yang wajib diyakini hanya
diperoleh melalui Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Al-Qur’an memberikan penjelasan kepada
manusia tentang segala sesuatu.
Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber aqidah, dia hanya berfungsi untuk
memahami nash-nash (teks) yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba membuktikan secara ilmiah kebenaran yang
disampaikan oleh Al-Qur’an dan Al-Sunnah (jika diperlukan). Itupun harus didasari oleh semua kesadaran bahwa
kemampuan akal manusia sangat terbatas.
Informasi mengenai pencipta alam ini dan seisinya adalah dalil Allah yang hanya bisa diketahui
melalui Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Manusia dengan akalnya semata tidak dapat mengetahui siapa yang meciptakan alam. Akal manusia hanya dapat memikirkan keteraturan dan keseimbangan.
(9)
2.3. RUANG LINGKUP AQIDAH
Menurut Hasan Al-Banna maka ruang lingkup Aqidah Islam meliputi :
1. Ilahiyyat,
yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan
dengan Allah, sepertiwujud Allah, sifat Allah, nama dan Perbuatan Allah d an sebagainya.
2. Nubuwat,
yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah yang dibawa para Rasul ,mu’jizat rasul dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat,
yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti jin, iblis, syaitan , roh ,malaikat dan lain sebagainya
4. Sam'iyyat,
yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dsb.
(10)
2.4. Arkanu Ilman Sebagai Realisasi Kalimat
Syahadat
Arkanu iman disebut juga sendi-sendi aqidah islam.
Syahadat dalam artian bahasa adalah persaksian atau
menyaksikan seperti halnya menyaksikannya mata atas
sesuatu, artinya yaitu menyaksikan bahwa tiada tuhan
selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah
dengan direalisasikan dalam bentuk Ihsan.
Dalam pengertian yang lain syahadat dapat diartikan
sebagai pemberitahuan seseorang tentang kebenaran
kepada orang lain, artinya syahadat bukanlah hanya sekedar
kesaksian yang diucapkan oleh lisan saja, melainkan harus
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik berupa
dakwah billisan maupun dakwah bilhal. Sedangkan menurut
istilah syahadat adalah mengakui dengan lisan yang disertai
dengan tunduk atau patuhnya hati bahwa tiada tuhan selain
Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, artinya
syahadat itu tidaklah cukup hanya diucapkan/mengakui saja,
tetapi harus direalisasikan dengan bentuk peribadatan
kepada Allah. Karena dengan pengertian syahadat yang
hanya dibatasi pada pengucapan lisan saja dapat
(11)
Realisasi Syahadat dalam
Rukun
Iman
1. Interpretasi Syahadat Tauhid dalam peribadatan
kepada Allah
Interpretasi dari Syahadat tauhid adalah keimanan
dan ketauhidan, sehingga interpretasi dari Syahadat
Tauhid adalah berupa perbuatan hati yaitu dapat di
implementasikan dengan berdzikir sebagai penguat iman.
Syekh Imam Suhaemi menjelaskan bahwa kalimat
thayyibah mengandung 12 macam kewajiban, hal ini
didasarkan pada jumlah huruf dari kalimat tersebut yang
terdiri dari 12 huruf. Kewajiban tersebut dibagi kedalam
dua bagian, yaitu pekerjaan dzahir dan pekerjaan bathin.
Pekerjaan dzahir tersebut terdiri dari: thaharah, shalat,
zakat, puasa, haji, dan jihad, sedangkan pekerjaan bathin
tersebut terdiri dari: tawakkal, tafwidh, sabar, ridha,
(12)
Syahadat tauhid merupakan suatu ikrar
kesetiaan seorang hamba kepada tuhannya yaitu
Allah, sehingga dengan persaksian tersebut
mengandung beberapa makna yang harus di
implementasikan dalam peribadatan kepada Allah,
diantaranya yaitu:
a.
Tidak berlindung kepada selain Allah, karena
perlindungan itu hanya milik Allah. Seperti yang
dipaparkan dalam Al-quran surah An-Nas.
"Katakanlah (Muhammad): Aku berlindung kepada
tuhannya manusia"
(Qs. Al-Nas/114:1).
b.
Mencintai Allah melebihi daripada yang lain.
"Adapun orang-orang yang beriman sangat besar
cintanya kepada Allah
" (Qs. Al-Baqarah/2:165).
c.
Mengabdi dan memohon pertolongan hanya
kepada Allah.
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan
hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan"
(13)
1.4.1 Iman kepada Allah
Pengertian iman kepada Allah ialah:Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
Membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerimah ibadah segenap makhluknya.
Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat
dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan dan suci pula dari menyerupai segala yang baru (makhluk).
Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt.bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya dimuka bumi sebagai bukti
(14)
1.4.2 Iman Kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah
mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan
secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara
Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya.
Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyeru kita
mengimankan sejenis makhluk yang gaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca indera, itulah makhluk yang dinamai malaikat. Malaikat selalu
memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan
durhaka kepada Allah swt.
(15)
1.4.3
Iman kepada kitab-kitab Allah
Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun
iman ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Allah ialah beritikad bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun yang berhubungan
dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia. Baik untuk akhirat, maupun untuk dunia,
baik secara induvidu maupun masyarakat.
Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an
dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih ada sampai
sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang masih ada namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa,
(16)
1.4.4 Iman kepada Nabi dan Rasul
Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman
keempat. Perbedaan antara Nabi dan Rasul terletak
pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan
berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban
untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat
manusia. Rasul adalah utusan Allah yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat
manusia.
Di Al-Qur’an disebut nama 25 orang Nabi, beberapa
diantaranya berfungsi juga sebagai rasul ialah (Daud,
Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada manusia
dan menunjukkan cara pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
(17)
1.4.5. Iman kepada hari Akhir
Rukun iman yang kelima adalah keyakinan
kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting
dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya,
sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama
halnya dengan orang yang tidak mempercayai
agama Islam, itu merupakan hari yang tidak
diragukan lagi.
Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada
hari itu Allah menghitung (hisab) amal
perbuatan setiap orang yang sudahdibebani
tanggung jawab dan memberikan putusan
ganjaran sesuai dengan hasil
perbuatan selama di dunia.
(18)
1.4.6. Iman kepada qada dan qadar
Dalam menciptakan sesuatu, Allah selalu berbuat
menurut Sunnahnya, yaitu hukum sebab akibat.
Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah,
kecuali dalam hal-hal khusus yang sangat jarang
terjadi. Sunnah Allah ini mencakup dalam
ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang
bersifat rohani.
Makna qada dan qadar ialah aturan umum
berlakunya hukum sebab akibat, yang ditetapkan
olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan,
undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan
secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.
(19)
KESIMPULAN:
Berdasarkan pembahasan tentang Aqidah dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Aqidah secara bahasa artinya simpul, kokoh, ikatan, dan perjanjian. Menurut istilah aqidah adalah sejumlah kebenaran yang secara fitrah dapat diterima secara umum oleh manusia, dan tidak akan bercampur sedikitpun dengan keraguan, dan dapat men-datangkan ketentraman jiwa.
2) Istilah lain dari aqidah adalah iman dan tauhid.
3) Kata aqidah dalam Al-Qur’an ditemukan dengan istilah ‘aqdan, ‘aqadtum, ‘uqud, ‘uqdah, dan ‘uqad. 4) Ruang lingkup pembahasan meliputi ilahiyyat, nubuwwat, ruhaniyat, dan sam’iyyat.
5) Sumber aqidah ada dua, yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah Al-Maqbulah.
(20)
(1)
1.4.3
Iman kepada kitab-kitab Allah
Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun
iman ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Allah ialah beritikad bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun yang berhubungan
dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia. Baik untuk akhirat, maupun untuk dunia,
baik secara induvidu maupun masyarakat.
Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an
dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih ada sampai
sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang masih ada namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa,
(2)
1.4.4 Iman kepada Nabi dan Rasul
Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman
keempat. Perbedaan antara Nabi dan Rasul terletak
pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan
berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban
untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat
manusia. Rasul adalah utusan Allah yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat
manusia.
Di Al-Qur’an disebut nama 25 orang Nabi, beberapa
diantaranya berfungsi juga sebagai rasul ialah (Daud,
Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada manusia
dan menunjukkan cara pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
(3)
1.4.5. Iman kepada hari Akhir
Rukun iman yang kelima adalah keyakinan
kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting
dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya,
sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama
halnya dengan orang yang tidak mempercayai
agama Islam, itu merupakan hari yang tidak
diragukan lagi.
Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada
hari itu Allah menghitung (hisab) amal
perbuatan setiap orang yang sudahdibebani
tanggung jawab dan memberikan putusan
(4)
1.4.6. Iman kepada qada dan qadar
Dalam menciptakan sesuatu, Allah selalu berbuat
menurut Sunnahnya, yaitu hukum sebab akibat.
Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah,
kecuali dalam hal-hal khusus yang sangat jarang
terjadi. Sunnah Allah ini mencakup dalam
ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang
bersifat rohani.
Makna qada dan qadar ialah aturan umum
berlakunya hukum sebab akibat, yang ditetapkan
olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan,
undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan
secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.
(5)
KESIMPULAN:
Berdasarkan pembahasan tentang Aqidah dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Aqidah secara bahasa artinya simpul, kokoh, ikatan, dan perjanjian. Menurut istilah aqidah adalah sejumlah kebenaran yang secara fitrah dapat diterima secara umum oleh manusia, dan tidak akan bercampur sedikitpun dengan keraguan, dan dapat men-datangkan ketentraman jiwa.
2) Istilah lain dari aqidah adalah iman dan tauhid.
3) Kata aqidah dalam Al-Qur’an ditemukan dengan istilah ‘aqdan, ‘aqadtum, ‘uqud, ‘uqdah, dan ‘uqad. 4) Ruang lingkup pembahasan meliputi ilahiyyat, nubuwwat, ruhaniyat, dan sam’iyyat.
5) Sumber aqidah ada dua, yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah Al-Maqbulah.
(6)