I’tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara Amalia adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara

Tauhid artinya mengesakan Allah. Ajaran tauhid adalah tema sentral dalam aqidah Islam. Oleh karena itu, aqidah dan iman diidentikkan juga dengan istilah tauhid. Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada para malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya , hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama Ushuluddin, perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma konsensus dari salafush shalih, serta seluruh berita-berita qathi pasti, baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Quran dan As- Sunnah yang shahih serta ijma salaf as-shalih. Maka aqidah yang benar adalah fondamen bagi bangunan agama serta syaratnya amal Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber aqidah, dia hanya berfungsi untuk memahami nash- nash teks yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh Al-Qur’an dan Al-Sunnah jika diperlukan. Itupun harus didasari oleh semua kesadaran bahwa kemampuan akal manusia sangat terbatas. Informasi mengenai pencipta alam ini dan seisinya adalah dalil Allah yang hanya bisa diketahui melalui Al- Qur’an dan Al-Sunnah. Manusia dengan akalnya semata tidak dapat mengetahui siapa yang meciptakan alam. Akal manusia hanya dapat memikirkan keteraturan dan keseimbangan.

2.3. RUANG LINGKUP AQIDAH Menurut Hasan Al-Banna maka ruang lingkup

Aqidah Islam meliputi :

1. Ilahiyyat,

yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan dengan Allah, sepertiwujud Allah, sifat Allah, nama dan Perbuatan Allah d an sebagainya. 2. Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah yang dibawa para Rasul ,mu’jizat rasul dan lain sebagainya. 3. Ruhaniyat, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti jin, iblis, syaitan , roh ,malaikat dan lain sebagainya 4. Samiyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sami, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dsb.

1. Interpretasi Syahadat Tauhid dalam peribadatan kepada Allah

Interpretasi dari Syahadat tauhid adalah keimanan dan ketauhidan, sehingga interpretasi dari Syahadat Tauhid adalah berupa perbuatan hati yaitu dapat di implementasikan dengan berdzikir sebagai penguat iman. Syekh Imam Suhaemi menjelaskan bahwa kalimat thayyibah mengandung 12 macam kewajiban, hal ini didasarkan pada jumlah huruf dari kalimat tersebut yang terdiri dari 12 huruf. Kewajiban tersebut dibagi kedalam dua bagian, yaitu pekerjaan dzahir dan pekerjaan bathin. Pekerjaan dzahir tersebut terdiri dari: thaharah, shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad, sedangkan pekerjaan bathin tersebut terdiri dari: tawakkal, tafwidh, sabar, ridha, zuhud, dan taubat. a. Tidak berlindung kepada selain Allah, karena perlindungan itu hanya milik Allah. Seperti yang dipaparkan dalam Al-quran surah An-Nas. Katakanlah Muhammad: Aku berlindung kepada tuhannya manusia Qs. Al-Nas114:1. b. Mencintai Allah melebihi daripada yang lain. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah Qs. Al-Baqarah2:165. c. Mengabdi dan memohon pertolongan hanya kepada Allah. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan Qs. Al-Fatihah1:5. Pengertian iman kepada Allah ialah: Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah Membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerimah ibadah segenap makhluknya. Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan dan suci pula dari menyerupai segala yang baru makhluk. Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt.bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya dimuka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah.