4.3.4 Pengaruh Debit Aliran Terhadap Kedalaman Gerusan
Perbandingan kedalaman gerusan maksimum terhadap sudut pilar pada tiap sudut pilar seperti terlihat dalam Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Kedalaman gerusan maksimum di sekitar pilar silinder sebagai fungsi variasi debit
Sumber : Hasil penelitian Berdasarkan Tabel 6 hasil pengukuran kedalaman gerusan maksimum di
sekitar pilar silinder dengan berbagai debit aliran ditampilkan dalam grafik hubungan kedalaman gerusan maksimum pada pilar silinder sebagai fungsi
debit, seperti terlihat dalam Gambar 4.13.
Gambar 4.13 Kedalaman gerusan maksimum pada pilar silinder sebagai fungsi variasi debit
Debit litdet 1
2 3
4 5
6 7
8 1,0
-0,5167 -0,7
-0,7667 -0,8167 -0,8333 -0,8
-0,7667 -0,7333 1,5
-1,3333 -1,5
-1,6833 -1,6667 -1,7
-1,6333 -1,6833 -1,4833 2,0
-2,4 -2,6167 -2,8667
-2,9 -3,2
-2,9 -2,8667 -2,6667
Kedalaman Gerusan Dsb Titik pengamatan
-3,5 -3
-2,5 -2
-1,5 -1
-0,5 2
4 6
8 10
debit Q 1,0 litdet debit Q 1,5 litdet
debit Q 2,0 litdet
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar kontur dan gambar isometri pola gerusan pada pilar silinder mulai dari Gambar 4.7 sampai Gambar 4.12, serta dari gambar kedalaman
gerusan maksimum seperti terlihat pada Gambar 4.13. Pola gerusan yang terjadi pada semua pilar silinder dengan berbagai variasi debit relatif sama. Kedalaman
gerusan maksimum dari semua pilar silinder terjadi pada debit 2,0 litdet titik pengamatan 5. Sedangkan kedalaman gerusan minimum dari semua pilar
silinder terjadi pada titik 1. Kedalaman gerusan yang terjadi semakin bertambah seiring dengan bertambahnya atau peningkatan debit aliran. Nilai kedalaman
gerusan maksimum terhadap debit pada pilar silinder dengan debit 1,0 litdet, 1,5 litdet, dan 2,0 litdet secara berturut-turut adalah 25 mm, 51 mm, dan 96 mm.
Pola gerusan disekitar pilar silinder dengan berbagai variasi debit menunjukkan adanya pendangkalan kedalaman gerusan seiring dengan
peningkatan debit aliran pada pilar silinder, dimana pada bagian belakang pilar terlihat penumpukan material dasar sedimen yang diakibatkan adanya proses
transpor sedimen. Dari Gambar 4.13 di atas ternyata terjadi perbedaan pola kedalaman gerusan yang disebabkan oleh perbedaan debit. Hal ini dikarenakan
sudut pilar mempengaruhi besarnya kedalaman proses penggerusan.
4.4. Perhitungan empiris kedalaman gerusan lokal
Perhitungan empiris kedalaman gerusan dilakukan untuk dibandingkan dengan hasil uji laboratorium. Perhitungan dilakukan dengan dua metode yaitu
metode menurut Raudkivi dan menurut Melville dan Satherland.
4.4.1. Karakteristik Aliran a. Karakteristik Aliran 1
Aliran 1 memiliki karakteristik sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara