Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC 2001 menyebutkan bahwa konsepsi perubahan iklim merujuk pada setiap perubahan dalam iklim pada suatu selang waktu tertentu, apakah diakibatkan oleh variasi alamiah atau karena aktivitas manusia. Laporan dari IPCC tersebut menyebutkan bahwa aktivitas manusia berkontribusi lebih besar ketimbang faktor alami dalam kenaikan suhu rata-rata global, dimana pada tahun 2100 diprediksi peningkatan suhu global mencapai 1,4 - 5,8 o C yang variasinya bergantung kepada kemampuan untuk mengendalikan emisi Gas Rumah KacaGRK. Komponen GRK yang berperan dalam peningkatan suhu global, antara lain : karbondioksidaCO 2 merupakan penyebab utama perubahan iklim yang persentasenya mencapai 64, metanaCH 4 sebesar 19, kloroflorokarbonCFCs sebesar 11 dan dinitrogen oksidaN 2 O sebesar 6 Cunningham Cunningham, 2006. IPCC 2007 menyatakan bahwa 77 emisi CO 2 berasal dari bahan bakar fosil sebesar 57, deforestasi dan pembusukan biomassa decay of biomass sebesar 17, dan faktor lain sebesar 3. Aktifitas manusia tersebut yang mengemisikan GRK disebut perubahan iklim antropogenik anthropogenic climate change. Oleh karena itu, upaya internasional menanggulangi dampak negatif perubahan iklim dengan berfokus kepada pengurangan emisi CO 2 secara global adalah sasaran kebijakan kunci. Inilah mengapa hal tersebut begitu penting untuk memahami variabel-variabel utama yang berdampak terhadap peningkatan emisi CO 2 , karena zat tersebut merupakan polutan global sehingga dengan hanya mengupayakan pengendalian emisi CO 2 maka akan secara merta mengurangi emisi polutan lokal dan regional, seperti SO 2 , NO x , CO dan partikulat Bowitz, Sasmitawidjaja, Sugiarto, 1996. Berkaitan dengan perubahan iklim antropogenik, terdapat 5 faktor antropogenik yang berkontribusi dalam perubahan lingkungan global global environmental change secara umum dan perubahan iklim secara khusus, antara lain : 1 pertumbuhan populasi, 2 pertumbuhan ekonomi, 3 tingkat teknologi, 4 2 institusi ekonomi dan politik, dan 5 sikap dan keyakinan Stern, Young Druckman, 1992. IPAT Impact = Population-Affluence-Technology yang diperkenalkan oleh Ehrlich dan Holdren pada tahun 1970an yang kemudian dimodifikasi menjadi STIRPAT Stochastic Impact by Regression on Population- Affluence-Technology oleh Dietz dan Rosa pada pertengahan dekade 1990an merupakan alat analisis analysis tools yang secara luas digunakan untuk menganalisis faktor-faktor tersebut di atas untuk mengkaji emisi antropogenik dalam perubahan iklim. Dietz dan Rosa 1997 yang mengkaji pengaruh populasi dan kemakmuran terhadap emisi karbondioksida pada data panel lintas negara menyimpulkan bahwa populasi memiliki efek tidak menguntungkan untuk negara-negara berpenduduk besar dan pengaruh kemakmuran mencapai klimaks pada PDB per kapita sekitar 10.000 dollar AS yang akan menurun seiring meningkatnya tingkat kemakmuran. Adapun teknologi dimasukkannya sebagai residual term yang tidak masuk secara eksplisit dalam kedua faktor di atas. Lebih jauh, Shi 2003 menegaskan efek populasi dari temuan Dietz dan Rosa bahwa perubahan populasi secara global sejak dua dekade terakhir adalah lebih dari sekedar proporsional terhadap kenaikan emisi karbondioksida dimana kenaikan 1 populasi akan meningkatkan emisi 1,58 untuk negara berpendapatan rendah, 1,97 bagi negara berpendapatan menengah-bawah, 1,42 untuk negara berpendapatan menengah-atas, dan 0,83 bagi negara berpendapatan tinggi. Artinya, dampak perubahan populasi terhadap emisi karbondioksida tersebut sangat nampak jelas pada negara-negara berkembang ketimbang negara-negara maju. Di lain pihak, hasil analisis Fan et al. 2006 dalam kajian dampak populasi, kemakmuran dan teknologi terhadap emisi karbondioksida pada 4 golongan berbeda negara berpendapatan kapita tinggi, menengah-atas, menengah-bawah, dan rendah menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda dari faktor-faktor tersebut terhadap emisi karbondioksida berdasarkan keragaman PDB per kapitanya. Hasil analisis Li et al. 2011 menggunakan model Path-STIRPAT dalam penelusuran faktor-faktor antropogenik emisi CO 2 untuk kasus di negara Cina menyebutkan bahwa teknologi memiliki kontribusi terbesar dalam emisi total CO 2 maka 3 peningkatan tingkat teknologi technological level merupakan cara ampuh dalam pengurangan emisi CO 2 di Cina. Pada tahun 2009 Pemerintah Indonesia menyatakan tekad secara sukarela voluntary pledge pada kesempatan pertemuan G20 di Pittsburg dan COP15 15th Conference of the Parties di Kopenhagen untuk menurunkan emisi karbondioksida sebesar 26 dengan upaya sendiri dan 41 dengan dukungan internasional dari skenario dasarbusiness-as-usual BAU UNEP, 2012; Bappenas, 2013. Peraturan Presiden nomor 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca RAN-GRK merupakan pengejawantahan dari tekad sukarela tersebut yang kemudian menjadi panduan bagi pemerintah daerah kabupatenkota dan provinsi dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca RAD-GRK sebagai upaya pemerintah dalam mitigasi perubahan iklim. Disamping itu, pada tahun 2006 Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan energi nasional melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 yang menyoroti bauran energi energy mix primer pada tahun 2025 dalam pengembangan EBT untuk mengurangi ketergantungan konsumsi bahan bakar fosil yang merupakan sumber emisi karbondioksida yang potensial, pencapaian energi elastisitas kurang dari 1 dan laju pengurangan intensitas energi 1 per tahun pada tahun 2025. Di lain pihak, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 32 tahun 2011 yang menyoroti tentang laju pertumbuhan ekonomi yang pesat not business-as-usual yang ditargetkan menjadi 7 - 9 per tahun dalam mendorong Indonesia sebagai negara berpendapatan tinggi US 13.000-16.000 pada tahun 2025. Dengan menjadikan semua hal tersebut sebagai pertimbangan, maka dirasa perlu untuk melakukan penelusuran faktor-faktor antropogenik yang berpengaruh terhadap emisi karbondioksida di Indonesia yang kajian dan literaturnya terhadap hal tersebut masih kurang. Yang selanjutnya dilakukan estimasi emisi CO 2 di Indonesia pada tahun 2020 dalam melihat ketercapaian voluntary pledge dan pada tahun 2025 dalam menilik pengaruh bauran energi primer dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Indonesia menggunakan beberapa skenario. 4

1.2 Rumusan Masalah