7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kain Tradisional Nusantara
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari kurang lebih 17.000 pulau dan terbagi menjadi beberapa provinsi, hal ini pula yang
menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman budaya. Salah satu warisan budaya yang sangat penting yaitu adanya kain tradisional. Pada zaman prasejarah
kain berfungsi sebagai pelindung badan dari panas dan dingin serta gangguan serangga dan benda-benda tajam. Bahan yang digunakan untuk membuat kain pun
masih sangat sederhana yaitu seperti kulit kayu, kulit binatang, serat dan daun- daunan. Pada masa klasik India, Persia, Cina, Eropa adalah negara yang banyak
mempengaruhi kain tradisional Indonesia. Di Indonesia terdapat berbagai macam jenis kain tradisional dan berasal
dari berbagai daerah di Indonesia antara lain kain tenun ikat, adalah kain tenun yang dibuat dengan teknik tenun. Kemudian ada kain songket adalah kain tenun
yang dibuat dengan teknik menambah benang, hiasan dibuat dengan menyisipkan benang perak, atau emas. Kain songket ini berasal dari daerah Palembang. Lalu
ada kain lurik, kain ini biasa digunakan untuk masyarakat jawa terutama di daerah Probolinggo yang diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat mengusir roh
jahat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Lalu terdapat kain batik yang sudah sering didengar telinga kita, beberapa batik di jawa masing-masing mempunyai ciri khas, batik juga termasuk jenis
kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Kemudian ada kain jumputan atau kain pelangi, di daerah Solo dan
Jogja kain jumputan dipakai untuk selendang, kemben, ikat kepala dan ikat pinggang. Lalu kain gringsing atau disebut juga kain ikat ganda ini di Bali
dianggap mempunyai kekuatan untuk dapat menyembuhkan penyakit seperti kain rongkong di Toraja dan kain hinggi di Sumba. Di daerah Bali kain songket lamak
digantungkan di pura dan dipakai untuk upacara galungan.dan masih terdapat banyak lagi jenis kain di Indonesia yang patut untuk dilestarikan
MulyanaRakhmat, 2006.
2.2 Pengenalan Pola