Tabel 1. Data Keluarga Dampingan
No Nama
Status Umur
Pendidikan Pekerjaan
Ket
1. Nyoman Arta
Kawin 63 th
SD Buruh harian
lepas Kepala
Keluarga 2.
Wayan Sorni Kawin
66 th SD
Buruh harian lepas
Istri
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan
Penghasilan keluarga didapatkan dari pekerjaan keduanya sebagai tukang pencetak batu bata. Pendapatan mereka berdua dapat dikatakan tidak menentu, tergantung dari berapa jumlah
batu bata yang mampu mereka cetak perhari. Seribu batang batu bata bernilai Rp.400.000,00 hingga Rp.500.000,00. Untuk memenuhi pesanan tersebut membutuhkan waktu satu minggu
atau bahkan lebih lama lagi dikarenakan kondisi kesehatan mereka yang kurang baik. Apabila mereka hanya mampu mencetak lebih sedikit dari jumlah yang ditentukan maka pendapatan
mereka berdua pun juga berkurang. Pengeluaran Keluarga
a. Kebutuhan Sehari-hari
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak Nyoman Arta memerlukan biaya sekitar Rp 1.500.000,00 per bulan termasuk konsumsi lauk-pauk,
listrik dan air. b.
Pendidikan Bapak Nyoman Arta sudah tidak mengeluarkan biaya di bidang pendidikan lagi
dikarenakan anak angkat beliau yang sudah mengenyam pendidikan hingga jenjang sarjana dan itupun ditanggung oleh sepupu dari Bapak Nyoman Arta.
c. Kesehatan
Untuk kesehatan, keluarga Bapak Nyoman Arta tidak memiliki jaminan kesehatan apapun. Bapak Nyoman Arta memiliki penyakit asma, sebelumnya hanya
pernah dibawa ke puskesmas saja, namun tidak diperiksa lebih lanjut lagi karena tidak memiliki biaya. Sementara Ibu Wayan Sorni kondisi kesehatanya semakin menurun
dikarenakan pengaruh usia. Dengan kondisi kesehatan yang kurang baik tersebut sangat berpengaruh pada penghasilan mereka.
d. Kerohanian
Bapak Nyoman Arta dan keluarga memeluk agama Hindu dan menjunjung tradisi kerohanian Hindu Bali dan adat Desa Sinabun. Kebutuhan kerohanian sehari-
hari keluarga beliau adalah untuk membeli bahan-bahan membuat banten persembahyangan. Pengeluaran dana di bidang ini meningkat bila ada perayaan hari-
hari khusus keagamaan. e.
Sosial, dll. Keperluan-keperluan sosial yang diperlukan, seperti iuran banjar, uang untuk
warga yang memiliki duka sakit, kematian, ngaben dapat ditanggung oleh beliau sendiri.
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
Untuk mengidentifikasi masalah dan menganalisis prioritas masalah yang dialami keluarga dampingan, yaitu keluarga Bapak Nyoman Arta, dilakukan beberapa kali kunjungan ke
kediaman keluarga dampingan. Selama kunjungan tersebut, dilakukan pendekatan secara kekeluargaan yaitu dengan melakukan obrolan-obrolan ringan sambil membantu melakukan
pekerjaan rumah keluarga Bapak Nyoman Arta seperti mengenai program KKN terutama program Keluarga Dampingan, masalah kesehatan yang dialami, masalah perekonomian, serta
mengamati suasana tempat tinggal dari Bapak Nyoman Arta.
1.1 Permasalahan Keluarga
Dalam waktu satu bulan pendampingan, telah dilakukan 25 kali pertemuan dengan Keluarga Bapak Nyoman Arta. Dalam jangka waktu tersebut telah diidentifikasikan beberapa
permasalahan yang dikeluhkan oleh Bapak Nyoman Arta. Beberapa masalah yang dihadapi oleh keluarga ini sesuai dengan hasil wawancara dan pengamatan penulis yang dilihat dari sudut
perekonomian keluarga, kesehatan, masalah kebersihan lingkungan, dan akses air bersih keluarga.
1.1.1 Ekonomi Keluarga Keluarga Bapak Nyoman Arta tergolong keluarga yang tidak mampu. Terkendala oleh
kondisi kesehatan yang kurang baik penghasilan keduanya dari mencetak batu bata tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
1.1.2 Masalah Pendidikan Keluarga Bapak Nyoman Arta hanya memiliki seorang anak angkat yang sudah
mengeyam pendidikan hingga jenjang sarjana, tapi belum bekerja. Sehingga dalam bidang pendidikan Bapak Nyoman Arta tidak perlu mengeluarkan biaya lagi.
1.1.3 Kesehatan Keluarga Bapak Nyoman Arta memiliki penyakit asma, sebelumnya hanya pernah diperiksa di
puskesmas dengan menggunakan Kartu Indonesia Sehat KIS sekitar 6 bulan lalu. Bapak
Nyoman Arta dan keluarga sebelumnya sudah memiliki KIS, namun hilang entah kemana, hal inilah yang memperlambat beliau memperoleh pelayanan kesehatan yang sesuai karena kurang
mampunya keluarga untuk membayar. Untuk mengurangi penyakit asma tersebut biasanya Bapak Nyoman Arta menggunakan pengobatan tradisional seperti mengkonsumsi jahe yang
ditumbuk kemudian dicampur madu, pergi ke tukang pijat untuk mengurangi nyeri pada dada dan berjemur di pantai dengan badan dikubur oleh pasir. Ibu Wayan Sorni istri beliau memiliki
kondisi kesahatan yang kurang baik dikarenakan masalah usia sudah menginjak umur 66 tahun sehingga mengurangi jumlah produksi batu bata yang dicetak saat bekerja.
Kebutuhan pangan keluarga Bapak Nyoman Arta dapat dikatakan kurang mencukupi karena sedikitnya penghasilan yang diperoleh. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Bapak
Nyoman Arta menekan biaya pengeluaran yang lainya. Sedangkan, untuk kebutuhan pakaian, beliau dan anaknya menggunakan pakaian seadanya saja karena tidak mampu membeli pakaian
baru dan bersih. 1.1.4 Kesehatan Tempat Tinggal
Rumah tempat tinggal Bapak Nyoman Arta sangat sederhana berukuran kira-kira 6 m x 4,5 m. Rumah tersebut memiliki dua kamar, satu kamar mandi dan satu dapur. Kondisi rumah
Bapak Nyoman Arta sendiri dapat dikatakan kurang baik, karena masih adanya atap yang bolong sehingga saat musim hujan air akan masuk kedalam rumah, selain itu ada tembok-
tembok yang retak. Atap rumah dari Bapak Nyoman Arta terbuat dari seng, saat musim panas tentu akan terasa panas.
Rumah keluarga Bapak Nyoman Arta pekaranganya sangat kecil, sehingga tidak cukup untuk menanami pohon hijau yang dapat menyuplai udara segar. Lingkungan yang pengap
tidak cocok untuk penderita asma, jadi pohon sebagai penghasil kebutuhan udara segar sangat diperlukan untuk lingkungan penderita asma.
1.1.5 Kebersihan Lingkungan Kebersihan dari lingkungan pekarangan rumah Bapak Nyoman Arta dapat dikatakan
cukup baik, karena satu pekarangan rumah itu tidak hanya di isi oleh satu kepala keluarga saja, melainkan empat kepala keluarga, sehingga banyak yang membersihkan dan merawatnya.
2.1.6 Akses Air Bersih Keluarga