dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam tanaman itu sendiri seperti faktor genetik dan faktor lingkungan serta faktor pengelolaan seperti pemupukan dan pemberian
amelioran Leiwakabessy, 2004.
4.3. Kandungan Fosfor Tebu Transgenik IPB 1
Unsur P banyak terdapat dalam tanah, namun sebagian P tidak tersedia bagi tanaman. Hampir dari semua senyawa P yang dijumpai di alam memiliki
kemampuan larut yang rendah, umumnya kurang dari 1 ppm. P larut yang ditambahkan ke dalam tanah sebagian akan terikat oleh liat, alumunium, besi,
ataupun kalsium sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman, sekalipun keadaan tanah sangat baik Soepardi, 1983.
Menurut Sundara 1998, pertumbuhan tebu secara normal sangat tergantung dengan ketersediaan P terlarut dalam bentuk yang dapat diserap
tanaman di dalam tanah. Kebutuhan hara P sering dikaitkan peranannya dengan fase kemasakan atau fase penimbunan karbohidrat pertumbuhan generatif,
namun secara fisiologi tanaman, peranan hara P menonjol pada transfer energi dari satu bagian sel dan jaringan tanaman yang terjadi sepanjang fase
pertumbuhan, dengan kata lain hara P sangat dibutuhkan sejak fase inisiasi perkecambahan sampai fase kemasakan. Hanya saja pada saat tumbuh inisiasi
tunas dari matanya, kebutuhan hara P disuplai dari asal bibit. Sedangkan setelah periode tersebut sepenuhnya kebutuhan P tergantung dari ketersediaan hara dalam
tanah Satuan Kerja Pengembangan Tebu Jatim, 2005. Manfaat dari adanya penyisipan gen fitase diharapkan agar bentuk P
organik yang berada di dalam tanah maupun di dalam jaringan tanaman bisa berubah menjadi P tersedia bagi tanaman. Namun tidak semua P yang diserap
digunakan dalam proses metabolismenya. Sebagian P akan disimpan dalam bentuk P organik senyawa fitat di dalam jaringan tanaman yang menjadi tidak
tersedia bagi tanaman. Pemupukan P yang besar pada awal tanam menyebabkan laju perubahan P tersedia menjadi fitat baik di tanah atau di jaringan tanaman juga
berlangsung tinggi, yang menjadi tidak tersedia ketika umur tanaman bertambah. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat 2 klon tebu
transgenik yang memiliki nilai kandungan P diatas isogenik PS 851, yaitu klon
IPB 1-12 dan IPB 1-4. Hasil analisis kandungan P pada tebu transgenik IPB 1 dan isogenik PS 851 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Hasil Analisis Kandungan Fosfor Daun Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851
Kandungan P tebu transgenik pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Menurut Miza 2009, kandungan P
tebu transgenik IPB 1 umur 6 bulan pada lahan I 25 P berkisar 85 – 631 ppm dan lahan II 50 P kandungan P berkisar 93 – 636 ppm Lampiran 8.
Sedangkan kandungan P tebu transgenik pada penelitian ini berkisar 7.81 – 28.83 ppm Tabel 2. Rendahnya kandungan P baik pada tebu transgenik maupun
isogenik pada penelitian ini, diduga karena tidak adanya perlakuan pupuk P sebelum masa tanam, sehingga tumbuhan tidak mempunyai asupan P yang cukup
untuk metabolisme dan pertumbuhannya. Menurut Sudiatso 1982 pemupukan P pada tebu juga merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi
pertumbuhan dan produktivitas tebu.
Tabel 2. Hasil Analisis Kandungan Fosfor Daun Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851
Tebu Transgenik PS IPB 1 Klon P
ppm
12 28.829 4 22.947
Isogenik 22.754 3 21.115
7 19.958 59 19.862
2 19.476 62 17.644
13 17.548 46 17.548
71 16.391 17 15.427
21 15.427 56 15.041
52 14.559 36 13.016
5 12.727 53 12.534
55 12.534 1 11.859
34 11.859 51 11.859
6 10.124 40 7.810
Nilai tebu isogenik pada penelitian ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan transgeniknya. Menurut Nurhasanah 2007 adanya klon tebu transgenik
yang memiliki kandungan P lebih rendah atau lebih tinggi dari isogeniknya, dikarenakan pada kemampuan masing-masing tanaman dalam menyerap P.
4.4. Kandungan Klorofil Tebu Transgenik IPB 1