d. Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP pasal 294. e. Akta Kanak-kanak 2001, Malaysia.
f. Akta 559, Akta Kesalahan Jenayah Syariah wilayah-wilayah persekutuan 1997, Bahagian IV – Seksyen 20 Perbuatan Sumbang Mahram, Malaysia.
g. Kanun Keseksaan Seksyen 376A – Sumbang Mahram. 2. Bahan Hukum Sekunder adalah Bahan hukum yang bersifat membantu atau
menunjang bahan hukum primer dalam penelitian ini yang akan memperkuat penjelasan didalamnya diantara bahan-bahan hukum sekunder dalam
penelitian ini adalah buku-buku, thesis, jurnal dan dokumen-dokumen. 3. Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan dalam penelitian ini yaitu Library Reseacrh. Library Reseacrh adalah teknik dokumenter, yaitu dikumpulkan dari telaah arsip atau studi
pustaka seperti, seperti buku-buku, makalah ,artikel, majalah, jurnal, Koran atau karya pakar.
Untuk memperoleh bahan-bahan atau data-data dalam penulisan ini maka teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah:
Studi Dokumen Mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur maupun
dokumen-dokumen yang erat dukungannya dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Sehingga dapat memperlancar pelaksanaan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Ada dua jenis metode, analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif adalah deskriptif, data yang termasuk kata-kata dan gambar, yang diperoleh dari
transkrip wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, dll Analisis kuantitatif adalah Kode, nomor, ukuran dan variabel operasional. Berdasarkan
penelitian, perbandingan untuk penulis sebagai mahasiswa fakultas hukum adalah analisis kualitatif.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pandangan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencabulan Sedarah incest Terhadap Norma Kesusilaan, Norma Kepatutan dan Norma Kesopanan di
Indonesia dan Malaysia. 1. Pandangan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencabulan Sedarah
incest Teradap Norma Kesusilaan, Norma Kepatutan dan Norma Kesopanan di Indonesia.
Norma kesusilaan, norma kesopanan dan norma kepatutan saling berkaitan erat antara satu dan lainnya. Pada dasarnya norma kesusilaan, norma kesopanan dan
norma kepatutan merupakan satu kesatuan yang sama. Norma Kesusilaan dan norma kepatutan adalah norma yang mengatur tentang
hidup manusia yang berlaku secara umum dan bersumber dari hati nurani manusia. Tujuan norma kesusilaan yaitu mewujudkan keharmonisan hubungan antar umat
manusia. Rasa bersalah dan penyesalan mendalam akan dirasakan bagi pihak-pihak yang melanggar norma ini.
25
25
Pratiwi, Desy. “Pengertian dan Contoh Nomra Kesusilaan, kesopan dan Hukum” http:dessyptw.blogspot.com201101pengertian-contoh-norma-kesusilaan.html, diunduh 20 July
2013.
Norma kesopanan adalah norma yang muncul dan berkembang dalam pergaulan
masyarakat tertentu. Oleh karena itu, norma kesopanan bersifat lokal dan bergantung kepada adat istiadat atau kebiasaan masyarakat tertentu. Sumber norma kesopanan
adalah kebaikan dalam suatu masyarakat yang ditaati sebagai pedoman untuk mengatur manusia. Orang yang melanggar norma kesopanan biasanya akan
dikucilkan dan dicemooh oleh masyarakat
26
. Kehidupan sosial manusia dalam pergaulan sesamanya selain dilandasi oleh
norma-norma hukum yang mengikat secara hukum, juga dilandasi oleh norma-norma pergaulan yaitu norma-norma kesopanan. Dalam hal ini norma-norma kesopanan
berpijak pada tujuan menjaga keseimbangan batin dalam hal rasa kesopanan bagi setiap manusia dalam pergaulan hidup masyarakat
27
. Nilai-nilai kesopanan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat mencerminkan sifat dan karakter suatu lingkungan
masyarakat bahkan suatu bangsa, telah teradopsi di dalam norma-norma hukum mengenai tindak pidana kesopanan.
Menurut Adami Chazawi kejahatan kesopanan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kejahatan kesopanan di bidang kesusilaan dan kejahatan di luar bidang
kesusilaan.
28
Kejahatan di bidang kesusilaan adalah kejahatan kesopanan mengenai hal yang berhubungan dengan masalah seksual, terdiri dari:
a. Kejahatan dengan melanggar kesusilaan umum pasal 281 KUHP. b. Kejahatan pornografi pasal 282 KUHP
c. Kejahatan pornografi terhadap orang yang belum dewasa pasal 283 KUHP d. Kejahatan pornografi dalam menjalankan pencahariannya pasal 283bis
e. Kejahatan perzinaan pasal 284 KUHP
26
Ibid, diunduh 20 July 2013.
27
Adami Chazawi, Tindak pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005, hlm 1.
28
Ibid, hlm 5-7.
f. Kejahatan perkosaan untuk bersetubuh pasal 285 KUHP g. Kejahatan bersetubuh dengan perempuan di luar kawin yang dalam keadaan
pingsan atau tidak berdaya pasal 286 KUHP h. Kejahatan bersetubuh dengan perempuan di luar kawin yang umurnya belum
15 tahun pasal 287 KUHP i. Kejahatan bersetubuh dengan perempuan dalam perkawinan yang belum
waktunya dikawin dan menimbulkan akibat luka-luka pasal 288 KUHP j. Kejahatan perkosaan berbuat cabul atau perbuatan yang menyerang
kehormatan kesusilaan pasal 289 KUHP k. Kejahatan perbuatan cabul pada orang yang pingsan, pada orang yang
umurnya belum 15 tahun atau belum waktunya untuk dikawin pasal 290 KUHP
l. Kejahatan-kejahatan bersetubuh dengan perempuan d luar kawin yang dalam keadaan pingsan pasal 286 KUHP, bersetubuh dengan perempuan yang
umurnya belum 15 tahun pasal 287 KUHP dan perbuatan cabul pada orang yang dalam keadaan pingsan atau umurnya belum 15 tahun pasal 290
KUHP, dan dalam keadaan yang memebratkan, yakni apabila menimbulkan akibat luka-luka berat bagi korban pasal 291 ayat 1 KUHP
m. Kejahatan perkosaan bersetubuh pasal 285 KUHP, bersetubuh dengan perempuan di luar kawin yang dalam keadaan pingsan pasal 286 KUHP,
bersetubuh dengan perempuan yang umurnya belum 15 tahun pasal 287 KUHP, perkosaan berbuat cabul pasal 289 KUHP, dan perbuatan cabul
pada orang yang dalam keadaan pingsan atau umurnya belum 15 tahun dalam keadaan yang memberatkan, yakni apabila menimbulkan kematian korban
pasal 291 ayat 2
n. Kejahatan menggerakan perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa pasal 283 KUHP
o. Kejahatan berbuat cabul dengan anaknya, anak dibawah pengawasannya dan lain-lain yang belum dewasa pasal 294 KUHP
p. Kejahatan permudahan berbuat cabul bagi anaknya, anak dibawah pengampuannya dan lain-lain yang belum dewasa pasal 295 KUHP
q. Kejahatan permudahan berbuat cabul sebagai mata pencaharian atau kebiasaan pasal 296 KUHP
r. Kejahatan memperdagangkan wanita dan anak laki-laki yang belum dewasa pasal 297 KUHP
s. Kejahatan mengobati wanita dengan ditimbulkan harapan hamilnya dapat digugurkan pasal 299 KUHP
Kejahatan kesopanan di luar hal-hal yang berhubungan dengan masalah seksual terdiri dari kejahatan berikut ini :
a. Kejahatan berupa memberikan minuman keras pada orang yang telah mabuk, membuat mabuk seorang anak yang belum berumur enam belas tahun dan
memaksa orang unutk meminum minuman yang memabukkan pasal 300 KUHP
b. Kejahatan menyerahkan anak yang umurnya belum dua belas tahun pada orang lain untuk dipakai melakukan pengemisan pasal 301 KUHP
c. Kejahatan penganiayaan dan penganiayaan ringan terhadap binatang atau hewan pasal 302 KUHP
d. Kejahatan mengenai perjudian pasal 303, 303bis KUHP Menurut pandangan Theo Lamintang dan P.A.F Lamintang seiring dengan
kemajuan zaman banyak terjadi tindak pidana yang bertentangan dengan norma kesusilaan, norma kesopanan dan norma kepatutan atau yang sering disebut dengan
kejahatan terhadap kesusilaan. Yang dimaksud dengan kejahatan terhadap kesusilaan
adalah kejahatan yang diatur dalam Bab ke-XIV dari buku ke-II Kitab Undang- undang Hukum Pidana KUHP, yang di dalam Wetboek van Strafrecht juga disebut
sebagai misdrijven tegen de zeden.
29
Ketentuan pidana yang diatur dalam bab ini dengan sengaja telah dibentuk oleh pembentuk Undang-undang dengan maksud untuk memberikan perlindungan bagi
orang-orang yang dipandang perlu untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan-tindakan asusila atau ontuchte handelingen dan terhadap perilaku-perilaku
baik dalam bentuk kata-kata maupun dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang menyinggung rasa asusila. Hal ini karena bertentangan dengan pandangan orang
terhadap kepatutan di bidang kehidupan seksual, baik ditinjau dari segi pandangan masyarakat setempat maupun ditinjau dari segi kebiasaan masyarakat setempat dalam
menjalankan kehidupan mereka. Kejahatan terhadap kesusilaan pada umunya menimbulkan kekhawatiran dan
kecemasan khususnya pada orang tua terhadap anak wanitanya, karena selain dapat mengancam keselamatan anak-anak wanita, misalnya perkosaan dan perbuatan cabul
hal ini juga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan kearah kedewasaan seksual lebih dini.
Tindak pidana kesusilaan berkaitan erat dengan delik perzinaan, perkosaan dan pencabulan. Tidak bisa dipungkiri bila kehidupan sekarang ini kian semakin
kehilangan malu. Semakin bebasnya pergaulan masyarakat akan sebuah hubungan yang terasa menjauh dari identitas bangsa. Bangsa yang pemalu, bangsa yang
29
Theo Lamintang dan P.A.F Lamintang, Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan. Cet. 2. Jakarta: Sinar Grafika, 2009, Hal 1.
menjunjung tinggi kesusilaan kini condong mengarah kepergaulan bebas dunia barat. Tingkat pergaulan anak muda sekarang yang gaya berpacaran atau berhubungannya
telah kelewat batas. Tidak hanya muda-mudi yang banyak tertangkap basah melakukan hubungan suami istri diluar perkawinan, banyak pula kasus untuk suami
istri yang melakukan hal serupa bukan dengan pasangan menikahnya serta banyak pula kasus-kasus tindak pidana kesusilaan yang dilakukan seorang anak terhadap
anak kandungnya sendiri incest. Kejahatan kesusilaan dapat dikatakan sebagai tindak pidana yang bersifat
universal, karena hampir semua negara mengenalnya dan mengaturnya dalam ketentuan hukum masing-masing namun mengenai macam dan kriteria atau konsepsi
mengenai kesusilaan yang dilanggar dapat berbeda. Pada dasarnya tindak pidana kesusilaan dipengaruhi oleh pandangan, nilai-nilai sosial dan norma-norma agama
yang berlaku didalam masyarakat. Kejahatan terhadap kesusilaan terbagi menjadi dua istilah, susila dan kesusilaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata susila adalah baik budi bahasanya, adat istiadat yang baik, sopan santun, tertib dan beradab. Sedangkan kesusilaan adalah
perihal susila yang berkaitan dengan adab dan sopan santun. Menurut Suparman Marzuki bahwa setiap delik itu pada hakikatnya merupakan
delik kesusilaan, karena semua bentuk larangan dengan sanksi hukum pidana pada hakikatnya melambangkan bentuk perlindungan terhadap sistem nilai kesusilaan atau
moralitas tertentu yang ada dalam masyarakat.
30
Sedangkan Loebby Loqman membagi delik kesusilaan menjadi dua bagian, yaitu delik kesusilaan dalam arti sempit dan delik kesusilaan dalam arti luas. Beliau
30
Suparman Marzuki, Pelecehan Seksual, Yogyakarta: FH UI, 1995, hlm. 75.
berpendapat bahwa kesusilaan dalam arti sempit yaitu perbuatan yang berhubungan dengan seks yang sudah merupakan istilah sosiologis, artinya masyarakat telah
mengenal kesusilaan tersebut berhubungan dengan seks. Misalnya pelacuran, perzinaan, pencabulan, perkosaan, homoseksual, lesbian dan lain-lain. Sedangkan
kesusilaan dalam arti luas tidak hanya meliputi kesusilaan dalam arti sempit, tetapi juga perbuatan-perbuatan yang tidak ada hubungannya dengan seks.
31
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, kejahatan terhadap kesusilaan adalah sebagai bentuk pelanggaran atau kejahatan terhadap nilai-nilai susila, mengenai adat
kebiasaan yang baik, sopan-santun atau perbuatan yang berhubungan dengan seks. Tindak pidana pencabulan sedarah incest berkaitan erat dengan norma
kesusilaan, norma kepatutan dan norma kesopanan. Tindak pidana pencabulan sedarah incest merupakan salah satu delik dari kekerasan terhadap kesusilaan. Hal
ini disebabkan karena menurut pandangan hukum incest merupakan salah satu tindak pidana yang melanggar norma kesusilaan, norma kesopanan dan norma kepatutan
yang berhubungan dengan masalah seks karena didalam incest terdapat unsur pencabulan yang merupakan salah satu delik dari tindak pidana kesusilaan.
2. Pandangan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencabulan Sedarah incest Teradap Norma Kesusilaan, Norma Kepatutan dan Norma
Kesopanan di Malaysia.
Negara Malaysia beranggapan bahwa gejala pencabulan sedarah sumbang mahram adalah suatu penyakit yang sangat buruk bahkan lebih buruk dari gejala
zina biasa. Hukumannya adalah sama seperti ketentuan hukuman zina, bahkan pemerintahan Islam dapat menjatuhkan tambahan hukuman takzir ke atas si pelaku
31
Loebby Loqman, Delik kesusilaan, Makalah Loka Karya BPHN, 1995.
demi maslahat ammah dengan maksud mencegah gejala ini dari terus-menerus menular dan berkembang. Beberapa masyarakat di negara Malaysia juga beranggapan
orang yang melakukan tindak pidana pencabulan sedarah sumbang mahram seharusnya dihukum cambuk dan penjara seumur hidup.
32
- Tabel Perbandingan Pandangan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencabulan
Sedarah incest di Indonesia dan Malaysia.
Tabel 1 Keterangan
Indonesia Malaysia
Pandangan Hukum menurut
Negara Indonesia dan
Negara Malaysia
Pandangan dan pendapat dari beberapa para ahli
bahwa tindak pidana pencabulan
sedarah incest merupakan suatu
tindak pidana kejahatan terhadap
norma kesusilaan, kepatutan dan
kesopanan. Negara
Malaysia beranggapan bahwa tindak
pidana pencabulan sedarah incest merupakan suatu
penyakit yang sangat buruk. Tindak pidana ini
merupakan tindak pidana yang lebih dari hanya
sekedar tindak pidana zina biasa.
- Tabel Analisis Hasil Perbandingan hukum mengenai Pandangan Hukum Terhadap
Tindak Pidana Pencabulan Sedarah incest di Indonesia dan Malaysia.
Tabel 2
32
Rahima, “Hukuman Sumbang Mahram” http:www.rahima.or.idindex.php? option=com_contentview=articleid=217:teropong-edisi-8-hukuman-sumbang-mahram-incest-di-
malaysia-kepentingan-elit-catid=39:teropong-duniaItemid=272lang=, diunduh 24 July 2013.
Analisis Hasil Perbandingan hukum mengenai
Pandangan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencabulan
Sedarah incest di Indonesia dan Malaysia
- Negara Indonesia berpendapat
bahwa tindak pidana pencabulan sedarah incest merupakan suatu
tindak pidana kejahatan terhadap norma kesusilaan, kepatutan dan
kesopanan dan negara Malaysia beranggapan bahwa tindak pidana
pencabulan sedarah incest merupakan suatu penyakit yang
sangat buruk. Tindak pidana ini merupakan tindak pidana yang
lebih dari hanya sekedar tindak pidana zina biasa.
- Dalam hal ini penulis
beranggapan bahwa negara Indonesia dan negara Malaysia
sangat menentang terjadinya tindak pidana pemcabulan sedarah
incest. Negara Indonsia dan negara Malaysia beranggapan
bahwa tindak pidana pencabulan sedarah incet merupakan tindak
pidana yang bertentangan dengan norma kesusilaan, norma
kepatutan dan norma kesopanan.
B. Proses Pemeriksaan oleh Pihak Kepolisian terhadap pelaku Tindak Pidana Pencabulan Sedarah incest di Indonesia dan Malaysia.
1. Proses Pemeriksaan oleh Pihak Kepolisian terhadap pelaku Tindak Pidana Pencabulan Sedarah incest di Indonesia.
Pengertian penyidikan diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang terdapat Pada Pasal 1 butir I yang berbunyi sebagai berikut:
“Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia Atau Pejabat Pegawai Negari Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan.“ Dari pengertian penyidik diatas, dalam penjelasan undang-undang disimpulkan
mengenai pajabat yang berwenang untuk melakukan penyidikan yaitu Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia POLRI; dan Pejabat Pegawai Negari Sipil yang diberi
wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan. Seorang penyidik dalam melaksanakan tugasnya memiliki koridor hukum yang
harus di patuhi, dan diatur secara formal apa dan bagaimana tata cara pelaksanaan, tugas-tugas dalam penyelidikan. Artinya para penyidik terikat kepada peraturan-
peraturan, perundang-undangan, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam menjalankan tugasnya.
Dalam pelaksanaan proses penyidikan, peluang-peluang untuk melakukan penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang untuk tujuan tertentu bukan mustahil
sangat dimungkinkan terjadi. Karena itulah semua ahli kriminalistik menempatkan etika penyidikan sebagai bagian dari profesionalisme yang harus dimiliki oleh
seorang penyidik. Bahkan, apabila etika penyidikan tidak dimiliki oleh seseorang penyidik dalam menjalankan tugas-tugas penyidikan, cenderung akan terjadi tindakan
sewenang-wenang petugas yang tentu saja akan menimbulkan persoalan baru. Dalam ranah kepolisian dibagi beberapa bagian yang masing-masing mempunyai
tugas yang berbeda-beda: a. Bagian MIN personil, bertugas menjalankan fungsi pembinaan personil dan
logistik serta latihan dalam mendukung tugas kepolisian. b. Bag OP, bertugas mengatur tentang pelaksanaan operasional kepolisian yang
meliputi pelayanan unjuk rasa, operasi khusus kepolisian, dan lain-lain. c. Bag Bina mitra, bertugas melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar
dapat menjadi masyarakat yang sadar hukum dan mampu melakukan upaya- upaya pencegahan terjadinya kejahatan dengan baik dan benar.
d. Sat Intelkam, bertugas menjalankan inteligen dan pengamanan kepolisian. e. Sat Reskrim, bertugas menjalankan fungsi penyelidikan dan penyidikan serta
kegiatan penindakan represif terhadap segala bentuk kejahatan yang terjadi. Dalam satuan serse ini dibagi dalam beberapa unit, yaitu unit yang bersifat
umum, yang menangani semua masalah baik kriminal umum KRIMUM, kriminal khusus KRIMSUS, unit khusus yang menangani masalah kejahatan
dengan menggunakan kekerasan dan unit PPA Perlindungan Perempuan dan Anak.
f. Sat Samapta, bertugas mengadakan kegiatan penjagaan, pengawalan, dan patroli. Misalnya mengawal nasabah bank yang meminta pengawalan untuk
pengambilan uang dalam jumlah uang banyak, termasuk pengendalian massa atau DALMAS.
g. Sat Lantas, bertugas melakukan pengaturan arus lalu lintas, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan ketertiban di jalan umum.
h. Sat Narkoba, bertugas menjalankan fungsi penyelidikan dan penyidikan serta kegiatan penindakan represif terhadap tindak pidana psikotropika.
i. SPK Sentral Pelayanan Kepolisian, bertugas memberikan pelayanan, informasi, dan pengaduan masyarakat yang membutuhkan penanganan
kepolisian. Secara garis besar dalam melaksanakan tugas penyidikan untuk mengungkapkan
suatu tindak pidana, maka penyidik karena kewajibannya mempunyai wewenang sebagaimana yang tercantum di dalam isi ketentuan Pasal 7 ayat 1 Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana KUHAP jo. Pasal 16 ayat 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisan Negara Republik Indonesia, yang menyebutkan
bahwa wewenang penyidik adalah sebagi berikut: 1. Menerima Laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana. 2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan. 5. Mengenai sidik jari dan memotret seseorang.
6. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
7. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
8. Mengadakan penghentian penyidikan. 9. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Tindak pidana pencabulan sedarah incest merupakan suatu tindak pidana dengan delik aduan. Seseorang yang merasa dirugikan dengan adanya tindak pidana ini
berhak melaporkan tindak pidana yang terjadi kepada pihak penyidik pihak kepolisian.
Setelah mendapatkan pengaduan dari pihak yang merasa dirugikan, maka pihak penyidik berkewajiban untuk melakukan suatu penyelidikan terhadap kasus tindak
pidana tersebut. Secara khusus tugas dan wewenang pihak kepolisian dalam hal memeriksa tindak pidana pencabulan sedarah incest dilakukan oleh Satuan Reskrim
Reserse Kriminal dan unit PPA Perlindungan Perempuan dan Anak. Kewajiban dan wewenang Satuan Reskrim Reserse Kriminal dan unit PPA Pelindungan
Perempuan dan Anak dalam menangani tindak pidana pencabulan sedarah adalah sebagai berikut:
1. Menahan pelaku yang diduga melakukan tindak pidana pencabulan sedarah incest.
2. Melakukan olah TKP Tempat Kejadian Perkara. 3. Memeriksa profil dari tersangka yang melakukan tindak pidana
pencabulan sedarah incest. 4. Mengintrogasi tersangka guna mendapatkan informasi tentang tindak
pidana yang telah dilakukannya.
5. Memeriksa kejiwaan dan psikologis tersangka yang melakukan tindak pidana pencabulan sedarah incest.
6. Mengintrogasi saksi yang mengetahui tentang tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka.
7. Mengumpulkan data dari saksi-saksi. 8. Mengumpulkan seluruh bukti-bukti dari keterangan saksi dan barang-
barang yang digunakan oleh pelaku tindak pidana dalam menjalankan tindakannya yang dianggap dapat dijadikan barang bukti.
9. Mengintrogasi pihak korban guna mengetahui profil pihak korban. 10. Mengintrogasi pihak korban tindak pidana pencabulan guna mendapatkan
keterangan dari tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh pelaku tindak pidana pencabulan.
11. Dalam mengintorgasi pihak korban, korban didampingi oleh pihak terdekat korban ibu korban atau saudara terdekat.
2. Proses Pemeriksaan oleh Pihak Kepolisian terhadap pelaku Tindak Pidana Pencabulan Sedarah incest di Malaysia.
Tindak pidana pencabulan sedarah incest juga sering terjadi di negara Malaysia. Istilah incest di negara Malaysia lebih dikenal dengan tindak jenayah sumbang
mahram. Tindak jenayah sumbang mahram di negara Malaysia merupakan suatu tindak pidana dengan delik aduan. Apabila terjadi tindak jenayah sumbang mahram
maka pihak yang berhak menangi kasus tersebut adalah pihak kepolisian Malaysia atau lebih dikenal dengan pihak Polis.
Dalam hal ini penulis menganalisa ada beberapa tata cara atau proses pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak polis di negara Malaysia, yaitu:
33
1. Memberhentikan pihak yang diduga melakukan tindak jenayah. 2. Menangkap pihak yang diduga melakukan tindak jenayah.
3. Setelah mendapatkan perintah oleh hakim pihak polis memeriksa dan
mengintrogasi pihak yang diduga melakukan tindak jenayah. 4. Mengintrogasi pihak-pihak saksi yang mengetahui tindak jenayah yang
telah terjadi. 5. Mengintrogasi pihak korban yang merasakan tindak jenayah tersebut.
6. Melaporkan semua keterangan yang didapat dari pihak yang melakukan
tindak pidana jenayah dan pihak korban kepada hakim. -
Tabel Perbandingan proses pemeriksaan oleh Pihak Kepolisian terhadap pelaku Tindak Pidana Pencabulan Sedarah incest di Indonesia dan Malaysia.
Tabel 3 Keterangan
Perbandingan Indonesia
Malaysia
Persamaan Proses pemeriksaan
pelaku tindak pidana pencabulan sedarah
incest di Indonesia dilakukan oleh pihak
penyidik pihak
kepolisian Proses pemeriksaan
pelaku tindak jenayah sumbang mahram di
Malaysia dilakukan oleh pihak polis pihak
kepolisian di Malaysia
Perbedaan Proses pemeriksaan Malaysia merupakan
33
Malaysianbar, “Proses Pemeriskaan Tindak Jenayah” http:www.malaysianbar.org.myindex.php? option=com_docmantask=doc_viewgid=2202, diunduh 5 Agustus 2013.
pelaku tindak pidana pencabulan sedarah
incest ini dilakukan secara keseluruhan oleh
pihak kepolisian dan merupakan kewajiban
dari pihak kepolisian. negara dengan sistem
hukum common law. Proses pemeriksaan
pelaku tindak jenayah sumbang mahram ini
dilakukan oleh pihak kepolisian apabila sudah
ada persetujuan dari Hakim terlebih dahulu.
- Tabel Analisis Hasil Perbandingan hukum mengenai proses pemeriksaan oleh
Pihak Kepolisian terhadap pelaku Tindak Pidana Pencabulan Sedarah incest di Indonesia dan Malaysia.
Tabel 4 Analisis Hasil Perbandingan Hukum
mengenai Prosedur Pemeriksaan Pelaku Tindak Pidana Pencabulan
Sedarah Incest di Indonesia dan Malaysia
- Negara Indonesia dan Negara
Malaysia memiliki Prosedur pemeriksaan terhadap pelaku
Tindak Pidana Pencabulan Sedarah Incest yang berbeda.
Di Negara
Indonesia kewenangan mutlak dalam hal
pemeriksaan pelaku tindak
pidana pencabulan sedarah incest di lakukan oleh pihak
penyidik pihak kepolisian sedangkan di negara Malaysia
pemeriksaan pelaku tindak pidana pencabulan sedarah
incest dilakukan oleh pihak penyidik pihak polis apabila
ada persetujuan dari Hakim. -
Dalam Hal ini penulis beranggapan bahwa prosedur
pemeriksaan di Negara Indonesia yang lebih baik,
karena prosedur pemeriksaan pelaku
tindak pidana
pencabulan sedarah incest dilakukan oleh satu pihak yaitu
pihak penyidik dan melalui proses pemeriksaan yang cepat
dan sederhana.
C. Sanksi Hukum Bagi Pihak Pelaku Tindak Pidana Incest di Indonesia dan Malaysia.