62
Esa : “Masih di Lum Kelar, masih bersama Esa yang paling
ganteng
.”
Iwang
: “Dan Iwang yang biasa saja, kita masih terus tunggu
kamu sampai jam sembilan gitu ya .” Lum KelarII20
Tuturan dalam percakapan 25 menunjukkan adanya implikatur percakapan. Tuturan Iwang
“Dan Iwang yang biasa saja,...” melanggar maksim
kecocokan, karena meminimalkan kecocokan antara dirinya dengan mitra tuturnya. Tuturan Iwang yang melanggar maksim kecocokan ini melahirkan
implikatur percakapan. Tuturan tersebut digunakan penutur Iwang untuk menyindir mitra tuturnya Esa. Dalam tuturan sebelumnya, yang dibuat oleh Esa,
ada usaha untuk menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa ia Esa adalah
orang yang paling ganteng. Kemudian, Iwang menuturkan “Dan Iwang yang biasa saja
, ...” dengan nada datar. Tuturan tersebut digunakan oleh Iwang untuk
menyindir Esa agar bersikap biasa saja, tidak usah berlebihan, walaupun mungkin benar Esa ganteng.
5. Memastikan
Percakapan dalam Lum Kelar juga mengandung implikatur untuk memastikan. Implikatur ini diperoleh dari pelanggaran maksim pelaksanaan.
Untuk lebih jelasnya mengenai implikatur ini dapat dilihat sebagai berikut. 8 Konteks: Percakapan terjadi ketika kedua penyiar sedang membacakan
SMS dari salah seorang pendengar mereka. Dalam SMS tersebut, pendengar menyatakan sedang mengalami masalah
cinta. Dalam SMS tersebut dijelaskan bahwa pengirim SMS menjalani hubungan jarak jauh dan pacarnya ingin bertemu
secara intens. Dalam SMS yang mereka baca terdapat kata- kata „aku bingung‟. Ketika Iwang membacakan SMS
63
tersebut, Esa menanyakan kenapa Iwang bingung. Permainan kata-kata dari Esa ternyata juga membuat Iwang jadi
bingung. Iwang
: “Pagi Sa-Wang, aku jalan, aku hubungan jarak jauh, tapi pacarku tuntut ketemu
intens.” Esa
: “Intens i berarti orang ketiga dong?” Iwang
: “Bukan, itu intens, intens i berarti ketemu intens, ketemu secara terus menerus.”
Esa : “Oh, tak pikir intens sama orang lain lagi.”
Iwang : “Itu intens.”
Esa : “Terus?”
Iwang “Aku bingung.”
Esa :
“Yang bingung aku apa dia nih sebenarnya?”
Iwang : “Dia yang bingung.”
Esa : “Lha kok kamu bilang kamu bingung?”
Iwang : “Ya karena aku bacain dia”
Esa :
“Ha’a...” Iwang
: “Aku bingung.” Esa
: “Lha kok bingung kenapa kamu?” Iwang
: “Eh, aku bingung nih, buat gua bingung aja sih.” Lum KelarII17
Terdapat implikatur percakapan dalam dialog 8. Implikatur percakapan diperoleh dari pelanggaran maksim pelaksanaan. Ketika Iwang membacakan SMS
yang berbunyi “aku bingung”, saat itu pula Esa menanyakan perihal „bingung‟ yang dialami oleh rekannya dengan menuturkan
“Yang bingung aku apa dia nih sebenarnya?”. Tuturan Esa ternyata melanggar maksim pelaksanaan, karena
tuturan tersebut taksa serta tidak tertib dan teratur. Dengan demikian, tuturan Iwang melanggar submaksim ketaksaan serta tertib dan teratur. Tuturan Esa yang
melanggar maksim pelaksanaan mengandung implikatur percakapan. Dengan
64
tuturan tersebut, Esa ingin memastikan siapakah sebenarnya yang sedang bingung, Iwang atau pengirim SMS.
6. Menolak