16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi DAS Cipasauran
Daerah Aliran Sungai Cipasauran secara geografis terletak pada 06° 13’ 51” - 06° 17’ 33” LS dan 105° 49’ 50” - 105° 56’ 40” BT, dan termasuk dalam zona 48 UTM. DAS
Cipasauran secara keseluruhan memiliki luas sebesar 44 km² yang berjarak ±35 km dari Kota Serang, di mana keadaan topografi didominasi dengan pegunungan pada wilayah timur dan
dataran rendah pada wilayah barat. Wilayah Utara DAS meliputi Desa Umbul Tanjung dan Desa Pasauran, wilayah selatan meliputi Desa Jiput, Desa Pejanten, Desa Sukacai, dan Gunung
Asseupan, wilayah barat meliputi Selat Sunda, sedangkan wilayah timur meliputi Gunung Asseupan. Peta lokasi DAS Cipasauran disajikan pada Gambar 4.
Pada penelitian ini, lokasi perencanaan Bendung Cipasauran digunakan sebagai outlet, yang berlokasi pada 6°1341.57 LS dan 105° 50 25.20 BT. Penempatan outlet pada lokasi
perencanaan bendung menghasilkan luasan DAS yang lebih sempit karena lokasi tersebut berada ±1.4 km dari wilayah hilir di laut, yaitu sebesar 38.87 km
2
. Penempatan outlet pada lokasi perencanaan Bendung Cipasauran dilakukan karena debit sungai yang dianalisis diharuskan
berada pada lokasi pengambilan air, sehingga data debit sungai dapat dibandingkan dengan informasi ketersediaan air baku.
Gambar 6 . Lokasi perencanaan Bendung Cipasauran
17
Gambar 7. Peta DAS Cipasauran dengan outlet Bendung Cipasauran
4.2 Penggunaan lahan
Berdasarkan peta tanah tinjau Provinsi Jawa Barat dari Lembaga Penelitian Tanah berskala 1:250,000 pada tahun 1966, jenis tanah yang terdapat pada DAS Cipasauran terdiri dari
2 jenis, yaitu asosiasi latosol coklat kemerahan dan latosol coklat yang menutupi 69.7 dari luasan DAS, serta latosol merah kekuningan yang menutupi 30.3 DAS. Latosol merupakan
tanah dengan kadar liat lebih dari 30, berwarna coklat hingga merah, memiliki tekstur yang halus, bersolum tebal, serta bergembur pada seluruh profilnya Astisiasari 2008. Berdasarkan
kelas erodibilitas atau koefisien kepekaan erosi dari Bapedal 2001, latosol coklat kemerahan dan latosol coklat, serta latosol merah kekuningan merupakan jenis tanah dengan erodibilitas
rendah. Sebaran jenis tanah DAS Cipasauran disajikan pada Gambar 8. Pada penelitian ini digunakan citra Landsat 7 ETM+ pada 13 Juni 2010 dan 14 April
2010 sebagai informasi penggunaan lahan. Sebelum data citra dapat digunakan, dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu dengan menggunakan ERDAS Imagine 9.1. Pada tahap pertama, data
citra diproyeksi dengan WGS 1984 pada zona 48, kemudian dilakukan pemotongan wilayah DAS terhadap citra. Setelah itu, dilakukan proses restorasi citra image restoration atau
perbaikan pada gambar, karena terdapat kesalahan respon detektor. Kesalahan detektor yang terdapat pada citra berupa striping, yaitu kondisi di mana detektor tidak bekerja secara sempurna
sehingga terdapat garis kosong sepanjang gambar. Oleh karena itu gambar diperbaiki dengan
18 metode mozaik, yaitu proses overlay antara dua citra pada lokasi dan koordinat yang sama, tetapi
pada waktu yang berbeda. Kemudian data citra pada setiap band disatukan dengan menggunakan layer stack. Pada penelitian ini, digunakan band dengan komposisi warna merah, hijau, dan biru
sebesar 5, 4, dan 3.
Gambar 8. Peta sebaran tanah DAS Cipasauran
Keakuratan hasil klasifikasi dapat dihitung secara kuantitatif untuk mendukung evaluasi secara visual. Analisa citra satelit bersifat objektif karena dapat dikontrol dari data
statistik dengan tingkat ketelitian serta ketepatan klasifikasi Harjadi 2003. Dalam penelitian ini, digunakan pengklasifikasian dengan metode terbimbing supervised classification, dengan
pendekatan peluang maksimum maximum likelihood. Nilai klasifikasi diukur dengan producer’s accuracy, user’s accuracy, overall accuracy, dan kappa accuracy. Nilai akurasi
diperoleh dari matriks konfusi berdasarkan overlay hasil klasifikasi dengan citra aslireferensi. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
producer’s accuracy terbesar adalah kelas pemukiman yaitu 96.88, sedangkan nilai terkecil adalah jenis tutupan lahan berupa sawah irigasi yaitu 62.5.
User’s accuracy terbesar adalah kelas semak belukar dan pemukiman yaitu 100, sedangkan nilai terkecil adalah kelas tegalan dengan nilai 41.18. Nilai overall dan kappa accuracy dapat
diterima jika nilai yang diperoleh lebih besar dari 85 Riswanto 2009. Pada penelitian ini, secara berturut-turut nilai overall dan kappa accuracy sebesar 88.64 dan 86.07. Tabel nilai
matriks konfusi dan akurasi yang diperoleh disajikan pada Tabel 3 dan 4.
19 Data tutupan lahan dibagi menjadi 7 jenis, diantaranya adalah badan air, hutan
sekunder, pemukiman, perkebunan, sawah irigasi, semak belukar, dan tegalan. Berdasarkan Tabel 2, DAS Cipasauran didominasi oleh semak belukar dengan luas 10.14 km
2
atau 26.08 dari total luas DAS. Sebaran wilayah tutupan lahan pada DAS Cipasauran disajikan pada
Gambar 9.
Tabel 2. Sebaran tutupan lahan pada DAS Cipasauran
No. Jenis Penggunaan Lahan
Luas km
2
1 Badan Air
0.81 2.08
2 Hutan Sekunder
9.02 23.20
3 Pemukiman
1.77 4.56
4 Perkebunan
6.19 15.94
5 Sawah Irigasi
2.54 6.54
6 Semak Belukar
10.14 26.08
7 Tegalan
8.40 21.60
Total 38.87
100.00
Gambar 9. Peta sebaran penggunaan lahan DAS Cipasauran
20
Tabel 3. Nilai matriks konfusi untuk setiap penggunaan lahan
Tabel 4. Nilai akurasi untuk setiap penggunaan lahan
4.3 Analisis SWAT