WANITA DEWASA LAJANG (Study Tentang Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Wanita Dewasa Melajang dan Permasalahannya)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya orang yang dewasa akan menikah dan berumah tangga.
Namun ada yang sudah cukup usia tetapi belum atau tidak menikah. Menikah pada
perempuan merupakan suatu keharusan dan pada usia tertentu. Perempuan sering
dituntut untuk menikah agar tidak dikatakan sebagai perawan tua. Selain itu juga,
orangtua juga tidak akan merasa resah karena melihat putrinya belum juga
mempunyai pendamping hidup (suami) seperti sebagaimana yang telah dilakukan
oleh kebanyakan perempuan yaitu memiliki pedamping hidup dan berkeluarga.
Usia untuk melaksanakan pernikahan pada wanita dari tahun ke tahun
mengalami perubahan, sejalan dengan yang dipaparkan oleh seorang sosiolog Linda,
di era ’70-an dan awal ’80-an wanita rata-rata menikah di usia belasan tahun.
Memasuki pertengahan ’80-an, ’90-an, hingga sekarang, usia pernikahan terus
bergeser mundur ke atas 20 tahun. Bahkan, di kota besar, pada strata masyarakat
menengah ke atas, kisaran usia nikah bisa mencapai 25-30 tahun ke atas.
Masa dewasa merupakan waktu yang paling lama dialami setiap manusia
dalam rentang waktu kehidupan (Hurlock, 1991). Menurut Erikson masa dewasa ini
terbagi menjadi tiga tahapan yaitu, masa dewasa dini yang dimulai dari 20 sampai 35
tahun, masa dewasa madya dimulai dari 35 sampai dengan 60 tahun, dan masa

dewasa lanjut dari usia 60 tahun ke atas. Setiap tahapan pada masa dewasa tersebut
memiliki tugas perkembangan masing-masing.
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1991) tugas perkembangan merupakan
tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan setiap individu. Bila
individu berhasil dalam tugas tersebut maka akan membawa keberhasilan untuk
menyelesaikan tugas berikutnya, tetapi apabila gagal akan menimbulkan kesulitan
dalam menghadapi tugas berikutnya. Salah satu tugas yang harus diselesaikan pada
masa dewasa dimulai dari masa dewasa dini, yaitu menikah dan membina kehidupan
berumah tangga. Pengertian menikah sendiri menurut Undang-Undang Perkawinan
1974, yaitu: “perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita

1

2

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
Hal ini sejalan dengan pendapat Hogg (dalam Hurlock, 1991) yang
mengatakan menikah adalah menemukan pasangan yang cocok untuk diajak
berkomitmen dalam menjalankan kehidupan bersama di masa-masa selanjutnya dan

memiliki keturunan. Dengan kata lain dapat dikatakan pernikahan adalah suatu
hubungan jangka panjang dengan orang lain yang dianggap sesuai dengan diri
individu itu sendiri untuk mencapai keluarga yang bahagia dan kekal. Membentuk
suatu hubungan dan memilih pasangan dengan bijak merupakan langkah pertama
yang dilakukan untuk menuju pernikahan yang bahagia dan kekal. Tetapi kadangkadang pasangan yang terlihat serasi dan saling mencintai belum tentu siap untuk
menikah. Hal ini dikarenakan suatu pernikahan meliputi banyak aspek kehidupan dan
memerlukan tanggung jawab lebih dari individu yang menikah untuk mencapai
keluarga yang bahagia dan kekal dibutuhkan sumber dan keterampilan dari masingmasing pasangan, seperti apakah pasangan tersebut sudah cukup matang secara
personal untuk menerima tanggung jawab dalam pernikahan (Blood, 1978).
Setelah menikah, maka tugas perkembangan yang selanjutnya yang berada
pada dewasa madya adalah membantu anak remajanya menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia. Tetapi fenomena yang muncul dalam masyarakat
saat ini adalah adanya wanita dewasa yang berumur 30 tahun bahkan di atas umur 30
tahun belum juga menikah atau masih melajang, sedangkan menikah merupakan
tugas perkembangan yang berada pada masa dewasa dini. Hal ini dapat menghambat
individu tersebut untuk menjalankan tugas perkembangannya di masa dewasa madya
yang seharusnya telah memiliki tugas untuk mendidik anak.
Pernikahan merupakan pola normal dalam kehidupan orang dewasa. Sebagian
besar orang dewasa ingin menikah dan mengalami tekanan dari orang tua dan temanteman untuk menikah (Hurlock, 1991). Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan
mendapat perhatian yang besar dari masyarakat dan diharapkan setiap individu

dewasa mengalaminya.
Pernikahan memang hal yang sangat dinantikan bagi setiap orang, baik pria
maupun wanita. Selain sebagai pemenuhan kebutuhan seksual, pernikahan juga dapat
memenuhi kebutuhan psikologis seseorang, seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dan

3

rasa ingin dihargai. Jadi, dengan menikah seorang individu akan merasa tenang dapat
melindungi dan dilindungi serta dapat mencurahkan segala isi hati kepada
pasangannya. Pernikahan juga dapat memenuhi kebutuhan sosial, seperti yang telah
disampaikan bahwa norma-norma masyarakat yang memandang lain seorang
individu yang terlambat atau tidak menikah, membuat individu ingin menikah agar
tidak mendapat sorotan dari masyarakat.
Selain itu, menikah juga memiliki manfaat anatara lain yaitu untuk memenuhi
kebutuhan religi seseorang, dengan melakukan pernikahan maka salah satu aspek
dalam agama telah dapat dipenuhi sesuai dengan kepercayaan yang dianut oleh
individu yang bersangkutan (Walgito, 2002). Kebutuhan-kebutuhan inilah yang
melatarbelakangi seseorang untuk menikah.
Menurut Jacoby dan Bernard (Setyowati & Riyono, 2003) wanita mendapat
tekanan yang lebih besar untuk menikah dibandingkan dengan pria setelah usia

tertentu, umumnya sekitar usia 30 tahun. Hurlock (1991) mengatakan pria yang
melajang tidak mengalami masalah seperti yang dialami wanita yang belum menikah
karena pria dapat menikah kapan saja. Pria juga lebih mudah melakukan adaptasi
dengan kehidupan melajang dibandingkan dengan wanita.
Cockrum dan White (Suryani, 2007) juga mencatat terdapat standar yang
berbeda yang digunakan masyarakat dalam memandang pria yang hidup melajang
dengan wanita yang hidup melajang. Pria yang hidup melajang cenderung lebih
dapat diterima dibandingkan dengan wanita melajang. Wanita melajang yang sering
disebut ”perawan tua”, selalu disodorkan pertanyaan ”Kapan kamu menikah?” dari
orang sekitar. Apalagi Jones (Suryani, 2007) mengatakan bahwa sikap masyarakat
Indonesia yang menempatkan menikah dan memiliki anak sebagai prioritas hidup
wanita semakin membuat pernikahan menjadi hal yang lebih penting bagi wanita
daripada pria sehingga status melajang yang dimiliki wanita lebih mendapat sorotan.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah tingginya usia tidak selalu disertai
dengan banyaknya anak atau adanya pendamping hidup disisinya. Bahkan dari
penelitian yang dilakukan di Mesir pun menyatakan bahwa “hal yang menyebabkan
kecemasan dan stress pada wanita mesir adalah rasa kesepian yang didapat karena
belum kunjung menikah di usia 30” (Adhim, 2005). Banyak orang yang masih
terlena dengan kesendiriannya bahkan di usia yang nyaris “maghrib”.


4

Berbagai alasan diberikan para lajang seputar keterlambatan menikah,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Agus (2009) bahwa berbagai alasan diberikan
oleh para lajang seputar keterlambatan menikah, paling klasik tentu “belum jodoh”.
Masih banyak alasan lain yang mewakili tentang belum datangnya jodoh. Alasan
pertama yang paling banyak diajukan adalah, belum mapan baik laki-laki atau para
wanita. Belum mapan di sini tidak hanya kemapanan finansial, seperti sudah punya
pekerjaan tetap, rumah, mobil, deposito, sampai biaya penyelanggaraan pernikahan
yang semakin hari semakin membengkak. Kemapanan di sini juga termasuk
kemapanan psikologis. Banyak yang masih ingin bersenang-senang dulu dengan
alasan jika segera nikah maka akan cepat bosan. Adanya perasaan egois yang
berlebihan yang merasa dirinya belum siap untuk berbagi hidup dengan orang lain
sehingga saat diri merasa sudah cukup mapan, usia sudah berangkat senja.
Secara psikologis bahaya dari melajang dapat mengakibatkan perasaan cemas
dan kecewa karena tidak dapat mencapai aktualisasi diri sebagai seorang wanita
karena pada dasarnya dunia wanita adalah “dunia yang memelihara”. Dan “wanita
merupakan bentuk aku-yang mencari-engkau”. Karena yang bisa memberi arti dan
makna pada diriku adalah engkau atau orang lain (laki-laki). Kecemasan yang
menghantui ketika usia terus bertambah karena terus berpikir, dengan siapa ia akan

menghabiskan waktu dimasa tua, siapa yang akan mendampingi dirinya dalam
mengisi hari-hari terakhir hidupnya, tidak adanya anak dan cucu yang dapat
menghibur sebagai pelipur lara di hari tuanya Sarwono Prawiroharjo (Latif, 2005)
Sarwono Prawiroharjo (Latif, 2005) Sarwono Prawiroharjo (Latif, 2005).
Bagi wanita yang belum menikah, usia tiga puluh merupakan usia kritis
(critical age). Seperti yang dikemukakan oleh Campbell (Hurlock, 1991) bahwa
“bagi wanita, usia tiga puluh merupakan pilihan yang mempunyai persimpangan”.
Hal ini dikarenakan kehidupan wanita sering diwarnai stress dan akan memuncak
pada usia tiga puluh, kemudian secara bertahap kekurangan karena dirinya mulai
menyesuaikan dengan gaya hidup yang lain dan baru. Seperti halnya bagi
kebanyakan wanita, keinginan untuk menikah dan berkeluarga akan berkurang
setelah usia tiga puluh, karena mereka sadar bahwa nampaknya mereka tidak dapat
mencapai tujuannya. Akhirnya banyak wanita menjadi kecewa karena berpikir

5

tentang

pernikahan,


seperti

halnya

bebebrapa

pengalaman

yang

tidak

mengembirakan dan tidak menyenangkan.
Hasil penelitian Blakemore, Lawton, dan Vartanian (dalam Suryani, 2007)
pun menunjukkan bahwa wanita memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk
menikah dibandingkan dengan pria. Dorongan ini muncul karena hingga saat ini
wanita masih ingin memenuhi tuntutan tradisional mereka, yaitu menjadi seorang
istri dan seorang ibu. Umumnya status melajang yang dimiliki wanita dewasa madya
lebih banyak dialami oleh wanita yang bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hurlock (1991) yang mengatakan bahwa saat berusia dua puluhan wanita yang

belum menikah tujuan hidupnya adalah perkawinan, tetapi pada saat ia belum juga
menikah pada waktu usianya mencapai tiga puluh, maka ia cenderung untuk
menukar tujuan hidupnya ke arah nilai, tujuan, dan hidup baru yang berorientasi pada
pekerjaan. Status melajang lebih sering dimiliki oleh wanita yang bekerja semakin
jelas terlihat dari banyaknya media massa yang mengangkat artikel mengenai
fenomena melajang pada wanita yang bekerja.
Salah satu media massa yang mengangkat fenomena melajang pada wanita
bekerja adalah surat kabar Surabaya Post (2004) yang memberitakan banyaknya
wartawan wanita yang belum menikah (melajang) di masa dewasa. Dari hasil
wawancara kepada sebelas wartawan ditemukan berbagai alasan mengapa mereka
menunda pernikahan, salah satunya adalah karena ingin konsentrasi pada pekerjaan
apalagi saat karir sedang beranjak naik, tetapi keinginan untuk memiliki suami dan
berkeluarga tetap menjadi cita-cita ideal. Bahkan sebagian besar wartawan akan
meninggalkan pekerjaannya jika sudah menikah, tetapi ada juga yang ingin tetap
bekerja sebagai penulis.
Pembahasan mengenai wanita yang masih melajang juga terdapat dalam
berbagai surat kabar lainnya, diantaranya yaitu Pernik PUBLIK (2003) yang
menuliskan bahwa sosok wanita karir yang sukses merupakan fenomena umum di
kota-kota besar, sekalipun ia seorang ibu rumah tangga. Bagi seorang wanita karir
yang belum berumah tangga, kesuksesan dan kemajuan karir sering dituding sebagai

penyebab penghambat jodoh wanita.
Pikiran Rakyat Online (2008) dalam wacana ”Mengapa Wanita Melajang?”
juga menuliskan fenomena melajang mengenai alasan mengapa seorang wanita

6

memutuskan melajang di atas usia 30 tahunan, salah satu di antaranya karena
menentukan kriteria yang terlalu tinggi untuk calon pasangannya. Banyak wanita
semakin tinggi tingkat pendidikan atau jabatan, semakin kurang berminat menjalin
hubungan dengan pria yang tidak setara. Penelitian Mary Astuti menemukan
sejumlah alasan mengapa perempuan memilih tidak menikah. Pertama, karena
pengalaman pada masa kecil. Bapaknya terlalu keras mendidik sehingga dia tidak
punya teman laki-laki. Kedua, pernah dikecewakan laki-laki. Ketiga, trauma melihat
banyak yang gagal membina rumah tangga. Keempat, ingin mandiri (Ayi, 2003).
Akibatnya tidak sedikit wanita yang memutuskan untuk tidak mau menikah. Selain
itu juga bisa disebabkan karena ambisinya yang kuat untuk meningkatkan kariernya
dan ia melihat masih ada kesempatan untuk meningkatkan jenjang profesionalisnya.
Hasil dari penelitian yang dilakukan Wong (2005) mengatakan bahwa
penundaan


pernikahan

bisa

terjadi

karena

wanita

dewasa

tersebut

mempertimbangkan karir, pendidikan, dan finansial sebagai prasyarat dalam
melakukan pernikahan. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi memilih untuk
menata karir dan pendidikan mereka lebih dahulu, tetapi bukan berarti mereka tidak
mempunyai hasrat untuk menikah. Hanya saja mereka memandang kedua hal
tersebut sebagai prasyarat untuk menikah. Secara umum wanita yang belum menikah
memiliki posisi pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang telah

menikah.
Selain beberapa factor dan contoh kasus yang telah dipaparkan, peneliti juga
melakukan wawancara awal terhadap satu orang responden yaitu wanita yang berusia
diatas 30 tahun yang belum menikah.
Subyek

adalah seorang wanita yang berusia 33 tahun, meskipun tidak

bekerja subyek adalah wanita yang mudah bergaul dan aktif. Dalam setiap kegiatan
di masyarakat subyek memberikan pendapat bahwa seorang wanita dengan usia
seperti dirinya sudah sangat layak untuk berkeluarga. Namun subyek mempunyai
alasan tertentu mengapa di usianya yang sudah cukup dewasa menunda untuk
menikah. Hal ini dikarenakan subyek pernah mengalami kegagalan dalam menjalin
hubungan dengan lawan jenis yang telah dibina dalam waktu yang cukup lama.
Kegagalan yang dialami subyek terkadang membuat trauma untuk kembali menjalin
hubungan dengan lawan jenis. Namun subyek tetap memiliki keinginan untuk dapat

7

berkeluarga karena terkadang subyek juga memikirkan pandangan masyarakat
terhadap dirinya dan tuntutan orang tua yang menginginkan subyek untuk segera
menikah serta adanya perasaan yang dirasakan seperti sedih, kecewa, sepi karena
belum juga mendapatkan pendamping hidup. Menurut subyek ia hanya memasrahkan
semuanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Melihat fenomena seperti yang dipaparkan di atas, dengan adanya
keterlambatan dalam pemenuhan tugas perkembangan pada masa dewasa dini di usia
yang telah memasuki masa dewasa yang dialami wanita, membuat peneliti tertarik
untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi wanita dewasa di atas usia 30
tahun belum juga menikah (melajang) dan peramsalahan apasaja yang dialaminya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dilihat bahwa terdapat
wanita dewasa yang usianya sudah mencapai 30 tahun yang masih melajang atau
belum menikah.
Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang muncul adalah :
1. Faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi wanita dewasa belum juga
menikah (melajang)?
2. Permasalahan apa saja yang dialami wanita dewasa yang belum menikah
(melajang)?
C. Tujuan Penelitan
Tujuan dari diadakannya penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
melatar belakangi wanita dewasa belum menikah (melajang) dan permasalahan yang
dialami wanita dewasa yang belum menikah (melajang).
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa manfaat teoritis
dan manfaat praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kajian Psikologi, terutama
Psikologi sosial dan psikologi Perkembangan mengenai faktor-faktor yang
melatar

belakangi

permasalahannya.

wanita

dewasa

belum

menikah

(melajang)

dan

8

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada wanita dewasa
terutama wanita yang belum menikah di atas umur 30 tahun mengenai hal-hal apa
yang memperkuat wanita dewasa belum menikah dan agar dapat lebih
memperhatikan salah satu tugas perkembangan yang belum terselesaikan yaitu
menikah. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
penelitian selanjutnya.

WANITA DEWASA LAJANG
(Study Tentang Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Wanita Dewasa
Melajang dan Permasalahannya)

SKRIPSI

Oleh :
M. Fauzi
06810188

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

WANITA DEWASA LAJANG
(Study Tentang Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Wanita Dewasa
Melajang dan Permasalahannya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
M. Fauzi
06810188

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Illahi Robbi yang telah memberikan Rahmat dan Ridho-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Wanita Dewasa Lajang (Study
tentang Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Wanita Dewasa Melajang dan
Permasalahannya)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan serta
semangat dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan yang baik ini dengan tulus
dari hati sanubari, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada :
1.

Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.

2.

Ibu Dra. Tri Dayakisni, M. Si. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu untuk peneliti serta memberikan masukan dan mendengarkan
pendapat penulis untuk di diskusikan.

3.

Bapak M. Shohib, M. Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
semangat serta masukan yang berharga dan selalu mengingatkan penulis untuk
terus bimbingan.

4.

Bapak M. Salis Yuniardi, M. Psi. selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

5.

Ibu Diana Savitri H, M. Psi selaku dosen wali yang selalu mengingatkan dan
memotivasi mahasiswanya khusunya kelas D angkatan 2006

6.

Dosen – Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih atas
ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

7.

Subjek dalam penelitian ini yang telah bersedia membantu dan mempercayai
penulis

untuk

mengetahui

faktor-faktor

yang

melatar

belakangi

dan

permasalahan subyek yang melajang.
8.

Ayahanda dan Ibunda penulis yang selalu jadi motivator dan inspirator penulis.
Terima kasih untuk semua yang telah diberikan terutama untaian do’a serta kerja
keras ayah dan bunda sehingga penulis dapat mendapat gelar Sarjana.

9.

Adikku Aziz yang selalu memberi dukungan, do’a dan kasih sayang yang
menjadi kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Seseorang yang telah memberikan inspirasi dan motivasi pada penulis dalam
memandang kehidupan ini.
11. Keluarga besar om Anang dan komunitasnya terimakasih atas dukungan dan
bantuannya selama ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis ucapkan terima kasih
banyak.
Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini tetap diharapkan.
Penulis mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan, dan berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 25 Juli 2011
Penulis

M. Fauzi

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
INTISARI ......................................................................................................... iii
ABSTRACT...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Wanita Dewasa ............................................................................... 9
1. Pengetian wanita dewasa ............................................................ 9
2. Pembagian usia dewasa............................................................. 10
3. Karakteristik usia dewasa ......................................................... 11
4. Tugas-tugas perkembangan usia dewasa .................................. 13
B. Wanita Lajang ............................................................................... 14
1. Pengertian wanita lajang ........................................................... 14
2. Ciri-ciri wanita lajang ............................................................... 15
3. Faktor-faktor yang melatarbelaki wanita dewasa melajang...... 15
4. Permasalahan pada wanita dewasa melajang ............................ 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian.................................................................... 21
B. Batasan Istilah ............................................................................... 22
C. Subyek Penelitian.......................................................................... 22
D. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 22
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 22
F. Prosedur Penelitian ........................................................................ 24

G. Metode Analisa Data .................................................................... 25
H. Keabsahan Data ............................................................................ 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 27
1. Deskripsi Subyek ...................................................................... 27
2. Hasil Wawancara ...................................................................... 27
B. Analisa Data .................................................................................. 37
C. Pembahasan................................................................................... 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 44
B. Saran ............................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 46
LAMPIRAN..................................................................................................... 48

DAFTAR TABEL

Nomor tabel

Halaman

Tabel 4.1 : Daftar identitas subjek ................................................................... 27
Tabel 4.2 : Faktor yang melatarbelakangi melajang ........................................ 37
Tabel 4.3 : Permasalahan wanita melajang ...................................................... 38

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Halaman

Lampiran 1 ....................................................................................................... 49
Lampiran 2 ....................................................................................................... 51
Lampiran 3 ....................................................................................................... 54
Lampiran 4 ....................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA
Adhim, F. (2010). Saatnya untuk menikah. Yogyakarta: Pro-U Media
Ardiyanto, A. S. (2009). Jodoh antara doa dan usaha. Diakses tanggal 1 januari
2011. Dari http://onlymasagus.blogspot.com/2009/01/jodoh-antara-doa-danusaha.html
Ayi, A. (2003). Melajang karena karier, itu dampak negatif perjuangan wanita.
Radar sulawesi tegah [online]. Tersedia http://www.radarsulteng.com
Bachtir, A. (2004). Menikahlah maka engkau akan bahagia. Yogyakarta: Saujana
Daryanto. (1997). Kamus bahasa indonesia lengkap. Surabaya: Apollo
Dayakisni, T. & Hudaniah (2009). Psikologi sosial. Malang: Umm Press.
Faklutas Psikologi UMM. (2010). Pedoman penulisan skripsi. Malang: Fakultas
Psikologi UMM.
Hurlock, E.B. (1991). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan (Edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Jayalaksana, N. (2010). Kenapa ingin melajang. Diakses tgl 23 januari 2011. Dari
http://www.feminaonline.com/issue/issue_detail.asp?id=608&cid=2&views=65
Kartono, K. (1990). Pengantar metodologi riset sosial. Bandung: Mandar Maju
_________. (1992). Psikologi wanita: mengenal gadis remaja dan wanita dewasa.
Bandung: Mandar Maju.
Latif, N. (2005). Ilmu perkawinan: problematika seputar keluarga dan rumah
tangga. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Monks, F. J & Knoers, A. M. P. Haditono, S. R. (2002). Psikologi perkembangan.
Gajah Mada: University Press.
Muhyidin, M. (2006). Dilarang melajang raihlah berkah menikah. Semarang: Qudsi
Media
Mappiare, A. (1983). Psikologi orang dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
Moleong, L. (2004). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
.
Nawawi H. (1997). Metode penelitian bidang sosial. Gajah Mada: University Press.

Santrock, J.W. (2004). Perkembangan masa hidup jilid 1. Jakarta: Erlangga.
____________. (2006). Perkembangan masa hidup jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Seligman, M. (1990). Group approaches for parents of children with disabilities.
Dalam Seligman, M., & E. M. Laura (Ed.), Group psychotherapy (Hal.
147). United State of American: Allyn and Bacon.
Setyowati, R. & Riyono, B. (2003). Perbedaan Aspirasi Karir antara Wanita yang
sudah Menikah dan yang belum Menikah pada Pegawai Negeri Sipil. Jurnal
Psikologika, 16, ( 8), 52-58.
Sugiyono. (2006). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Sujanto, A. (1986). Psikologi perkembangan. Aksara Baru: Anggota IKAPI.
Sumanto. (1990). Metodologi penelitian sosial dan pendidikan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Surya, M. (2003). Bina keluarga. Semarang: Aneka Ilmu.
Suryana. (2007). Tahapan-tahapan penelitian kualitatif. Diakses tanggal 15 januari
2011. Dari www.pdfcast.org
Suryani, A.O. (2007). Gambaran sikap terhadap hidup melajang dan kecemasan
akan ketidakhadiran pasangan pada wanita lajang berusia di atas 30 tahun.
Jurnal Manasa, 1, (1), 75-85.
Thantawi, As.M.S. & Machdhoero A. M. (1989). Metodologi penelitian. Malang:
UMM Press.
Walgito, B. (2004). Bimbingan dan konseling perkawinan. Yogyakarta: Andi Offset.
Wanita karir, dari sulit jodoh hingga fungsi ganda. (2003). [On-line], Available
http://www.figurpublik.com/cetak/pernik/showpernik.php?id=3
Waspada Online. (2008). Untung rugi perempuan lajang. [On-line], Available
http://www.waspada.co.id/ragam/-untung-rugi-perempuan lajang.
Wong, O. M. H. (2005). Postponement or Abandonment of Marriage? Evidence from
Hong Kong. Journal of Comparative Familiy Studies. GNU Free Document
License.
Yusuf, S. (2006). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja
Rosda Karya.