65 indikator kinerja merupakan alat yang sangat dibutuhkan untuk melihat apakah
suatu strategi, program, atau kegiatan berhasil atau gagal dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
5.1.1. Relevansi Visi dan Misi terhadap Program PHBM
Visi adalah cara pandang organisasi terhadap kondisi ideal atau hasil akhir yang ingin dituju. Sedangkan misi adalah alasansebab keberadaan organisasi;
misi merupakan suatu pola dari sasaran purpose yang dapat digunakan untuk mengawali, mengevaluasi, dan merumuskan ulang seluruh kegiatan organisasi.
Rumusan misi dianggap baik bila menunjukkan cakupan kegiatan dan masyarakat dampingan Tifa, 2006.
Visi dan Misi dari organisasi yang baik, senantiasa mencerminkan kebutuhan masyarakat, sesuai mandat yang diberikan masyarakat terhadap
organisasi. Oleh karena itu, dalam penyusunan Visi dan Misi organisasi, keterlibatan para pemangku kepentingan stakeholders organisasi seperti dewan
pendiri, jajaran manajemen, staf, kelompok dampingan, dan masyarakat lainnya, merupakan suatu keharusan. Dengan kata lain, penyusunan Visi dan Misi
organisasi idealnya dilakukan secara partisipatif. Dengan demikian, seluruh aktivitas pemangku kepentingan organisasi senantiasa dalam kerangka Visi dan
Misi yang hendak dicapai bersama. Dalam penelitian ini, sebagian besar LSM atau sejumlah 7 LSM menyatakan
bahwa orientasi kepentingan organisasi terhadap visi dan misi untuk kepentingan LSM, kelompok dampingan, dan pemangku kepentingan Tabel 9. Mereka
berpendapat bahwa visi dan misi merupakan mimpi dan harapan bersama yang akan diraih pada suatu saat nanti. Tanpa adanya orientasi kepentingan yang jelas,
tujuan organisasi akan sulit tercapai. Hanya ada satu LSM yang mempunyai orientasi kepentingan organisasi
terhadap visi dan misi untuk kepentingan LSM dan dampingannya saja. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka hanya fokus pada pemberdayanaan
masyarakat dan penguatan kelembagaannya melalui pendampingan yang dilakukan oleh LSM. Mereka juga berpendapat, meskipun LSM dan masyarakat
dampingan tidak mengabaikan adanya peran pemerintah dan pihak-pihak lainnya,
66 namun fokus pendampingan menjadi salah satu faktor penting dalam melakukan
sebuah program. Tabel 9. Penilaian Kinerja Elemen Visi dan Misi
Jumlah Nilai Elemen Visi dan Misi No
Indikator Baik
Cukup Kurang
Total V.1 Orientasi
kepentingan 7 1 1 9
V.2 Fungsi Visi dan Misi 4 5 0 9
V.3 Pengalaman dalam Program PHBM 5 4 0 9
Total 16 10 1 27
Sumber: Hasil pengolahan data
Kesesuaian antara program PHBM dengan fungsi Visi dan Misi ditunjukkan dengan sejumlah 5 LSM menyatakan telah sesuai namun visi dan misi yang telah
disepakati tersebut belum dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan program PHBM. Dalam pelaksanaan program PHBM, LSM masih
mengandalkan adanya program yang berkembang pada saat itu. Fokus terhadap program PHBM masih belum ditunjukkan oleh sebagian besar LSM.
Namun, sejumlah 4 LSM menyatakan telah menyesuaikan antara program PHBM dengan fungsi visi dan misi organisasi dan telah menjadikan visi dan
misinya sebagai acuan dalam melaksanakan program PHBM. Hal ini menunjukkan bahwa LSM telah mampu menerjemahkan dengan baik fungsi visi
dan misi organisasi ke dalam program PHBM yang dijalankan. Hal ini juga akan berkaitan dengan pengalaman dalam melaksanakan program PHBM yang selama
ini dilakukan oleh LSM. Sejumlah 5 LSM menyatakan telah berpengalaman dalam melaksanakan
program PHBM lebih dari 5 tahun dan 3 LSM menyatakan berpengalaman selama 3-5 tahun. Bila dilihat dari pengalamannya, sebagian besar LSM telah melakukan
pendampingan yang relatif lama yaitu lebih dari 5 tahun. Pengalaman dalam melaksanakan program PHBM ini akan sangat membantu LSM dalam melakukan
segala aktifitasnya yang berkaitan dengan pola pendampingan dan pendekatan kepada masyarakat dalam PHBM. Bahkan Mitra Bentala dan Watala telah
berpengalaman selama kurang lebih 10 tahun. Di satu sisi, pengalaman yang panjang ini akan membantu masyarakat untuk fokus pada program dan program
pada lokasi yang sama, namun di sisi lain bila LSM tidak mempunyai target dan dampak yang terukur dan tujuan yang jelas, maka masyarakat dapat
67 mempertanyakan kembali eksistensi dari LSM tersebut. Misalnya, Mitra Bentala,
yang sejak awal pendampingan mengusung program konservasi yang dampaknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang. Pendekatan ekologis yang diterapkan
oleh LSM dalam mengusung suatu program akan lebih sulit diterima oleh masyarakat dari pada pendekatan ekonomi yang dampaknya dapat dirasakan
jangka pendek. Meski demikian, pendekatan ekologi sebenarnya juga berdampak pada aspek ekonomi dan sosial masyarakat setempat.
Secara ideal sebaiknya juga secara bertahap didorong untuk mengembangkan sendiri tujuan perubahan yang lebih strategis dan kemudian
melakukan penilaian perkembangan perubahan itu. Menurut Djohani 2003, visi dan misi sebaiknya bukan hanya milik lembaga, melainkan juga dikembangkan
visi dan misi dari perspektif masyarakat, dan ini akan berbeda dari satu masyarakat dampingan dengan masyarakat dampingan lainnya.
5.1.2. Kinerja Pelaksanaan Program PHBM